NovelToon NovelToon

Husband From Hell (Suami Dari Neraka)

Pernikahan Nicholas & Natalie

Natalie Watson

Wanita cantik yang selalu terlihat sangat ceria itu selalu menjadi sorotan dimana pun dia berada. Wajahnya yang nyaris sempurna, senyumnya yang tulus, sikapnya yang ramah, mampu membuat siapapun akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Bukan hanya kalangan pria saja, hampir semua rekan kerja wanita pun sangat mengagumi sosok wanita cantik itu. Kecuali, mereka yang benar-benar iri padanya. Lagipula wanita mana yang tidak iri dengan status Natalie saat ini yang menjadi kekasih dan calon istri dari seorang CEO dari Jhonson Company, perusahaan raksasa tempat dimana Natalie Bekerja.

"Beb, selamat yah! akhirnya minggu depan kamu jadi Nyonya Jhonson juga." Teriak seorang pegawai wanita yang menghamburkan pelukannya pada Natalie.

"Iya, iya Liz. Udah ah malu diliatin orang." Natalie melepas paksa tubuh Eliza yang tak kalah putih itu darinya.

"Sorry, sorry," Eliza menunjukkan gigi rapihnya, "abis aku seneng banget dengernya."

"Bu Natalie,"

Natalie dan Eliza mengalihkan wajahnya bersamaan pada sumber suara itu berasal. Seorang receptionist yang rambutnya di Cepol itu rupanya yang memanggil Natalie.

"Anda ditunggu Tuan Nicholas di ruangannya." Receptionist itu kembali menerima telepon tanpa menunggu jawaban dari Natalie. Sedikit kurang sopan memang. Apalagi posisi Natalie saat ini adalah calon istri dari pemilik perusahaan ini. Namun Eliza dan Natalie sudah terbiasa dengan sikap pegawai-pegawai wanita di kantor itu. Receptionist itu pasti adalah salah satu heatersnya Natalie yang iri karena sebentar lagi Natalie akan menjadi Nyonya Jhonson.

"Kamu sih terlalu baik sama mereka, jadi pada ngelunjak deh jadinya." Eliza mengerucutkan bibirnya kesal pada sikap receptionist barusan. "Udah gih sana! temuin Pak Bos!" Eliza mendorong-dorong tubuh Natalie untuk masuk ke lift yang akan menghubungkannya ke ruangan pribadi Nicholas Jhonson, putra tunggal pewaris tahta Jhonson Company.

---***---***---

Natalie POV

Laki-laki tampan yang sedang duduk dan menatap tajam ke arahku, dia adalah kekasih yang sebentar lagi akan menjadi suamiku, Nicholas Jhonson. Seorang CEO dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal.

Aku mengenalnya ketika pertama kali aku bekerja di perusahaan raksasa milik orang tuanya itu. Aku diterima sebagai seorang asisten Kepala Bagian Administrasi.

Awal pertemuan kami pun sedikit dramatis, dia menolongku di lift saat aku menjatuhkan berkas-berkas yang waktu itu sangat menumpuk di tanganku. Selain menolongku merapikannya, dia bahkan membantuku membawakannya ke ruangan Administrasi. Sontak saja beberapa pegawai wanita lainnya berteriak histeris melihat CEO muda nan tampan itu mau membantu seorang pegawai baru sepertiku. Apalagi dia dikenal dengan sosok dingin dan tak banyak bicara. Suatu keajaiban bukan jika dia mau mengulurkan tangannya pada karyawan baru sepertiku.

Sejak awal pertemuan itu, entah mengapa aku jadi menaruh perasaan lebih padanya. Aku kira ini hanya perasaan kagum, karena manusia sempurna seperti dia tidak akan pantas bersanding dengan wanita biasa sepertiku. Tapi ternyata tuhan sangat baik padaku. 3 bulan setelah kejadian itu Nicholas tiba-tiba mengajakku berkencan, tentu dengan senang hati aku menerimanya tanpa kompromi dengan siapapun.

Seiring berjalannya waktu, tak butuh waktu lama, sekitar 1 bulan kenal dengannya, aku resmi menjadi kekasihnya. Dan 2 bulan kemudian dia mendatangi kedua orang tuaku, dia meminta restu dan berniat menjadikan aku wanita satu-satunya dalam hidupnya.

Ya, dia melamar ku.

