A U T H O R ' S N O T E
Hi Loves!!!
Perkenalkan aku Riri. Bagi yang baru kenal, jangan panggil author:'
• There are so many typos
• No italic, no bold.
• This story is a new adult romance.
• DON'T COPY THIS STORY AND DON'T POST THIS IN ANY WEBSITE.
• This book is a work of fiction. All names, characters, locations, and incidents are products of the author's imagination. Any resemblance to actual persons living or dead, locales, or events is entirely coincidental.
follow instagramku untuk tonton mini trailer dari Sexy Venus; @ririlidya7
Xoxo,
Riri:*
09:45AM.
Waktu yang pas untuk seorang wanita murahan turun dari ranjang pria yang tinggal di salah satu hotel milik keluarganya di Upper East Side. Wanita berambut blonde bob itu memasuki kamar mandi. 15 menit kemudian ia keluar mengenakan pakaiannya dengan santai, sedikit membuat suara dengan bersenandung, berharap pria yang masih di ranjang akan bangun secepat mungkin untuk memberikan uangnya.
Ia duduk di depan meja rias dan mulai menyisir rambutnya. Suara erangan yang berasal dari ranjang membuatnya melirik pria itu lewat cermin meja rias. Kemudian ia mengenakan high heels berwarna nude dan mengambil Kelly bag-nya yang berwarna orange.
“Kau ingin pergi, Candy?”
Wanita yang dipanggil Candy tidak menjawab, ia hanya tersenyum nakal menatap pria itu di cermin. Jason Johnston, keluarganya merupakan salah satu keluarga berpengaruh di Amerika. Candy tidak peduli dengan pekerjaan pria itu, ia hanya peduli dengan uangnya, uang yang bisa memberikannya kehidupan.
“Buka nakas itu.”
Candy mematuhi perintah Jason. Dia membuka nakas di meja rias lalu mengambil amplop manila yang tebal. Saat ingin menutup kembali nakasnya, ia tidak sengaja melirik satu set perhiasan mahal.
“Apakah ini milik ibumu?” Candy mengangkat kalung berlian tersebut dengan wajah terpesona dan kagum yang berlebihan.
“Ambilah.” Jason sudah berdiri dengan boxer menggantung rendah di pinggulnya seraya menghidupkan pemantik api untuk cerutunya.
Well, bonus!
Candy membalikkan tubuhnya menatap Jason dengan senyum selebar yang ia bisa, terlihat antusias. Dengan sigap ia menyimpan perhiasan tersebut dalam tas beserta dengan amplop manila. Ia bergerak mendekati Jason dan mecium pria itu.
“Padahal aku tidak memintamu mengganti uangku yang dicuri.”
“Itu bukan masalah, sweetheart. Kau kekasihku. Apa itu cukup?”
“Lebih dari cukup. Thanks, my hero.”
Jason tersenyum saat mendengar panggilan Candy untuknya. Panggilan yang sama saat mereka di ranjang tadi malam. “Jika mengalami musibah lagi jangan pernah menangis dan mengurung diri di apartemenmu. Hubungi aku. Aku akan menyelesaikannya.”
Candy mengangguk. Saat ia ingin pergi, pria itu memeluknya.
“Aku ingin membawamu ke tempat yang indah malam ini.”
Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Candy. Ia hendak menjawab dengan nada ala ****** bodoh yang menerima hadiah mahal tepat saat suara deringan ponsel berbunyi. Jason mengambil ponselnya dan membaca pesan singkat dengan kerutan di dahi.
“Maaf, sweetheart. Sepertinya malam ini aku sibuk,” gumamnya seraya mengetik sesuatu di ponsel. Dan menatapnya dengan rasa bersalah. “Sebagai permintaan maaf, aku akan mengirimkan beberapa hadiah ke rumahmu.”
Candy menghela nafas dengan sedih namun ia mengangguk dengan enggan. “Fine.”
Candy memberikan ciuman selamat tinggal hendak keluar namun ditahan Jason, lagi.
“Kau masih menggunakan mobilmu?”
Candy mengangguk. Jason mengambil jemari halusnya lalu meletakkan remote mobil di sana membuatnya tersenyum lebar. Ia memberikan kecupan singkat di rahang Jason lalu pergi.
Saat di lift, Candy menghubungi seseorang.
“Kau sudah tiba… Temui aku di basement... Bye.”
