NovelToon NovelToon

Mertua Limited Edition

Prolog

Memiliki Mertua yang mencintai dan menyayangi menantunya itu adalah hal yang jarang terjadi, kebanyakan dari mertua selalu seenaknya pada menantu, apalagi jika anak-anak lelaki itu lebih memilih istrinya daripada orangtuanya terutama sang ibu.

Stigma ini dipatahkan oleh Seorang mertua yang memeiliki 3 menantu perempuan dengan latar belakang berbeda, tapi sangat menyayangi mereka melebihi anak mereka sendiri.

Dia adalah sorang perempuan sekaligus menantu, dia juga pernah merasakan bagaimana menjadi menantu, itulah sebabnya ketika dirinya memilikinya dia berjanji untuk menyayangi dan mencintai menantu seperti anaknya sendiri.

Jika anak-anak nya menyakiti menantunya maka tidak ada maaf untuk anaknya.

Cerita baru yang menguras air mata silahkan dibaca yah😁😁

BAB 1

Hari ini adalah hari kelahiran menantu pertamanya, dia sangat senang karena bisa merayakan ulang tahun putri dari mendiang sahabatnya itu. Tetapi rasa senang itu berubah menjadi amarah yang begitu besar melihat sesuatu yang terjadi didepan matanya.

"Apa yang kalian lakukan pada menantuku??". Teriaknya dengan penuh amarah.

Perempuan Parubayah bernama Shofiyah itu mendekati mereka dengan kepalan tangan yang siap menghajar siapapun.

Teriakan itu menghentikan aksi seorang ibu dan anak yang tengah mengeroyok seorang perempuan. Mereka menelan salivanya melihat kemarahan yang terpancar di bola mata sang parubayah itu.

"Eh besan, kami sedang memberi peringatan pada anak kami Almira". Ucap parubayah lainnya dengan gugup.

"Memberi peringatan?? Tanyanya dengan dingin.

Pandangannya menelisik penampilan menantunya yang tampak memprihatinkan, giginya bergemeletuk dengan amarah yang meluap.

"Dia sudah kurang ajar pada saya selaku orangtuanya besan". Ucapnya dengan gugup melihat ekspresi tidak bersahabat dari besannya.

"Pergi dari sini sebelum saya melaporkan kalian ke polisi, ingat dia adalah menantu saya, jangan pernah coba-coba berbuat seperti ini lagi, jika tidak mau hidup kalian susah". Ucapnya dengan dingin

"Tidak bisa seperti itu besan, dia harus patuh kepada saya, saya orangtuanya, anda cuma mertuanya". Mona menatap Shofiyah tidak suka.

"Dia hanya anak tiri, jangan lupa jika dia adalah anak sahabat saya, putri dari Rukayyah, bukan putrimu, jangan pikir aku tidak tahu bagaimana kau memperlakukan nya selama ini, aku punya banyak bukti jika kamu masih melakukannya lagi, bersiaplah masuk penjara". Shofiyah menatap tajam besannya ini.

"Akan ku adukan ini kepada suamiku, aku tidak terima dengan semua ini". Geram Mona pada sikap Shofiyah kepadanya.

Shofiyah menghampiri Mona dan kini mereka berhadapan dengan wajah yang persis berhadapan.

"Saya bahkan bisa menyeret kalian semua ke penjara termasuk suami kamu yang tidak tahu diri itu, aku memegang bukti kelakuan kalian selama ini pada Almira, jadi jangan pernah mencari keributan denganku dan juga menantuku". Shofiyah menatap penuh amarah langsung pada bola mata Mona.

Dia tidak akan membiarkan siapapun melukai menantunya, termasuk yang mereka sebut orang tua.

"Apa maksudmu?? Tanyanya dengan gugup.

"Aku punya bukti jika kau dan suamimu memalsukan segala hal terutama dokumen kepemilikan, lihat saja semua akan kembali kepada menantuku tidak lama lagi, tidak akan kubiarkan kalian mengambil apa yang menjadi warisan dan haknya".

"Jangan mengada-ada kalau berbicara". Tawa nya dengan sumbang.

Dia khawatir akan ancaman Shofiyah itu karena yang dia dengar dari suaminya, Shofiyah adalah pengacara yang sangat handal selama ini jadi dia sangat tahu bagaimana memproses segala masalah yang ada.

"Pergilah, kita akan buktikan setelah ini, saya pastikan apa yang kalian nikmati selama ini akan kembali kepada pemiliknya, camkan itu, ayo nak". Shofiyah memapah menantunya dengan sayang.

