NovelToon NovelToon

Jodohku Duda Kaya

keputusan Tary untuk kerja

Seorang gadis cantik tampak sedang berdiri memandang laut seorang diri, matanya sembab karena terus menangis.

Rambut panjangnya tampak kusut, tatapan matanya kosong, entah apa yang dipikirkan gadis itu bila sekilas orang yang melihat pasti mengira gadis ini akan bunuh diri.

Mentary yang sedang menatap laut lepas menarik nafas panjang dan menghembuskan nya lewat mulut, lalu beranjak untuk pulang kerumah setelah suasana hatinya jauh lebih tenang.

Sesampainya dirumah ia menghampiri bundanya yang sedang duduk menjaga toko kelontong yang dimilikinya.

" Assalamualaikum bun."ucap Tary menghampiri sang bunda.

"waalaikumsalam nak kamu darimana kenapa jam segini baru pulang."tanya bunda cemas.

" Aku cuma ke pantai untuk nenangin diri bun."jawab Tary lirih.

" Nak sampai kapan kamu mau seperti ini terus bunda dan ayah sudah nggak bisa bareng lagi, bunda mohon kamu bisa menerima semua ini bunda nggak mau liat kamu terus sedih nak." ucap bunda.

" Aku cuma butuh waktu bun, kalau gitu aku ke kamar dulu bun."ujar Tary berlalu meninggalkan bundanya sendirian.

Semoga kamu bisa menerima perceraian bunda dan ayah kamu secepatnya nak, bukanya bunda egois nggak mau mempertahankan pernikahan bunda tapi bunda nggak sanggup harus dimadu batin bunda berucap.

Di kamar Mentary menatap sebuah figura foto di atas meja belajarnya, potret keluarga lalu ia merebahkan tubuhnya di kasur dan tengkurap sambil mendengarkan lagu.

Bersamaan dengan kekecewaannya , sebuah lagu milik Samsons ~ kenangan terindah. Terdengar di telinganya lewat aplikasi musik yang sengaja iya putar.

Aku yang lemah tanpamu . . .

Aku yang rentan karena . . .

Cinta yang t'lah hilang dariku. . .

Yang mampu menyanjungku. . .

Bait demi bait Mentary dengarkan, matanya terpejam menemani sakit hati yang masih bersemayam didalam relung hatinya atas perceraian kedua orang taunya. Nyatanya perceraian kedua orang tuanya menciptakan sakit sedalam ini rasa sakit dan kecewa.

Selama mata terbuka. . .

Sampai jantung tak berdetak. . .

Selama itupun aku mampu untuk mengenangmu. . .

Lalu ia membuka kedua matanya dan membuka aplikasi hijau yang di pakai oleh sejuta umat, lalu ia mengetuk kontak bernama Clara dan mengirim pesan.

Mentary: Ra ada info loker nggak gue pengen kerja.

Setelah beberapa menit balasan pun datang.

Clara: ada di tempat gue lagi ada lowongan Lo mau kalau mau nanti gue bilangin ama bos gue.

Mentary: boleh gue tunggu secepatnya ok.

Clara: ok besok gue kabarin lagi, btw Lo nggak lanjut kuliah usaha nyokap bokap Lo lumayan kan napa gak kuliah aja Tar?

Mentary: Ceritanya panjang kapan-kapan gue ceritain, yah udah Lo istirahat deh gue mau minta izin Ama bunda buat ikut loe kerja.

Clara: ok

Setelah selesai chat dengan Clara Mentary memutuskan menghampiri bundanya di toko kelontong yang terletak di samping rumahnya .

" Bun ada yang mau aku bicarain sama bunda ." ucap Tary.

" Ada apa nak, sini duduk deket bunda." jawab bunda sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya.

" Bun aku mau minta izin buat ikut Clara kerja di jakarta." ucap tary lirih.

" Nak apa kamu nggak pengen kuliah bunda masih sanggup biayain kuliah kamu, kalau kamu mau kuliah nggak perlu kerja."ujar bunda sambil menatap anak perempuannya.

" Untuk saat ini aku nggak ingin kuliah bun aku cuma nggak mau tinggal satu kota lagi sama ayah bun aku nggak sanggup liat ayah bahagia dengan keluarga barunya Bun apa aku salah hati aku sakit bun." jawab Tary dengan mata berkaca-kaca.

" Baiklah kalau itu keputusan kamu, pergilah untuk sementara waktu sampai luka kamu sembuh tapi kamu harus ingat dia tetap ayah kamu, suatu saat kamu butuh ayah kamu untuk menikahkan kamu nak jadi jangan pernah menanam dendam terhadap ayah kamu nak." ucap bunda menasehati.