Laki-laki tampan. Putra tunggal pemilik perusahaan raksasa. Biasanya dikonotasikan dengan sosok laki-laki yang sering mempermainkan wanita. Karena memang dengan jumlah hartanya yang tidak akan habis oleh 30 keturunan itu, Nicholas bisa saja mempermainkan wanita manapun yang dia inginkan. Tapi itu tidak berlaku dengannya. Dia berbeda. Dia adalah sosok laki-laki yang penuh dengan tanggung jawab. Bahkan kurang dari 6 bulan dia sudah membuktikan kesungguhan cintanya untukku.

Dia menikahi ku.

---***---***---

"Beb, congrats ya. Udah sah." Goda Eliza yang datang dengan Kevin, sahabatku juga. Tapi aku melihat raut wajah Kevin seperti tidak terlalu bahagia dengan pernikahanku. Apakah keadaan Keisha begitu parah sampai membuat Kevin bahkan sama sekali tidak tersenyum saat memberikan ucapan selamat padaku.

"Selamat ya, Nat." Ucap Kevin datar sambil mengulurkan tangannya padaku, aku langsung menyambutnya.

"Makasih ya, Vin. Udah nyempetin dateng." Balasku.

Setelah Kevin dan Eliza pergi pamit untuk makan dulu, aku melirik ke kanan kiri, mencari keberadaan suamiku. Setelah aku menangkap tubuh pria yang ku cari, aku menyunggingkan senyumku, rupanya dia sedang berbincang-bincang dengan 2 orang laki-laki dan satu orang wanita yang berdiri di depannya.Tapi tunggu, kenapa wanita itu nampaknya menitikan air matanya, dan Nicholas?

Apa yang Nicholas lakukan? dia mengusap air mata wanita itu. Siapa dia sebenarnya?

Tak ingin berpikiran buruk, aku menghampiri mereka untuk sekedar menyapanya. Namun belum sempat aku mengucap salam, wanita bersama dua pria itu berpamitan untuk pulang pada Nicholas, dan aku hanya menatap kepergian mereka bersamaan dengan Nicholas yang mengajakku kembali ke ruang utama.

Pernikahan kami tidak berlangsung mewah, hanya pengucapan janji suci dan dihadiri oleh beberapa kerabat dekat saja, bahkan orang tua Nicholas pun tidak bisa hadir karena urusannya di luar negeri tidak bisa ditinggal. Aku mengerti itu. Tuan Jhonson adalah pendiri perusahaan raksasa yang sudah memiliki cabang di mana-mana. Tak heran jika saat pernikahan anaknya saja dia tidak bisa datang. Sedikit kecewa tentu, tapi yasudahlah. Biar bagaimanapun sekarang dia adalah Ayahku, Ayah mertuaku lebih tepatnya.

Nicholas meminta pernikahan kami dilangsungkan secara sederhana saja. Dia bilang dia tidak suka dengan kemewahan, dia sudah bosan. Tentunya aku sebagai calon istri hanya menerima semua keinginannya, meskipun sejujurnya aku ingin sekali pernikahan sekali seumur hidup ini berkesan indah, tapi tak apalah, toh hidupku setelah pernikahan kami akan selalu dikelilingi dengan kemewahan.

Malam ini kami sah menjadi sepasang suami istri. Entah harus berkata apa? aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan ku saat ini. Bisa bersanding dengan laki-laki sempurna dan menjadi pusat perhatian banyak wanita sepertinya aku merasa jadi wanita paling bahagia di seluruh dunia.

Setelah pernikahan kami selesai, Malam ini juga Nicholas membawaku ke salah satu rumah miliknya yang berada tak jauh dari perusahaan milik Jhonson Company. Tak ada bulan madu seperti yang ku bayangkan, dia bilang perusahaan sedang mengalami banyak problem dan dia tidak mau meninggalkan perusahaan hanya untuk sekedar jalan-jalan. Meskipun awalnya aku sedikit kecewa, tapi lagi-lagi dia berkata dia bisa membawaku kapan saja untuk berkeliling dunia sekalipun jika waktunya sudah tepat.

Ya, sekali lagi sebagai seorang istri aku hanya bisa mengikuti permintaannya. Menurutku itu alasan logis dan aku tidak masalah dengan itu.

Malam Pertama

--- Natalie POV ---

"Hallo, sayang. Bagaimana malam pertamamu dengan Nicho?"

Aku tertawa garing saat mendengar pertanyaan yang terlontar jelas dari Ibuku lewat telepon itu. Dan aku yakin, bukan hanya ibuku yang sedang menunggu jawabanku saat ini. Adik bungsu ku juga sepertinya sedang menguping disana.

