Udara di bulan ini terasa lembab dan siang hari tidak lagi begitu panas seperti sebelumnya. Dedaunan yang sebelumnya menghijau, kini tampak berubah warna kekuningan, sementara di tanah daun yang berwarna kecoklatan berserakan di tiup angin.
Tidak jauh dari pepohonan yang bergoyang di terpa angin, sebuah halaman luas dengan tanaman anggur yang siap dipanen tampak tidak terpengaruh dengan terpaan angin. Diantara buah anggur yang sudah ranum, seekor Musang Bulan melompat dengan riang sambil memegangi buah anggur.
Seolah tidak terpengaruh dengan aktivitas seorang pemuda yang menyapu, Musang Bulan itu justru sesekali bersikap usil melemparkan buah anggur yang baru saja dipetiknya.
"Hai, jangan menggangguku" Ucap pemuda tersebut sambil menyapu halaman.
Musang Bulan yang berlindung diantara rimbunan pepohonan itu tetap cuek, ia benar-benar tampak akrab dengan sosok pemuda yang bernama Long Guan itu.
Di Sekte Pedang Langit, Long Guan sudah sejak lama diabaikan. Kabar tentang kepergian ayahnya yang bergabung dengan Sekte Iblis seolah menyandera dirinya yang berada di Sekte Pedang Langit.
Dahulu sejak ia kecil, ia sudah tinggal di Sekte dan hidup dengan nyaman tanpa harus bekerja keras seperti sekarang. Ayahnya bernama Long Aiguo, seorang pendekar berpedang yang sangat terkenal di Sekte. Long Aiguo memiliki banyak jasa besar dalam menyelesaikan misi yang diberikan oleh Sekte, bahkan Sekte mengangkat dirinya sebagai seorang Tetua muda yang sangat berbakat.
Namun kejadian tiga tahun lalu, saat Long Guan berusia 14 tahun ayahnya melakukan tindakan yang melanggar etika. Entah bagaimana ceritanya, Long Aiguo dikabarkan telah menyelamatkan seorang wanita putri dari Sekte Awan Hitam, bahkan Long Aiguo juga tidak kembali ke Sekte Pedang Langit seolah dirinya terjebak oleh pesona wanita iblis yang menyesatkan, itu adalah Xu Yan'er gadis rubah ekor sembilan yang terkenal memiliki sejuta pesona.
Hanya Ketua Sekte Pedang Langit saja yang mengetahui kejadian sebenarnya, namun karena alasan tertentu ia tidak mengungkapkannya ke permukaan.
Selama berada di Sekte Pedang Langit, tahun-tahun berikutnya menjadi masa yang sulit bagi Long Guan. Bahkan karena fitnah keji yang ditujukan pada ayahnya, ia dikucilkan dan tidak mendapatkan pengajaran dari seluruh cabang ilmu beladiri yang diajarkan oleh Sekte Pedang Langit.
Long Guan dihina oleh seluruh murid, diasingkan dan dijadikan sebagai murid pekerja dengan pengawasan yang ketat. Ia hanya diperbolehkan keluar untuk mencari tanaman herbal ke hutan mati. Tempat berbahaya yang jarang dimasuki oleh murid karena banyak hewan iblis yang berkeliaran.
Long Guan tidak patah semangat atau bersedih, dengan kondisinya ia percaya jika ayahnya tidak melakukan pengkhianatan seperti yang dituduhkan. Ia yakin jika ayahnya tidak melakukan kesalahan, oleh karenanya ia akan bertekad untuk membuktikan sekaligus membersihkan nama baik ayahnya di Sekte Pedang Langit.
"Cit.. Cit.." Suara musang bulan memanggil Long Guan.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Long Guan sambil meletakkan gagang sapu.
"Cit.. Cit.. Cit"
Musang bulan itu melompat ke pelukan hangat Long Guan sambil menciumi pakaian Long Guan.
