NovelToon NovelToon

Dua Kursi

Chapter 1

Suasana rumah tampak mendadak hening ketika Mahira yang hamil 8 bulan Duduk bergabung ditengah-tengah mereka.

Awalnya keluarga mereka sangat harmonis. Namun kedatangannya yang tidak disukai oleh Nando dan kedua anaknya kecuali Meera.

Meera adalah istri pertama Nando,Meera sangat baik dan bijaksana.Meera adalah madunya Mahira.

"Ra, Duduk sini dekat Kakak, bagaimana dengan kehamilan mu? Apa ada keluhan?" Ucap Meera.

Mahira mengangguk pelan kemudian duduk di samping Meera. "Alhamdulillah tidak ada keluhan sama sekali Kak!" Jawab Mahira dengan tersenyum manis dan santun.

"Aku mau berangkat ke kampus dulu, daripada emosi karena ulah pelakor, Ucap Dinda,anak Nando dan Meera.

Dulu Dinda dan Mahira satu sekolah dan berteman baik.Tapi sekarang Dinda sangat membenci Mahira.

Mahira hanya bisa menunduk pasrah Dinda sahabat baiknya dulu,kini membenci nya.

"Aku juga akan berangkat ke kantor sekarang, Nando berdiri sambil menenteng tas kerja nya dan juga tas kerjanya. Padahal kopi nya belum habis.

Nando menghampiri Meera sambil mencium kening Meera.

"Lho, kopinya tidak dihabiskan Mas?".

Ucap Meera,Sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan mencium punggung tangan suaminya.

"Tidak sayang, nanti ngopi di kantor saja"

Ucap Nando sambil beranjak pergi.Meera mengantarkan suaminya sampai depan rumah.

"Hati-hati Mas, jangan ngebut bawa mobilnya"Ucap Meera sambil dadah ke arah suaminya.

"Iya sayang, kamu juga hati-hati jika kamu berangkat nanti sayang!". sambil membalas lambaian tangan Meera.

Di tempat lain Mahira hanya bisa menunduk lesu, karena tidak ada yang menerima kehadirannya di tempat ini selain Meera Kakak madunya.Ingin sekali Mahira menangis tapi dia tidak mau melihat Meera kuatir padanya.

"Sungguh malang nasibku mendapatkan penolakan dari orang sekitar, andai Bapak, Ibu masih ada aku tidak akan seperti ini. Gumam Mahira dalam hati sambil menangis dalam diam.

"Ra,ayo makan! Kamu pasti sudah lapar kan?"Sambil menggandeng Mahira menuju tempat makan.Meera dan Mahira kini duduk di meja makan.

"Maafkan aku Kakak!" Ucap Mahira sambil menunduk menahan tangisnya.

"Kenapa kamu minta maaf kepada Kakak Ra?". Jawab Meera sambil menatap intens adik madunya itu.

"Gara-gara aku rumah ini jadi tidak harmonis seperti dulu, gara-gara aku Mas Nando dan Dinda pergi sebelum mereka sarapan". Ucap Mahira sambil menunduk.

Meera tersenyum sambil mengelus punggung Mahira adik madunya.

"Kamu tidak perlu merasa bersalah, mereka suatu saat nanti akan mau menerima kehadiran Mu.kamu yang sabar ya!" Meera menguatkan Mahira.

Mahira adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit terbesar di kota nya.Mahira masih terlihat  cantik dan menawan dan terlihat jauh lebih muda dari usianya.

"Ini makan sayurnya dan ayam gorengnya!" Meera mengambil kan sayur dan ayam goreng untuk Mahira.

"Makasih Kak, nanti biar aku ambil sendiri Kak". Ucap Mahira. Meera membalas dengan senyum manis.

"Nanti Kakak akan berangkat ke rumah sakit,ada jadwal operasi,kamu tidak apa-apakan sendirian? Kalau kamu bosan kamu bisa minta temani bibi jalan-jalan".Ucap Meera

"Iya kak!" Jawab Mahira sambil mengangguk pelan.