" makasih Bun karena bunda udah izinin aku buat pergi kerja." ucap Tary lalu memeluk bundanya.

Setelah meminta izin senja pamitan untuk kembali ke kamarnya.

" Kalau gitu Tary balik ke kamar dulu bun."

" Kamu nggak mau makan malam dulu nak bunda sudah masak, makanan kesukaan kamu ayo bunda temenin kamu makan malam dulu baru istirahat."

Setelah itu ibu dan anak pun berlalu menuju ruang makan .

" duduk sini nak biar bunda ambilin makan buat kamu."

" Makasih Bun."

" Sama-sama nak."

setelah itu hanya bunyi dentingan sendok yang beradu dengan piring, selesai makan Tary pun kembali ke kamar dan bunda kembali ke warung kelontong.

Waktu menunjukan pukul setengah delapan Tary yang tidak mengantuk pun akhirnya menghampiri meja belajarnya dan mengambil novel yang berjudul *Jodohku duda kay**a* lalu mulai membacanya.

Keesokan harinya tary membantu bundanya menjaga warung sedangkan bundanya pergi ke pasar untuk belanja, saat sedang asik membaca novel ada anak kecil datang.

" Beli ."

" Beli apa dek ." tanya Tary kepada bocah itu, lalu anak itu menyodorkan secarik kertas dan uang 50000.

" Bentar yah kakak ambilin dulu." yang dibalas anggukan oleh anak tersebut.

Tary yang melihat tulisan itu pun sampai melotot apa-apan ini, masih pagi udah disuruh mikir aja.

Koper apaan lagi ini, ini warung nggak sedia koper ada-ada aja ni yang beli, koper kopi peres atau apa koper ko nya kopi Pernya apa dong masih pagi udah dibikin pusing aja, set dah pelanggan bunda ada-ada aja sih koper ah tinggal dulu yang lain dulu. Ini apa lagi sih boksin astaga apa lagi ini, lantas aku menatap bocah itu dan berkata.

" Dek beli ini buat siapa." tanyaku.

" Buat aku kak ." jawab anak itu sambil mengambil tanganku dan ditempelkan ke dahinya.

Seketika otak aku loading apa hubungannya ama jidat ni bocah tapi jidatnya agak anget sih apa mungkin yang mau dibeli itu obat ok coba ke arah obat nyambungin tulisan ini.

boksin boksin nie bocah lagi anget berarti obat panas boksin oh gue tau bodreksin, koper kopi panas elah apa coba koper kool piper iya kali yah, satu lagi ini apa milon Milo kali tunggu-tunggu mi nya mie kali yah lonnya apa dong masa iya minta kelon ajigile ini kapan kelarnya coba milon saat Tary lagi asik mikir bundanya pun datang.

" Assalamualaikum nak." ucap bunda.

Waalaikumsalam bun."

"Kamu kenapa bunda liat dari jalan ko kaya orang pusing gitu."

" Gimana gak pusing pelanggan bunda pagi-pagi udah ngasih ujian suruh aku mikir

keras bun .

" Ujian apa sih nak ." kata bunda penasaran.

" Bunda liat ni masa ada yang beli nyuruh anaknya pake selembar kertas trus tulisannya itu loh bun, bunda liat aja bun boksin, koper, milon apa coba bun." gerutu Tary ke sang bunda.

Bunda pun tertawa ha ha ha " kamu itu loh nak nak ini tuh koper kool piper, boksin bodreksin trus milon itu." sebelum bunda selesai bicara Tary menyahut dengan cepat.

" milon minta kelon gitu ."

" Hus kamu ini milon itu minyak telon." ujar bunda sambil menabok lengan anaknya.

" Lagian ngapain tulisannya ngajak tebak-tebakan mana masih pagi belum sarapan pula kan bikin darting bun."

" udah sini kasih bunda biar bunda yang ambilin." selai bunda mengambil pesanan bocil yang bisa bikin darting lalu bunda menotal dan memberikannya pada anak itu.

" Makasih yah dek maaf nunggu lama kakanya gak tau soalnya." ujar bunda kepada anak tersebut yang dianggukin oleh anak itu lalu anak itupun pergi dari warung.

" Bun emang sering ada yang beli pake kode- kode gitu yah ko bikin pusing aja kenapa gak ditulis aja yang jelas."

" anak itu cuma tinggal Ama nenek dan kakeknya yang nulis pasti neneknya jadi ya gitu." ucap bunda.

" Udah kamu sarapan dulu aja itu bunda udah belikan kamu nasi Kuning sekalian itu belanjaan kamu susun di kulkas biar warung bunda yang jaga."

