NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Raina (S1&S2)

1

Seorang gadis tengah duduk anteng di sofa keluarganya sembari mendengar kan ocehan orang-orang di keluarganya.

"Kamu dengarkan apa yang Mama omongin dari tadi princess Raina??" tanya Dewi, Mama Raina. Wanita itu menghela napas pelan, sifat sang anak yang selalu bersikap bodo amat selalu membuatnya hanya bisa elus dada.

"Denger kok Mama, Raina ndak boleh nakal, ndak boleh jajan sembarangan, ndak boleh tegur sapa sama orang yang ndak di kenal, ndak boleh jauh-jauh dari Mayang dan Saras. Mama udah bilang itu berkali-kali, Raina udah capek denger nya. Udah ya, Raina mau bobo ngantuk. Bye mama, muach" ucap gadis berusia 19 tahun itu dengan detailnya, lalu berlalu mencium pipi sang Mama sebelum berlalu kekamarnya.

"Adek, gak boleh ngomong gitu sama Mama lain kali ya. Gak sopan, ya udah sana kamu ke kamar besok masih ada home schooling sama miss Sabrina." ucap Revan, Kakak Raina.

Cup

Cup

Cup

Raina mencium pipi Revan, Dewi, dan Bima papa Raina.

"IYA KAKAK, TAPI RAINA NDAK JANJI YAA." ucap Raina sambil berteriak dan berlalu menuju kamarnya.

"Hufft, anak itu." Dewi menghela nafas pelan melihat tingkah sang anak.

"Ya udah, Mayang dan Saras, kalian susul nona kalian itu. Pastikan semua beres sebelum dia tidur, dan bangunkan dia lebih awal besok." perintah Dewi pada kedua pelayan yang di tugaskan khusus untuk mengikuti Raina.

Setelah kepergian kedua pelayan itu, Dewi memijat kepalanya. Terlalu pusing menghadapi tingkah absurd yang selalu di buat Raina.

"Sudahlah Ma, kita tau sendiri sifat Raina seperti apa. Kita bisa membeli lagi semua yang sudah dia rusak hari ini, yang terpenting dia baik-baik saja kan." ucap Bima dengan lembut mengelus bahu sang isteri.

"Aku tau Pa, aku hanya khawatir dengan tingkahnya ini akan membawa celaka untuk dia. Pokoknya aku mau, kamu tambahin lagi orang buat jagain dia." jawab Dewi. Bima tau apa yang sedang di khawatirkan oleh sang isteri, tingkah Raina yang tidak bisa diam dan selalu saja merusak sesuatu menjadi kekhawatiran tersendiri untuk mereka sebagai orang tuanya.

Contohnya ya seperti hari ini, putri kesayangannya itu kembali membuat ulah dengan menyenggol lima buah guci mahal yang baru saja dibeli oleh Dewi dua hari yang lalu. Karena hal itu, Raina yang sedang asik berlarian dan berniat sembunyi dari pantauan kedua pelayan nya nyaris saja terluka karena pecahan. untunglah Mayang dan Saras bergerak lebih cepat, sehingga mencegah hal itu terjadi.

"Raina ndak boleh ini, Raina ndak boleh itu, Raina ndak boleh aja semuanya sekalian. Huhh, kesel Raina tuh setiap kali itu aja wejangan nya." kesal Raina sambil bersidekap dada, Mayang dan Saras yang melihat nona mereka itu menggerutu sendiri hanya terdiam menyaksikan. Takut saat bereaksi atau menanggapi malah mereka yang kena semprot.

"Nona, sekarang waktunya tidur. Mari kami bantu untuk bersih-bersih terlebih dahulu." ucap Mayang, tanpa membantah Raina menuruti perkataan pelayannya.

Keesokan harinya, Raina kembali membuat ulah dengan bermain sabun yang seharusnya di gunakan pak Tejo untuk mencuci mobil. Hal itu lantas membuat Dewi kalang kabut melihat penampilan sang anak yang sudah basah kuyup karena ngotot ingin menggantikan pekerjaan pak Tejo mencuci mobil.

