NovelToon NovelToon

Aku Kamu Dan Dia

KELUARGAKU

Namaku Gita Mandasari. saat ini usiaku 15 tahun. Aku anak tunggal dari pasangan Mama Yulia dan papa Abdullah atau biasa dipanggil Dul.

Dari kecil aku terbiasa hidup serba ada, walaupun di rumah tanpa pembantu aku tetap jarang ke dapur, paling ke dapur cuma cari makanan aja. Kata mama belajar yang rajin biar jadi orang sukses, membanggakan orangtua. Kalo soal bisa masak atau bersih bersih rumah ntar bisa sendiri.

Inilah mamaku yang selalu sayang padaku. Kalo kata papa, perempuan jangan hebat di akademik saja, tapi hebat jadi guru untuk suami dan anak-anaknya, bisa masak, bisa nyenengin suami.

Suami!! belum ah. Umurku masih 15 tahun looo!!! masih panjang perjalanan.

Papaku asli dari Jambi, tepatnya desa Sukasari, kalo dari cerita papaku, dia bukan anak yang berprestasi, melainkan Badung Sering bolak balik ruang BP. Pernah hampir di keluarkan dari sekolah karena menggantung sepeda pak Umar di ketinggian, hanya karena kesal dengan nilai yang di berikan Pak Umar.

Dari cerita Papa juga, dia sempat diusir saat terancam di keluarkan dari sekolah tapi berkat kebaikan Pak Umar, Papa bisa kembali sekolah.

Mamaku orang Jakarta, Mamaku itu adalah anak orang kaya. Kakekku seorang pengusaha yang bergerak di property. Tapi,entah kenapa mamaku tidak tertarik bisnis seperti kakek, padahal dia anak tertua. Mamaku bukan wanita manja seperti anak orang kaya yang lain. Mamaku itu mau mencoba belajar dari bawah. Aku punya uncle yang bernama Jody, tapi meninggal muda karena kecelakaan saat balap motor, terbalik dan meledak katanya.

Untungnya papa walaupun bukan anak orang kaya,tapi mau bekerja di kantor kakek, dan disitulah mereka bertemu.

Oh,ya aku punya pacar namanya Roki. Kami dekat sejak dijodohkan oleh kedua orangtua. Maklum namanya juga orang kaya,hehehe sorry nyombong sedikit. Ini Roki pacarku, nama aslinya Rocky Moldian Spencer. Nama bule tapi face Roki tidak bule melainkan mirip orang timur Arab. Ya, Roki memiliki paras yang diturunkan oleh almarhum ibunya, keturunan Pakistan.

Roki usianya 2 tahun diatasku, saat perjodohan itu usiaku masih 14 tahun, masih kecil kan. Banyak teman temanku yang iri dengan pasanganku. Sebab, Roki pernah mengajar menjadi pembina Pramuka di sekolahku, banyak teman-temanku yang naksir sama Roki.

Dulu, sempat tersiar kabar kalo awalnya Roki mau dipasangkan dengan Rere. Tapi entah ada masalah apa, sehingga rencana itu batal. Kulihat respon Rere terhadap Roki biasa saja. Dan waktu aku dijodohkan dengan Roki, Rere lah orang pertama yang mendukung hubungan kami.

**

"Git, kamu dimana?" Mama menelpon

Ya, Gita namaku. Usiaku 15 tahun, sebentar lagi aku masuk SMA, senangnya bisa satu sekolah dengan roki pacarku.

"Gita lagi di jalan pulang, ma." jawabku saat menunggu kereta untuk pulang ke rumah.

Ya, rumahku di daerah Matraman sedangkan sekolahku di daerah Cinere yang juga bekas sekolah mamaku. Sebenarnya itu lebih dekat dengan rumah Opa. Tapi kadang malas disana, soalnya sepi terus. Pada sibuk semua, mana opa jarang di rumah. Tempuh yang paling cepat ya pake kereta cepat, nggak macet. Aku, Rere dan Ine rumah satu arah, beda dengan Beta yang rumah dekat Cilandak.

"Cepetan papa mau kasih surprise buat kita, ntar keduluan papa sampainya."Suara Mama terdengar heboh.

Lah, kan kita yang di kasih surprise, kenapa yang heboh mama, seolah Mama yang mau kasih surprise sama Papa.

Aku sampai di rumah, kulihat masih sepi belum ada mobil Papa. Yeeee, aku duluan dari papa. Pasti hadiahnya liburan ke luar kota atau keluar negeri.