" Hmm." hanya ku jawab dengan deheman akupun berlalu ke dapur sambil membawa belanjaan sang bunda,sesampainya di dapur aku membereskan semua belanjaan ke kulkas dan sarapan. Selesai sarapan aku ke kamar dan mengambil hp aku yang sedang aku cas.

Lalu aku buka aplikasi WhatsApp dan aku liat Clara sudah memberi jawaban kalau aku disuruh berangkat secepatnya ke jakarta untuk mulai kerja di toko roti tempat Clara kerja.

Akupun keluar kamar dan mendatangi bunda.

" Bun Clara bilang aku udah boleh masuk kerja secepatnya bun, kalau menurut bunda aku berangkat pas hari Senin sore boleh nggak bun." tanyaku pada bunda.kulihat bunda menghelai nafas panjang dan menghembuskan lewat mulut lalu berkata.

" Kamu udah yakin mau kerja nggak mau lanjut kuliah." Tanya bunda.

" Serius Bun lagian aku bosen dirumah mau ngapain."

" Baiklah kalau itu udah jadi keputusan kamu bunda nggak bisa melarang lagi yang penting kamu disana jaga diri baik- baik nak jangan tinggalkan sholat, jaga pergaulan jangan kecewain bunda ok nak."

" Baik bun aku pasti bakal ingat pesan bunda, ya udah kalau gitu aku mau siap-siap dulu yah bun aku mau Peking baju-baju aku dulu." kata Tary lalu beranjak masuk kedalam rumah.

Sedangkan bunda hanya menatap anak gadisnya yang mulai tumbuh dewasa dengan tatapan sendu.

keberangkatan tary ke Jakarta

Setelah pembicaraannya saat itu dengan bundanya, esok sorenya pun Mentary langsung berangkat ke jakarta.

" Bun aku pergi dulu yah jaga diri bunda baik-baik jangan sampai telat makan bunda harus sehat terus ok." ucap tary dengan mata berkaca-kaca.

" Kamu juga jaga kesehatan jangan sampai telat makan jangan tinggalkan sholat ingat selalu pesan bunda yah nak." ucap bunda lirih menahan tangis.

" kalau gitu aku pergi dulu bun assalamualaikum." ucap tary setelah melepaskan pelukan sang bunda dan masuk kedalam mobil travel yang ia pesan.

" Waalaikumsalam nak ." jawab bunda dengan tangis lirihnya, setelah mobil perlahan meninggalkan pekarangan rumah bunda pun masuk ke dalam warung.

Diperjalanan Tary menyumpal telinganya dengah headset sambil mendengarkan lagu kesukaannya.

Sekitar setengah lima subuh tary pun sampai di depan kontrakan yang ditempati oleh sahabatnya Clara. Lalu tary keluar dari mobil dan mengeluarkan barang bawaannya dari mobil dan membayarnya.

Setelahnya Tary berjalan ke arah gerbang yang terbuka disitu dia meliat sahabatnya sudah berdiri menunggunya.

" Gimana perjalan lo, mabok gak lo." ucap Clara.

" Gak lah emang lo, kalau naik mobil suka mabok." jawab Tary.

" Dah ah masuk yo diluar dingin njir demi lo nie gue tungguin depan gerbang."

" utututu temen gue yang paling cantik makasih yah ." ujar Tary sambil mengandeng lengan sahabatnya, sesampainya dikamar tary meletakkan tasnya di samping tempat tidur dan ia pun langsung merebahkan badannya yang pegal karena semaleman duduk.

" Besok lo mau langsung masuk kerja atau besoknya lagi." tanya Clara ikut merebahkan tubuhnya disamping Tary.

" Langsung aja lah lagian masih ada waktu buat istirahat sampe besok pagi, emang jam berapa berangkatnya?" tanya Tary.

" Jam setengah delapan dari kontrakan sih soalnya kalau jalan kaki butuh waktu 15 menit lah buat sampai toko."

" Ok lah masih banyak waktu buat istirahat sekarang aja baru jam empat."

" Ya udah tidur gih gue juga mau tidur lagi."

Mereka berdua pun lanjut tidur dan bangun saat alarm di hp Clara bunyi.

" hoamm" Tary menguap sambil membuka kedua matanya lalu membangunkan Clara.

" Ra bangun oi udah jam setengah tujuh, gue mandi duluan yah ." lalu tari beranjak pergi ke kamar mandi untuk mandi, beberapa menit kemudian Tary pun keluar dari kamar mandi dan Clara masih tidur.