"Ya ampun princess!!! Apa, apa yang kamu lakukan sepagi ini hah?? Ini lagi, bajunya basah semua astaghfirullah Mama bingung dehh sama kelakuan kamu tiap hari bikin mama senam jantung." omel Dewi, namun hanya di acuhkan. Sedangkan si pelaku, masih sibuk mencuci mobil yang nyatanya tidak kotor sama sekali karena pak Tejo sudah lebih dulu mencucinya.

Para pelayan yang melihat tingkah Nona muda mereka hanya terkekeh kecil, menurut mereka hal ini bukanlah kejadian yang asing. Setiap harinya, pasti ada saja hal yang di lakukan oleh gadis cantik itu.

"Mama, ada apa sih pagi-pagi udah teriak aja?" tanya Bima pelan, pria itu belum melihat penampilan Raina jadi masih santai aja mukanya.

"Astaghfirullah, Raina anak Papa yang paling cantik, kesayangan Papa kenapa baju kamu basah kayak gitu?? Ayo cepat masuk ke kamar kamu, kalian berdua cepat bawa Nona kalian ke kamarnya dan ganti pakaiannya dengan yang lebih hangat." tuh kan, lihat penampilan Raina sekarang saja Bima langsung ngomel ngalahin isterinya😂

Mayang dan Saras mengangguk mengerti, lalu membujuk Raina agar mau ikut dengan Mereka.

"Ishh, kalian jangan ganggu yaa. Raina lagi sibuk ini, mending bantuin cuci mobilnya biar Raina senang." ucap Raina tak suka saat tangannya di tarik paksa oleh kedua pelayannya. Kedua pelayan itu tidak memperdulikan ocehan dari Nona Mereka, tohh Bima sendiri yang memerintah kan Mereka jadi tidak ada masalah.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Raina kini sudah berada di meja makan bersama keluarganya.

"Mama, Raina mau keluar ya? Udah lama tau, Raina ndak main keluar rumah. Bosan tau dalam rumah mulu, boleh ya Mama nya Raina yang cantik? " bujuk Raina dengan memasang wajah imutnya membuat keluarganya tidak kuat untuk menolak permintaan princess Mereka.

"Hufft, kamu ini selalu bikin kita gak bisa nolak sayang. Ya udah, Kamu boleh pergi tapi sesudah home schoolingnya selesai oke?" jawab Dewi membuat Raina tersenyum lebar.

"Tapi, hanya sekitaran kompleks rumah kita aja." lanjut Bima membuat senyum Raina surut seketika.

"Papa, kok gitu sih?? Ndak asik ihhh," protes Raina namun tidak di hiraukan keluarganya. Kalo di rumah saja bisa membuat seisi rumah berantakan, bagaimana kalo di luar? Itulah yang ada di fikiran keluarga Raina saat ini.

"Kamu nurut aja kenapa sih Dek? Kita tuh gak mau kamu ada apa-apa di luar sana, kamu boleh keluar tapi gak boleh jauh-jauh dari rumah atau gak keluar sama sekali." ucap Revan lembut namun tegas, hal itu membuat wajah Raina semakin cemberut.

"Iya-iya, tapi Raina boleh keluar sendiri kan?" Raina menatap keluarganya dengan mata berbinar.

"Nggak!" jawab Revan, Mama dan Papa Raina.

"Humm, ya udah Raina mau ke kamar aja kalian ndak asik." ucap Raina lalu pergi meninggalkan meja makan menuju kamarnya.

"Anak kamu Pa, kok gitu banget sih dia." ucap Dewi menghela nafas pelan melihat tingkah Raina.

"Hehh, itu anak kamu juga Ma. Masa anak Papa aja sih, kan yang mengandung dia itu kamu sayang." balas Bima, Dewi hanya mendengus kesal sambil merapikan meja makan.

"Ya, ya, ya, Mama yang mengandung. Papa pikir, Mama bisa hamil tanpa ada benih dari Papa?!!" ucap Dewi dengan tatapan garang.

