NovelToon NovelToon

MENIKAHI TUAN MUDA ARROGANT

Bab 1

"Hah... hah... hah...."

Napas Ziva tersengal-sengal saat memasuki gerbang Rumah besar Pradipta. Hari ini, Ziva terlambat datang bekerja. Ziva pasti akan di tegur oleh kepala pelayan yang bernama Desy

Ziva masuk ke dalam rumah besar dengan lewat di pintu samping. Belum sampai kakinya masuk, Ziva sudah di tegur oleh Desy.

Desy berkacak pinggang. "Hei... si buruk rupa, jam berapa ini!"

Desy menunjukan jam di pergelangan tangannya. Ziva hanya menunduk karena ini memang salahnya datang terlambat. "Maaf... aku telat."

Desy mendengus. "Dasar... buruk rupa!"

Zivana seorang gadis berusia 20 tahun. Berwajah hitam buluk dengan rambut panjang keriting. Meskipun berwajah buluk tetapi Zivana mempunyai postur tubuh yang proporsional. Zivana punya tubuh tinggi semampai dan ramping.

Zivana bekerja sebagai pelayan di rumah besar milik keluarga Pradipta. Zivana sudah setahun menjadi pelayan harian di rumah keluarga Pradipta. Di rumah tempatnya bekerja, Ziva memang sering di panggil buruk rupa.

Wajah Ziva buluk di tambah rambutnya yang panjang keriting membuat Ziva di panggil Alien oleh orang yang tinggal dan bekerja di rumah itu. Walaupun sering di olok-olok, Ziva tidak mengambil hati. Ziva tetap tersenyum ramah pada mereka.

Tanpa mereka sadari bahwa di balik wajah yang terlihat buruk itu, tersimpan sebuah kecantikan. Kecantikan itu sudah di tutupi oleh sang empunya wajah yaitu Ziva. Ziva menutupi kecantikan aslinya dari semua orang.

Karena trauma masa lalu, Ziva menyembunyikan kecantikannya. Karena wajah cantiknya, Ziva harus terpisah dari ibunya di desa. Zivana sengaja membuat wajahnya menjadi jelek untuk menghindari para pria yang mengincar dirinya.

Ziva mulai mengerjakan tugasnya sebagai pelayan. Tugas Ziva adalah membersihkan kamar dari Tuan muda Ken. Ziva mengetuk kamar Ken.

Tok... tok... tok... !

Tidak ada sahutan dari dalam kamar. Ziva memutar handle pintu lalu masuk ke dalam kamar. Kamar Ken sangat berantakan, baju-baju berserakan, belum lagi botol minum dan juga bekas cemilan berhamburan di mana-mana.

Setiap hari Ziva membersihkan kamar itu. Tetapi kamar itu selalu berantakan tiap harinya. Ziva mendengar suara air di kamar mandi. Itu artinya Ken tengah mandi. Ziva bergegas membersihkan kamar Ken.

Ziva sangat malas jika harus bertatap wajah dengan Ken. Pria itu senang sekali menjahili dan juga menggodanya. Ken selalu berbuat hal aneh kepada Ziva. Ken selalu mengatakan jika Ziva itu hantu dan Alien.

Ceklek... !

Pintu kamar mandi terbuka. Ken keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di lehernya. Ken menyeringai saat melihat Ziva sedang membersihkan kamarnya.

Ken Pradipta berusia 22 tahun. Ken mempunyai wajah yang rupawan dengan tubuh atletis. Ken bermata coklat dengan rambut hitam. Tubuh tinggi menjulang khas orang eropa. Ken masih berstatus mahasiswa dan juga seorang selebgram.

Ken mengambil ponsel yang di atas nakas tempat tidur. Ken mendekati Ziva yang sibuk memungut baju-baju yang berserakan. "Ziva... kita selfi yuk!"

Ziva menghentikan pekerjaannya. " Tuan... nanti saja, saya lagi bekerja."

Ken terus memaksa. "Ziva... ayolah, biasa kamu juga mau."

Ken selalu saja mengajak Ziva untuk berselfi. Ken memposting fotonya bersama Ziva di medial sosial miliknya. Ada banyak sekali komentar jika Ken berselfi bersama Ziva. Banyak dari follower Ken yang penasaran akan sosok dari Ziva.