"Nat, kok diam? bagaimana? apa sudah?"

Ibuku ini. Selalu saja bersikap seperti ini. Rasa keingintahuannya terhadap sesuatu selalu saja berlebihan.

"Bu, udah ah. Apaa sih?" Aku benar-benar tak ingin menjawab pertanyaan yang satu ini. "Ngomong-ngomong Ayah dimana? kenapa dari tadi aku tidak mendengar suaranya?"

"Ayah lagi bersihin burungnya, Kak."

"Oh," Aku hanya ber oh ria mendengar jawaban adikku, Neva. "Kalo Kak Nada?"

"Nada pergi sama pacar barunya. Kakak mu yang satu itu bikin Ibu pusing terus setiap hari. Bukannya cepet nikah malah gonta ganti pacar terus, emang itu cewek gak perlu dikasih makan apa."

Jawaban ibuku terdengar sangat kesal. Aku yakin saat ini ibu sedang merutuki anak pertamanya itu. Aku tak tahu banyak memang tentang Kakak sulungku itu. Pasalnya sejak lulus kuliah, aku memilih tinggal di kotsan meskipun jarak rumah dengan kantor ku tak begitu jauh. Entah mengapa aku tak terlalu suka suasana rumah, apalagi semenjak ayah bangkrut. Ibu sering bertengkar dan aku tidak suka melihat itu. Lebih baik aku tinggal sendiri, bukan karena ingin menjadi anak yang tak berbakti. Hanya saja aku ingin lebih fokus bekerja agar bisa membantu perekonomian keluarga, dan akhirnya ibu tidak bertengkar lagi dengan ayah hanya karena uang.

"Yasudah kalau begitu Natalie tutup dulu ya, Bu teleponnya. Aku mau ke kamar kecil dulu."

"Yasudah kalau begitu .. oiya, Nat. Kalau bisa besok tolong transferin uang ya ke ATM ibu. Tas ibu yang kamu belikan tempo hari udah sobek. Ibu malu kalau pergi arisan sama temen-temen."

Natalie menghembuskan nafasnya kasar. Perasaan belum ada satu tahun dia memebelikan tas ber merk LV tepat di hari ulang tahun Ibunya itu. Natalie ingat betul, saat itu Nicholas bahkan yang membayar harga tas mewah itu. Sejujurnya Natalie sendiri memang tidak akan sanggup membelinya. Gajinya saja satu bulan tidak akan sanggup membayarnya. Namun  karena Ibu Natalie pernah memberikan kode saat Nicholas datang ke rumah Natalie untuk sekedar berkunjung, akhirnya Nicholas pun membelikannya.

"Yasudah, besok aku transfer ya Bu. Tapi kalau untuk beli tas LV gak bakal cukup. Ibu beli tas yang biasa aja yah. Yang penting awet."

"Kalau uang di ATM kamu kurang, minta suami mu saja yang tajir melintir itu, Nat. Ibu yakin, pasti dia tidak akan keberatan memberikan sedikit uangnya untuk Ibu mertua tercintanya ini."

"JANGAN NATALIE!"

Aku tersentak kaget saat mendengar suara ayah yang seakan membentak di jauh sana.

"Jangan biasakan menuruti kemauan Ibumu. Transfer saja sisa uang yang ada di ATM kamu! itupun jangan semuanya! sisakan sebagian untuk keperluanmu."

Suara ayah kembali tenang. Aku yakin ponsel itu sekarang sudah di tangan ayah. Dan aku juga yakin ibu pasti sedang memajukkan bibirnya. Dan setelah menutup telepon ini, ayah dan ibu pasti bertengkar lagi.

"Yasudah yah. AKu tutup teleponnya dulu ya, Yah."

"Iya sayang, selamat istirahat yah!"

Aku menurunkan ponsel dari telingaku dan memutuskan sambungannya setelah sebelumnya aku mendengar sedikit perdebatan kecil antara kedua orang tuaku.

"Ayah kenapa sih? ikut campur terus urusan Ibu?"

"Bukan begitu, Bu. Mereka kan baru saja menikah, apa tidak malu jika ibu langsung meminta uang dari menantu kita?"

"Alahhhhh, Ayah ini munafik memang."

Lagi-lagi aku menghembuskan nafasku gusar mendengar Ayah dan Ibu selalu saja mempermaslahkan hal sepele. Ibu sih lebih tepatnya yang sering memulainya. Tapi untung saja ayah sabar. Dia selalu mengalah kalau emosi ibu sudah benar-benar memuncak ayah pasti diam. Ibu beruntung punya suami yang mau menerima segala kekurangan Ibu, dan aku pun berharap Nicholas pun seperti itu. Menerima segala kekuranganku.