Setelah kepergian Meera Kakak madunya.Mahira menangis tersedu-sedu di meja makan.Mahira merasa dia adalah duri di keluarga yang harmonis.Mahira teringat begitu harmonis nya keluarga ini sebelum Mahira menikah dengan Nando.

Dulu Mahira sering bermain ke rumah ini karena Dinda sering mengajak nya main kerumahnya.Meera Kakak madunya dan Nando yang kini menjadi suami nya dulu sangat menyayangi nya dan menerima Mahira dengan baik.

"Aku juga tidak mau seperti ini, aku juga tidak mengharapkan posisi ini".suara jeritan hati Mahira di sela-sela tangisnya.

Setelah Mahira puas menangis kini hatinya sedikit tenang, kini Mahira sudah berhasil mengontrol emosi nya, agar tidak larut dalam kesedihan.

Mahira berdiri ber anjak dari kursi dan membereskan piring piring kotor yang di atas meja makan.

"Non, sudah non biar bibi yang membereskan,Non istirahat saja,! Nanti kalau Nyonya Meera tahu non Mahira capek, bibi yang akan di marahi Nyonya!." Ucap Bibi inem, pembantu di rumah ini.

"Aku tidak akan capek Bi, hanya membereskan ini saja kok!, justru aku yang tidak enak Bi hanya makan, tidur saja dirumah ini tanpa melakukan pekerjaan apapun."

"Kan non Mahira sedang hamil, jadi nyonya akan marah jika tau Non Mahira melakukan pekerjaan rumah seperti ini." Ucap Bibi inem.

Mahira menghela nafas,ia mengangguk dan memilih kembali ke kamar nya sambil memegangi perutnya yang sudah terlihat besar, Mahira melangkah perlahan lahan ketika menaiki anak tangga.

Ditengah anak tangga berpapasan dengan   Nando.Mahira sedikit kaget karena tadi Nando sudah berpamitan berangkat kerja, tapi ternyata sekarang masih dirumah.

Rupanya Nando di tengah jalan teringat ada berkas yang tertinggal sehingga Nando harus putar arah, kembali ke rumah untuk mengambil berkas yang tertinggal.

Mahira berusaha untuk tersenyum namun Nando tidak memperdulikan nya. Hati Mahira mendadak sakit, namun dia sudah terbiasa dengan sikap acuh dari pria yang kini menjadi suami nya.

"Kamu.........."

Mahira terhenti dari langkahnya, dan memastikan pendengarannya.

"Iya, kamu.Ambil semua barang barang mu dan pindah di lantai bawah!" Perintah Nando.

Mahira masih tidak mengerti, Mahira memberanikan untuk menatap wajah tampan suami nya walaupun sudah ber umur.

"Kenapa Tuan?" Tanya Mahira. Ya Mahira hanya memanggil Mas jika didepan Meera kakak madunya.karena permintaan kakak madunya.

"Aku tidak mau disalahkan jika kamu terjatuh ketika menaiki tangga." Jawab Nando dengan nada datar.

Nando lalu pergi meninggalkan Mahira dengan jantung berdegup dengan kencang. Karena baru pertama kali Mahira di perhatikan suaminya walaupun atas permintaan kakak madunya.

Nando adalah mantan bos nya sekaligus ayah dari sahabat karibnya.

Mahira dulu minta tolong kepada Dinda untuk mencarikan pekerjaan. Dan Dinda menawarkan pekerjaan ke Mahira di tempat ayah nya bekerja.

Setelah itu Mahira berusaha menguasai hati dan perasaan nya agar tidak semakin terjatuh dalam perasaan nya terhadap bos nya itu. Karena Mahira sadar bahwa Nando tidak mencintai nya. Mahira sadar bahwa Nando sangat mencintai istri pertamanya Meera kakak madunya.

**

***

****

Malam hari, Mahira menunggu sang suami Nando pria tampan yang sempat dia kagumi dan kini sudah menjadi suami nya pulang dari kantor.