Ziva yang buluk itu sangat beruntung bisa berselfi dengan Ken. Ken pria populer di media sosial. Banyak dari para gadis yang mengejar dirinya. Ken seorang playboy yang suka berganti pasangan.

Ziva pasrah saat Ken mengajaknya untuk berselfi bersama. "Ya sudah, ayo selfi."

Ken tersenyum dan mulai mengarahkan kamera ponselnya ke wajah mereka berdua.

Cekrek... cekrek... !

Ada beberapa kali dan gaya selfi yang Ken peragakan saat selfi bersama Ziva. Ken langsung saja memposting fotonya bersama Ziva ke media sosial. Hanya beberapa menit saja akun sosial Ken sudah di banjiri banyak komentar dari followernya.

Ziva hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Ken. Ken tertawa saat membaca koment dari para followernya.

"Ziva... followerku semakin banyak saat selfi denganmu. Mereka bahkan ingin bertemu dengan kamu. Mereka ingin melihat wajahmu yang seperti Alien itu," ujar Ken.

Tidak rasa sakit hati saat Ken menyebutnya Alien. Ziva sudah terbiasa akan hal itu. Ziva bahkan senang saat Ken mengajaknya berselfi. Ken bahkan kadang mengajaknya bercerita. Ken dan Ziva juga sering bercanda bersama.

Ken memperhatikan Ziva dari atas sampai bawah. Ken memutari tubuh Ziva dengan jari tangan di dagunya. Ken seperti menyelidiki sosok Ziva di depannya.

"Jika aku perhatikan, postur tubuh kamu menarik. Tinggi, ramping dan bagian- bagian tertentu menarik," tutur Ken.

Ziva mendelik dan segera menempelkan tangannya di dada. "Jangan mesum, Tuan!"

Ken berdecak. "Aku tidak tertarik denganmu. Hanya saja... aku perhatikan kenapa wajahmu terlihat aneh. Apa itu warna aslimu?"

Ziva berusaha untuk tidak panik. "Tuan... ini saya apa adanya. Tidak ada yang aneh pada diri saya."

Ken mengetuk-ngetuk dagunya. "Tapi... aku perhatikan wajahmu kadang aneh. Kadang sangat hitam dan kadang warnanya buram."

"Tuan... memang wajah saya tulisan kertas. Kadang buram dan kadang jelas," ujar Ziva.

Kadang aku melihat wajah Ziva terlihat sangat buluk jika di pagi hari. Kalau sore hari warna wajahnya berubah pudar, apa Ziva memakai masker wajah, batin Ken.

Jangan sampai Tuan Ken curiga kepadaku, batin Ziva.

"Tuan... saya mau menyelesaikan perkerjaan saya dulu," ucap Ziva.

Ken mengangguk. "Baiklah... lakukan tugasmu."

Ken keluar dari kamarnya meninggalkan Ziva yang berberes. Ziva bernapas lega Ken tidak banyak bertanya padanya. Memang saat pagi wajah Ziva akan terlihat sangat hitam. Itu di karenakan bubuk hitam itu masih melekat sempurna. Tetapi sore hari bubuk hitam di wajah Ziva akan pudar karena telah hilang bercampur dengan keringat.

Ziva keluar dari kamar Ken saat pekerjaannya sudah selesai. Ziva berpapasan dengan Desy yang juga keluar dari kamar lainnya. Ziva heran melihat Desy yang baru saja keluar dari kamar yang paling besar.

Kamar besar itu sejak Ziva bekerja tidak pernah terbuka. Kamar itu mengunakan sidik jari untuk membukanya. Ziva tidak tahu siapa pemilik dari kamar itu. Yang Ziva tahu kamar itu milik dari saudara Ken.

Desy menatap sinis Ziva. "Buruk rupa... sana kerjakan tugas yang lain, jangan bengong disini. Sebentar lagi Tuan dari rumah ini akan datang."

Ziva heran. "Tuan... dari rumah ini, siapa lagi?

"Tuan pemilik kamar itu," ujar Desy.

Desy menunjukan kamar yang paling besar. Kamar yang baru saja Desy bersihkan. Itu artinya pemilik rumah ini akan datang. Sudah setahun Ziva sangat penasaran dengan pemilik rumah ini.

Tbc

Dukung Author dengan vote , like dan juga koment.

Bab 2

Ziva berjalan gontai menuju rumah sewanya. Ziva pulang sudah larut malam. Karena pemilik dari rumah tempatnya bekerja akan tiba, Ziva di haruskan untuk lembur. Belum lagi angkutan umum yang sudah jarang lewat saat malam.