"Mama sama Papa kenapa jadi ribut sih, Revan ke kampus aja dehh pusing Revan denger mama Papa debat yang gak ada faedahnya." ucap Revan lalu mencium tangan kedua orang tuanya yang masih saja berdebat.

Sedangkan di tempat lain, seorang pria tampan sedang sibuk dengan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya. Jabatannya sebagai ceo muda membuatnya harus bekerja lebih keras untuk meningkatkan kualitas perusahaan.

Dering suara telpon membuat kegiatannya terhenti sesaat, sekilas melirik nama si penelpon. Sekilas senyuman tipis terpatri di wajahnya.

",,,"

"Bagaimana? Semua nya harus sempurna, jangan sampai ada kurang."

",,,"

"Bagus, 1 jam lagi Saya kesana."

Pria tampan itu segera melanjutkan pekerjaannya setelah menutup panggilan telepon.

2

Saat ini Raina sedang berada di sebuah taman tidak jauh dari rumah nya. Mayang dan Saras selalu setia mengawasi nona mereka yang sedang asik memakan es krim nya.

"Nona, kita sudah lama berada di luar. Sebaiknya kita pulang sekarang yaa," ucap Mayang.

Raina mendelik tak suka. "Ndak yaa, udah deh Mbak Mayang ndak usah ikut-ikutan mereka yang selalu batasin kebebasan Raina!" Ucap Raina dengan raut wajah yang kesal, hal itu membuat Mayang dan Saras menundukkan kepala pasrah menuruti kemauan nona mereka ini.

"Apa-apaan, ini baru jam 3 sore kok. Raina juga baru keluar 5 jam yang lalu udah di suruh pulang aja, apa Raina kabur aja ya dari pantauan Mbak Mayang dan Saras. Ahhh, iya mumpung mereka lagi ndak kelihatan mending kabur aja hahaha," dengan terkekeh kecil, Raina berlari jauh dari pantuan kedua pelayannya hingga tubuhnya sampai di sebuah taman yang lebih luas dan indah.

Raina terkesima dengan keindahan taman itu, dengan banyak hiasan dan juga bunga yang tumbuh dengan subur. Mata Raina menelisik saat melihat sebuah taman bunga yang tersusun rapi dengan aksen romantisnya. Wajah Raina berubah pias, saat mengingat betapa ketatnya keluarganya menjaganya bahkan berteman dengan laki-laki pun Raina tidak diperbolehkan. Di usia nya yang sudah dewasa, Raina sangat ingin merasakan jatuh cinta, tapi bagaimana bisa merasakannya kalau selalu di kemang dan di awasi.

"Bagus banget, coba aja ada pangeran tampan yang berlaku romantis kayak gini sama Raina. Raina pasti senang banget, ehh itu kakak ganteng kenapa ya kok malah rusakin tamannya sih. Kan sayang bunga-bunga sama hiasannya, hemm Raina harus berhentiin kakak itu sebelum tambah ancur." gumam Raina, namun saat melihat seorang pria tampan menghancurkan semua keindahan yang baru saja di kagumi nya membuat Raina mendelik tak suka.

Dengan langkah pasti Raina menghampiri pria itu, menahan tangan pria itu yang hendak membuang sebuah kotak beludru berwarna merah kearah danau buatan yang berada di tengah-tengah taman.

"Eitt, jangan dibuang sayang tau kalo di buang mending buat Raina aja." Ucap Raina berhasil menghentikan aksi pria tampan itu yang hendak membuang sesuatu dari kotak beludru itu dan ternyata isi nya adalah sebuah cincin berlian yang sangat cantik.

Pria itu menatap Raina dengan tatapan tajam, namun bukan Raina namanya jika tidak mempunyai berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan, dengan berani nya Raina balik menatap pria tampan itu dengan tatapan tajam namun malah terlihat menggemaskan dimata pria itu.

"Kenapa lihatin Raina kayak gitu?! Terpesona ya sama cantiknya Raina, oh iya jelas dong Raina gitu loh anaknya papa Bima yang paling cantik." Ucap Raina dengan sombongnya memuji diri sendiri.