"Papa pulang" suara papa terdengar dari luar

Aku berlari melihat papa ke ruang tamu. Papa sepertinya membawa banyak barang.

Papaku bekerja menjadi supervisor di pabrik makanan kemasan, padahal dia seorang arsitektur. Mamaku ibu rumah tangga nyambi bisnis kue rumahan.

"Pah, banyak banget barang. Jangan bilang papa di pecat" tanya Mama melihat Papa banyak bawa barang.

"Nanti, papa jelasin. Sekarang papa mau mandi dan makan. Papa udah laper" ucap Papa sambil mengelus perut seperti itu hamil.

Huft!!!! Semoga bukan surprise yang mengatakan papa kena PHK.

Jam 17:00

Kami berkumpul di meja makan, bagi papa makan bersama wajib dilakukan untuk mempererat hubungan keluarga.

Mama masak udang saos kesukaanku, dan sambal jengkol favorit papa. Papa suka sekali sama jengkol, baginya jengkol harus wajib dimeja makan.

Kulihat mama dan papa saling kode kodean.

"Kamu tau, kan impian papa, apa?" Papa memulai pembicaraan.

"Usaha properti, ya, kan. Papa punya cita cita ingin buka hunian yang adem. Jauh dari polusi, papa udah berkali kali cerita jadi Gita dah hapal."

"Pinter anak papa. Dan cita cita papa akan terwujud sebentar lagi. "

"Papa, udah dapat lokasinya. Wah selamat,pa."

"Udah, di desa kakek."

"Yah, pa. Papa akan sering keluar kota dan kita jarang bertemu."

"Ya, nggak dong. Kita semua akan tinggal disana."

"Kapan berangkatnya,pa" tanya mama

"Dalam beberapa hari ini"

"Pa, Gita kan mau ujian akhir. Apa nggak di tunggu dulu sampai urusan Gita selesai" kata mama

"Okelah papa tunggu sampai Gita selesai ujian. Ya, kan git." Kata papa sambil melirik

"Gita, ke kamar dulu,pah"

"Kok, gitu,Nak. Kamu keberatan."

Aku tetap melaju pergi, kalo pindah gimana dengan hubunganku sama Roki. Aku cinta sama Roki tapi aku nggak mau LDR.

Tok tok tok

"Gita?" Suara Mama.

Pasti mau ngomongin soal pindahan tadi. Aku beranjak membuka pintu. Ku pasang muka jutek di depan mama.

"Kamu tidak terima, ya dengan ajakan Papa."

Aku tidak tahu harus bilang apa, yang pasti aku tidak mau jauh dari Roki. Para sahabatku Rere, Beta dan ine.

"Soal Roki, ya." Sepertinya mama paham kegalauanku. Aku mengangguk.

"Kamu itu masih kecil. Kalo Roki jodoh kamu, pasti nanti beberapa tahun lagi kalian akan di pertemukan kembali."

Aku tidur di pangkuan mama, aku mulai nangis.

"Mama, masalahnya bukan Roki saja, impianku sekolah di SMA favorit, dimana tempat Roki belajar sekarang."

"Belajar, itu bisa di mana saja. Mau sekolah favorit atau sekolah biasa, sama saja. Sudah, ya nak. Istirahat dulu, nanti selesai ujian kita bahas lagi. "

...****...

Gimana,nak. Kamu sudah pamit sama teman-temanmu juga Roki" tanya papa pada Gita

"Sudah,pa?" Jawab Gita

"Besok kita berangkat ke Jambi. Malam ini kita beres beres." Kata mama

"Pa, Gita ngga ikut bolehkah? Biar Gita ngekost aja, sekalian belajar mandiri"

"Ngekost? Yakin kamu bisa? Masak aja masih mama, yang beresin kamar kamu aja masih mama. " Ejek papa

"Jadi? Boleh kah"

"Nggak !!!!" Jawab papa

Gita kembali ke kamar untuk membersihkan kamarnya. Poster poster idolanya yang rata rata Korea di lepaskan dan dibuang.

"Selamat tinggal opa Kyung Soo, selamat tinggal opa Suho"

"Git, ini koleksi kamu bagi bagikan aja sama teman-temanmu."

"Jangan,ma. Limited edition ini." Gita mengambil semua koleksinya berbau Exo.