"Ah, geli She Mao" Ujar Long Guan menyebut hewan tersebut.
Di Sekte, She Mao bisa dikatakan satu-satunya teman yang bisa diajak berbicara. Musang Bulan itu ia temukan dari hutan mati saat ia mencari tanaman obat, saat itu She Mao masih kecil dan terluka akibat diburu oleh seekor serigala putih.
Beruntung saat itu Long Guan datang tidak terlambat, meski ia juga mempertaruhkan nyawa namun pada akhirnya serigala putih itu pergi menjauh memasuki pedalaman hutan mati.
Sejak saat itu, hewan yang biasa muncul di malam hari itu menjadi akrab dengan Long Guan. Bahkan She Mao memiliki kebiasaan aneh yang tidak takut menghadapi sinar matahari, ia juga suka buah-buahan seperti layaknya manusia makan.
Tidak berasa mereka bercanda dengan riang, hingga kedatangan seorang murid dari Paviliun obat datang dengan tergesa-gesa.
"Long Guan, cepatlah ke hutan mati. Seorang murid tengah terluka berat dan membutuhkan rumput Spiritual Emas" Ucap seorang pemuda yang memakai baju Sekte.
"Baik.." Ucap Long Guan seperti biasa.
"Cepat lah, kali ini Tetua Mu Chen sendiri yang akan menangani pengobatan" Kata pemuda tersebut dengan nada memperingatkan.
"Ya, aku mengerti" Jawab Long Guan tanpa bisa menolak.
Setelah menyampaikan pesan, pemuda tersebut pergi dengan langkah cepat. Sepertinya memang telah terjadi sesuatu hingga seorang Tetua Paviliun harus tangan sendiri untuk menyembuhkan murid Sekte.
"Apa yang terjadi?" Gumam Long Guan dengan sedikit bingung.
Namun mengabaikan pertanyaannya sendiri, ia segera bergegas pergi untuk menuju hutan mati.
"She Mao, kamu tunggu di sini ya" Ucap Long Guan pada sahabatnya itu.
"Cit.. Cit"
She Mao tidak beranjak, justru ia menggigit lengan baju Long Guan seolah tidak mau berpisah.
"Apakah kamu ingin ikut dan merindukan hutan mati?" Tanya Long Guan sambil tersenyum.
"Cit.. Cit.." Musang Bulan itu mengangguk dengan antusias.
"Baiklah, kamu boleh ikut" Kata Long Guan.
"Cit.. Cit.. Cit.. Cit"
Musang Bulan itu melompat kegirangan, seperti anak kecil yang diberi permen ia tidak mau melepaskan diri dari Long Guan.
Menyaksikan hal tersebut, Long Guan tersenyum bahagia memperlihatkan deretan gigi putihnya yang berbaris dengan rapi.
Tidak lama kemudian, dengan membawa keranjang obat serta beberapa bekal makanan, Long Guan menyertakan She Mao dalam perjalanannya menuju hutan mati.
Sudah hampir satu bulan lebih ia tidak menginjakkan kaki ke tempat tersebut, musim panas sebelumnya menyebabkan cadangan obat melimpah dan tidak ada kejadian khusus. Sehingga Long Guan hanya mendapatkan tugas membersihkan halaman pekarangan Sekte bersama dengan murid pekerja lainnya.
"Musim gugur membuat angin terasa lebih dingin, apakah musim dingin akan datang lebih awal?" Batin Long Guan yang merasakan perubahan iklim secara tiba-tiba.
Meski Sekte Pedang Langit berada di wilayah pegunungan, namun situasi seperti perubahan iklim sangat jarang terjadi. Bahkan dalam catatan sejarah, anomali cuaca seringkali dihubungkan dengan kekuatan gaib yang mampu menentang kehendak langit.
