Istri Penganti
Episode 1: Perjanjian yang Mengikat
Suasana ruang makan keluarga Ardhinata terasa begitu tegang. Di ujung meja makan yang panjang, Leonardus Ezra Ardhinata menatap kedua putrinya dengan tatapan tegas. Malam itu, dia akan mengumumkan sesuatu yang akan mengubah hidup salah satu dari mereka.
Leonardus Ezra Ardhinata
Adeline, Celestia,
{suara berat sang ayah menggema di ruangan}
Sudah saatnya salah satu dari kalian menepati perjanjian yang dibuat bertahun-tahun lalu
Adeline Valencia Ardhinata, si sulung yang anggun dan penuh percaya diri, meletakkan sendoknya dengan elegan. Dia menatap ayahnya dengan tatapan skeptis.
Adeline Valencia Ardhinata
Maksud papa apa?
Celestia Aurellia Ardhinata, adik yang lebih pendiam namun cerdas, ikut mengangkat wajahnya. Ia merasa firasat buruk menyelimuti hatinya.
Leonardus menarik napas dalam sebelum berbicara
Leonardus Ezra Ardhinata
Dua puluh satu tahun yang lalu, aku dan sahabatku, Gregorius Varellian, membuat perjanjian. Jika kami memiliki anak berlawanan jenis, maka mereka akan dijodohkan. {Matanya beralih ke Adeline}
Dan aku telah memutuskan, kamu yang akan menikah dengan putranya.
Adeline Valencia Ardhinata
Apa?! Papa tidak bisa seenaknya menjodohkan aku seperti ini!
(Tersentak)
Leonardus Ezra Ardhinata
Ini sudah menjadi kesepakatan lama
{kata Leonardus dengan nada dingin}
Dan pernikahan ini akan tetap berjalan
Adeline Valencia Ardhinata
Tapi kenapa aku? Kenapa bukan Celestia saja?
(protes adeline)
Leonardus Ezra Ardhinata
Celestia masih punya masa depan yang harus dia kejar. Dia seorang dokter dan aku tidak ingin mengganggu kariernya.
{Ia kembali menatap Adeline}
Kamu sudah cukup dewasa, Adeline. Pernikahan ini bukan hanya tentang dirimu, tapi juga tentang keluarga kita."
Adeline mengepalkan tangannya di atas meja. Ia memang seorang model sukses, tetapi ia masih ingin menikmati hidupnya
Adeline Valencia Ardhinata
Aku tidak akan menikah dengan pria yang bahkan aku tidak kenal, Papa. Apalagi dengan lelaki yang katanya lumpuh!
Celestia terkejut mendengar pernyataan itu.
Celestia Aurellia A.V
Lumpuh?
Leonardus Ezra Ardhinata
Dominic Alastair Varellian mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu dan kini berada di kursi roda. Tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa dia adalah pewaris keluarga Varellian
(Leonardus mengangguk)
Adeline Valencia Ardhinata
Jadi Papa ingin aku menikahi pria cacat hanya demi menepati janji bodoh itu?
(tertawa sinis)
Leonardus Ezra Ardhinata
{Tamparan Leonardus mendarat di meja dengan keras}
Cukup, Adeline! Aku sudah memutuskan
Malam itu, perdebatan masih terus berlangsung. Namun di dalam hati kecilnya, Celestia merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik perjodohan ini. Sesuatu yang mungkin belum diceritakan oleh sang ayah
Episode 2: Pelarian yang Mengubah Takdir
Dua hari sebelum pernikahan, Adeline duduk di depan cermin, menatap wajahnya sendiri dengan frustrasi. Gaun pengantinnya yang elegan tergantung di balik pintu, siap untuk dikenakan. Tapi hatinya masih menolak.
Adeline Valencia Ardhinata
Aku tidak bisa melakukan ini, (gumamnya)
Malam itu, tanpa banyak berpikir, Adeline mengambil koper kecilnya dan menyelinap keluar dari rumah. Dengan taksi yang sudah ia pesan jauh-jauh hari, ia meninggalkan kota, berharap bisa terbebas dari pernikahan yang tidak ia inginkan.
Ketika pagi menjelang dan keluarga Ardhinata menyadari kepergiannya, suasana rumah berubah kacau. Marisela menangis histeris, sementara Leonardus tampak begitu marah hingga urat-urat di pelipisnya menegang.
Marisela Florence Ardhinata
Papa, kita harus menemukan Adeline!
(seru Marisela putus asa)
Namun Leonardus hanya diam sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke Celestia yang berdiri dengan wajah terkejut
Leonardus Ezra Ardhinata
Tidak ada waktu. Pernikahan ini harus tetap berlangsung. Celestia, kamu yang akan menggantikannya
Celestia Aurellia A.V
Apa?! Papa tidak serius, kan?