"Awas ya tuh mata, hati-hati kalo kakak tampannya nanti suka sama Raina. Raina ndak di bolehin dekat-dekat sama orang asing, tapikan mbak Mayang dan Saras lagi ndak ada ehh Raina tinggalin maksudnya hehehe berarti boleh dong kalo Raina deket sama kakak tampannya kan ndak ada yang ngawasin heheheh," lanjut Raina, tapi malah berargumen sendiri. Pria itu menatap Raina dengan tatapan bingung, apalagi melihat Raina yang malah berbicara dengan dirinya sendiri.

"Balikin," satu kata yang keluar dari mulut pria itu namun masih tidak di gubris oleh Raina, gadis cantik nan imut itu masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Ehh, ehh, kok di ambil sih?! Kan tadi kakaknya udah mau buang, mending buat Raina aja." Protes Raina saat pria itu merebut kembali cincin itu dari tangan Raina.

"Saya gak kenal sama kamu," ucap pria itu masih dengan tatapan datarnya.

"Oh iya, ndak saling kenal yaa. Ya udah dehh, kalo gitu Raina pergi dulu ya dadahh,"

"Tunggu, kita belum kenal kamu gak ada niatan buat kenalan sama saya?" Tanya pria itu, namun di jawab gelengan tegas dari Raina.

"Ndak dehh, kata papa, mama dan kak Revan, Raina ndak boleh kenalan dan dekat sama orang asing. Udah dulu ya, Raina mau lanjut kabur lagi dari mbak Mayang dan Saras dadahh," jawab Raina dengan polosnya membuat pria itu tersenyum kecil, ingat loh ya kecil tapi udah tampan banget.

Setelah melihat kepergian Raina, pria itu segera memerintahkan bodyguard nya untuk menjual kembali cincin itu.

"Jual kembali cincin ini, saya tidak mau melihat cincin itu lagi." Perintah pria itu dengan wajah datarnya.

"Kenapa tidak di buang saja Tuan?" Tanya salah satu bodyguard nya, melupakan satu fakta bahwa tuan mereka tidak suka membuang-buang uang.

"Aduh Mayang, bagaimana ini tuan dan nyonya pasti akan sangat marah kalo tau nona muda lari lagi dari pengawasan kita." Ucap Saras dengan wajah lelah mencari keberadaan Raina.

"Kamu benar Saras, aduhh nona ini benar-benar sangat lincah bahkan dia dengan mudah lari dari pengawasan kita." Ucap Mayang menyetujui perkataan Saras.

Pria itu yang masih berada di taman mendengar semua apa yang Mayang dan Saras bicara kan namun bersikap cuek dan segera pergi menjauhi taman.

Karena putus asa tidak menemukan keberadaan Raina, Mayang dan Saras pun memutuskan untuk pulang dan melaporkan hal ini pada keluarga Raina dan tentunya bersiap mendengarkan omelan dari mereka. Mereka sama sekali tidak takut di pecat, karena bagaimanapun Raina tidak suka jika orang yang melayani nya bukan mereka jadilah jika ada kesalahan yang mereka perbuat selagi itu tidak kelewatan maka keluarga Raina hanya akan memarahi mereka agar lebih berhati-hati saat mengawasi putri mereka.

"Hahaha, senangnya bisa sebebas ini. Biarin aja mbak Mayang dan Saras kalang kabut nyariin Raina, sapa suruh tadi ngajak Raina pulang padahal kan masih mau keliling." Ucap Raina dengan senyum lebarnya, sekarang langit sudah mulai gelap dan Raina menyadari itu.

"Yahh, udah gelap. Nanti mama, papa dan kak Revan khawatir kalo Raina belum pulang ke rumah." Gumam Raina, lalu kembali berjalan untuk mencari tumpangan yang bisa mengantarkannya pulang.