Besoknya

Saat Gita pamit sama teman temannya

"Rere mana,ne" tanya Gita pada Ine

Hanya Rere yang belum datang, sebentar lagi Gita mau berangkat.

"Kayaknya Rere belum siap ketemu sama kamu"

Nggak lama Beta datang bareng Roki, Beta dan Roki sepupuan. Beta memeluk Gita dan Ine sambil sesenggukan bersama. Roki yang daritadi di cuekin menghindar. Dia juga ngga kuat melepas gadis yang dicintainya dalam 2 tahun ini.

"Ki, om yakin kamu kuat dan bisa menjaga hati untuk Gita. Om harap kamu mau menunggu Gita 5 tahun lagi." Kata papa Gita

"Insyaallah,om" jawab Roki

Perjalanan dari Jakarta ke Jambi menempuh sekitar 20 jam lebih karena banyak berhenti di rumah makan, dan mesjid terdekat. Gita yang selama perjalanan merasa mabuk karena jalan yang banyak kelokan.

Saat memasuki desa Sukasari, Gita kaget ternyata tempat nya sederhana sekali. Apakah di sana ada sinyal internet? Atau di rumah barunya ada WiFi ? Itulah pertanyaan yang ada benaknya.

Sebuah rumah panggung khas belum terjamah oleh renovasi. Saat memasuki rumah harus menaiki tangga dulu.

"Ini tempat tinggal kita" kata papa pada anak dan istrinya

"Ya, ampun pah, mama kira kita bakal tinggal di perumahan dekat proyek papa" mama kaget melihat tempat tinggalnya tidak sesuai ekspektasi.

"Hooh,pa. Ini kayaknya masaknya ngga pake kompor ya." Kata Gita melihat dapur

"Mama nggak bisa dandan lagi kayaknya. Biasanya kan mama dandan dulu baru ke dapur." Ejek Gita

Papa dan Gita tertawa bersama. Melihat suami dan anaknya mengejeknya, mama membalas "Iya disini nggak ada AC, kasihan yang tidur nggak nyenyak karena nggak ada AC" Gita yang di ejek manyun saja.

Papa tiba-tiba turun dan memanggil seseorang.

"Assalamualaikum, pak Umar. Masih ingat saya, Dul pak Abdullah." Sapa Papa

Sosok bapak tua yang memakai ontel dan bersaragam batik. Ia mencoba ingat tapi susah

"Ah, masa bapak lupa sama saya. Yang dulu gantungin ontel bapak di tiang bendera."

Gita tertawa ternyata papa nya dulu bandel juga.

"Oh, Dul, Masya Allah kamu dah sukses,ya sekarang." Kata pak Umar

"Belum sukses pak masih jadi bawahan orang. Doakan ya pak muridmu yang bandel ini bisa sukses."

"Amin " jawab pak Umar

"Kenalkan pak ini istriku, Yulia. Panggilannya ijah pak, eh lia pak." Ralat papa sehabis di pelototin mama.

"Dan ini yang paling langsing adalah anakku ,Gita. Tahun ajaran baru dia jadi murid bapak nanti."

"Kamu ngga berubah masih suka guyon ternyata."

"Biar awet muda,pak"

Pak Umar pamit, usianya yang sudah menginjak 60 tahun tetap semangat bekerja. Pak Umar selain mengajar di sekolah dia juga kerja di kantor pos sebagai pengantar surat.

"Kamu tau nak di usianya yang hampir senja tapi semangatnya nggak kalah sama yang muda. Dan papa harap kamu juga semangat menjadi yang terbaik."

Gita bangga punya papa seperti pak Dul. Selalu memberi motivasi untuk anaknya. Beda sama mama hobinya ngomel Mulu, masih suka bandingin anaknya sama anak orang.

HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH

"Selamat pagi,cantik."

Aku membuka mata. Masih berat, sebab semalaman nonton drama Korea. Belum lagi telponan sama Roki. Ya, maklum melepas rindu.

Mama sudah berdiri di sampingku sambil membawa sapu. Ini aku di bangunin apa mau di gebuk pake sapu,sih.

"Ah,mama masih ngantuk,nih." Mama kembali membuka selimutku. Dugaanku benar, kan. Pasti aku mau disuruh kerja,nih.

"Gitaaaaaaaa!!!!" Aku kembali menutup telingaku, suara mama yang oktaf tinggi bisa membuat kaca di rumah pada pecah.

