NovelToon NovelToon

AZKALANA

1 Ketos hobinya main hukum

Seorang perempuan dengan santainya melompati tembok sekolah yang lumayan tinggi.

Bruuk..

Dia mendarat dengan sempurna di atas tanah." Huff akhirnya berhasil juga." Ucapnya dengan senang.

Dia adalah Alana Callie Mayza seorang perempuan yang cantik dan imut, tetapi sifatnya sangat bar bar dan suka membuat onar di sekolah.

Tanpa dia sadari seorang cowok menatap dia dengan tajam dengan tangan yang berada di saku.

Ketika gadis itu merasa ada yang menatapnya, ia pun menoleh kesamping, saat menoleh ia hanya cengengesan, melihat cowok itu menatapnya tajam.

la tidak takut dengan tatapan tajam itu. Karena ia sudah terbiasa dengan tatapan tajam itu.

"Lo lagi, lo lagi, lo sampai kapan sih selalu aja membuat gue susah." Ucap Cowok itu dengan dingin.

"Eeeh ada ketos ganteng." Ucap Alana sambil tersenyum manis kerah cowok itu.

    Dia adalah Azka Davie Adyatma seorang osis yang yang bersifat dingin dan tegas. Dia juga sangat populer dengan ketampananya dan kepintarannya. Dan ada satu rahasia yang tidak mereka ketahui, tentang Azka.

"Lo bisa gak sih, sekali aja jangan buat gue susah." Ucap Azka dengan nada dinginnya.

"Gak bisa." jawab Alana dengan santainya.

Azka berusaha mengendalikan emosinya menghadapi sifat Alana yang sangat keras kepala." Ikut gue." Titah Azka sambil menarik tangan Alana dengan kasar

"Ckck gak usah pegang-pegang tangan gue." Ketus Alana sambil menepis tangan Azka dengan kasar.

"Cepat jalan." Titah Azka.

"Iya, iya sabar napa?!"

"Loh kok kita ke gudang sih?" Tanya Alana dengan heran.

"Jangan-jangan lo mau macem-macem sama gue." Tuduh Alana sambil menjauh dari Azka.

Azka memutar bola matanya malas mendengar tuduhan Alana." Gue gak niat dengan badan tepos lo." Sahut Azka dengan datar.

Alana tidak terima dengan ucapan Azka." Apa lo bilang!! Badan sex gue ini lo bilang tepos hah?!." Ucap Alana tidak terima badannya dikatain tepos. "Mata lo kayaknya rabun deh." Ucapnya lagi.

Azka tidak memperdulikan ocehan Alana." Lo bersihin nih gudang sampai bersih." Titah Azka.

"Gak mau gue." Bantah Alana.

    "Lo kira gue babu lo apa." Ketus Alana.

"Bersihkan atau mau gue tambah lagi hukumannya hmm?" Tanya Azka dengan dingin.

Alana mendengus kesal mendengar ancaman Azka." lya, iya gue bersihin." Pasrah Alana sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal.

"Gue awasin sampai selesai." Ujar Azka dengan nada dinginnya.

"Ckck dasar ketos ngeselin, ngeselin." Umpatnya dengan perasaan sangat kesal.

Alana pun langsung membersihkan gudang itu sambil ngomel tidak jelas." Ketos sialan, ketos babi, ketos monyet." Umpatnya dengan kesal.

Sedangkan Azka hanya geleng-geleng kepala melihat mulut Alana yang mengomel sedari tadi.

Setelah beberapa saat kemudian, Alana sudah selesai membersihkan gudang itu.

Dia pun menghampiri Azka yang sedang duduk di bangku. "Gue udah selesai bersihinnya." Ucap Alana kemudian, ia melangkahkan kakinya meninggalkan Azka.

Alana langsung menghentikan langkahnya, ketika mendengar ucapan ketos dingin itu.

"Hukuman lo belum selesai." Ucap Azka dengan nada dingin.

    Alana mendengus sebel dengan Azka. "Gue udah ngerjain hukuman dari lo dan sekarang hukuman apa lagi hah!!."

"Hukuman lo temenin gue baca buku di perpustakaan." Ucap Azka sambil menghampiri Alana yang berdiri lumayan jauh darinya.

"Ogah gue nemenin lo baca buku." Tolak Alana dengan kesal.

"Mau nemenin gue baca buku? atau mau gue hukum bersihin semua toilet?" Tanya Azka.

Alana memejamkan matanya menahan rasa kesal." Iya, iya gue nemenin lo baca buku." Sahut Alana dengan kesal.