Meera belum pulang dari rumah sakit, sehingga Mahira harus menyambut kedatangan suami nya.

Biasanya Meera yang menyambut kepulangan Nando.

Mobil Pajero warna hitam sudah memasuki halaman rumah. Mahira langsung berdiri menuju kedepan pintu. Saat Nando turun dari mobil. Mahira melangkah maju ke arah Nando. Namun langkah Mahira langsung terhenti ketika melihat Dinda dan Dani keluar dari mobil Pajero warna hitam itu.

Tatapan kedua anak tirinya langsung menghujam menusuk hati Mahira.

"PE.......LA......KOR......," Ucap Dinda tatkala melewati Mahira.

Mahira hanya bisa diam, dia tidak berani menatap Dinda yang pernah berstatus menjadi sahabat karibnya kini berubah menjadi anak tirinya.

Sedangkan Dani langsung masuk duluan tanpa kata, karena malas melihat Mahira.

Nando tidak melirik Mahira sama sekali, bahkan jas warna navy nya dia berikan ke BI inem yang berdiri di sebelah Mahira.

"Sabar ya, Non!" Ucap Bi inem sambil mengelus punggung Mahira untuk menguatkan Mahira.

Mahira hanya mengangguk, Mahira segera mengikuti langkah,Nando melangkah menuju ke kamar. Hari ini Meera akan pulang terlambat karena ada jadwal operasi dan sudah mengirimkan pesan ke Mahira. Agar Mahira bisa menyiapkan keperluan Nando.

Namun ketika Nando sampai di depan pintu kamar, Nando terhenti lalu menoleh kebelakang dan menatap Mahira dengan tatapan dingin, sehingga Mahira langsung mendadak kaku.

"Ehmmmm....... Kak Mee...Ra..... pulang terlambat dan sa...ya... Di suruh untuk......."

"Cukup! Aku bisa menyuruh Bi inem untuk menyiapkan semuanya," Ucap Nando. Lalu Nando masuk kamar

Chapter 2

Brukkkkkk

suara pintu kamar, karena Nando membanting pintu kamar.

Mahira hanya bisa mengelus dadanya, matanya langsung memerah dan dia menyeka air matanya yang jatuh tanpa diminta membasahi pipi Mahira.

Mahira bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.namun saat semua sudah siap,  Nando sangat suami dan kedua anak tirinya tidak juga masuk ke ruang makan. Hampir satu jam lebih Mahira menunggu belum juga datang. Mahira sadar jika dia adalah sang pengganggu di rumah itu.

Mahira lalu berdiri mengambil makanan di dapur dan memakannya disana, setelah itu Mahira menyuruh Bibi inem untuk memanggil mereka. Dan benar saja Nando beserta kedua anak nya masuk ke ruang makan dan duduk di meja makan dan makan malam bersama tanpa kehadiran Mahira.

"Aku harus bagaimana? Sampai kapan aku seperti ini? Aku bukan pelakor, aku tidak berniat menjadi perusak rumah tangga orang lain." Gumam Mahira dalam hati.

*

**

***

Meera pulang dan melihat suami nya yang masih fokus pada laptop. Dia tersenyum kecil lalu mencium pipi suami nya, Nando membalas dengan memanggut bibir Meera. Meera reflek mundur karena belum mandi.

"Kenapa?" Tanya Nando.

Di depan Meera, Nando seorang suami yang lembut dan romantis, namun di depan Mahira Nando berubah menjadi sosok suami yang dingin dan cuek.

"Tentang Mahira, sampai kapan Mas Nando bersikap dingin padanya? Bahkan Mas juga tidak pernah tidur di kamar Mahira," ucap Meera.

"Bukannya kamu seharusnya senang jika aku tidak peduli dengannya?"

Meera menghela nafas kasar, Meera duduk disamping Nando sambil menaruh tas branded nya.

"Tidak ada seorang istri yang mau di madu, namun berbeda dengan kasus Mahira.