"Halooooowww,mama. Ini hari Minggu, kan biasanya aku bangun siang"

"Ini bukan Jakarta, Gita!!!"

"Papaaa!!!" Aku teriak memanggil papa. Tapi yang di panggil nggak muncul-muncul.

Dengan keterpaksaan aku bangkit dari tempat tidur, masih dengan iringan seriosa mama.

"Nah, gitu dong. Itu baru anak Mama." Ya, mama menang sekarang.

**

" Pah, garam habis nih." Mama laporan ke papa

"Ya,beli dong,ma."

"Minta duitnya, papa." Suara mama dibikin sok imut.

"Imutnya istriku kalo mintanya kayak gitu.Pertahankan." Mama melotot membuat papa makin ngakak.

Ngomong soal pasangan, aku jadi ingat pacarku,Roki. Roki walaupun dia anak orang kaya sepertiku, tapi dia tidak sombong. Beda sama beberapa teman sekolahku yang anak babe.

Banyak yang antri untuk mendekati Roki, tapi pilihan Roki jatuh padaku. Gitu aja bangga? iya dong. Aku mengalahkan beberapa siswa yang lebih kece.

"Ya, iyalah. Kalo nggak di jodohkan,Roki belum tentu jadi pacarmu." Kata Beta, Beta adalah sepupu Roki.

Benar juga sih kata Beta, tapi nggak papalah.

**

"Git, tolong belikan garam di warung." Siang-siang mama nyuruh aku pergi ke warung yang lokasinya tak kelihatan di sekitar rumahku.

"Kok Gita,ma. Suruh papa aja,deh."

"Gitaaaa!!! Nggak boleh lempar tangan." Suara papa dari teras depan.

"Panas,pa. Gita mana hapal daerah sini."

"Tanya, dong. Bilang saja kamu anak Dul, pasti dibantu."

"Ntar kalo aku diculik gimana,pa?"

"Nggak mungkin, kasihan penculiknya, kamu kan makannya banyak."

Hadeuh, papa masih sempat bercanda.

Aku berjalan di sekitar desa, udara yang begitu panas. Mungkin udah seperti kepiting rebus kali ya.

"Hey, gendut. Minggir!!!"

"Terabas aja,lam."

Aku menoleh, seorang laki laki rambutnya gondrong, mukanya sengak banget.

Enak aja bilang orang gendut. Awas kalian,ya!!!

Aku menggeser kaki berjalan di pinggir. Motor-motor itu kembali menyemprotkan asapnya tepat di di depanku.

Tiba-tiba aku punya ide!!!

Rasaaain!!!!

Malamnya

"Pak Dul!!! Pak Dul!!!" Suara seorang laki laki di luar.

Papa langsung bergegas ke depan, dia melihat dua anak laki laki kepalanya di perban.

"Ada apa ini?"

"Ini semua gara gara anak bapak!!!"

"Loh,emang anak saya kenapa!!!"

"Anak bapak melempar ular ke badan alam!!"

"Terus yang satu lagi di lempar ular juga?"

"Ketindih motornya alam."

" Berarti,bukan salah anak saya,dong."

"Bapak tanggung jawab dong."

"Mana yang harus saya tanggung??? anak-anak bapak sehat wal Afiat aja tuh."

" Alam, dong!!!"

" Enak aja, Edwar juga!!!"

"Loh, yang jatuh siapa?"

Aku mendengar suara ribut diluar langsung mengintip.

Wah, dasar anak tukang ngadu!!

"Gitaaaa!!!"

"Iya,pa."

"Kamu apain mereka."

"Cuma nempelin ular doang,pa."

"Kalo anak saya di patok gimana?"

"Nggak mungkinlah,pak. Ini cuma ular mainan."

Kulihat si alam kayak wajah kesal menahan malu. Biarin!!!

**

Masih POV Gita

Ini hari pertama aku masuk SMA Sukasari, Jambi. Sekolah yang jauh beda dengan sekolahku di kota dulu. Aku berdiri di depan pintu gerbang, masih sepi. Sepertinya aku kecepatan sampai. Kalo dulu di SMP, jam segini udah terburu buru banget karena peraturannya ketat sebelum jam 6:50 sudah ada di sekolah, jam 7 pagar udah di tutup.

Aku sendiri berjalan memasuki sekolah. sebenarnya aku sudah tahu dimana kelasku, karena waktu mos terakhir sudah di umumkan. Hanya saja, aku belum tahu di mana tempat dudukku. Mau duduk depan, belakang ataupun di tengah sama saja.