"Kami tidak akan pergi, dia harus memberiku uang membeli mobil". Teriak anak perempuan seumuran dengan menantunya itu.

"Memang kau siapa, kalau mau mobil yah kerja, jangan bisanya minta, memalukan sekali, anak dan ibu sama saja, dasar benalu tidak tahu diri". Ucap Shofiyah memandang anak perempuan itu dengan tatapan merendahkan.

"Jangan ucapan tante". Teriaknya tidak terima dihina.

"Terus apa namanya kalau bukan benalu tidak tahu diri, menganiaya orang karena tidak memberikan uang, , sungguh tindakan tidak bermoral, aku punya video kalian saat kalian menganiaya menantuku tadi, bersiap saja masuk penjara dengan ibumu kalau kau masih melakukannya lagi pada menantuku". Ucap Shofiyah dengan sinis.

Keduanya saling pandang dengan raut wajah yang ketakutan, mereka tidak mau masuk penjara yang tidak enak sama sekali itu. Bagaimana pekerjaannya jika dia masuk penjara. Mereka berdua langsung pergi meninggalkan keduanya dengan tergesa-gesa.

"Dasar manusia pecundang, tidak tahu diri". Umpat Shofiyah dengan kesal.

Almira mengulum senyumnya mendengar umpatan mertuanya yang terdengar kasar dan penuh kekesalan. Dia bersyukur mendapatkan mertua yang begitu menyayanginya.

"Bagaimana keadaanmu nak, kamu baik-baik saja?? Tanya Shofiyah dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja bunda, jangan galak-galak, bunda marah-marah malah buat aku gemes bukannya seram". Almira memeluk sang mertua dengan sayang.

"Memang Ada orang gemesin sedang amarah??, kamu ini ada-ada saja nak, ayo kita pulang obati beberapa lukamu, atau kamu mau kita kerumah sakit?? Tanyanya lagi dengan perhatian.

"Tidak perlu bunda sayang, ini bisa diobati dirumah kok, jangan khawatir yah". Ucap Almira dengan manja.

"Ya sudah terserah kamu aja nak, jika kamu merasa enakan di obati dirumah". Shofiyah menggandeng tangan menantunya masuk kedalam rumah.

Shofiyah memang tidak tinggal dirumah menantunya, dia memang tidak mau tinggal bersama anak dan menantunya, dia ingin anak-anaknya hidup mandiri dan dewasa dalam berumah tangga, dia bahkan bercerai dari suaminya karena banyaknya campur tangan keluarga terutama ibu mertuanya, itulah sebabnya dia tidak mau ikut tinggal bersama menantunya padahal mereka semua Memperebutkan dirinya untuk tinggal bersama mereka.

"Ayo kita masuk bunda, anak-anak pasti senang melihat bunda datang". Almira tersenyum sambil membuka pagar rumahnya

"Nenek". Teriak dua bocah Almira itu begitu melihat nenek mereka datang ke rumah mereka.

Nenek yang selalu mereka rindukan, nenek mereka ini sangat menyayangi semua cucunya tanpa membedakan sekalipun. itulah sebabnya mereka sangat menyayangi neneknya itu.

"Adudu cucu nenek, sabar sayang, jangan lari-larian nanti kalian jatuh, pelan-pelan aja oke". Ucapnya membungkukkan badannya untuk memeluk kedua cucu kembarnya itu.

Almira hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya itu yang sangat manja pada sang nenek.

"Ayo kita masuk nenek, didalam ada mommy, ibu dan juga dek Fatur Serta kedua om ". Ucap mereka dengan senang.

"Mommy dan ibu kalian datang nak, kok dia tidak mengabari nenek?? ". Tanya Shofiyah penasaran.

Almira menghela nafas, kejutan mereka akhirnya gagal total karena insiden yang menimpanya, dia memang sudah janjian dengan kedua iparnya untuk memberikan kejutan pada ibu mertuanya di hari ulang tahunnya tapi sudah gagal karena kedua bocil tidak bisa menyimpan rahasia maklum mereka baru berusia 10 tahun.

"Kamu tahu mereka datang nak?? Tanya Shofiyah dengan mata menelisik.

"Iya bunda, tadinya itu kejutan untuk bunda, tapi kedua anak-anak sudah memberitahu bunda, gagal deh kejutan kami". Ucap Almira dengan sedih.

"Kalian ini ada-ada saja nak, kamu yang ulang tahun kok malah bunda yang diberi kejutan". Shofiyah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Mereka akhirnya masuk kedalam rumah, kemudian disambut dengan tatapan terkejut dari anak-anak dan juga kedua menantunya.