Mahira korban p*****n dari Mas Nando walaupun Mas Nando waktu itu sedang tidak sadar melakukannya . Mahira seumuran dengan Dinda putri kita dan setidaknya Mas Nando harus ingat adanya karma," ucap Meera dengan nafas kasar.

Nando tidak peduli adanya karma bahkan dia tidak mempercayai karma itu ada. Baginya karma hanya ketakutan semua orang yang sangat berlebihan.

Meera memandang sang suami dengan kesal karena lebih fokus pada pekerjaan daripada mendengarkan omongan Meera.

"Semua yang kita lakukan pasti akan mendapatkan karma nya Mas. Aku takut jika Mas bersikap seperti ini akan menjadi Boomerang pada keluarga kita," Ucap Meera.

" Jangan sok menceramahi aku! Aku melakukan ini semua karena aku tidak ingin menyakiti perasaan mu. Sudahlah,aku sangat lelah,aku mau tidur," Ucap Nando sambil menutup laptopnya lalu berbaring di ranjang.

Meera menghela nafas kasar, dia langsung berjalan ke kamar mandi, setelah mandi badan nampak segar, Meera menuju kamar Mahira. Meera memastikan apakah Mahira sudah tidur atau belum.

Meera membuka pintu kamar Mahira,dia melihat Mahira meringkuk sambil memeluk guling. Meera mematikan lampu kamar Mahira dan menyalakan lampu tidur yang ada di atas meja.

Setelah kepergian Meera, Mahira membuka mata, air matanya lolos begitu saja membasahi pipinya karena yang sudah di tahan ketika Meera datang.

Jika bukan karena Meera sangat baik padaku walaupun secara tidak sengaja aku sudah menyakiti hati nya karena aku menikah dengan suami nya. Tapi kebaikan nyonya Meera membuat ku semakin tertekan. Karena merasa tidak enak telah menyakiti hati wanita yang sangat baik padaku.

"Apakah aku harus pergi dari sini? Apa yang harus aku lakukan? Mahira bertanya tanya seorang diri.

Ibu....... Bapak..... Mahira tidak kuat menghadapi semua ini. Meera menangis sambil berbicara dalam hati seorang diri

*************

Sebagai seorang istri,aku juga ingin mendapatkan perhatian,kasih sayang, belain dari suami ku, namun apalah dayaku. Aku hanyalah istri kedua yang tidak diharapkan, keberadaan ku tak pernah di anggap, bahkan usia kehamilan ku yang sudah menginjak 8 bulan, Mas Nando masih saja acuh padaku , aku juga tidak mau seperti ini , namun apalah daya takdir berkata lain dan sudah ada bayi di dalam rahim ku. Aku menyeka air mataku.

Di malam yang sunyi ini menjadi pelengkap penderitaan ku. Hanya guling yang setia menemani ku tidur selama ini, tidak ada belaian lembut dari suami.

Andai saja waktu itu aku bisa berontak saat dia memperkosa ku, mungkin ini tidak akan pernah terjadi. Namun apalah dayaku tubuh ku yang kecil ini tidak mampu melawan kekuatan pria yang berstatus menjadi suami ku saat ini. Walaupun usia dia berkepala 4 tapi tenaga nya sungguh sangat besar membuat aku tidak berdaya pada malam itu, .malam yang merusak masa depan ku. Aku tidak tahu pada siapa aku harus mengadu penderitaan ku.

Awalnya aku menolak ketika Nyonya Meera datang agar suaminya bertanggung jawab karena sudah merusak masa depan ku. Aku tidak mau menikah dengan pria yang mempunyai istri. Aku tidak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan pernikahan mereka. Tetapi Nyonya Meera tak tega dengan ku yang seorang yatim piatu, Nyonya Meera menyuruh suami nya menikahi ku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang sudah mem****sa ku.