"Hai, kamu juga di kelas 1A ya." Seseorang gadis menyapaku.

"Iya, namaku Gita. Kamu?"

"Siti."

"Kayaknya kamu bukan orang sini,deh."

"Iya aku dari Jakarta."

"Oooh pantes."

"Pantes kenapa?"

"Wajah kamu cantik. Beda sama gadis disini. Soalnya kulihat yang dapat kelas ini banyak dari sekolahku."

"Oh, gitu."

Ini teman pertamaku selama di Jambi. Tak lama suara bel berbunyi, kami langsung duduk di bangku masing-masing, aku sebangku sama Siti.

" Selamat pagi anak-anak." Seorang lelaki muda masuk ke kelas dengan membawa beberapa buku.

"Selamat datang di sekolah ini. Saya wali kelas kalian. Perkenalan kan nama saya Ari Wibowo."

"Artis dooong." Teriak salah satu murid. Di sambut dengan tertawaan kawan-kawan yang lain.

"Iya,dong." Ternyata si bapak nggak marah, malah ikut tertawa.

"Absen dulu,ya. Yang namanya di panggil tunjuk tangan."

Pak Ari membacakan nama-nama murid dikelas ini.

Dan yang terakhir, Wassalam. Tapi yang di panggil tidak masuk sepertinya.

"Paling juga bolos." Bisik Siti

"Kok,tau."

"Dia,teman abangku. Sama aja mereka berdua."

"Ooo. Orang tua kamu tau?"

"Tau. Hampir tiap hari di rumah nonton film action."

"Film action?"

"Ntar kamu paham,deh."

Ya, deh. Mungkin sekarang aku masih bingung dengan cerita Siti.

Tak lama ada seorang pria yang masih pake perban kepala. Seperti tidak asing wajahnya, tapi siapa,ya?

Pria itu mendekati Siti menitipkan sesuatu, entah apa itu aku tidak tahu. Kulihat wajah Siti pucat saat menerima barang itu.

"Itu apa,ti?"

Siti cuma mengangkat bahu. Dia sering tidak tahu barang yang diberikan pria itu. Cuma pesannya tolong buang di belakang kantin. Siti dan aku mengendap-endap ke belakang kantin, ternyata ada kolam yang sudah keruh disana, dan banyak sampah yang bertumpuk-tumpuk.

Ini lingkungan sekolah masih melihara sampah.

"Nggak sehat ini."

"Iyalah, ini di kampung, Gita. Bukan Jakarta, tapi masih parah sampah Jakarta sih. Disini banyak banget buat pembuangan. Bayi aja pernah di temukan di sini."

"Serius!!!"

Siti mengangguk. Seseram itukah tempat ini.

"Emang kamu nggak penasaran sama isinya,ti."

"Penasaran,sih. Tapi aku takut."

Aku merampas barang yang di pegang Siti. Saat kami membukanya, mataku terbelalak melihatnya, sama juga dengan respon Siti. Kami langsung membuangnya.

"bang, Ed" kulihat Siti masih syok. Sama aku juga syok melihatnya.

Bagaimana tidak, di hari pertama masuk sekolah aku malah menemukan kejadian ini.

Sekembalinya dari belakang. Kami melihat sepasang kekasih berpacaran di kelas 2. Kata Siti mereka sudah pacaran sejak masuk SMA.

Aku cuma bisa kagum melihat ceweknya yang cantik.

Tak lama laki laki tadi kembali menemui Siti. Mereka bicara menjauh. Siti seperti ketakutan. Kupikir disini tidak akan terjadi tindak pembullyan atau pemalakan. Aku yakin laki-laki itu mau memalak Siti.

RAHASIA YANG TERSIMPAN

Saat Gita sedang ke sekolah

Mama Yulia menyiapkan kopi untuk papa Dul. Tak lama mama duduk di samping papa. Mama membahas masalah keluarga mereka, yang mereka sembunyikan dari Gita. Mama ingin belajar menerima keadaan, kalo sebenernya mereka bukan lagi orang kaya.

"Pa,apa kita kasih tau yang sebenarnya pada Gita."

Papa yang tadinya asyik baca berita di hp menghentikan kegiatannya. Papa heran kenapa mama tiba tiba membahas ini.

"Soal apa?" Kata papa sambil menyeruput teh.

"Semuanya."