"Apa lo puas hah!!"

Azka tersenyum puas ketika Alana yang menurut dengannya." Lucu juga kalau lagi kesal." Ucapnya dalam hati.

Alana pun mengikuti Azka dari belakang sambil menyumpah serapah. "Azka sialan, Azka babi, Azka monyet." Umpatnya dalam hati.

Alana berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya dengan perasaan sangat kesal.

Azka hanya tersenyum tipis melihat Alana yang sangat kesal dengannya." Kesal banget kayaknya." Batinnya.

Sampai di perpustakaan Azka langsung mencari buku yang dia perlukan. Sedangkan Alana dia langsung mendudukan bokongnya di kursi dengan muka cemberut." Sial banget nasib gue hari ini." Ucapnya dalam hati.

    Setelah menemukan buku yang dia cari, ia langsung duduk di depan Alana. Tanpa sadar dia tersenyum tipis, ketika melihat wajah cemberut Alana.

Alana mendongkak melihat kerah Azka yang sedang membaca buku." Rajin banget nih anak." Batinnya sambil memperhatikan wajah tampan Azka.

Alana terpesona melihat ketampanan manusia di depannya itu, hidung mancung wajah yang putih dan bersih." Gila ganteng banget, pantes aja para cewek tergila-gila sama nih cowok." Ucapnya dalam hati.

"Udah puas liatnya hmm?"

Alana langsung memalingkan mukanya dari Azka." Siapa juga yang liatin lo." Ketus Alana.

"Hmm!"

"Lo lama banget sih baca bukunya." Ucap Alana dengan kesal. "Gue udah bosan tau gak!"

"Bentar lagi." Sahutnya dengan singkat.

Kring..

Kring..

Bunyi bel yang bertanda waktunya istirahat dan para siswa pun berhamburan keluar dari kelas untuk istirahat.

Alana yang mendengar suara bel yang sudah berbunyi. Dia pun beranjak dari duduknya.

"Gue udah laper banget." Ucap Alana kemudian dia meninggalkan Azka di perpustakan sendirian.

Azka hanya membiarkan Alana yang meninggalkannya ke kantin, ia pun juga beranjak dari duduknya dan berjalan kearah ruang osis.

Semantara di sisi lain seorang cewek menunggu kedatangan sahabatnya, ia bingung ketika tidak melihat batang hidung sahabatnya itu sedari tadi.

    "Alana kemana sih?." Ucapnya.

Dia adalah Vanya Jeline Frada sahabat satu-satunya Alana.

Sifatnya ramah, dewasa dan sedikit barbar.

"Pasti tuh bocah bolos lagi!"

Sedangkan Alana baru saja sampai di kantin. Dia tidak menemukan sahabatnya itu. la pun mengambil ponselnya di tasnya dan menchat sahabatnya itu.

"Lo dimana?"

"Gue di kantin."

Tak berapa lama Vanya membalas chat Alana.

Ting..

Vanya monyet

"Anjir gue dari tadi nungguin lo di kelas."

"Otw ke kantin!"

Setelah mendapatkan balasan dari sahabatnya. Dia memasukkan ponselnya lagi ke dalam tasnya.

"Alana." Teriak Vanya ketika melihat Alana yang sudah berada di kantin.

    Alana mendengus kesal mendengar teriakan sahabatnya itu ." Lo bisa gak sih, gak usah teriak-teriak." Ketus Alan.

"Hehe maaf!"

"Lo kok gak masuk kelas?" Tanya Vanya yang sudah duduk di samping Alana.

"Biasa." jawab Alana.

Vanya sudah paham dengan maksud sahabatnya itu." Lo gak bosan apa, di hukum terus?" Tanya Vanya heran.

"Gak!"

Vanya tahu apa yang membuat sahabatnya ini selalu telat sekolah. Dia sudah mengetahui semua kehidupan Alana.

"Bokap sama abang lo, udah pulang dari luar negeri?" Tanya Vanya.

"Belum!"

"Itu lebih baik." Balas Vanya.

"Hmm!"

"Lo sahabat gue paling kuat Al." Ucap Vanya.

"Dan lo sahabat gue paling baik van." Balas Alana.

"Kalo mereka melukai lo lagi, lo kasih tau gue ya." Ujar Vanya.

"Lo tenang aja, gue bisa jaga diri gue kok." Sahut Alana.

Sebenarnya Vanya begitu kasian dengan kehidupan sahabatnya itu." Suatu saat nanti, mereka akan menyesal udah lukain lo Al." Ucapnya dalam hati.