Oh ya, sampai lupa karena begitu berat nya beban hidup ku. Namaku Mahira putri, aku blasteran Turkey. Aku tidak tahu keberadaan bapak ku dimana, ibuku dulu seorang TKW di Taiwan. Dan ketika ibuku pulang, ibuku sudah berbadan dua, karena aku tidak tahu keberadaan bapak ku jadi orang sekitar ku taunya aku seorang anak yatim, dan ibuku meninggal ketika aku berusia 10 tahun. Sudah genap penderitaan ku. Hidup sebatang kara di dunia ini.

Kriet......

Aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Nyonya Meera yang datang. Ya, Nyonya Meera hampir tiap malam sebelum tidur selalu datang ke kamar ku. Untuk melihat keadaan ku. Mungkin untuk memastikan aku sudah tidur atau belum. Memang Nyonya Meera sangat baik. Entahlah terbuat dari apa hatinya dia rela dimadu walaupun aku tahu pasti dia sangat terluka.

Tapi Nyonya Meera memperlakukan aku layaknya keluarga.

Aku menyeka air mataku yang membasahi pipi ku dan aku langsung menutup mataku, aku tidak ingin Nyonya Meera tahu kesedihan ku, aku tidak ingin membuat wanita yang sungguh sangat baik padaku mengkhawatirkanku aku. Aku tidak ingin merepotkan nya lagi. Setelah beliau menyelimuti tubuhku dia keluar kamar,aku membuka mataku dan lagi lagi aku menangis, sampai bantal tidur ku basah karena seringnya aku menangis.

Aku tidak tahu mengapa semenjak aku hamil aku mudah menangis, padahal dulu aku sosok gadis yang tegar, strong.

Selang beberapa menit setelah Nyonya Meera keluar dari kamar ku .

Kriet....

Aku mendengar pintu kamar ku terbuka kembali. Saat air mataku mengalir. Aku mendengar suara yang familiar. Tapi bukan suara Nyonya Meera.

"Tuan....." Ucapku refleks dan langsung terbangun dan duduk di ranjang ku.

"Aku terpaksa tidur disini, jangan hiraukan aku!" Ucap Tuan Nando.

Kemudian Tuan Nando menuju ranjang ku, membuat aku shock. Ini baru pertama kalinya Tuan Nando tidur di kamar ku,dan aku memperhatikan gerak gerik nya. Akhirnya Tuan Nando merebahkan tubuhnya di tepi ranjang ku, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh nya.

"Cepatlah tidur!" Perintah nya dibalik selimut.

Sontak aku terkejut dan segera mengikuti nya, aku membaringkan tubuhku membelakangi nya. Bukannya aku bisa tidur dengan kehadiran nya, justru aku tidak bisa tidur dan merasa canggung.

"Besok bangun jam 5 pagi!,kita jalan pagi" Sambung nya. Semakin membuat aku shock, hampir tidak bisa aku percayai dengan apa yang aku dengar barusan.

"Ba...ik....Tu...an... " Saking shock nya sampai membuat aku gugup dan menjawab sampai terbata-bata.

Chapter 3

Dagh Digh. Dugh

Jantung ku berdetak kencang. Aku tidak tahu mengapa aku sangat bahagia. Malam ini terasa sangat menyenangkan. Mas Nando ayah sahabat ku Dinda yang dari dulu aku kagumi, walaupun sulit untuk aku gapai namun kini dia menjadi suami ku, walaupun aku tidak bisa memiliki hati nya. Biarlah rasa ini aku pendam sendiri.

Malam ini terasa sangat panjang,baru pertama kalinya dia tidur di sebelah ku. Dan aku mendengar dengkuran halus Mas Nando. Rupanya Mas Nando sudah terbuai ke alam mimpi. Sedangkan aku, aku masih grogi sebab ini baru pertama kalinya Semakin aku mencoba memejamkan mataku, semakin susah untuk ku tidur. Aku mencoba melirik ke arah Mas Nando yang sudah terlelap. Aku pandangi pria yang usianya berkepala 4 ini masih sangat lah tampan. Pantas saja banyak wanita yang ingin mendekati nya, walaupun sudah mempunyai istri dan dua anak.

**********

Ke esokan harinya

Jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul 04:30 aku segera bangun kemudian mandi lalu menunaikan kewajiban ku, untuk melakukan sholat shubuh.