Hari ini benar-benar membuat tubuhnya serasa remuk karena lelah. Ziva berjalan menyusuri jalan setapak kecil agar cepat sampai di rumahnya. Jalan itu memang sepi, apalagi sehabis hujan. Jalan setapak itu benar-benar sepi.

Bunyi suara kodok menemani langkah Ziva. Ada rasa takut di hati Ziva ketika berjalan hanya sendiri. Ziva menoleh kiri kanan takut jika ada orang jahat yang lewat. Tetapi Ziva merasa orang tidak akan berani mendekatinya.

Mungkin saja jika ada orang yang melihat Ziva, orang itu yang akan lari. Mungkin Ziva di kira hantu yang sedang lewat. Secara penampilan Ziva yang buluk dengan rambut panjang keriting. Ziva sengaja membuat rambutnya menjadi keriting mengembang.

Ziva mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai di rumah. Dengan memeluk tas di dadanya Ziva berjalan. Ziva berhenti saat terdengar suara dari arah jalan buntu yang di laluinya. Tepatnya itu adalah jalan di dalam gang.

Bugh... bugh... !

"Akhhhhh...."

Ziva penasaran akan suara seseorang yang mengerang. Ziva ragu untuk mendekati arah suara itu. Tetapi di dalam hatinya merasa penasaran dan ingin tahu apa yang terjadi.

Ziva melangkahkan kakinya ke arah sumber suara tersebut. Ziva perlahan-lahan mendekat ke gang buntu. Ziva menutup mulutnya saat melihat kejadian yang ada di depan matanya.

Seseorang sedang di keroyok dengan lima orang pria. Ziva spontan berteriak saat salah satu pria mengeluarkan pisau di balik sakunya.

"Akhhhh," teriak Ziva.

Ziva menutup mulutnya lalu berlari menjauh dari tempat itu. Ke lima pria itu kaget karena ada yang melihat aksi mereka. Mereka mengejar Ziva yang tengah berlari.

Ziva terus saja berlari tanpa melihat kiri dan kanan. Ziva menoleh ke belakang takut jika para pria itu sudah mendekat. Ziva berlari ke arah jalan raya. Ziva terus berlari tanpa memperdulikan kakinya yang lelah.

Napasnya sudah ngos-ngosan, Ziva menarik oksigen agar napasnya teratur. Ziva berlari lagi saat mendengar suara para pria itu. Ziva berlari dengan terus melihat ke belakang. Ziva tidak memperhatikan jika ada mobil yang melaju di depannya.

Cekkittttt... !

Suara rem mobil berhenti dengan mendadak. Ziva memegang dadanya kaget. Hampir saja mobil itu menabrak dirinya. Ziva menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca mobilnya.

Tok... tok... tok... !

"Tuan... tolong saya," ucap Ziva.

Pria di dalam mobil itu membuka sedikit kaca mobilnya. "Ada apa, Nona?"

Ziva menangkup kedua tangannya memohon. "Tuan... saya dalam bahaya. Saya di kejar oleh para penjahat."

Pria yang sedang menyetir itu menoleh ke belakang meminta izin dari atasannya. Pria yang duduk di belakang itu menganggukkan kepala mengizinkan. Pria yang memegang setir kemudi itu mengangguk.

"Masuklah," ujarnya.

Ziva merasa lega saat dirinya di izinkan untuk masuk ke dalam mobil. Ziva menarik napas lega karena sudah terbebas dari para pria itu. Ziva mengelap keringat di dahinya. Ziva kaget saat bubuk itu terangkat karena keringatnya.

Ziva panik karena pasti bubuk hitam di wajahnya sudah hilang. Ziva membuka ikatan rambutnya lalu menutupi wajahnya dengan rambutnya yang panjang. Pria di yang sedang menyetir itu menoleh ke arah Ziva.

"Nona... siapa namamu?" tanyanya.

"Nama saya Zivana, Tuan," jawab Ziva.

"Nama saya Jimi dan yang di belakang itu adalah atasanku namanya Tuan Sean," ujar Jimi.

"Kenapa kamu sampai di kejar-kejar penjahat?" tanya Jimi.