"Kalo soal keadaan kita yang sebenarnya papa setuju."

"Kalo soal pembatalan perjodohan?"

"Roki maksudnya."

Mama mengangguk. Tadi malam mama chat dengan beberapa teman wali murid di SMP nya Gita dulu. Mereka membahas tentang rencana perjodohan Roki dengan anak gadis yang lain.

Flashback

Tadi malam sehabis sholat isya, mama iseng buka hp dan ternyata grup lagi rame bahas perjodohan Roki dengan salah satu alumni SMP nya Gita.

"Ping!!" Mama mencoba memancing ibu ibu di grup

"Wah ada mamanya Gita."

"Ada apa sih?" Tanya mama

"Emang Bu Yulia nggak tahu kabar terbarunya keluarga Spencer?"

Tiba-tiba ada salah satu ibu ibu yang bertanya

"Gita di SMA mana,Bu."

"Di Jambi."

"Jauhnya,Bu. Emang dijakarta nggak di terima sampai harus ke Jambi."

"Suamiku kan orang Jambi, kebetulan dia ada proyek dan memboyong kami tinggal disana."

"Jambi nya dimana,Bu. Saya asli Jambi" Sahut ibu ibu lainnya.

Mama terdiam, kalo dia cerita dimana lokasinya akan jadi bahan tertawaan mereka nantinya.

"Di kotanya. Terus gimana infonya keluarga Spencer." Mama mengalihkan pembicaraan.

"Ya, seperti bahasan awal si Roki di jodohkan dengan salah satu teman sekelas Gita."

"Siapa?"

"Nah,itu aku nggak tau nama anaknya."

Mama menutup chat dengan alasan mengantuk. Walaupun sebenarnya mama kesal keluarga Spencer memutuskan perjodohan sepihak, walaupun suaminya sudah keluar dari perusahaan mereka, paling tidak konfirmasi dulu.

Mama bingung bagaimana dia menjelaskan pada Gita tentang masalah ini.

"Harus di bicarakan sama papa ini."

Flashback selesai

"Iya, emang pacar Gita ada yang lain."

"Emang ada apa sama Roki."

"Loh,emang papa nggak tahu kalo Roki di jodohin sama orang lain."

"Enggak. Hikmahnya begini,ma. Kalo papa sudah keluar dari perusahaan itu otomatis semua terputus."

Mama setuju dengan pemikiran papa. Menurut mama ya wajar mereka mendekatkan Roki dengan yang lain, Gita aja jauh, entah kapan bisa pulang lagi ke Jakarta.

"Assalamualaikum,ma pa. Gita Pulang." Gita datang dengan wajah pucat.

"Kamu kenapa,git. Sakit?"

"Nggak tahu,ma. Kepala Gita pusing."

"Ya,udah kamu istirahat saja dulu. Mama bikinkan teh dulu"

Gita langsung ke kamar. Dia merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Masih terbayang di ingatannya tentang barang haram tadi.

Gita merinding kalo mengingatnya, dia ingat barang itu juga pernah menangkap teman sekelasnya saat gerebek kelas.

Flashback

"Kamu kenal dengan cowok tadi,ti."

"Dia Abangku."

"Oh, maaf ya."

"Nggak papa"

Siti masih syok dengan barang temuan tadi. Dia sepertinya tidak menyangka Abangnya pake barang haram itu. Gita cuma bisa menyabarkan Siti.

"Eh,ti. Abangmu namanya Edwar bukan."

"Kok tau?"

"Kamu tahu perban di kepalanya."

Gita menceritakan kejadian waktu mengerjai Edwar cs yang kaget dengan ular mainan. Siti tertawa mendengarnya.

"Rasain mereka sok jagoan sih." Ujar siti dengan semangat.

Gita lega melihat temannya ceria seketika.

flashback selesai.

***

Gita menelpon teman temannya yang di Jakarta. Gita rindu celotehan mereka. Awalnya Gita menelpon Rere tapi tidak diangkat. Begitu juga dengan Ine.

"Gila mereka! Ga ada yang angkat telponku."

Gita mencoba menelpon Beta dan diangkat

"Gitaaaa!!!!" Teriakan Beta begitu nyaring membuat Gita sedikit sakit telinganya.

"Assalamualaikum, Beta."

"Waalaikumsalam,git."

"Tumben pake assalamualaikum,non."

"Lah kan wajib sesama muslimah harus mengucapkan salam saat bertemu."