Mas Nando adalah seorang pria yang menepati janji. Jam sudah menunjukkan pukul 05:0am

" Cepat ganti baju mu dengan baju santai, setelah itu ayo jalan."

Ucap Mas Nando setelah itu dia masuk kamar untuk cuci muka dan bersiap siap.

Mahira langsung berganti baju dengan santai, Mahira pikir Nando akan lama dikamar mandi. Namun ketika Mahira sedang membuka baju.

Aaaaaaaa......

Mahira langsung teriak. Karena

Nando keluar dari kamar mandi. Ketika Mahira naked.

Mahira refleks nutup tubuh nya yang dengan kedua tangan nya. Nando berjalan mendekati Mahira. " Mengapa kamu tutupi?"

Sambil menyingkirkan tangan Mahira yang menutupi tubuh nya.

"Aku sudah pernah melihat nya dan aku tidak tertarik sama sekali" ucap Nando dengan sangat pedas.

Dan mampu menusuk jantung Mahira. Sungguh kata-kata yang menyakitkan.

Namun Mahira masih saja berusaha untuk tersenyum dan segera melanjutkan memakai pakaian nya. Namun Nando tanpa sepengetahuan Mahira.Nando memandangi Mahira yang sedang memakai baju tanpa berkedip.

Akan tetapi Nando tidak tertarik sama sekali pada gadis didepannya. Karena memang seumuran dengan putri nya.

"Cuci wajah mu dulu, aku tunggu di depan" Ucap Nando

"Baik Tuan.'

Mahira mencuci wajah nya dan tak terasa air mata nya jatuh. Setelah selesai mencuci muka Mahira mendekati Nando yang sedang pemanasan.

"Sudah " tanya Nando

Mahira mengangguk, mereka mulai berjalan kaki memutari area kompleks perumahan elit.

Matahari masih bersembunyi di balik awan, namun beberapa orang sudah keluar sekedar berolahraga.

Mahira berjalan sambil meremas rok nya, dia benar benar sangat canggung berjalan berdampingan dengan suami nya.

Mahira melirik Nando yang masih fokus memperhatikan jalan di depan nya. "Masha Allah sangat tampan sekali, sungguh sangat beruntung bagi siapapun yang di cintai oleh nya." Gumam Mahira dalam hati.

"Apa rencana mu setelah melahirkan?" Tanya Nando tanpa melirik ke arah Mahira.

" Sesuai perintah Tuan, saya akan menyerahkan bayi ini pada anda dan pergi jauh sangat jauh dari kehidupan anda." Jawab Mahira dengan hati yang memendam kesedihan.

" Bagus setelah itu goda pria lain yang beristri, sampai hamil dan jadilah benalu dalam rumah tangga orang lain ! Itulah pekerjaan mu? Betapa bodoh nya aku melakukan itu padamu saat aku mabuk. Bahkan aku tidak tau apakah kamu masih perawan atau tidak. Sungguh aku sangat sial malam itu."

Dada Mahira langsung terasa nyeri sungguh kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh menyayat hatinya. Sungguh sangat kejam perkataan nya. Padahal faktanya dialah yang telah merenggut kehormatan Mahira.

" Saya tidak senista itu Tuan, saya gadis baik-baik."

" Jika kamu perempuan baik-baik, maka malam itu tidak akan pernah terjadi jika kamu memberontak."

"Bagaimana saya memberontak,? tenaga Tuan sangat besar, dan tubuh saya terlalu kecil untuk melawan Tuan."

Setelah itu mereka melanjutkan jalan pagi nya. Mahira memperlambat langkah kakinya. Mahira tertinggal jauh dari suaminya.

" Jika aku tau kamu akan menyakiti hati saya seperti ini, lebih baik aku tidak ikut jalan pagi." Gumam Mahira dalam hati.