" Ra bangun ih udah jam tujuh lewat entar telat loh masuk kerjanya." ujar Tary.

" Hoamm jam berapa emang." tanya Clara sambil menguap lalu beranjak duduk ditepi kasur.

" etdah udah gue bilang jam setengah tujuh lewat buruan ih mandi."

" Iya bawel." katanya berdiri dan melangkah kearah kamar mandi.

Lima belas menit kemudian Clara pun usai mandi lalu melangkah ke arah lemari mengambil baju untuk ia kenakan, setelahnya Clara menghampiri tary yang sudah duduk di depan teras rumah kontrakan mereka.

" Kuy lah jalan sarapannya nanti beli dijalan aja, lo mau sarapan apaan?" tanya Clara.

" Bubur ayam kayanya enak tuh ada kang bubur." ucap Tary.

" hmmm."lalu mereka berdua pun menghampiri tukang bubur ayam tersebut.

" mang buburnya dua yah yang satu pake sate ati mang, lo mau pake apa?" tanyanya pada Clara.

" Punya saya sate usus aja mang." ucap Clara kepada tukang buburnya.

" Siap neng gelis sakedap deui ." jawab si tukang bubur.

Sambil menunggu pesanan di buat mereka mengobrol sambil memainkan ponsel, lima menit kemudian pesanan mereka bedua pun diantar ke meja mereka.

" mangga tuang heula neng." ujar si penjual bubur dan beranjak pergi.

" etdah ini bubur suruh dituang dimana, bukannya disuruh makan lah disuruh tuang." ucap tary bingung.

" Eh dodol maksud si mang bubur itu suruh dimakan bukan dituang ." kata Clara sambil menoyor kepala Tary.

" Ye mana gue tau orang dia bilang mangga tuang heula neng, kan gue jadi salah tanggap dah lah gue mau makan." ujar Tary langsung memakan bubur ayam tersebut.

" serah lo deh yang waras ngalah."ujarnya lalu ikut menikmati bubur ayam tersebut.

Lima menit kemudian usai menghabiskan bubur ayam itu mereka pun beranjak dan menghampiri si penjual bubur untuk membayar.

" Jadi berapa mang dua porsi sama sate usus dan sate hatinya satu" tanya tary ke si penjual bubur ayam.

" Dua puluh enam rebu neng." katanya.

Tary pun memberikan uang tiga puluh ribu, saat penjual akan memberi kembaliannya Tary pun berucap.

" Kembaliannya ambil aja mang, nggak usah di kembaliin. Ucap Tary.

" Hatur nuhun neng." ucap si penjual.

" Sama-sama mang do'ain saya cepet dapet jodoh yang kaya raya ya mang, biar saya nggak usah capek- capek kerja tinggal ongkang-ongkang kaki aja." ucap tari sambil cekikikan.

" Amin mamang do'ain semoga neng cepet dapet jodoh yang kaya raya." kata si penjual bubur.

" Etdah mang nggak usah ditanggepin temen saya mah kurang seons obatnya abis belum beli lagi." ucap Clara.

" Enak aja kurang seons, lo tuh yang kurang seons." sewot Tary lalu beranjak meninggalkan kedai bubur ayam, dan di ikuti oleh Clara.Sedangkan si penjual bubur hanya geleng- geleng kepala melihat tingkah kedua pelanggannya.

Lima belas menit kemudian mereka bedua pun sampai di toko roti, dan langsung masuk karena pintu toko sudah dibuka oleh teman mereka yang memang diberi amanat untuk memegang kunci toko roti itu.

" Kak Linda, kak sisil kenalin teman aku yang mau kerja disini namanya Mentary biasa dipanggil Tary." ucap Clara memperkenalkan sahabatnya kepada kedua teman kerjanya.

" Kenalkan nama aku Tary kak mohon kerja samanya yah kak." ucap Tary.

" Hai nama aku sisil salam kenal juga." ucap perempuan berambut pendek.

" Hai kalau nama aku Linda kamu bisa panggil aku kak Linda kayanya saya lebih tua dari kamu ." ucap perempuan satunya yang berhijab.

" Kalau gitu aku ajak Tary ganti baju dulu yah kak Linda kak Sisil." ucap Clara lalu mengajak Tary untuk berganti baju seragam kerja mereka karena ditoko roti ini pekerjanya mendapatkan baju seragam.

" Ok ." jawab keduanya kompak.

" Oh iya btw mereka bedua itu dibagian yang buat kue yah Ra ." tanya Tary.