"Ehh, Neng Raina tumben baru keliatan lagi. Kemana aja Neng kok baru nongol?" Tanya seorang tukang ojek yang sudah tau tabiat Raina yang suka kabur-kaburan dari kedua pelayannya, karena setiap kabur Raina selalu datang kesini untuk mencari tumpangan yang bisa membawanya pulang dengan selamat.

"Selamat sore Om Budi, biasa heheheh papa mama ngelarang Raina main keluar. Om Budi, seperti biasa dong cariin Raina ojek yang bawanya cewek yaa." Jawab Raina dengan cengiran nya, Budi yang di panggil om itu mengangkat kedua jempol nya tanda menyetujui permintaan Raina.

Setelah menunggu beberapa saat, Rainaakhirnya mendapatkan ojeknya dan segera pulang ke rumah.

"Kalian selalu saja seperti ini!! Bagaimana bisa anak saya bisa lolos lagi dari pengawasan kalian hah?! Apa saja pekerjaan kalian, saya hanya memerintahkan kalian untuk mengawasi setiap gerak gerik anak saya. Tapi kenapa bisa kecolongan?!" Terdengar dari kejauhan, Bima sedang memarahi kedua pelayan anaknya yang datang tanpa adanya Raina bersama mereka. Hal itu sukses membuat kedua pelayan itu menunduk takut dan mengeluarkan air mata nya, saat ini Bima sedang kedatangan tamu yaitu sahabat lamanya yang datang bersama keluarganya untuk berkunjung namun karena mendengar kabar bahwa Raina kembali melarikan diri membuat Bima melupakan tamu-tamunya.

"Ahhh, mari kita masuk saja dulu. Maafkan kejadian ini, kalian jadi harus menyaksikan kemarahan suami saya." Ucap Dewi sedikit tak enak hati karena Dimas sahabat Bima dan keluarganya harus menyaksikan kemarahan Bima di saat seperti ini.

"Tidak usah sungkan Dewi, kami maklum. Bima jelas sangat khawatir mengetahui anak kalian menghilang." Ucap Sari istri dari Dimas.

"Iya, anakku itu memang seperti itu. Selalu membuat masalah dan membuat aku serta suamiku pusing menghadapi tingkahnya, ini bukan yang pertama kali nya dia mengerjai kedua pelayannya seperti ini." Jelas Dewi, lalu memepersilahkan Dimas dan keluarganya untuk duduk di ruang tamu namun masih sangat jelas terlihat Bima yang masih memarahi kedua pelayan anaknya.

"Assalamualaikum, Papa, Mama, kak Revan!! Raina anak Papa Bima yang paling cantik udah pulang nihh" suara itu membuat semua mata tertuju pada Raina yang baru saja turun dari ojek yang mengantarkannya, terlihat tukang ojek itu sedang meringis karena telinganya harus mendengar suara cempreng milik Raina.

Bima menatap anaknya yang sedang tersenyum lebar seolah-olah tidak memiliki salah apapun, sedangkan Mayang dan Saras menghela nafas lega karena nona mereka sudah pulang dengan selamat.

"Dari mana saja kamu Raina? Kamu selalu saja buat Papa spot jantung tiap harinya, gak capek kamu lari-lari terus hehh?!" Tanya Bima menatap Raina dengan tatapan tajam namun hanya di acuhkan oleh Raina, gadis cantik itu malah tersenyum lebar dengan langkah pelan berjalan kearah Bima.

Cup

Cup

Setelah mencium kedua pipi papanya, gadis itu lalu berlalu begitu saja menuju lantai atas tempat kamarnya berada sambil bersenandung ria hal itu membuat amarah Bima yang tadinya sangat menggebu-gebu lenyap seketika.

Semua orang yang melihat kelakuan Raina terbengong, terlebih Dewi yang sudah mengelus dada sambil mengucapkan astaghfirullah dalam hatinya melihat tingkah anaknya.

3

Happy Reading🙂

Tampak suara canda tawa memenuhi meja makan keluarga Raina, kecuali seorang pria yang sedari tadi hanya diam menyimak pembicaraan antara keluarganya dengan keluarga Raina. Pria itu adalah Devano, anak pertama dari Dimas dan Sari.