"Keren. Ada hikmahnya kamu pindah ke Jambi."

"Oooo jadi selama ini nggak ada hikmahnya gitu."

"Just kidding,non. Duh gitu aja ngambek."

"Lah siapa yang ngambek."

Gita ngelihat sesuatu bergerak gerak dibelakang Beta.

"Beta... Beta ... Apa tuh yang gerak gerak?"

"Oh,itu. Teman tak kasat mata gue." Beta dengan santai melihat kekepoan Gita.

"Ah, serius Lo." Gita mulai cemas.

Gita tahu Beta punya Indra keenam.

"Baaaaaaaah!!!!!!" Ine muncul pake topeng Scream

Anehnya Gita merasa tidak takut saat Ine muncul.

"Ah,kamu. Kurang serem,tau."

"Boong, lu kaget tadi."ledek Ine

"Ya, wajar kaget. Tapi bukan takut."

Gita mulai sendu. "Kangeeen!!!"

"Sama kita kangen juga." Ine dan Beta nyahut barengan.

Gita melirik sekitar ruangan kamar Beta, ada sosok yang dia tunggu.

"Rere mana?"

"Ada dirumahnya." jawab Beta sambil ngemil Sukro

"Kok nggak gabung?"

"Sibuk kayaknya. Maklum dia kan mau ...."

Ine yang ngoceh di towel sama Beta

"Mau apa?" Gita masih bingung

"Rere sekarang sering ikut di klub dance sekolah. Jadi udah jarang ngumpul sama kita." Beta menambahkan.

"OOO.. pantes."

"Pantes kenapa?" Ine sambil nyempilin tangannya ke Sukro nya. Beta yang masih asyik sama video call nggak nyadar Sukro nya di coneng sama Ine.

"Pantes sejak aku sampai, Rere nggak pernah ngangkat teleponku."

"Oh,ya?"

"Udah ah, nggak usah di bahas tuh anak." Beta pasang muka bete saat Gita masih menanyakan tentang Rere.

"Pokoknya kami kaaaangeen."

"Jangan dong, rindu itu berat. Biar aku saja."

"Iye berat, seberat BB mu wkwkwkwkkakw"

"Mulai deh."

"Btw, apa kabar Dilanku?"

"Dilan? Roki maksud kamu? lah,kan kamu pacarnya masa nggak ada kontaknya."

Sampai saat ini Gita belum ada kabar dari Roki. Padahal kalo mau kangenan bisa saja Gita langsung telepon. Roki terakhir mengabari Gita waktu baru sampai di Jambi. Setelah itu, nggak ada lagi.

FLASHBACK

Gita yang menghidupkan kipas angin kecil di kamarnya setelah berberes rumah. Kondisi rumah yang berantakan karena banyak barang barang Kakeknya. Ini pertama kalinya, Gita harus terjun langsung merapikan kamar yang bisa bikin badan Gita kurus.

kriiiiing kriiiiing kriiiiing

Mata Gita berbinar saat mengetahui siapa yang menelepon.

"Assalamualaikum, kak."

"waalaikumsalam, Gita. apa kabar?"

"Alhamdulillah baik. kak Roki apa kabar?"

"Alhamdulillah baik juga. Gimana sekolahnya?"

"Belum masuk,kak. Senen baru MOS."

"masih pake MOS ya. Disini nggak ngadain MOS."

"Masih kayaknya,kak. Kakak kapan maen ke Jambi?"

"Liat sikon dulu,ya.Aku kan sudah mau kelas 3."

"Emang kak Roki nggak kangen sama aku?"

"Kangen dong."

Gita merasa reaksi Roki datar-datar saja. Nggak keliatan dia senang kalo mendengar suara dirinya.

"Entahlah aku tidak mau suudzon sama Roki."

Gita berharap pemikirannya itu salah.

Flashback selesai.

...*******...

Hari kedua sekolah

Gita berjalan menyusuri persawahan bersama Siti, teman barunya. Matanya menatap hamparan padi yang masih hijau .

"Keren, ya." Ucap gita penuh kekaguman.

"Emang kamu belum pernah main kesawah?"

Gita menggeleng.Seumur hidupnya belum pernah menginjak yang sawah ataupun bermain kesana. Ini pertama dalam hidupnya dia main kesawah.

"Ya, maklumlah anak kota seperti kamu belum pernah kesawah." Ejek siti sambil berjalan menyusuri persawahan.