Malam ini adalah malam pertama ku dengannya, ya dengan Nicolas. Aku sudah menyiapkan tempat tidur Serapi mungkin, menyemprot tubuhku dengan parfum paling wangi yang ku miliki. Aku sengaja membelinya dari hasil tabunganku selama bekerja, karena aku takut Nico tidak suka jika aku memakai parfum murahan yang biasa aku pakai sehari-harinya.

Aku sudah menunggunya di tempat tidur yang ku taksir harganya ratusan juta ini. Dia sangat empuk sekali, bahkan rasanya aku tak ingin beranjak dari tempat ini. Tapi kemana Nico?Aku sudah menunggunya hampir 2 jam disini, sampai-sampai aku bosan membaca novel di gadget ku, dia masih belum juga datang, padahal jam sudah menunjukkan pukul 22.00.

Brugg

Pintu itu tiba-tiba terbuka, awalnya aku terkejut, kenapa dia tidak mengetuk terlebih dulu. Tapi setelah aku tahu jika yang datang adalah Nico, aku mengurungkan niatku untuk menegurnya.

"Kamu darimana saja? kenapa baru pulang?"

Nicolas tak menjawab pertanyaan ku. Dia berjalan sempoyongan melewatiku, bau mulutnya sepertinya dia baru saja mabuk.

Apa yang terjadi dengannya? baru kali ini aku melihat dia mabuk.

"Nico, kamu kenap .. "

brugg

Tubuhnya ambruk di lantai, bahkan dia memuntahkan cairan yang membuatku mual tak kuat menahan baunya.

Malam pertama yang ku kira akan sangat indah ini hancur begitu saja ketika pada kenyataannya aku hanya merawat suamiku yang pingsan karena mabuk.

Aku mengurus semuanya sendiri, mulai dari membersihkan muntahannya, membopongnya ke kasur, mengganti bajunya, sampai mencuci kaki dan tangannya. Karena aku baru sadar jika di rumah semewah ini ternyata Nicolas tidak memiliki seorang asisten rumah tangga satu pun. Jadi, mau tak mau aku harus mengurus semuanya sendiri.

Awalnya aku sedikit aneh, tapi setelah ku pikir-pikir, itu hak dia. Atau mungkin asisten rumah tangganya memang sedang diliburkan sementara waktu, entahlah aku pun tak tahu. Mungkin esok setelah dia sadar aku akan menanyakan padanya.

Untuk mengusir rasa suntuk yang menyelimuti malam pertama ini, aku membuka kembali ponsel dan mulai membaca sebuah novel yang menceritakan CEO tampan dan sombong yang jatuh hati pada gadis miskin. Iya, aku suka sekali. Disini aku seperti sedang membaca kisah ku sendiri dengan laki-laki tampan di sampingku.

Tling

Ponselku bergetar, aku membuka isi pesan yang baru saja masuk. Ternyata dari Kevin, dia adalah rekan kerja sekaligus figur Kakak yang paling perhatian dan peduli padaku. Meskipun orang menilai dirinya adalah manusia Es yang jarang sekali bicara apalagi tersenyum itu, tapi tidak bagiku. Dia adalah sosok paling teduh dan hangat yang paling nyaman saat aku butuh sandaran.

Tapi kenapa dia mengirim pesan padaku malam-malam begini?

Tak lama aku langsung membuka pesan itu,

"Apa kau baik-baik saja, Natalie?"

Aku mengernyitkan dahi ku, kenapa dia bertanya seperti ini padaku? memangnya aku kenapa? aku baik-baik saja.

"Tentu aku baik-baik saja. Ada apa denganmu? kenapa kau bertanya seperti itu?"

Tak ada balasan lagi darinya, pesan ku hanya ter centang dua garis biru, itu artinya dia sudah membacanya.

Aneh sekali rasanya, dia tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia selalu dengan cepat membalas setiap pesanku. Tapi sudahlah, mungkin dia sudah tidur pikirku. Besok aku akan menanyakan itu ketika aku bertemu dengannya.

Kevin Andreas

--Kevin Andras POV--

Malam ini adalah malam paling buruk sepanjang sejarah hidupku. Ini adalah kali pertama aku menitikkan air mata untuk seorang gadis, setelah terakhir kalinya aku menangisi kepergian ibuku saat aku masih duduk di bangku SMP dulu. Sumpah, gila rasanya. Aku seorang Kevin Andreas, menangis karena wanita.