Tiba-tiba mata Mahira berkunang-kunang, kepala nya terasa sangat pusing, banyak bintang yang menari nari di atas kepala nya

Brukkkkkk

Reflek Nando menoleh kebelakang, setelah mendengar sesuatu yang terjatuh. Dan benar saja rupanya Mahira jatuh pingsan.

"Sialan..." Nando mengumpat sambil mengangkat tubuh Mahira yang jatuh tergeletak.

***********

Dikamar Mahira

"Baru pertama kali jalan pagi dengan Mahira sudah dibuat susah sampai pingsan," Omel Meera pada suaminya. Meera mengusap rambut Mahira dengan lembut.

"Entahlah mengapa ketika dekat dengan gadis ini,aku selalu sial," jawab Nando.

"Meera menatap suaminya dengan kesal ,Meera menyelimuti Mahira dan berkacak pinggang menghadap suaminya.

" Jaga Mahira! Hari ini mas libur kan? Usia kandungan Mahira sudah menginjak 8 bulan Mas, Mas sebagai suami nya harus siaga!"

"Kamu istri yang tidak waras,Mer. Kamu nyuruh aku menjaga madumu sendiri. Tolong jangan berpura - pura kuat! Aku tau kamu hampir setiap malam menangis gara-gara bocah sialan ini hadir ditengah tengah rumah tangga kita." Protes Nando.

Tanpa ada yang tau jika Mahira sudah siuman dan mendengar perdebatan sepasang suami istri yang dulu harmonis, kini hancur karena kehadiran nya.

Tes .....

Air mata jatuh membasahi pipi Mahira. Mahira merasa sedih, hatinya terasa bagai ditusuk belati, saat mendengar semua.perdebatan antara Kakak madunya dengan sang suami.

Betapa kejamnya sang suami yang secara tidak langsung menyakiti perasaan nya. Perkataan nya yang keluar dari mulutnya menyayat gadis polos yang berstatus sebagai istri mudanya. Padahal semua ini adalah kesalahan Nando yang sudah tega memperkosa nya.

Benar-benar pria yang tidak punya hati, pria br***k

"Ra,kamu sudah sadar?" Tanya Meera sambil menggenggam tangan Mahira.

Mahira mengangguk dan berusaha untuk bangun namun di cegah oleh Meera.

Meera memberikan air putih pada Mahira.

"Ayo, minum dulu,Ra,!"  Meera memberikan gelas yang berisi air putih kepada Mahira dan membantu nya untuk minum.

Nando masih berdiri memandang kedua istrinya yang akur. Seharusnya Nando senang karena kedua istrinya akur. Malah justru Nando merasa kesal dan mau melangkah kan kakinya keluar kamar, namun dicegah oleh Meera.

"Mas Nando mau kemana?" Meera bertanya kepada sang suami. Nando menoleh ke arah Meera istri pertama nya.

"Aku lapar, ingin makan."

"Aku harus segera berangkat ke rumah sakit,  Mas Nando harus menjaga Mahira!" Perintah Meera dengan nada penekanan karena Meera tidak mau menerima kata penolakan dari suaminya.

Nando menatap istrinya Meera yang cantik.  Meera tidak takut dengan tatapan tajam sang suami. Nando dan Meera memang sama-sama keras kepala. Mahira merasa tidak enak langsung menimpali.

"Kak Meer, saya sudah lebih baik jadi biarkan Mas Nando pergi. Aku tidak apa-apa Kak!"  Ucap Mahira

Nando tersenyum kecut, sangat risih sekali mendengar Mahira memanggil nya Mas.

Mahira terpaksa memanggil Mas karena ada di depan Meera.

Meera menghela nafas lalu berpamitan berangkat kerja pada Mahira, Mahira mengangguk dan kini Mahira sendirian di kamar. Mahira menangis sambil menggerutu.

"Entah kapan bisa terbebas dari keluarga ini." Ingin sekali kabur dari sini, tapi harus kabur kemana, karena tidak punya tempat tinggal, dan semenjak hamil Mahira sudah tidak bekerja jadi tidak punya uang untuk menghidupi nya ketika kabur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!