Bagi siti pulang sekolah melewati persawahan adalah kenikmatan tersendiri. Walaupun sebenarnya berjalan di jalan besar lebih cepat sampai. Tapi sejak mempunyai teman baru seperti Gita, Siti jadi lebih sering pulang sekolah lewat sawah.

Mereka berdiri menatap langit yang terik. Siti melirik jam tangannya, menandakan sudah pukul 15:00.

Sementara tak jauh dari mereka adalah seorang pemuda yang bergumul lumpur. Pemuda itu sedang membantu pamannya menyusun bibit padi.

Sang paman menatap ponakannya dengan bangga. Sebandel apapun sang ponakan, tapi tidak membantah perintahnya untuk membantu bekerja.

"Sudah, lam." Teriak paman toni.

"Belum, paman sedikit lagi. Kalau paman capek istirahat saja. Biarkan aku yang menyelesaikan pekerjaan ini."

Paman langsung naik ke pondok tak jauh dari sawahnya. Menatap dua rantang yang ada didepannya.

"Lam, makan dulu. Nanti sambung lagi. Ini ada telor ceplok setengah matang kesukaanmu." Panggil paman mengajak sang keponaka untuk menghentikan aktivitasnya.

"Iyaaaaaaa.." sahutnya.

"Gitaaaa!" Teriak siti yang kesal melihat temannya tidak mau pulang.

"Iyaaaa...aku masih mau disini." Gita memejamkan mata menghirup udara sekitar persawahan.

Masih dalam memejamkan mata, Gita berjalan pelan. Sesaat membuka mata hanya untuk melepaskan sepatunya. Lalu menenteng sepatunya dan kembali berjalan memejamkan mata.

"Gitaaaa!" Teriak Siti yang melihat arah jalan temannya seperti akan jatuh.

"Awaaaaaas!!!! Ada orang disana!"

Tapi terlambat! Tubuh gita sudah terperosok dalam kubangan sawah.

"Hooooiii! Lu mau apaan gue!" Terdengar teriakan suara seorang laki-laki.

Gita membuka matanya melihat tubuh seorang laki-laki dibawah dirinya. Seketika Gita menutup tubuhnya dengan kedua tangannya. Tubuh mereka berkubang dengan lumpur.

"DASAR COWOK MESUM! LO MAU NGAMBIL KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN!pekik Gita.

"HEY! kamu lupa siapa nindih gue tadi! Lo kali yang mesum!" Alam tidak mau kalah.

"Dasar begajulan!"

"Dasar cewek gentong anak manja!" Balas Alam.

"Apa lo bilang!" Gita melototkan matanya, tidak terima atas ejekan Alam.

Siti dan paman segera melerai mereka yang masih berdebat. Keduanya sama-sama tidak merasa salah dan tidak mau disalahkan. Pada akhinya siti membawa gita pulang kerumahnya.

Diam-diam siti mengabadikan photo tersebut ke ponselnya.

Maaf gita!

Gita dan Siti sudah sampai dirumah kediaman siti. Sebuah rumah kecil sederhana.

Gita di sambut ibunya siti dengan ramah. Ibu aisyah kaget melihat penampilan siti yang penuh lumpur.

"Ya Allah, nak. Ini kenapa kotor semua. Siti ajak temen kamu mandi."

"Gita jatuh kesawah tadi."

Siti membawa gita ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil meninggalkan gita yang sedang mandi. Siti menyiapkan baju untuk temannya itu. Tak lama gita sudah bersih dengan memakai baju tidur siti.

"Ti, ajak temanmu makan dulu." Tawar ibu yang sudah menyiapkan makan sore untuk siti dan Gita.

"Kamu tinggal dimana, nak?"

"Di gang simpang, tante."

Ibu tersenyum simpul saat Gita memanggilnya dengan sebutan tante.

"Jangan panggil tante,nak. Panggil ibu saja."

"Iya, ibu." Jawab gita lalu kembali melanjutkan makannya.

"Kalau gang simpang ibu kenal semua. Kamu anak siapa?"

"Saya anak pak dul. Saya cucu kakek taufik."

"Saya tahu kakek taufik. Tapi saya tidak kenal anaknya. Ya, sudah selesaikan makanmu. Nanti orangtuamu mencari"

Gita dan Siti menyelesaikan makan mereka. Setelah sholat ashar, Gita pamit pulang pada ibunya siti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!