Lift terbuka. Ia berjalan keluar menuju lobi dan matanya menangkap seorang pria yang sibuk dengan ponselnya. Sedang menuju jalannya. Seakan adapendeteksi mata uang di matanya, ia bisa melihat harga pada setelan pria itu. Jas -buatan italia- Brioni Vanquish II, tuksedo Ralph Lauren, dasi Stefano Ricci, rolex, sabuk –oh my God- my Gucci! Dan sepatu formal coklat mengkilap dari Salvatore Ferragamo,
Total \= the next target.
Candy mulai melepaskan kaitan gelangnya. Tepat saat pria itu semakin mendekat, ia menunduk. Alhasil menabrak pria itu. Aromanya… Yikes. Dia benci bau ini! Ia mendongak dan memasang senyum kharismatiknya kemudian kembali berjalan keluar hotel. Meninggalkan si pria yang masih menatapnya terpesona.
Candy sudah memperhitungkan hal ini. Beberapa detik lagi pria itu akan menyusulnya. Dan saat ia membuka pintu Audi-nya, ia bisa mendengar suara pria di belakangnya.
“Aku yakin ini milikmu.”
Candy menoleh menatap si pria cukup lama lalu turun ke jas yang dimana gelangnya masih melekat di sana. “Oh Tuhan… sepertinya gelangku lepas saat aku menabrakmu.” Candy melepaskan gelangnya sendiri dari jas si pria lalu bergumam terima kasih.
Eros membantunya memakai gelangnya. “Eros, by the way.”
Candy menatapnya dengan senyum mautnya. “Candy.”
“Oke, Candy… Apa kau bebas malam ini?”
See? Mudah bukan? Candy mendongak, menggigit bibir bawah, dan memasang kembali senyum yang bisa menghentikan detak jantung semua pria. “I’m free tonight.”
Setelah basa-basi hingga bertukar nomor, akhirnya Eros pergi karena urusannya yang tertunda di hotel ini. Helena masuk ke mobil dan mulai mengeluarkan amplop manila dari Jason. Menghitung lembaran uang di dalamnya. Ponselnya berdering, ia melirik nama Inanna di sana membuatnya menggeser ikon hijau dengan loudspeaker.
“Kau tidak lupa hari ini bukan, Helena?”
Ya, Helena. Bukan Candy. Ia melepaskan wig -yang menyebabkan kepalanya sakit karena sepanjang malam ia tidak melepaskannya- dan menampilkan rambut panjang bergelombang coklat keemasan. Well, mereka memang satu tubuh, namun mereka sangat berbeda. Candy sangatlah periang yang mendekati kata bodoh, seorang j*lang, dan kerjanya hanya menghabiskan uang teman kencannya. Sedangkan Helena adalah seorang wanita berwajah latin yang sedikit menutupi dirinya. Dan mereka juga memiliki persamaan. Yaitu, materialistis.
Ia memutar kedua mata seraya merapikan rambutnya lewat kaca mobil. “Aku tidak selupa itu, Clever.”
“Bagaimana dengan kata terlambat?”
Tepat saat itu seorang pria kepala empat mendekatinya. Helena membuka kaca mobil lalu memberikan remote mobil Jason. “Jesus. Aku tidak akan telat. Aku berada tidak jauh dari Ralph’s Coffee.”
“Paul akan mengirimkan uangnya setelah melihat mobil ini.” Pria itu bergumam dengan hangat.
Paul adalah seorang Ayah hebat menurut Helena. Dia membesarkan dua laki-laki dan empat gadis tanpa seorang istri dengan membuka bursa mobil.
“Sampaikan salamku padanya.”
Helena mendengar gelak tawa dari seberang telepon. “Good to know. See yah, Sexy!”
“Bye.”
“Paul mempunyai pesan untukmu…”
Helena menghela nafas. Ia sudah tahu isi pesan tersebut selama 3 tahun ia menjual mobil kepada Paul. Dan pesan itu tidak akan pernah berubah. “Jawabanku tetap sama. Aku tidak akan memilih antara kedua anaknya. Katakan padanya, aku ingin menjadi biarawati. Transfer soon. Bye, Rob.”