Namun dengan pemahaman Long Guan yang terbatas, ia mengabaikannya dan justru mempercepat langkahnya untuk menuju hutan mati. Beda halnya dengan She Mao, hewan jenis Musang Bulan itu tampak terdiam sambil memandangi langit yang sepertinya menandakan badai angin musim dingin.
She Mao terdiam seolah menyimpan rahasia yang tidak ingin ia ungkapkan, ia kemudian menatap ke punggung Long Guan dari keranjang obat tempat ia berada.
Waktu perlahan berlalu, hingga menjelang senja Long Guan belum menemukan rumput emas. Karena terlalu serius mencarinya ia tidak menyadari jika langkahnya sudah menyimpang dari jalur biasa, kini di tengah ancaman suhu yang berubah ekstrim Long Guan mulai merasakan kepanikan.
Meski berusaha tenang, Long Guan tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya akibat kabut yang sudah turun menyelimuti hutan mati. Area pegunungan yang jarang dikunjungi oleh orang, membuat Long Guan merasakan sedikit ketidaknyamanan.
Dibawah situasi yang tidak menguntungkan, ia tetap memilih melanjutkan langkahnya ketimbang berlindung diantara pepohonan sekitar. Pada keadaan seperti ini ia tidak mungkin menyerahkan diri dari ancaman hewan buas yang banyak tinggal diantara pepohonan.
Dengan jarak pandangnya yang sangat terbatas, Long Guan samar-samar mendengar suara aliran sungai tidak jauh dari tempatnya berada. Memikirkan ia akan bermalam, maka pilihan berada di dekat sungai adalah hal terbaik yang ingin ia lakukan saat ini.
Namun sial baginya, dalam beberapa langkah berikutnya Long Guan terperosok dari dari tepi jurang dengan ketinggian sekitar dua puluh meteran.
"Aaaghhh"
Suara ketakutan tidak tertahankan saat tubuhnya benar-benar terjatuh, beruntung di bawahnya terdapat aliran sungai.
"Byuurr"
Tubuh Long Guan jatuh bebas ke dasar sungai dan tenggelam dalam pusaran air yang dingin dan deras.
Setelah berjuang beberapa saat, ia berhasil menguasai dirinya. Namun sebuah luka berdarah tidak bisa ia hindari ketika ia pertama kali terjatuh membentur bebatuan di pinggiran sungai.
Hutan mati yang membentang luas di Pegunungan Batu, merupakan tempat yang dikelilingi tebing curam. Di bawahnya mengalir sebuah sungai besar, tepat dimana Long Guan kini sedang berjuang keras untuk berenang ke tepian.
Meski tidak mahir berenang, di tengah arus yang deras Long Guan bertekad kuat untuk tetap hidup dengan mengingat kisah ayahnya yang merupakan seorang pahlawan di hatinya.
Saat dirinya masih berada di dalam air, matanya melihat She Mao yang sudah berada di tepian menyelamatkan diri. Memikirkan Musang Bulan itu selamat, hati Long Guan terasa hangat di tengah dinginnya air sungai.
"Cit..Cit.. Cit"
Suara She Mao begitu nyaring di tengah riak sungai yang mengalir deras, membuat Long Guan terjaga dan melihat sebuah batu besar untuk ia tuju sebagai pijakan.
Dengan bersusah payah akhirnya ia berhasil menepi, memeluk batu besar sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
"Hah.. Hah.. Hah"
Long Guan menarik napas dengan cepat, mengumpulkan tenaga untuk bisa mengangkat tubuhnya dari sebagian sisi sungai yang masih merendam hampir setengah tubuhnya.
Setelah berupaya keras, akhirnya ia berhasil melewati bencana dan selamat dari ancaman kematian yang baru saja menerjangnya.
"Akhirnya aku berhasil" Ujar Long Guan dengan bibir bergetar karena menahan dingin.
She Mao yang melihat keadaan Long Guan kembali mencicit, lalu melompat ke tanah dan memimpin jalan.