Tanpa sadar Vanya meneteskan air matanya. Dia benar-benar tidak tega melihat kehidupan sahabatnya itu yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. kecuali kakek dan neneknya, tetapi mereka tinggal di luar negeri.

"Lo kenapa nangis, Van?" Tanya Alana khawatir melihat sahabatnya yang nangis.

Vannya langsung mengusap air matanya." Tadi gue gak sengaja menuangkan sambal di bakso gue." Bohongnya.

"Kebiasaan banget lo Van." Ucap Alana.

"Namanya juga gak sengaja." Sahut Vannya cengengesan.

"Gilaaa Azka genteng banget." Pekik salah satu siswa ketika melihat Azka dan teman-temannya memasuki kantin.

"Babang Azka makin ganteng aja deh."

"Aaaa meleyot gue liat Azka semakin ganteng aja!"

"Ka Azka gue cinta sama lo." Ucap salah satu sisiwa tak tahu malu.

"Aaaa bang Galen ganteng banget."

"Bang Galen tambah kece deh."

"Kak Leon lo tambah ganteng."

"Cowok gue mau lewat."

Dan banyak lagi teriak-teriak para siswa ketika melihat Azka dan teman-temannya yang memasuki kantin.

Vanya dan Alana tidak memperdulikan teriakan para siswa, mereka berdua sudah sering mendengar teriak-teriakan para siswa ketika melihat Azka dan teman-temannya ke kantin.

"Ckck mereka berisik banget sih." kesal Alana.

"Iya kayak gak ada kerjaan aja." Timpal Vanya tak kalah kesal.

Alana dan Vanya heran, ketika melihat Azka dan teman-temannya berjalan kerah meja mereka.

"Kok mereka berjalan kearah meja kita sih?" Tanya Vanya bingung.

"Kayaknya mejanya sudah penuh, jadi mereka ingin duduk di sini deh." Ucap Alana.

Tebakan Alana benar, mereka duduk di meja mereka berdua

"Tuh kan benar." Batinnya.

Tetapi Alan pura-pura tidak peduli, ia hanya fokus dengan makannya. Dia masih sangat kesal dengan Azka.

"Boleh kami duduk di sini?" Tanya Leon.

"Iya duduk aja." Sahut Vanya.

"Hay Alana." Sapa Leon pada Alana.

Alana pun mendongakkan kepala dan melihat ke arah Leon.

"Hay juga kak leon." Sapanya balik sambil tersenyum manis.

Sedangkan Azka dia tidak memperdulikan di sekitarnya, ia hanya fokus dengan bukunya.

"Lo udah lama gak main kerumah, bunda kangen sama lo."

Ucap Leon yang membuat mereka semua heran, kecuali Vanya.

"Hehe maaf kak, gue akhir-akhir ini lagi sibuk." Balas Alana.

    Azka yang tadi fokus dengan bukanya. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Alana.

"Ada hubungan apa mereka berdua?" Batinnya bertanya tanya.

Kemudian dia mengalihkan pandangannya lagi ke bukunya. Walaupun dia penasaran dengan hubungan Leon dan Alana.

Tetapi dia menepis rasa penasarannya.

"Bunda sehat aja kan?" Tanya Alana.

"Iya bunda sehat kok, cuman kangen sama lo aja." Ucap Leon.

"Gimana pulang sekolah nanti, lo ikut gue ke rumah aja." Tawar Leon.

"Boleh." Balas Alana.

"Yaudah nanti gue tunggu di parkiran ya." Ucap Leon.

"Siap bos." Sahut Alana dengan hormat.

Entah kenapa Azka tidak suka melihat Alana yang sangat akrab dengan Leon. "Shtt kenapa sama gue." Batinnya.

"Woy bro kenapa lo ngelamun aja dari tadi." Seru Galen ketika melihat Azka yang melamun.

"Gak pa-pa." Sahutnya dengan singkat.

Kring..

Kring..

Bunyi bel yang pertanda waktu istirahat sudah habis dan waktunya belajar kembali. Para siswa pun berhamburan masuk kelas mereka masing-masing.

Alana dan Vanya juga beranjak dari duduk mereka dan berjalan keluar kantin.

"Al ingat, nanti tunggu gue di parkiran." Ucap Leon.

"Oke." Sahut Alana.

"Kok lo akrab banget sama Alana?" Tanya Galen.

"Dia teman kecil gue." Jawab Leon.

"Owh pantes aja, kalian berdua akrab banget." Ucap Galen.

Setelah itu mereka pun berjalan menuju kelas mereka masing-masing.