"Loh kok bunda ada disini?? ". Tanya Sintia dengan terkejut.

" Iya dek, bunda sudah tahu dari anak-anak tadi didepan saat menyambutnya, adek tahu sendiri kedua bocah ini bagaimana". Pasrah Almira.

"Yah gagal deh kejutannya". Ucap mereka dengan lesu..

BAB 2

Shofiyah mengulum senyumnya melihat anak dan menantunya itu sedih karena gagal memberikan kejutan, dia memang terkejut karena anak-anak dan menantunya datang tanpa mengabarinya.

"Muka kalian jelek banget jika pasrah begitu". Ejek Shofiyah dengan wajah meledek.

"Bunda mah, kita mau buat surprise, eh malah ketahuan duluan". Sungut Sintia dengan manja.

"Iya bunda mah ga asyik, orang kita mau kasih kejutan karena bunda selalu protes kami tidak datang, eh malah keduluan bocil". Sungut Rahayu mempoutkan bibirnya dengan manja.

"Adududu menantu cantik-cantik nya bunda, jangan cemberut dong, muka kalian nanti jelek, bunda senang dan terkejut kok tadi, tidak biasanya kalian datang tidak mengabari, ini malah datang sendiri tanpa Diundang". Senyum mengejek Shofiyah layangkan pada menantunya itu.

"Ya namanya juga kejutan bunda, kalau bilang-bilang namanya bukan kejutan, itu namanya pemberitahuan". Kesal Rahayu.

"Sudah-sudah, ayo kita makan-makan saja yuk". Ajak Almira dengan girang.

Mereka menurut perkataan Almira dan duduk di meja makan untuk makan bersama merayakan ulang tahun menantu pertama keluarga Brata.

"Bagaimana keadaan bunda, aku dengar dari kak Almira bunda sedang sakit?? Tanya Sintia dengan penuh perhatian

"Iya begitulah nak, namanya juga orangtua". Shofiyah mengelus tangan menantunya itu agar tidak khawatir.

"Oh iya tadi aku dengar suara keributan didepan rumah, apakah ada masalah?? Rahayu menatap intens sang ibu mertuanya.

"Iya suara bunda kedengaran banget dari dalam, seperti marah-marah entah marah sama siapa". Sintia juga ikut menatap sang mertua

"Iya nak, bunda tadi marah sama ibu dan adik tiri kakak kamu, mereka itu memaksa Mira untuk memberikan mereka uang membeli mobil, padahal Mira setengah mati bekerja, mereka mau enaknya saja". Sungut Shofiyah dengan kesal.

"Mereka datang lagi?? Heboh keduanya.

Mereka memang tahu kisah kakak ipar tertua mereka itu, dia memiliki keluarga gila uang dan selalu merongrong sang kakak untuk memberikan mereka uang, bukannya berusaha dan bekerja, malah ongkang-ongkang kaki seenaknya.

"Ih coba aku disitu sudah habis mereka aku cakarin, entah dimana mereka taroh malu coba, bisa-bisanya mereka sampai bertingkah seperti itu" Rahayu kesal sambil meremas-remas ujung taplak meja.

"Iya, kalau aku jadi bunda tadi sudah ku hadiahkan wajah mereka tamparan maut sampai mereka tidak semena-mena sama kak Almira". Kini gantian Sintia yang mengomel dengan kesal.

Almira menatap kedua iparnya ini dengan senyum tulus, dia sungguh beruntung mendapatkan ipar yang sangat baik kepadanya walau bukan saudara tapi mereka menyayanginya.

Percakapan mereka terhenti karena terjadi keributan didepan rumah Almira, tepatnya di depan rumah karena pintu mereka kunci jadi tamu tak diundang itu menggedor-gedor pintu dengan tidak sabaran.

"Siapa yah nak, kok begitu banget ketuk pintunya?? Shofiyah menatap ketiga menantunya bergantian dengan kening mengkerut

"Seperti nya itu ayah ku bunda, istri dan anaknya pasti sudah mengadu padanya, makanya dia datang kesini". Almira menghela nafas kesal.

"Ya sudah, ayo kita liat maunya apa itu manusia satu". Sungut Shofiyah menggandeng menantunya itu,.

Rahayu dan Sintia ikut menemani keduanya menghadapi ayah kakak iparnya itu, sedangkan Suami-suami mereka sedang bekerja itu sebabnya mereka saja yang datang sendiri.