Long Guan yang sudah kelelahan dan juga menahan sakit di punggungnya, segera mengikuti She Mao dengan langkah perlahan.
"Aku tidak ingin mati di tempat ini" Batin Long Guan sambil menguatkan tekad.
She Mao yang bergerak sambil mengeluarkan suara cicitannya, seolah menuntun Long Guan di tengah situasi hutan yang sudah menggelap.
Long Guan tidak memikirkan keanehan tentang bagaimana kemampuan She Mao menyusup diantara hutan gelap, diantara sisa tenaganya Long Guan hanya berfokus untuk tetap menjaga kesadarannya.
Setelah beberapa waktu berjalan, Long Guan dibawa masuk ke dalam sebuah Gua yang tampak bersih seolah merupakan sarang binatang buas jenis harimau. Gua tersebut terasa hangat, melindungi terpaan angin serta hawa dingin yang menusuk tulang.
Setelah melepaskan pakaiannya, Long Guan berbaring miring sambil berusaha memulihkan tenaganya yang sudah banyak terbuang. Meski ia tinggal di Sekte Pedang Langit, namun ia tidak diajarkan untuk berkultivasi, sehingga Long Guan tidak ubahnya seperti pemuda biasa.
Dengan tangan gemetar ia meraba bagian anggota tubuhnya, luka di punggung kirinya masih terasa nyeri akibat benturan batu. Selain itu, Long Guan juga menyadari jika kantong penyimpanannya telah terlepas diseret derasnya air sungai, sehingga ia merasa frustasi karena tidak memiliki obat-obatan untuk menyembuhkan lukanya.
"Benar-benar sial" Gumam Long Guan dengan menahan kesedihannya.
Sejak menjadi murid pekerja, ini adalah kejadian terburuk yang menimpa dirinya. Tidak hanya gagal mendapatkan rumput emas, tetapi ia juga hampir kehilangan nyawa. Tiba-tiba rasa lelah yang menjalar membuat kedua matanya semakin berat, lalu secara perlahan terpejam dengan kondisi yang memprihatinkan.
"Cit... Cit.. Cit.."
She Mao mencoba membangunkan Long Guan, namun setelah melakukan beberapa kali percobaan usahanya tampak sia-sia.
"Ciiittt..."
She Mao mencicit panjang, lalu melompat-lompat tepat pada sebuah batu kecil di samping batu panjang tempat Long Guan berpaling.
Namun detik berikutnya sebuah keanehan terjadi, ranjang batu yang ditiduri Long Guan bergetar pelan lalu sebuah mekanisme khusus seperti baru saja diaktifkan.
Long Guan yang tidak sadarkan diri tertarik oleh sebuah kekuatan aneh, tiba-tiba tubuhnya sudah berpindah tempat pada aula luas yang dikelilingi batu cahaya.
Selama beberapa waktu berlalu, Long Guan masih tidak sadarkan diri dan entah berapa lama ia sendiri pun tidak tahu. Tiba-tiba ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, namun secara perlahan rasa sakit itu tidak berhubungan dengan luka terbuka di punggungnya yang sebelumnya ia dapatkan saat terbentuk batu di dasar sungai.
Long Guan secara perlahan mulai tersadar dan kesadarannya pun mulai sepenuhnya menguasai jiwanya, namun rasa sakit yang ia rasakan seperti ribuan semut yang menggigit tulangnya. Rasa kesemutan yang menggerogoti sekujur dagingnya juga ia rasakan dengan sensasi yang begitu luar biasa.
Ia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, pikirannya berhenti saat sebuah ingatan yang mengantarkan dirinya pada sebuah ranjang batu tempat ia berbaring di dalam Gua.
"Apakah aku sudah mati?" Batin Long Guan yang belum bisa membuka kelopak matanya.