Sedangkan di kamarnya, Raina masih saja mengerjai kedua pelayannya membuat kedua pelayan itu menghela nafas pelan menghadapi sikap nona mereka yang selalu jahil.

"Nona, ini sudah satu jam lamanya kami memilihkan pakaian untuk Nona kenakan. Ayo lah Nona, jangan mempersulit kami lagi tuan dan nyonya pasti sudah menunggu sedari tadi di ruang makan." Ucap Saras dengan tatapan memelas dan di angguki oleh Mayang.

Bagaimana mereka tidak lelah, sehabis mandi tadi Raina hanya sibuk mengerjai mereka. Menyuruh mereka untuk mencari pakaian yang dia inginkan, namun sampai isi lemari hampir tandas belum ada satu pun yang menarik di mata Raina.

"Ihhh, kok gitu sih. Kan udah tugas buat nurunin semua perintah Raina, ya udah dehh Raina mau pake baju yang pertama aja." Perkataan Raina sukses membuat Mayang dan Saras duduk lemas di lantai, apa tadi katanya baju yang pertama? Seisi lemari hampir semua nya kosong karena ulah mereka dan sekarang Raina ingin memakai pakaian yang sudah jelas tertimbun pakaian yang lainnya.

Melihat ekspresi kedua pelayannya, Raina tertawa sampai perutnya terasa keram.

"Hahaha, muka kalian kok gitu sihh. Udah, aku pake yang ini aja," ucap Raina masih dengan tawanya. sambil mengambil dress untuk di kenakannya lalu segera memakai dress nya.

"Ehh, jangan lupa di beresin lagi ya heheh" lanjut Raina saat sudah berada di depan pintu kamar bersiap untuk pergi ke ruang makan dengan tersenyum riang gadis itu menuruni tangga sambil bersenandung.

"Selamat malam semua," sapa Raina saat sudah berada di meja makan.

"Malam princess, ayo duduk biar Mama ambilin makanan buat kamu." Jawab Dewi, setelah Raina duduk dengan tenang semuanya pun memulai makan malam nya.

Revan bersyukur dalam hati melihat Raina yang lebih anteng saat ini, tidak seperti biasanya yang menjadi kang rusuh.

"Ehh?!! Kakak tampan kok ada di rumahnya Raina sih??" Ucap Raina tiba-tiba dengan hebohnya, membuat Revan yang sedang minum tersedak karena kaget.

Ingatkan Revan untuk menarik kembali kata-katanya, Raina kini justru sibuk mengoceh di sela-sela makannya. Dewi dan Bima yang melihat tingkah Raina hanya bisa tersenyum miris di hadapan Dimas dan keluarganya.

"Anak kalian sangat menggemaskan, siapa namamu nak?" Tanya Sari pada Raina yang malah sibuk merecoki Devano.

"Tante siapa? Kata Papa, Raina ndak boleh bicara sama orang asing." Ucap Raina sekenanya, todak sadar diri sudah lancang berbicara dengan Devano yang jelas-jelas juga orang asing. Perkataan Raina membuat semua mata tertuju pada Bima membuat pria itu tersedak minuman nya sendiri saat menyadari semua mata tertuju pada nya.

"Apa? Aku hanya tidak mau Raina berbaur dengan orang jahat, wajar dong kalo Aku berpesan seperti itu pada Raina." Ucap Bima yang merasa terintimidasi.

"Kakak tampan, pertanyaan Raina belum di jawab issh! Kesel dehh, atau Kakak tampannya sengaja yaa ngikutin Raina di taman tadi?!!" Devano hanya menatap Raina dengan tatapan datarnya.

"Adek, makan dulu gihh. Jangan rusuh dulu, mereka itu tamu nya Papa nggak sopan dek." Ucap Revan memperingati Raina yang hendak kembali merusuh.

Raina hanya diam lalu kembali melanjutkan makannya.

"Kalo saja Diva tidak mengalami kecelakaan saat itu, kami pasti juga akan sangat senang memiliki anak gadis yang cantik dan bisa tersenyum bebas seperti anak kalian." Ucap Sari tersenyum miris melihat Raina yang selalu tersenyum dan membuat semuanya bahagia.