" Iya mereka bedua yang buat roti-roti yang dijual disini ada lagi kak Lia bagian keuangan tapi belum Dateng kayanya deh " katanya sambil mengganti baju ke seragam kerjanya.setelah itu mereka pun keluar dari ruang ganti dan menuju kedepan untuk menyusun roti yang sudah siap untuk di pajang di etalase.

" Pagi Ra." sapa Lia. " ini teman kamu yang katanya mau kerja." lanjut Lia bertanya.

" Iya kak kenalin nama aku mentary biasa dipanggil Tary." Tary memperkenalkan dirinya.

" Hai juga nama saya Lia kamu bisa panggil saya kak Lia kaya Clara dan yang lain, yaudah kalau gitu saya masuk ruangan saya dulu ok selamat bekerja." kata Lia dan beranjak menuju ruangannya.

" Iya kak" Jawa keduanya bersamaan.

Siang itu toko roti pun rame pelanggan sampe aku pun bergantian makan siang dengan Clara,karena toko benar-benar sedang ramai.Usai makan siang kita lanjut menjaga toko yang masih lumayan ramai, saat pengunjung mulai berkurang pemilik toko tersebut datang dan menghampiri mereka bedua.

" Selamat siang Bu Nina." sapa Tary dan Clara bersamaan.

" Siang, ini teman kamu yang kamu bilang itu ,udah mulai kerja hari ini." tanya sang pemilik toko roti.

" Iya Bu ini teman saya namanya Mentary ." jawab Clara.

" Hallo Bu perkenalkan nama saya Mentary biasa dipanggil Tary, makasih karena ibu udah izinin saya buat bekerja di toko ibu ." ucap Tary dengan sopan.

" Sama-sama saya Nina pemilik toko roti ini kamu bisa panggil saya ibu Nina seperti yang lain, semoga kamu betah kerja disini yang rajin yah kerjanya."ucap si pemilik toko roti.

" Iya Bu saya janji bakal rajin kerjanya." jawab Tary.

" Ya udah kalau begitu saya tinggal keruangan saya, semangat kerjanya kalian bedua." ucap Bu Nina lalu melangkah meninggalkan kedua pegawainya dan memasuki ruangannya.

" Eh Bu Nina kelihatannya orangnya baik yah Ra." kata Tary.

" Emang Bu Nina tuh bos yang baik banget suka ngasih bonus kalau omset lagi tinggi, bonusnya lumayan lagi makanya gue betah kerja disini." jawab Clara.

Obrolan mereka pun berakhir karena pelanggan berdatangan silih berganti, sampai malam pun toko ini ramai pelanggan. Tepat pukul sembilan toko pun tutup, mereka pun mulai bersiap untuk menutup toko dan pulang ke rumah masing-masing.

" Akhirnya nemu kasur juga badan gue pegel semua anjir dari pagi mondar mandir terus gila tuh toko rame terus kaya gitu Ra tiap hari." tanya Tary kepada Clara.

" Ya gitu lah emang toko roti Bu Nina selalu rame cabangnya juga banyak di beberapa kota." jawab Clara dan berlalu menuju kamar mandi untuk menyegarkan badannya yang lengket karena sudah seharian bekerja.

" Mandi gih udah malem." ucap Clara, Tary pun beranjak dari kasur dan masuk ke kamar mandi.

Beberapa bulan kemudian

Beberapa bulan kemudian

pagi itu sekitar jam sepuluh Tary baru bangun tidur karena hari ini libur, menguap lebar sambil mengucek kedua matanya lalu beranjak duduk. Lantas Tary mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Clara karena memang hari ini toko sedang libur.

" Baru bangun lo, nie gue beliin nasi uduk buat lo ." dan meletakkan di atas meja lipat dekat kasur dan ia pun duduk di pinggir kasur dan memainkan phonsel nya.

" Lo habis dari mana pagi-pagi udah ngilang aja lo." ucap tary beranjak ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka.

" Cari makan lah laper gue sekalian beli kuota internet, jalan Yo tar ke mana ke bosen gue dikontrakan mulu." ucap Clara saat melihat Tary keluar dari kamar mandi.

" Kuy lah gue juga bosen pengen refreshing." ujar tari sambil sibuk membuka bungkusan nasi uduk dan memakannya.

Satu jam kemudian dua jomblo itu pun menuju mall di kota itu, dan menuju ke time zone untuk bermain.

" Tar main itu yo." ucap Clara menunjuk permainan basket dan berjalan ketempat permainan tersebut sambil menarik tangan Tary untuk mengikutinya.

" set dah anjir kaget gue main tarik aja lo untung gak nyungsep gue." dumel tary kepada sahabatnya.