Meskipun ia sudah memiliki kesadaran jiwa, namun rasa sakit yang hebat membuat seluruh tubuhnya seperti terpaku pada keadaan yang tidak bisa mengerti.
Sejenak ia membayangkan jika tubuhnya sedang disiksa oleh raja neraka, namun mengenang kehidupannya ia tidak menemukan kesalahan yang berarti hingga harus mengalami siksaan seperti sekarang.
"Jika pun harus mati, kenapa harus di tempat seperti ini? Bahkan aku belum sempat memegang tangan seorang gadis" Pikir Long Guan di tengah rasa kesakitannya.
Selama lima hingga enam jam berikutnya, proses menyakitkan seperti robekan itu akhirnya berhenti. Setiap inchi tubuhnya yang kesakitan kini terasa lebih baik, bahkan tulang-tulangnya yang sebelumnya berderak kini juga sudah berhenti. Hal berbeda, sebuah harmoni kehidupan bisa ia rasakan dalam tubuhnya yang baru.
Long Guan merasakan kekuatan fisiknya sangat berbeda dengan sebelumnya, bahkan ia juga menyadari jika tubuhnya lemah hingga tidak sempat diisi oleh makanan dan minuman. Kini, kedutan di tubuhnya telah berubah sepenuhnya menjadi energi vitalitas yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.
Pada akhirnya, Long Guan pun membuka kedua matanya. Setelah melewati proses pembentukan tubuh, ia menyadari jika dirinya berada pada tempat yang berbeda dengan sebelumnya.
"Dimana ini?" Tanyanya pelan sambil berusaha bangun.
Sambil meraba bagian dadanya ia juga merasa tenang, hal penting lainnya yang tersisa dalam hidupnya adalah sebuah kalung pemberian Ibunya yang tidak pernah ia lihat wajahnya. Hanya pesan sederhana ayahnya saja yang mengatakan jika di masa depan kalung tersebut bisa memberinya perlindungan dari seseorang yang terkenal.
Namun hingga ayahnya pergi, ia tidak lagi memiliki petunjuk apapun hanya isu miring tentang hubungan ayahnya dengan putri Ketua Sekte Awan Hitam yang dikatakan sebagai Sekte menyimpang.
Melihat keadaan Long Guan yang sudah bisa duduk, suara yang familiar kembali terdengar di telinga Long Guan.
"Cit..Cit..Cit"
Seekor Musang Bulan melompat gembira, lalu menghampiri Long Guan sambil menggoyangkan kepalanya ke kaki Long Guan.
"Ah, She Mao.. Kupikir tidak akan bertemu dengan dirimu lagi" Ujar Long Guan sambil mengulurkan tangannya.
Long Guan mengelus kepala She Mao dengan lembut, dalam benaknya ia teringat jika She Mao lah yang mengatur perjalanan menuju Gua demi menyelamatkan nyawanya.
Memikirkan semua yang terjadi, hati Long Guan menghangat. Ia kini menyadari jika She Mao bukanlah hewan biasa, ia adalah hewan spiritual yang selama ini telah tumbuh kembang bersamanya.
"Apakah kamu tahu tempat ini?" Tanya Long Guan pada She Mao.
"Cit.." Musang Bulan itu mengangguk pelan.
"Begitu rupanya, lalu bagaimana aku bisa tetap hidup? Apakah itu juga berkat dirimu?" Long Guan kembali bertanya penasaran.
Menghadapi pertanyaan Long Guan, She Mao terdiam lalu mengangkat tangannya ke arah sebuah kolam kecil.
Long Guan mengikuti arah yang ditunjuk oleh She Mao, dalam pandangannya yang kini telah berubah menjadi lebih terang dan jelas, ia mampu melihat obyek hingga berjarak puluhan meter tanpa kesulitan.
Seolah mengerti dengan kebingungan Long Guan, She Mao kemudian mengambil sebuah mangkuk yang tergeletak tidak jauh dari tubuh Long Guan.