"Vanya." Panggil Alana pelan.

"Ada apa Al?" Tanya Vanya.

"Izinin gue sakit ya." Mohon Alana dengan muka di imut-imutkan.

Vanya memutar bola matanya malas melihat sahabatnya ini yang ingin bolos lagi. "Gak!"

"Plis Vanya yang cantik dan imut, gue males banget masuk pelajaran fisika." Ucapnya memohon.

"Lo pasti malas juga kan?" Tanya Alana sambil tersenyum jahil, ia ingin menghasut sahabatnya.

"Kalo lo masuk pelajaran fisika, gue pastiin kepala lo akan terbakar." Ucapnya lagi.

"Lebih baik kita bolos dan jalan-jalan." Lanjutnya.

    Vanya membenarkan ucapan temannya, ia memang tidak suka belajar fisika yang membuat otaknya mendidih. "Benar juga kata Alana." Batinnya.

"Gak usah kebanyakan mikir." Ujar Alana sambil menarik tangan Vanya menuju halaman sekolah.

Tanpa mereka sadar sedari tadi Azka dan teman-temannya melihat Alana dan Vanya yang berjalan ke arah belakang sekolah.

"Dasar Alana gak kapok-kapoknya dihukum." Ucap Galen sambil geleng-geleng kepala.

Sedangkan Leon hanya tersenyum tipis melihat teman kecilnya itu yang sangat nakal." Dasar gadis nakal." Ucapnya dalam hati.

"Az kok lo diem aja, lo gak halangin mereka yang ingin bolos?" Tanya Galen bingung.

"Biarkan dia hari ini bolos." Sahut Azka sambil tersenyum menyeringai.

"Tunggu besok hukuman lo Alana." Batinnya menyeringai.

2

Mereka berdua sangat lega ketika berhasil memanjat tembok dan mereka sudah diluar dari lingkungan sekolah.

"Huff akhirnya berhasil juga." Ucap Alana merasa lega.

"Al, apa kita gak pa-pa bolos?" Tanya Vanya sedikit takut.

"Tenang aja, kita gak akan ketahuan kok." Ucap Alana dengan yakin.

Vanya hanya menganggukkan kepalanya merespon ucapan sahabatnya itu." Huff baiklah." Balasnya.

"Kita mau ke mana?" Tanya Vanya sambil mengikuti langkah Alana.

"Lo nanti juga tau." Sahut Alana.

Vanya hanya pasrah mengikuti sahabatnya itu." Baiklah!"

Vanya mengerutkan keningnya bingung ketika sahabatnya berjalan kearah ke toko bunga. "Ngapain kita ke sini?" Tanya Vanya heran setelah sampai di toko itu.

Alana tidak memperdulikan pertanyaan sahabatnya itu. la masuk ke dalam toko. "Mbak ada mawar putihnya?" Tanya Alana.

"Ada dik!"

"Beli satu ya mbak." UCap Alana.

    "Tunggu sebentar ya dik, saya ambilin bunganya dulu." ucap si penjual itu.

"Iya mbak!"

"Alana lo buat apa beli bunga?" Tanya Vanya yang sedari tadi bingung.

"Mau ke makam mama." Jawab Alana. "Hari ini ultah mama." Lanjutnya.

Vanya mengangguk paham setelah mendengar jawaban sahabatnya. "Kalo gitu gue mau beli bunga juga." Ucapnya.

"Nih dek bunganya." Ujar mbak penjual itu sambil mengasihkan bunga mawar itu pada Alana.

"Mbak saya juga mau satu." Ucap Vanya.

"Baik mbak saya ambil dulu bunganya." Balas mbak itu.

"Jadi berapa semuanya mbak?" Tanya Vanya.

"60. 000 dek!"

Vanya mengambil uang dalam sakunya yang berwarna merah." Nih mbak kembaliannya ambil aja." Ucap Vanya.

"Makasih dek."

"Iya sama-sama mbak." Balas Vanya.

"Loh kok lo yang bayarin sih." Ujar Alana.

"Gak apa-pa!"

"Kapan-kapan bayarin lagi ya, sekalian traktir gue makan." Ucap Alana sambil tersenyum keraha Vanya.

    Vanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan sahabatnya itu. "Dasar Alana tak tahu terima kasih." Ucapnya dengan kesal.

Alana terkekeh melihat muka sahabatnya itu yang sangat kesal padanya." Lo kan orang kaya." Sahut Alana yang masih terukir senyum di wajah cantiknya.