" He he he lama sih lo jadi gue tarik aja." jawab Clara cengengesan, lalu mereka pun bermain dengan hebohnya.

satu jam kemudian mereka kelelahan karena sudah mencoba banyak permainan.

" Ra haus gue beli minum yo ." ajak Tary.

" Kuy lah gue juga haus mana capek banget lagi ." saat mereka bedua sedang menunggu pesanan minuman, tiba-tiba dateng seorang anak laki-laki sekitaran usia tiga tahunan.

" Mami Mami Mami Zayan mau di gendong sama mami." ucap anak laki-laki itu sambil menarik-narik baju yang tary pake.

" Anjir anak siapa tar, lo udah punya anak tar ." ucap Clara celingukan mencari sosok orang tua bocah itu.

" Anak dari Hongkong gue aja nggak pernah nikah, yakali tiba-tiba punya anak Segede dugong." sewot Tary lalu jongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan bocah tersebut.

" Ganteng gini dibilang dugong rabun emang mata lo tar, mana imut banget lagi gondol bawa pulang boleh gak sih." ucap Clara sambil mengusap rambut bocil itu.

" Boleh Tante yang penting Zayan ikut sama mami." ujar anak itu menatap Clara dengan tatapan polosnya.

" Aduh anak siapa sih gemesin banget." ucapnya sambil mencubit pipinya dengan gemes.

" Adek kesini ama siapa kenapa sendirian mama dan papanya kemana." tanya tary meliat sekeliling siapa tahu ada orang yang kehilangan anaknya.

" sama papi tapi papi sibuk telfonan mami jadi Zayan ikut mami aja ok." ujar bocah itu.

" Trus mami kamu kemana apa cuma pergi bareng papi doang." tanya Tary.

" sama papi aja kan mami disini gimana si mami masa tanya mami Zayan dimana ya disini ini mami Zayan." ujar anak itu.

" anak duda kayanya Tar bapaknya seganteng apa yah kira-kira, anaknya aja ganteng banget kesempatan kenalan ama duda ganteng ini mah Tar jangan di sia-sia in." ucap Clara.

" Pala lo duda, dada duda dada duda iya kalau duda kalau bukan mau jadi pelakor lo." sewot Tary.

" duda itu apa mami." tanya bocah itu penasaran.

" Maaf kak pesanan kaka." sela mba-mba penjual minuman itu.

" Eh iya kak makasih."

" sama-sama kak."

" Adek mau kakak anter ke papi kamu, tadi papi kamu dimana." tanya Tary kepada anak itu

" Di atas."

"Hah diatas trus Lo turun sendiri cil bahaya tau kalau kamu kenapa-kenapa gimana hah." omel Clara kepada anak itu.Lalu anak itu ngumpet di belakang Tary karena takut sama Clara yang marah sambil melotot.

" Ra ih nie bocah takut liat Lo melotot kaya gitu tau sawan yang ada dia di gituin sama lo."

" Abisan gue kaget nie bocah turun lewat eskalator sendirian Tar."

" Adek lain kali kalau nggak ada orang dewasanya kamu nggak boleh sembarangan naik eskalator itu bahaya ngerti." ucap Tary dengan lembut tidak seperti Clara yang spontan bicara keras dan melotot kepada anak itu.

" Iya mami Zayan minta maaf lain kali Zayan nggak gitu lagi janji." ucap Zayan dengan mengulurkan jari kelingkingnya dan tary pun menautkan kelingkingnya juga. Tary pun beranjak berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Zayan lalu menggendong nya.

" Ayo kakak anter ke papi kamu, papi kamu pasti panik nyariin kamu yo Ra antar ni bocah." ajak Tary dan melangkah menuju ke eskalator untuk naik ke lantai atas tempat permainan.

Sedangkan di lantai atas seorang lelaki sedang kebingungan mencari anaknya yang baru saja ia tinggal telfon dengan klayennya, "ya ampun kamu kemana sih Zayan bikin papi panik aja dumel lelaki itu dengan lirih.

" Maaf Bu ibu liat anak ini tidak." ucap lelaki itu sambil memperlihatkan foto anaknya.

" maaf mas saya nggak liat tuh."

" oh makasih." lalu ia pun beralih bertanya kepada orang yang ia temui disitu.

" maaf dek ada liat anak kecil ini nggak."

" maaf om nggak liat." lelaki itu makin panik karena anaknya tidak kunjung ditemukan.

" maaf mba liat anak kecil ini tidak."

" Oh iya saya tadi liat dia di bawah di kedai boba mas "

" makasih mba ." lelaki itu pun lari menuju eskalator untuk menuju ke bawah, saat di eskalator mata nya terus melihat ke segalah arah saat dia melihat kearah eskalator untuk menuju keatas dia melihat anaknya di gendong oleh seorang perempuan muda. Ia pun berteriak memanggil anaknya.