"Cit..Cit"
"Jadi kamu yang mengambil air itu untukku?" Tanya Long Guan kemudian.
"Ciiittt"
Musang Bulan itu kembali mengangguk, dalam anggukannya itu terdapat sebuah pengakuan yang ingin ia pamerkan.
"Hahahaha.. Baiklah, nanti aku akan memberikan mu buah anggur serta beberapa buah lainnya hingga kamu makan dengan kenyang" Kata Long Guan yang tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Musang Bulan.
"Cit.. Cit.. Cit.."
She Mao kembali melompat-lompat, lalu berlarian kecil di sekitar tubuh Long Guan.
Melihat adegan ini, Long Guan tersenyum senang dan merasakan jika She Mao memang bukan hewan biasa. Musang Bulan itu memiliki kesadaran spiritual dan juga bisa memahami bahasa manusia, itu artinya Long Guan benar-benar beruntung bisa berteman dengannya.
Di dunia kultivator, selain hewan iblis yang memiliki kegunaan pada manfaat tubuhnya serta inti jiwanya, terdapat juga hewan spiritual yang memiliki manfaat jauh lebih besar dari hewan iblis.
Hewan spiritual adalah makhluk pertapa yang sudah menyerap energi bumi dan langit selama ribuan tahun. Keberadaannya sangat langka dan sulit dideteksi karena ia memiliki indra spiritual yang peka serta memiliki aura penyembunyian diri yang sukar dicari.
Sambil melihat aksi lucu She Mao, Long Guan pun memeriksa luka di tubuhnya yang kini sudah tidak ia rasakan sakit lagi. Bahkan sekilas meraba bagian punggung belakangnya, ia tidak merasakan bekas luka melainkan sensasi lembut dari kulitnya.
Menyadari akan hal itu, Long Guan pun memeriksa dengan seksama telapak tangan serta beberapa bagian kulitnya. Namun, sebuah keajaiban lain terjadi. Selain matanya yang terlihat cerah, kini kulit tubuhnya pun terasa lebih halus mirip dengan kulit wanita namun terdapat kekuatan besar di dalamnya.
"Ada apa ini? Apakah aku bara saja berganti tubuh?" Kata Long Guan dengan terkejut.
She Mao yang melihat keterkejutan Long Guan, segera berhenti melakukan aksinya. Kemudian ia menarik pakaian Long Guan hendak membawanya ke arah kolam air.
"Hai, apakah ini berhubungan dengan kolam air itu?" Tanya Long Guan kembali.
"Cit.. Cit..." She Mao tampak mengangguk.
"Oh, baiklah. Aku akan memeriksanya" Kata Long Guan sambil bangkit berdiri.
Sejenak ia merasakan ada sensasi ngilu di tulang kakinya saat melangkah, seperti seseorang yang baru saja sembuh dari cedera tulang engkel ia berjalan dengan hati-hati.
Long Guan memperhatikan secara seksama, sebuah kolam kecil yang berisi air dengan sumber tetesan kecil dari sebuah batu yang menggantung di langit-langit Gua.
"Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan air sebanyak ini" Pikir Long Guan sambil membuka seluruh pakaiannya.
Selain rasa haus ia juga terpancing untuk membersihkan tubuhnya yang sepertinya sudah bau keringat aneh sejak beberapa waktu lalu.
Saat merendam seluruh tubuhnya, Long Guan merasakan kenyamanan yang begitu luar biasa. Rasa ngilu di tulang engkelnya langsung sirna seolah air kolam ini adalah penyempurna proses pembentukan tulang dan tubuhnya.
Tanpa Long Guan sadari, sebuah untaian energi aneh mulai menjelajahi seluruh tubuhnya. Meski bergerak secara perlahan, semuanya begitu berkesan dengan menimbulkan energi yang menghangatkan.