Tak ada yang tahu tentang diriku, aku selalu menutup rapat semua kepribadianku, dan masalalu ku. Hanya satu orang yang tahu siapa aku, dia adalah Natalie. Wanita yang mulai hari ini resmi menjadi istri seorang CEO muda tampan, yang tak lain adalah BOS ku sendiri.

Aku dan Natalie sudah berteman sejak pertama kali dia bekerja menjadi asisten pribadiku di bagian administrasi. Sebagai seorang gadis, menurutku dia berbeda dari yang lain. Dia cantik dan juga sangat cekatan menerima tugas-tugas yang ku berikan, dia sangat baik dan ramah kepada siapapun yang ada di sekelilingnya. Dia sangat peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Itulah sebabnya aku sangat nyaman ketika berbagi cerita dengannya.

Malam ini kepalaku sakit sekali. Biasanya aku menghubungi Natalie untuk berbagi cerita, bahkan aku sering langsung mendatangi rumahnya untuk sekedar menikmati pijitannya. Tapi sekarang, tak ada lagi Natalie yang tertawa dibalik layar ponsel ku. Aku tidak akan bisa lagi menghubunginya untuk sekedar VC dan melihat senyum manisnya, dia sudah bersuami. Aku tak mau disebut perusak hubungan orang.

Ku putuskan untuk datang ke sebuah club malam bersama temanku, David dan Richard. Mereka adalah teman SMA ku yang sampai saat ini masih setia mengunjungi tempat laknat ini. Tempat laknat yang saat ini ku jadikan sahabat sementara untuk menghilangkan penat di kepalaku.

"Tumben, lu Bro. Ngajakin kita-kita maen kesini." Pekik David sambil meneguk segelas minuman, sementara Richard masih mengangguk-angguk menikmati alunan musik yang terdengar sangat kencang dengan seorang wanita seksi.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tak perlu aku menceritakan alasan ku pergi ke tempat ini, percuma. Orang-orang yang sudah mabuk berat seperti mereka tak akan bisa memberikan solusi apapun.

Saat sedang menyaksikan David dan Richard menari dengan dua wanita seksi di hadapanku, tak sengaja aku melihat seorang laki-laki berpakaian formal lewat tak jauh dari pandanganku. Ditemani seorang wanita cantik berpakaian minim, dia berjalan sambil merangkul wanita cantik tersebut. Sepertinya aku tidak asing dengan orang itu.

Aku hanya menengguk 2 gelas minuman, mataku masih bisa dengan jelas melihat siapa orang itu. Dia adalah Bos ku, Nicholas. Tapi kenapa dia datang dengan wanita lain? bukankah dia baru saja menikah dengan Natalie.

Tanpa basa-basi aku langsung mengikuti kedua orang yang dijaga ketat oleh dua orang bodyguardnya. Tapi sayang, saat mereka masuk ke dalam sebuah ruangan VIP, aku tidak bisa ikut masuk ke dalamnya. Kedua penjaga itu menghadang ku, awalnya aku berusaha memaksa masuk. Namun saat pukulan dari bodyguard itu tepat mengenai wajah dan ulu hatiku, aku langsung terhuyung dan tak sadarkan diri. Aku sudah tidak tahu apa yang terjadi, yang aku tahu saat aku terbangun aku sudah berada di kamar ku sendiri.

"Makanya gak usah so soan deh lu, ngajakin ke club segala macem. Baru dua gelas aja udah K.O," Cibir David yang terbaring di samping ku. Sementara Richard sepertinya sudah mabuk berat dan tak sadarkan diri, terlentang di sofa dekat jendela.

"Shit, sial." batinku

Aku mengepalkan tangan dan memukul bantal guling di depanku, aku tidak bisa mengetahui apa yang sudah Nicholas lakukan dengan wanita di club itu.

Secepat mungkin aku mengambil ponselku yang ternyata sudah mati, aku segera mengisi daya agar aku bisa mengirim pesan pada seorang wanita yang sedari tadi sudah sangat ku khawatirkan.

Mendapat balasan jika dirinya dalam keadaan baik-baik saja hatiku sedikit lega. Meskipun sebenarnya aku tahu dia tidak akan baik-baik saja jika mengetahui orang yang baru saja mengucap janji suci dengannya siang tadi ternyata mengunjungi club malam dengan seorang wanita seksi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!