"Saya tidak sengaja melihat mereka berbuat jahat pada orang lain," jawab Ziva.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang sunyi. Jalanan sepi karena bekas hujan dan sudah larut malam. Jimi melirik Ziva yang tertunduk. "Nona... kemana saya akan mengantar kamu?"

"Tolong... antarkan saya ke rumah keluarga Pradipta. Saya bekerja di sana, saya akan menumpang untuk tidur disana," ucap Ziva.

Jimi terkesiap ternyata tujuannya sama dengan Ziva. "Kamu bekerja sebagai pelayan di sana?"

Ziva mengangguk. "Benar... Tuan!"

"Apa... kamu tidak mengenal kami?" tanya Jimi.

Ziva keheranan lalu mengeleng. "Tidak... saya baru sekitar satu tahun bekerja di sana."

"Orang yang duduk di belakang kamu itu adalah atasanmu, namanya Sean Pradipta," ucap Jimi.

Ziva kaget lalu menoleh ke belakang. "Ah... maaf saya tidak tahu, Tuan!"

Sean hanya berdehem. "Hemm...."

Mobil telah sampai di gerbang Rumah besar Pradipta. Satpam penjaga membuka pintu gerbang untuk mobil majikannya. Ziva dan Jimi keluar dari mobil. Jimi membukakan pintu mobil untuk Sean keluar.

Ziva terpesona melihat wajah dari Sean. Wajah itu terlihat jelas dari lampu rumah. Wajah rupawan dengan tubuh tinggi tegap. Mata tajam berwarna kehijauan, hidung mancung dengan bibir tipis kemerahan.

Bulu-bulu halus di sekitar jambang dan dagunya menambah kesan sexy. Sean berjalan melangkah ke depan masuk ke dalam rumah. Di ikuti asistennya Jimi dan juga Ziva yang ikut masuk.

Sean Pradipta pria berusia 35 tahun. Seorang pengusaha besar di negeri ini. Perusahaan yang di pegangnya berkembang pesat di dalam dan di luar negeri. Sean sudah setahun tinggal di luar negeri mengembangkan perusahaannya.

Tahun ini Sean kembali dari luar negeri karena akan menikah. Sean akan menikah dengan tunangannya bernama Rissa Andriani. Sean dan Rissa sudah menjalin hubungan selama 2 tahun.

Semua pelayan menyambut kedatangan Sean yang sudah setahun ini pergi. Ken memeluk Sean saat kakaknya itu baru datang. "Selamat datang, Sean."

Sean membalas pelukan Ken. "Terima kasih, bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, ayo kita masuk," ajak Ken.

Saat Ken ingin mengandeng Sean, matanya melihat Ziva yang tengah berdiri. "Ziva... kamu belum pulang?"

Ken tertawa melihat Ziva dengan rambut terurai. " Hahahaha.... "

Ziva terlihat sangat lucu, wajahnya tidak terlihat karena tertutup rambut. Ken mendekati Ziva, Sean memperhatikan Ken yang terlihat akrab dengan Ziva.

"Ziva... kenapa kamu seperti ini?" tanya Ken.

Ken mencoba untuk mengalihkan rambut Ziva. Ken ingin melihat wajah Ziva tapi Ziva mundur ke belakang. Ken semakin penasaran dengan menghindarnya Ziva.

"Ziva... sini biar aku rapikan rambutmu. Wajah bulukmu itu tidak kelihatan," ucap Ken.

Ziva semakin mundur ke belakang. "Jangan Tuan, biar saya saja nanti yang merapikannya."

Semua yang tengah berkumpul di ruang depan pintu itu, asyik memperhatikan Ken dan Ziva. Ken semakin mendekati Ziva hingga Ziva keluar dari pintu rumah.

"Ziva... kenapa menghindariku?" tanya Ken.

"Tuan... jangan kesini," ucap Ziva.

Ziva terus mundur dan tidak melihat anak tangga yang ada di belakangnya. Ziva terpeleset dan jatuh.

Bruukkkk... !

Ken segera menolong Ziva yang jatuh. Ken meraih bahu Ziva. Ken melotot melihat wajah Ziva.

"Ziva."

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.

Bab 3

Ken begitu kaget melihat wajah Ziva. Bubuk hitam yang di pakai di wajahnya meluber. Bubuk itu sudah tersapu sebagian di keningnya.

"Ziva... kamu memakai masker?" tanya Ken.

Ziva begitu panik lalu segera menutupi wajahnya dengan rambut. "Tuan... jangan beritahu siapapun. Lindungi aku, nanti akan saya jelaskan."