"Mau apa kau kesini". Shofiyah berkacak pinggang menatap tajam lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Kau ada disini?? Tanyanya dengan gugup.

Dia tidak tahu jika besannya ada disini, istrinya hanya melapor jika anaknya kurang ajar dan akan memberikan pelajaran. Tapi dia tidak akan berkutik jika sahabat dari mendiang istri pertamanya ada disini.

"Ya memang kenapa, ini rumah anak dan menantuku, mau apa kau?? ketus Shofiyah.

"Aku mau bicara dengan Almira". Ucapnya berusaha tegas.

"Mau bicara apa, anak dan istrimu mengadu lagi, aku yang memperlakukan mereka seperti itu bukan Almira, jadi kau berurusan dengan saya, mau mobil kok tidak kerja, enak banget, kalian pikir uang itu dipetik seperti daun, seenaknya minta". Jengkel Shofiyah menunjuk muka Pak Ridwan ayah Almira itu dengan kasar.

"Almira itu anakku, kau tak ada hak ikut campur, kau hanya mertuanya". Ucap Ridwan tidak terima.

"Makanya kerja Ridwan jangan hanya jadi benalu, dulu kau pekerja kantoran dengan gaji dan jabatan yang bagus, kenapa sekarang kau seperti laki-laki tak punya harga diri menghidupi anak dan istrimu dengan meneror uang pada anak pertama mu, kau tidak malu, sudah mencampakkan ibunya sampai dia mati sekarang anaknya juga kau buat tersiksa, pake otak". Shofiyah mendorong kasar Ridwan dengan penuh emosi.

Ridwan mengangkat kepalanya mendengar kalimat sarkas, kasar dan hinaan dari Shofiyah itu.

"Aku tidak peduli apa yang kau katakan, dan kau Almira, kau harus memberikan apa yang kami minta, kau harus berbakti, aku ayahmu". Hardik Ridwan dengan kasar dan mencengkeram tangan sang anak dengan keras.

Cengkraman itu membuat Almira meringis kesakitan, melihat hal itu, amarah Shofiyah memuncak. Dia tidak terima memantunya dikasari seperti itu.

"Harusnya kau malu Ridwan, dulu kau berbangga diri meninggal kan Amara dengan putri kecilmu karena ingin menikahi janda gila sampai Amara stres dan meregang nyawa, dan kau mengambil seluruh yang dia miliki karena kau menjadi wali satu-satunya Almira, sekarang kau mau memperlakukan Almira dengan memerasnya setelah yang dia miliki kau rampas dengan kejam, kau manusia biadab tidak tahu diri". Umpat Shofiyah melepaskan cekalan tangan Ridwan dan menampar keras wajah Ridwan hingga sudut bibirnya berdarah.

Wajah Shofiyah dipenuhi kemurkaan, mengingat bagaimana menderita nya sahabatnya dan juga menantunya itu. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi lagi, dia akan melindungi menantunya dengan sekuat tenaganya

"Bunda sabar". Kedua menantunya yang lain menenangkan amarah dan emosi sang bunda tenang.

"Pergi kau dari sini, tidak akan ku biarkan kau menindas Almira lagi, sudah cukup kau membuatnya kehilangan ibunya dan juga warisannya, aku tidak main-main Ridwan, jika bukan karena permintaan Almira, kau sudah membusuk dipenjara, sialan". Umpatnya dengan kasar.

"Aku akan membawa ini ke jalur hukum, aku tidak terima kau perlakukan aku seperti ini Shofiyah". Ucap Ridwan dengan dingin.

Dia menatap Shofiyah dengan amarah tertahan dan juga emosi yang membara.

"Silahkan, kita lihat siapa yang akan masuk penjara, jangan pikir aku tak punya banyak bukti akan kelakuanmu pada Almira selama ini". Sinis Shofiyah memandang Ridwan meremehkan.

"Bunda". Mata Almira berkaca-kaca melihat sang mertua membelanya mati-matian seperti itu

"Pergi kau, kalau tidak akan aku panggilkan seluruh warga untuk mengusir mu, karena berusaha berprilaku tidak baik kepada menantuku. Kau tidak lupa bukan jika aku bisa mengusir mu dari rumah yang kau tempati sekarang".

"Apa maksudmu?? gugup Ridwan.

"Kau tidak lupa kan jika aku punya surat kuasa mengamankan sertifikat rumah itu?? Shofiyah memandang Ridwan dengan tatapan meremehkan melihat Wajah pucat pasi Ridwan itu

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!