Hingga berjalan beberapa jam, pikiran Long Guan tersadar jika energi yang ia rasakan benar-benar berbeda dari sekedar kekuatan fisik yang sebelumnya ia latih bersama ayahnya.
"Energi apa ini?" Gumam Long Guan dengan ekspresi terkejut.
Meski ia tinggal di Sekte Pedang Langit yang besar dan terkenal, namun ia hanya diberikan status murid pekerja. Bahkan dengan berita pengkhianatan ayahnya, Long Guan tidak dibiarkan mempelajari satu jurus pun dari ilmu beladiri Sekte Pedang Langit.
Kemudian Long Guan mengangkat rendah tangannya, dari telapak tangannya terasa kumpulan energi hangat dan kuat. Pada saat ini ia merasakan jika telapak tangannya seperti membawa sebuah kekuatan yang mampu menghancurkan batu besar.
Menyadari beberapa perubahan energi di tubuhnya, mata Long Guan bersinar cerah. Kilatan matanya terpancar seperti seorang pendekar yang baru saja dilahirkan ke dunia.
"Akhirnya aku bisa memiliki energi Qi" Sontak saja Long Guan hendak melompat dari kolam air, lebih tepatnya kolam energi.
Pada akhirnya Long Guan menyadari, jika kolam air ini adalah sebuah tempat penampung dari sari pati energi bumi dan langit. Memikirkan akan manfaatnya, Long Guan segera membenamkan kepalanya dan menenggak air itu dengan ganas.
Jika saja para kultivator mengetahui tindakan Long Guan maka betapa irinya mereka mendapatkan harta langit yang di sia-siakan. Di dunia kultivator, setetes air spiritual sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Bahkan bagi seorang alkemis tertinggi, air spiritual adalah bahan utama untuk menciptakan pil yang mampu meningkatkan kultivasi di ranah pendekar dewa.
Di kehidupan ini, ranah kultivasi seseorang bisa dikategorikan sebagai berikut :
Tingkat Pemula;
Tingkat Ahli;
Tingkat Sempurna;
Tingkat Dewa;
Tingkat Setengah Langkah;
Tingkat Abadi.
Setiap tingkat memiliki tiga tahapan, yaitu awal, menengah dan akhir. Bahkan di tingkat Abadi masih ada satu tingkatan lagi yang dikatakan sebagai Kultivator Legenda, orang seperti itu sudah sejak lama tidak ditemukan dan hanya muncul tiap 1000 tahun sekali.
Selama beberapa waktu berikutnya, tubuh Long Guan terus menyerap energi yang tidak terkira. Dantiannya yang sudah terbentuk saat ia tidak sadarkan diri, terus memurnikan energi dengan mengalirkan ke seluruh tubuh Long Guan dan menghasilkan energi Qi murni.
Setahap demi tahap proses peningkatan kekuatan Long Guan berlangsung, hingga ia merasakan jika energinya terus meningkat dan akan segera meledak.
Long Guan tidak menyadari apa yang dinamakan terobosan, kekuatan internal di dalam dirinya masih bergerak bebas tanpa diiringi teknik kultivasi yang memadai. Hanya teknik pernapasan dasar yang pernah ia pelajari dari ayahnya sewaktu ia kecil, sehingga perputaran energi di dalam tubuhnya kini tidak ia ketahui banyak.
Pada akhirnya tubuh Long Guan telah mencapai batas kemampuan, dalam satu gerakan sapuan tangannya sebuah energi besar langsung terhempas.
"Boooommm"
Kolam energi hancur berantakan, air yang mengandung energi berterbangan ke udara diselimuti kabut tipis berwarna perak yang samar.
Long Guan bangkit dan merasakan kilatan energi besar tertanam di dalam tubuhnya, entah berada di tingkatan apa sekarang ia tidak mengetahuinya. Hanya saja, menurut perhitungannya ia bisa dengan mudah mengalahkan selusin murid Sekte hanya dalam satu pukulan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!