Sean datang menyusul Ken dan Ziva. Sean begitu penasaran dengan Ken. Tidak seperti biasanya Ken mau berdekatan dengan pelayan. Apalagi pelayan itu bertampang buluk.

Sean berjalan menuju pintu depan. Sean heran melihat interaksi keduanya. Ken sedang memgang bahu Ziva. Sean segera menegur adiknya itu.

"Ken," panggil Sean.

Ken kaget lalu menutupi Ziva dengan tubuhnya. Ziva sudah berada di belakang Ken. Ken tergagap untuk bicara pada Sean.

"A-a-ada apa?"

"Kalian kenapa?" tanya Sean.

Ken mengeleng. "Tidak... kau masuklah."

Sean masih terlihat keheranan. Sean masuk dengan membawa rasa penasarannya pada Ken. Tetapi kenapa juga dirinya merasa bingung. Itu urusan Ken, biar saja Ken melakukan apa maunya.

Ken segera menarik Ziva untuk mengikuti dirinya. Ken membawa Ziva ke dalam kamarnya. Ken mengunci pintu saat mereka berdua telah sampai di dalam kamar.

Ken mengambil handuk kecil lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ken membasahi handuk itu dengan air. Setelah handuk itu basah, Ken lalu menghampiri Ziva yang duduk di sofa. Ken duduk di samping Ziva.

Ken memberikan handuk yang sudah basah itu pada Ziva. "Ini... hapus masker itu. Aku ingin melihat wajahmu sebenarnya."

Ziva mengikat rambutnya yang panjang itu agar tidak menghalangi wajahnya. Ziva mulai menghapus bubuk hitam di wajahnya. Bubuk itu mulai terhapus bersih dari wajah Ziva.

Ken menatap takjub akan wajah yang berada di hadapannya. Bulu mata lentik dengan warna mata coklat. Hidung bangir, kulit putih bersih dengan bibir tipis kemerahan. Wajah Ziva kecil seperti boneka.

Ziva terlihat cantik mengemaskan dengan wajah kecilnya. Wajah berbentuk oval dengan mata, hidung dan bibir yang sempurna. Ken geleng-geleng kepala tidak percaya. Ken tidak percaya di balik masker yang di pakai Ziva ternyata ada kecantikan yang tersembunyi.

Ken sama sekali tidak mengalihkan pandangan matanya dari Ziva. Ziva melambaikan tangan di wajah Ken. Beberapa kali tangan Ziva melambai tapi Ken tidak sadar.

Ziva merasa kesal, beginilah para pria jika melihat wajahnya. Bukannya Ziva merasa sombong memiliki wajah cantik. Tetapi itu memang nyata adanya. Setiap pria hanya melihat wajah cantik saja dan bukannya hati.

Karena kesal Ken yang masih terus menatap wajahnya. Akhirnya Ziva mencubit kuat tangan Ken. Ken berteriak kesakitan saat Ziva mencubit tangannya.

"Awww... sakit, kenapa mencubitku?" tanya Ken.

Ziva memutar mata malas. "Tuan Ken... kenapa bengong?"

Ken bertepuk tangan sekali. "Ziva... kamu sangat cantik. Sungguh kamu cantik sekali."

"Kamu mau jadi pacarku?" tanya Ken.

Jiwa playboy dalam diri Ken mulai muncul. Ken tidak bisa melihat wajah cantik. Jika melihat wanita cantik maka Ken akan menjadikan wanita itu pacarnya.

Ziva mengeleng. "Tidak mau... jangan tanya alasannya. Karena Tuan pasti sudah tahu."

Ken mencebik, tentu saja dia tahu alasannya. Itu karena dirinya yang playboy. "Kenapa kamu menyembunyikan kecantikan kamu?"

"Saya akan menjelaskan semuanya tapi dengan satu syarat," ucap Ziva.

"Apa?"

"Izinkan saya untuk menjadi pelayan tetap disini," ucap Ziva.

Ken berdecih. "Cih... kamu mau bernegosiasi denganku?"

"Mau tidak?" tanya Ziva.

Karena rasa penasaran yang di dalam hatinya, Ken mengiyakan permintaan Ziva. Sebelum mereka turun ke bawah, Ziva sudah membuat dirinya menjadi hitam kembali.