" Zayan . . . . Zayan . . . Zayan papi disini." teriaknya tidak peduli jadi perhatian bayak orang.

" Tar denger nggak ada yang teriak manggil manggil nie bocah." tanya Clara.

" Iya gue juga denger, Zayan denger nggak dek." tanya Tary lalu dia melihat ke arah eskalator arah turun dia melihat seorang lelaki berparas tampan teriak memanggil nama Zayan.

" Gila ganteng banget Tar, eh cil itu bapak lo." tanya Clara kepada bocah yang ada di gendongan Tary.

" Ra gak usah bikin malu deh heboh banget." sewot Tary malu sama orang-orang yang ada di eskalator.

" Iya itu papinya Zayan mami kenapa mami mau kenalan ama papi, nanti Zayan kenalin deh tapi papi Zayan kaya kulkas, kata Tante Cika papi kaya kulkas pintu dua. Eh tapi papi Zayan kaya ko nggak miskin beneran deh nggak bohong ."jawabnya polos.

" Ha ha ha ha ."lepas sudah tawa Clara saat bocil dalam gendongan Tary menistakan papinya mana ngatain papinya kaya kulkas lagi ada-ada aja nih bocah gebragannya.

" Udah deh Ra nggak usah ketawa mulu kaya orang setres lo."

" Abisan nie bocah ada-ada aja bapaknya sendiri dikatain kaya kulkas orang ganteng gitu juga ." jawab Clara masih cekikikan.

Sedangkan di eskalator sebelah sana terlihat seorang lelaki dengan panik menaiki eskalator dengan ter buru-buru takut anaknya di culik.

Sesampainya diatas saat tary mau melangkah menuju kursi dekat eskalator seorang pria berteriak.

" Diam disitu jangan kemana-mana." teriaknya sambil berlari menuju eskalator untuk turun.Sesampainya dibawah dia berhenti sejenak untuk mengambil nafas karena lelah berlarian sedari tadi untuk mencari anaknya.

" Turunin anak saya kamu mau bawa anak saya kemana, jangan berani-beraninya kamu mau bawa kabur anak saya." ucapnya ngegas.

" Papi jangan marah-marah sama mami nanti mami Zayan kabur loh." ucap Zayan kepada papinya.

" Zayan kamu panggil dia apa mami dia bukan mami kamu dia orang asing jangan asal ikut dengan orang asing berbahaya kamu tahu tidak." ocehnya panjang lebar.

" Kamu berani-beraninya ngajarin anak saya buat panggil kamu mami, kamu mau manfaatin anak saya buat minta uang ke saya mau berapa hah bilang nanti saya kasih." ucapnya pedas.

" Udah ngebacotnya lo kira gue serendah itu manfaatin bocah ini buat minta uang ke lo, gue masih mampu kerja cari uang dan asal lo tau anak ini tiba-tiba dateng nyamperin gue ama temen gue yang lagi beli minuman di lantai bawah. trus anak lo tiba-tiba manggil gue mami gue tanya dia disini ama siapa dia bilang sama papinya tapi papinya sibuk telfonan gak merhatiin anaknya yang masih butuh pengawas lo tau anak Lo turun naik eskalator sendirian kalau nie bocah kenapa-kenapa emang lo nggak ngerasa bersalah sibuk boleh tapi perhatiin anak lo jangan sampai lengah, dan asal Lo tau gue cuma mau nganterin dia ke papinya karena gue nggak tega kalau biarin dia naik eskalator sendirian buat balik ke atas, jadi jaga mulut lo jangan asal nuduh orang sembarangan paham". Lalu tary menyerahkan anak itu ke orang tuanya setelah itu dia menarik tangan Clara dan beranjak pergi dari sana dengan wajah dongkolnya.

" Eh eh eh Tar pelan woy jatuh nanti gue elah main tarik aja kaya narik anak sapi." sewot Clara.

" Sebel gue ama tuh orang sekata-kata ngatain orang bukanya ditanya baik baik." jawab Tary sewot.

" Tapi ganteng Tar gue aja terpesona ilah belum kenalan Lo malah narik-narik gue gagal kan kenalan ama duren." ucap Clara cengengesan.

" Pis damai Tar damai gak usah melotot kaya gitu serem gue liatnya." menunjukan tanda pis dengan jari tangannya,"serem juga liat Tary melotot kaya gitu" batin Clara.