Helena mulai mengendarai mobilnya dengan suara Jessie J yang menemaninya. Berhenti di lampu merah, ia membuka kaca mobil dan membiarkan matahari menerpa wajahnya. Saat membuka matanya, ia dapat melihat bagaimana beberapa sosialita berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan ternama. Melirik papan nama tempat tersebut cukup lama hingga bunyi klakson dari belakang membuat ia mengalihkan pandangan ke depan seraya tersenyum.
Well, ini bukan cerita mengenai Jason atau Eros. Tapi ini tentang kisahnya, Candy a.k.a Ariadne Helena Alexandras. Wanita yang memiliki ketakutan pada masa lalu…
Helena memarkir mobilnya sedikit jauh beberapa meter dari Ralph’s Coffee supaya ia dapat berjalan-jalan melihat keramaian di sana. Seperti sekarang ini, menjadi pejalan kaki tanpa melihat siapa dirimu membuat ia bebas menyapa siapapun. Dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 1 siang dan...
“Dammit… I’m late!” desisnya. Eros sialan! Pria itu sangat memakan waktunya cukup lama dengan obrolan ringan makanya ia terlambat.
Saat Helena mengangkat kepala, matanya langsung bertemu dengan dua anak buah si lintah darat yang sedang berlari menuju ke arahnya.
“Argh shit… Shit… Shit!”
Helena mulai berlari ke arah yang berlawanan. Sesekali ia melihat ke belakang, dimana dua orang itu masih setia mengejar Helena. Beberapa menit kemudian Helena mulai tidak sanggup berlari lagi. Bagaimana tidak? Dia berlari menggunakan stiletto setinggi 15 senti! Dan tiba-tiba saja tangannya digenggam membuat ia memejamkan matanya, berpikir positif.
Aku harap bukan mereka…
Saat Helena menoleh, benar saja salah satu dari mereka sudah memegang tangannya dengan erat. Sebuah ide seketika melintas di kepalanya.
“WATCH OUT!!!” Helena berjongkok memegang kepala. Refleks mereka-pun mengikuti Helena berjongkok sambil memegang kepala masing-masing.
Sedetik mereka terlena, Helena langsung berlari. Belok sebelah kiri dan memasuki salah satu butik terdekat mengambil kardigan panjang, setelah itu topi pantai dan kacamata gelap di manekin. Memakainya lalu menghadap kaca seluruh badan. Helena memandang dua orang itu dari kaca sedang memasuki butik tapi tidak melihat Helena. Saat salah satunya meliriknya, ia langsung mengajak dua orang wanita di sampingnya berbicara. “Bagaimana penampilanku, girls?”
Kedua wanita itu menatap Helena lalu mengangguk, memuji pilihan Helena. Butuh beberapa detik bagi Helena menoleh dan mendapati pintu depan kosong. Ia langsung mengembalikan barang yang dikenakannya di salah satu meja kecil terdekat. Saat Helena keluar dari toko, ia mendengar ada yang berteriak memanggil nama samarannya dari belakang.
“Hey Sarah!!!”
Oh Shit! Apa mereka punya tenaga 1000 kuda?!
Tanpa menoleh ke belakang, Helena kembali berlari ke arah kiri jalan dan melihat ada pohon dan seorang pria yang menggunakan coat besar di samping pohon.
Tameng yang sempurna!
Helena menghampiri pria itu dan memeluknya disela-sela coat pria itu, terengah di dada pria itu.
Hening...
Tak lama kemudian Helena bisa mendengar suara sepatu sedang berlari semakin dekat, dan ia-pun memeluk pria itu lebih erat seolah dengan begitu tubuhnya bisa mengecil. Dua orang itu berhenti tidak jauh dari posisinya, Helena berjinjit di sepatu si pria supaya ia bisa melirik mereka dari bahu si pria. Dan benar saja mereka menghadap ke belakang seolah ada yang mencurigakan. Secara naluriah Helena menurunkan wajah pria itu sehingga wajah mereka hampir sejajar.
Jika di lihat dari sudut pandang dua orang yang mengejar Helena tadi, sepasang kekasih di bawah pohon itu seperti sedang berciuman. Seakan tak ambil pusing, mereka kembali berlari mencari sosok ‘Sarah’ daripada menonton pasangan yang sedang mabuk kebayang.