Ziva selalu membawa bubuk hitam itu di dalam tasnya. Karena tadi satu mobil bersama Sean dan Jimi jadi Ziva tidak bisa memakainya.

Ziva merasa senang jika dirinya sudah menjadi pelayan tetap. Itu artinya Ziva akan tinggal di rumah besar milik Sean.

"Sekarang tunjukan dulu kamarku. Lalu katakan kepada Desy jika aku sudah menjadi pelayan tetap," tutur Ziva.

Ken mengangguk dan mengikuti kemauan Ziva. Ken dan Ziva keluar kamar mencari Desy lalu mengatakan jika Ziva sudah Ken angkat menjadi pelayan tetap dan akan tinggal di rumah besar.

"Desy... Ziva akan menjadi pelayan tetap disini, kamu tunjukan di mana kamarnya," ujar Ken.

Desy mengangguk seraya tersenyum tapi di dalam hatinya merasa sangat tidak senang. Desy sangat tidak menyukai Ziva. Ziva dekat dengan Ken dan itu membuatnya menjadi iri.

"Baik... Tuan," ucap Desy.

Desy membawa Ziva ke kamar para pelayan.

"Ini kamarmu!"

Ziva mengangguk. "Terima kasih... Desy!"

Desy tidak menjawab ucapan terima kasih Ziva dan langsung pergi begitu saja. Ziva masuk ke dalam kamar barunya. Kamar itu lebih bagus dari kamar yang ada di rumah sewanya. Ziva menutup pintu lalu merebahkan dirinya di kasur.

Ziva memejamkan matanya dan tidak lama kemudian tertidur. Rasa lelah karena berlari membuat dirinya tidur dengan cepat. Larut malam Ziva terbangun dari tidurnya.

Ziva merasa tenggorokannya kering. Ziva beranjak keluar menuju dapur untuk mengambil minum. Di dapur Ziva melihat bayangan seseorang. Karena takut ada maling, Ziva mengambil sapu untuk melindungi diri.

Ziva mendekat pada pria itu, saat Ziva ingin memukul pria itu berbalik. Suasana dapur memang remang-remang jadi tidak terlalu jelas siapa pria itu. Saat pria itu berbalik, Ziva melepas sapu itu begitu saja.

Ziva segera menunduk dan minta maaf. "Maafkan saya, Tuan Sean!"

Sean tersenyum. "Tidak apa, aku hanya ingin minum. Kamu bisa buatkan aku sesuatu? aku tidak bisa tidur."

Ziva mengangguk. "Bisa... duduk saja dulu di meja makan, Tuan!"

Sean lalu duduk di kursi meja makan seraya menunggu Ziva. Ziva membuatkan Sean secangkir coklat panas. Selesai membuat Ziva lalu memberikanya pada Sean.

"Silakan di minum, Tuan," ucap Ziva.

Sean mengernyit melihat isi di dalam cangkir itu. "Apa ini?"

"Itu coklat panas, jika Tuan meminumnya akan menjadi rileks dan cepat tidur," tutur Ziva.

Sean menuruti perkataan Ziva. Sean lalu meminum coklat panas yang di buat Ziva. Perlahan-lahan Sean meminum coklat itu. Rasanya memang benar, perasaan menjadi lega. Sean tersenyum ternyata yang di ucapkan Ziva benar. Sean menjadi rileks setelah meminum coklat itu.

"Terima kasih... kamu sudah membuatkan minuman ini untukku," ucap Sean

Ziva tersenyum. "Sama-sama Tuan!"

Sean beranjak berdiri setelah menghabiskan minuman yang di buat Ziva. Ziva mundur beberapa langkah karena Sean ingin pergi. Sean berdiri untuk pergi ke kamarnya.

Saat Sean beranjak berdiri dari kursi, kaki Sean tersandung kaki kursi. Sean hilang keseimbangan lalu menubruk tubuh Ziva yang ada di depannya.

Bruukkkk... !

Ziva dan Sean terjatuh ke lantai dengan posisi Ziva di bawah. Ziva kaget bukan karena dirinya terjatuh tapi lebih kepada bibir yang menempel di bibirnya.

Bibir Sean dan Ziva tidak sengaja bersentuhan. Mata mereka saling pandang dengan bibir yang menempel itu. Entah ada apa dengan Sean. Sean melu**t bibir Ziva sebentar. Ziva terkesiap ini untuk pertama kalinya seorang pria mencium dirinya.

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!