(Terkejut)
Leonardus Ezra Ardhinata
Aku sangat serius jika Adeline tidak ada, maka kamu yang harus menikah dengan Dominic. Ini bukan pilihan
(nada tegas)
Celestia ingin membantah, tetapi tatapan ayahnya begitu dingin, seolah tak memberi ruang untuk penolakan. Dalam sekejap, hidupnya yang selama ini ia rancang dengan rapi hancur berantakan.
Tanpa pernah menduga, ia akan menjadi istri pengganti
Langkah Celestia terasa berat saat ia berjalan menuju altar. Gaun pengantin putih yang dikenakan Adeline kini melekat di tubuhnya, tetapi rasanya seperti belenggu yang menjerat kebebasannya. Di hadapannya, seorang pria duduk di kursi roda dengan ekspresi dingin dan tak terbaca
Dominic Alastair Varellian.
Pria itu tampan, tetapi sorot matanya seakan memancarkan ketidakpedulian. Seakan ia sama sekali tak terkejut dengan pergantian mempelai di detik terakhir. Celestia menelan ludah, merasa nyali semakin menciut.
Pendeta mulai membacakan sumpah pernikahan. Suasana di dalam gereja begitu hening, bahkan suara napas pun terasa berat. Saat tiba pada bagian sakral, suara bariton Dominic terdengar untuk pertama kalinya
Leonardus Ezra Ardhinata
Ya, saya bersedia
Saat giliran Celestia, tenggorokannya terasa tercekat. Ia ingin menolak, ingin berlari seperti Adeline. Tetapi tatapan tajam ayahnya yang duduk di barisan terdepan membuatnya sadar tidak ada jalan keluar.
Celestia Aurellia A.V
Saya..
{Celestia mengatupkan matanya sejenak}
Saya bersedia
Dengan satu kalimat itu, hidupnya berubah selamanya.
Setelah cincin melingkar di jari mereka, Dominic menoleh sekilas ke arah Celestia dan berbisik dengan suara rendah,
Dominic Alastair Varellian
Jangan berharap aku akan memperlakukanmu sebagai istri
Celestia menggigit bibirnya, menahan perasaan yang berkecamuk. Pernikahan ini mungkin telah terjadi, tetapi hati mereka masih dipenuhi kebekuan dan ketidakpastian.
Episode 3: Malam Pertama yang Dingin
Malam telah larut saat Celestia melangkah masuk ke kamar pernikahan mereka. Langkahnya ragu, perasaannya campur aduk. Kamar itu luas dan megah, tetapi suasananya begitu dingin—bukan karena suhu ruangan, melainkan karena pria yang duduk di kursi roda di sudut ruangan dengan ekspresi dinginnya.
Dominic Alastair Varellian.
Suaminya sekarang.
Celestia meneguk ludahnya, berusaha mengumpulkan keberanian
Celestia Aurellia A.V
Aku… aku akan mandi dulu
Dominic tidak menoleh. Tatapannya tetap lurus ke luar jendela, menatap lampu-lampu kota yang berkelap-kelip.
Dominic Alastair Varellian
Lakukan apa yang kau mau. Aku tidak peduli
Jawaban itu membuat Celestia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tanpa berkata apa pun lagi, ia segera masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Begitu air mulai mengalir, ia memejamkan mata, membiarkan kehangatan air menghapus kepenatan hari ini.
Ini pernikahan yang bahkan tidak pernah terlintas di pikirannya.
Saat ia selesai dan keluar dari kamar mandi, Dominic masih berada di tempat yang sama. Celestia menggigit bibirnya, merasa canggung. Ia melirik tempat tidur besar yang hanya memiliki satu selimut tebal.
Dominic Alastair Varellian
Kau bisa tidur di tempat tidur. Aku tidak akan menyentuhmu.
(Suara Dominic terdengar datar,)
Celestia Aurellia A.V
Lalu kau?
(menatapnya ragu)
Dominic Alastair Varellian
(Tersenyum miring, tapi tidak ada kehangatan di dalamnya)
Aku tidak butuh kasur untuk tidur
Celestia ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya mengurungkan niatnya. Ia berjalan ke tempat tidur dan duduk di tepinya. Rasa lelah yang menghantamnya sepanjang hari akhirnya membuatnya menyerah. Dengan pelan, ia membaringkan tubuhnya, menarik selimut hingga ke dada.
Namun, meski matanya terpejam, pikirannya tetap berputar. Ini bukan pernikahan yang ia impikan. Ini bukan kehidupan yang ia inginkan. Suaminya bahkan tidak menganggapnya ada.
Di sisi lain ruangan, Dominic tetap terjaga. Matanya yang tajam menatap bulan di luar jendela, pikirannya melayang ke tempat lain.
Tanpa Celestia sadari, pernikahan mereka bukan hanya karena perjanjian lama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!