Dan disitulah Helena bisa melihat mata abu-abu gelap yang sangat arogan, tegas, dan dominan. Hidung mancungnya, rahang yang tegas, hingga bibir yang segaris. Ditambah lagi wangi musk yang bisa membuat Helena basah. Satu kata untuk pria di depannya ini. Berbahaya…
Dan dering alarm di kepalanya mengatakan ia tidak boleh berurusan dengan pria seperti ini.
“Sudah selesai mengagumi wajahku? Atau kau ingin mengagumi bagian yang lainnya, baby?”
Helena mengerjapkan matanya, tersadar dari lamunannya sendiri saat mendengar suara yang dalam dan juga sangat seksi menurutnya. Mendapati pria itu sedang melihat Helena dengan mata abu-abu gelapnya, Helena tidak bisa bicara seakan lidahnya mati rasa.
“Apa kau bisa turunkan sepatu lancipmu dari sepatuku?”
‘Sepatu lancip?’ Helena mengangkat sebelah alisnya dan tertawa kecil.
“Ada yang lucu, nona?” tanyanya sedikit menyipitkan mata.
Adam tidak terima. Ia merasa direndahkan. Ayolah… Dia seorang billionaire muda dan tidak seharusnya wanita di depannya itu menertawakannya. Walaupun Adam tahu wanita itu bisa menjadi salah satu teman tidurnya.
Helena menggeleng lalu menatap Adam disela-sela bulu matanya yang di mana membuat jantung Adam berhenti sebentar.
“Maafkan aku. Dan terima kasih untuk yang barusan… apapun itu,” kata Helena sambil mundur beberapa langkah dan berjinjit lagi untuk melihat kearah belakang bahu si pria, tak ada batang hidung dua orang tadi, ia langsung memutar badannya kearah seharusnya ia pergi.
Tiba-tiba saja tangannya ditarik. Detik berikutnya Helena sudah berada di dalam pelukan pria itu. Hampir tidak ada jarak diantara mereka dan Helena bisa merasakan nafas hangat Adam. Helena menegang saat Adam memeluknya. Jantungnya juga ikut berpacu tak seperti biasanya. Helena membenci reaksi tubuhnya ini tapi menyukainya disaat yang bersamaan.
Adam terdiam sebentar lalu merutuki kebodohannya yang refleks memeluk tubuh seksi itu. Tubuhnya sangat pas saat Adam peluk. Lekuk tubuhnya sangat menggoda. Rambut panjang bergelombang coklat keemasan. Mata coklat berpadu kuning seperti macan. Lebih tepatnya macan betina. Dan bibir berisi yang menggoda.
Sangat seksi…
“Siapa kau berani-beraninya memelukku di tengah jalan, baby?” tanya Adam dengan suara serak sedangkan Helena hanya diam. “Atau kau sengaja memelukku supaya kau dapat membuat berita ekslusif dengan berkicau di media massa, huh? Jadi dimana para media sewaanmu? Katakan saja berapa yang kau minta. Aku partner yang sangat hebat dalam hal berbisnis.”
Helena menggeram. Oke, pria tampan ini pasti sudah gila. Padahal Helena hampir menargetkan pria didepannya menjadi salah satu mesin uangnya.
“Apa kau keberatan melepas tanganmu karena aku tidak punya waktu lagi,” Helena menatap tepat di manik mata Adam, datar. “Baby?” lanjut Helena mengejek mengikuti nada Adam mengatakan ‘baby’.
Adam mengangkat sebelah alisnya, merasa suka dengan permainan balas-membalas panggilan ‘baby’. Adam semakin merapatkan tubuh mereka hingga tidak ada jarak diantara mereka. “Kau tahu, berjabat denganku saja kau harus bayar, baby,” ujar Adam sama seperti Helena, berbisik.
Tiba-tiba Helena terkekeh. Memangnya dia seorang aktor? Bukan, Helena tidak pernah melihat wajah pria di depannya di televisi. Helena menilai pria itu dari atas hingga bawah. Wangi mahal, memakai coat dari salah satu desainer ternama yang diperagakan di New York Fashion Week minggu lalu. Tuksedo, dasi, kemeja, dan jas buatan italia. Belum lagi sepatu kulit yang dijahit dengan rapi. Dan hanya satu pekerjaan menurut Helena yang bisa membeli barang mahal dengan usaha yang tidak terkenal.
Helena membesarkan kedua mata dengan mulut membulat penuh dengan berlebihan dan mendramatisir, seperti Candy. “Are you a porn star?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!