Setelah mendengar ocean perempuan tersebut panjang lebar, lelaki itu diam mematung dan marasa bersalah karena sudah menuduh yang tidak-tidak kepada perempuan itu.

" mami . . . Mami . . . Mami Zayan mau ikut mami ." teriak Zayan sambil menangis.

" Diam dia bukan mami kamu ayo pulang jangan bikin keributan kalau gak mau papi tinggal." ancamnya pada sang anak karena mereka bedua jadi tontonan banyak orang.

" Zayan mau ikut sama mami mau mami papi ." ucapnya sesenggukan.

" Sudah papi bilang dia bukan mami kamu udah jangan nangis lagi." pria itu pun menggendong anaknya turun menggunakan eskalator menuju lantai bawah.Sesampainya di besmen ia pun menuju mobilnya dan meletakkan anaknya di kursi samping kemudi, lalu melajukan mobilnya untuk pulang.

" Papi bilang berhenti jangan nangis lagi apa mau papi turunin dijalan hmm." katanya menakut-nakuti anaknya.

" Zayan mau sama mami mau mami papi."ucapnya terus menangis.

" Papi nggak suka liat anak papi nangis kaya gini papi udah bilang orang itu bukan mami, Zayan nggak bisa sembarangan memanggil mami ke orang yang tidak dikenal kalau orang itu orang jahat gimana Zayan mau di pisahin ama papi nggak ketemu papi lagi mau." katanya dengan nada tegas, dan membiarkan anaknya terus menangis sesampainya dirumah dia melihat ke arah anaknya yang tertidur di kursi samping kemudi,lalu dia turun dan menuju pintu di sisi lain dimana anaknya tertidur kemudian ia menggendong anaknya untuk dibawa masuk kedalam rumah.

" Assalamualaikum ." pria itu mengucap salam.

"Waalaikumsalam Zayan ketiduran kamu langsung bawa ke kamar aja biar dia istirahat."titah sang mama pada nya.

"Zayan mau mami mami. . . Mami . . . Mau ikut ama mami."igaonya Dalama tidur.

" Mami siapa yang disebut mami sama Zayan cel."tanya perempuan paru baya itu pada putranya.

" Nanti aku jelasin ke mama sekarang aku mau bawa Zayan ke kamar dulu sus kamu temanin anak saya di kamarnya." titahnya kepada suster anaknya.

" Baik tuan." lalu membuntuti tuannya untuk kemar anak asuhnya.

Zayan pun diletakan di kasurnya sebelum pergi meninggalkan anaknya ia pun mengecup keningnya lama," maafin papi yang udah lalai jagain kamu maafin papi belum bisa ngasih apa yang Zayan inginkan." bisiknya pelan ditelinga anaknya sebelum beranjak ia pun mengecup kening anaknya sekali lagi, lalu berjalan menuju pintu untuk keluar.

Sesampainya dibawah ia pun duduk di depan mama papanya.

" Jadi kenapa tiba-tiba Zayan mengigo memanggil mami apa yang terjadi sebelumnya kenapa dia tiba-tiba kaya gitu." tanya sang mama penuh selidik.

" Tadi di mall Zayan sempat hilang."belum sempat ia menyelesaikan ucapannya mamanya sudah memotong ucapannya.

" Apah hilang kamu ngapain sampai-sampai anak kamu hilang hah!! kamu ngapain aja jawab mama AXCEL." murka sang mama kepada anaknya.

" Mama tenang dulu jangan marah-marah nanti darah tingginya kumat loh ." sang suami menenangkan istrinya yang sedang marah terhadap anaknya.

" Tenang kamu bilang pah gimana mama bisa tenang coba kamu ceritain yang jelas kenapa cucu mama bisa sampai hilang." Axcel pun menceritakan semuanya tanpa di tambah-tambahin atau dikurang- kurangin.

" Keterlaluan kamu bukannya mengucapkan terima kasih karena sudah menolong anak kamu, malah menuduh orang sembarangan kamu mikir gak gimana perasaan orang itu hah." murkanya pada sang anak.

" Maaf mah aku tadi panik jadi langsung ngomong kaya gitu kedia." sesalnya karena dia sudah memarahi perempuan yang menolong anaknya.

" Harusnya kamu minta maaf sama perempuan itu bukan sama mama."

" istighfar mah jangan marah-marah terus inget darah tinggi mah." ucap suaminya menenangkan.

" astaghfirullah punya anak laki satu ko ya kaya gini amat mama gak mau tau kamu harus cari orang itu dan minta maaf, mama gak mau kamu membuat orang sakit hati setelah ngelakuin kebaikan ke kamu denger tidak." ucapnya dengan kencang.

" Iya mah." parahnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!