Devano menyadari kesedihan yang di pancarkan kedua orang tuanya, pria tampan itu sangat merasa bersalah karena tidak pernah mempercayai perkataan sang adik bahkan saat Diva sedang koma pun pria itu bahkan masih ingin melindungi orang yang telah membuat adiknya menderita.

"Maafin aku ya Ma, Pa, coba aja aku tau dari awal tentang perempuan itu pasti Diva bisa sama-sama kita sekarang." Ucap Devano penuh rasa sesal, membuat Sari tersadar akan apa yang baru saja dia ucapkan.

"Maafkan Mama nak, Mama tidak bermaksud buat kamu kembali merasa bersalah seperti ini." Ucap Sari mengelus pundak Devano dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Semoga Diva bisa segera sadar dari koma nya yaa, kami sekeluarga turut sedih akan apa yang menimpa Diva." Yaa, setahun yang lalu Aldiva Farasya adik kandung Devano mengalami kecelakaan mobil dan mengalami koma hingga saat ini. Para keluarga hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Diva agar gadis itu bisa sehat seperti dulu lagi.

"Siapa Diva? Terus Diva nya sakit apa? Kak Revan apain Diva? Kak Revan harus tanggung jawab," tanya Raina tiba-tiba dengan tatapan mengintimidasi, Revan yang mendengar ucapan sang adik menatap si empu dengan tatapan datarnya.

"Ngapain kamu bawa-bawa nama Kak Revan? Kakak kan sudah bilang kalo makan jangan banyak omong dulu, bandel banget sih." Ucap Revan sedikit nyolot, Raina balik menatap Revan dengan tatapan datarnya namun malah terlihat menggemaskan dimata semuanya.

"Hahahah, Raina kamu sungguh menggemaskan sayang. Boleh gak sih Raina nya kami bawa pulang ke rumah?" Ucap Dimas tertawa melihat wajah menggemaskan Raina.

"Bo_"

"Ndak boleh! Raina cuma anak Papa Bima dan Mama Dewi jadi ndak boleh di bawa kemana-mana" belum juga Revan menyelesaikan ucapannya, sudah di sambar aja sama adek nakal nya ini.

Perkataan Raina membuat mereka semua kembali tertawa, sedangkan yang menjadi objek kembali mengunyah buah apel yang baru saja di ambil nya.

Tanpa pamit dan mengucapkan apapun, Raina sudah beranjak menuju ruang keluarga sembari membawa cemilan keripik singkong kesukaannya. Dewi yang melihat kelakuan Raina sekali lagi hanya bisa ngelus dada, takut emosinya keluar didepan para tamu.

"MBAK MAYANG, MBAK SARAS, BURUAN TURUN TEMANIN RAINA MAIN!!" Teriak Raina dengan suara tos nya memanggil kedua pelayannya.

"Ckck, kamu kasih makan apa sih adek kamu itu Van? Ini di rumah lo, kita juga masih ada tamu malah teriak-teriak seperti tarzan." tanya Bima dengan wajah lelahnya, hari ini emosi Bima kembali terkuras habis dengan kelakuan Raina.

Sudah di bilang kan, gadis cantik itu tidak bisa sehari pun tanpa membuat masalah. Jelas saja sejak pagi sukses membuat emosi menguap dengan penampilan Raina yang basah karena memaksa mencuci mobil yang nyatanya tidak kotor sama sekali.

Mengerjai miss Sabrina dengan memberikan obat tidur pada minumannya, kembali memecahkan kaca jendela kamar yang baru saja di ganti 2 hari yang lalu, mencabuti semua tanaman milik Dewi yang baru saja tumbuh karena di anggap rumput dan yang terakhir kabur-kaburan dari pengawasan kedua pelayannya, rasanya Bima ingin mengurung putri cantiknya itu ke dalam kamar namun tidak tega dan merasa kesepian jika tidak mendengar celotehan gadis itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!