"Ckck jangan senyum-senyum kayak gitu, gue serem liatnya ." Ucap Vanya yang membuat Alana kesal.

"Gue yang cantik dan imut ini, lo bilang seram??"

"Dasar monyet percaya diri banget lo." Clbir Vanya.

"Lah emang kenyataan." Sahut Alana dengan bangga.

Setelah beberapa saat di perjalanan akhirnya mereka berdua sampai di TPU tempat pemakaman umum.

"Assalamualaikum mama." Ucap Alana sambil berjongkok di pemakaman mamanya.

"Assalamualaikum tante." Ucap Vanya sambil berjongkok di samping Alana.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday to you mama. Selamat ulang tahun mama." Ucap Alana sambil tersenyum manis.

"Maaf ya mah, Alana baru jenguk mama." Ucapnya lagi.

"Alana kangen banget sama mama, mama kangen gak sama Alana?"

    "Mama kenapa ninggalin Alana? padahal Al belum pernah liat muka cantik mama, belum pernah ngerasain pelukan hangat mama dan Al belum pernah ngerasain kasih sayang dari mama." Ucapnya sambil menahan tangis. "Mama kenapa ninggalin Al sendirian di dunia yang kejam ini hiks..hiks."

"Kenapa mama gak bawa Al hiks..hiks, aku ingin ikut sama mama. Ayah dan abang gak sayang sama Al mah, mereka menyalahkan Al atas kepergian mama. Dan mereka menganggap Al anak pembawa sial hiks..hiks. Apa Al emang anak pembawa sial mah hiks..hiks."

Vanya tidak tega melihat sahabatnya yang sangat rapuh. la pun memeluk Alana." Lo bukan anak pembawa sial Al, lo anak yang paling kuat." Ucap Vanya meneteskan air matanya.

Hiks..hikss..

Alana membalas pelukan sahabatnya dengan erat. "Hiks..kenapa dunia sangat kejam hiks." Lirihnya pelan.

"Kenapa mereka menyalahkan gue, padahal gue gak tau apa-apa hiks." Lirinya terisak.

"Mereka akan menyesal udah buat lo kayak gini Al," Ucap Vanya dalam hati.

"Andai mama gak lahirin gue, pasti mama gue masih ada di dunia menemani mereka hiks."

"Itu bukan salah lo, mama lo meninggal karena udah takdirnya, mereka aja yang masih tidak terima kepergian mama lo." Ucap Vanya sambil mengelus lembut punggung sahabatnya.

    "Hiks.. gue udah gak kuat Van menghadapi dunia yang kejam ini hiks. Gue ingin nyusul mama." Lirihnya lagi.

Vanya semakin mengeratkan pelukannya pada Alana." Lo gak boleh ngomong kayak gitu Al." Ucap Vanya.

"Lo harus kuat Al menghadapi dunia yang kejam ini, gue yakin suatu hari nanti pasti ada kebahagiaan lo." Lanjutnya.

"Kapan Van? Kapan gue bahagia?" Tanyanya terisak.

Hiks..hiks..

"Cuman satu yang gue inginkan di dunia ini Van."

"Gue cuman ingin ngerasain pelukan hangat ayah dan abang gue Van, tapi mereka tidak akan pernah ngasih pelukan itu pada gue hiks..hiks."

"Udah Al gue gak kuat liat lo kayak gini." Lirih Vanya.

"Lo mau buat mama lo sedih di atas sana?" Tanya vanya sambil menangkup kedua pipi Alana.

Alana menggelengkan kepalanya." Gak mau." Sahutnya dengan lirih.

"Kalo gitu lo jangan nangis lagi dan jangan ngomong yang tidak-tidak." Ucap Vanya. "Mama lo akan bahagia di atasnya saat melihat putrinya begitu kuat menghadapi dunia yang sangat kejam ini." Ucapnya lagi.

"Lo harus semangat dan ingat gue selalu ada buat sahabat gue ini." Serunya.

    Alana tersenyum manis mendengar ucapan sahabatnya. Dia menghapus sisa air mata di pipinya." Semangat!"

"Semangat!"

"Mah kenalin ini Vanya sahabat satu-satunya Al, dia orangnya baik banget mah dia selalu ada buat Al." Ucap Alana.

"Hallo tante, nama aku Vanya sahabat anak tante." Ucap Vanya sambil tersenyum manis. "Tante hebat bisa ngelahirin anak yang begitu kuat tan." Ucapnya lagi.

"Tante yang tenang ya di sana, aku akan selalu nemenin anak tante." Ujarnya.

Alana terharu mendengar ucapan sahabatnya itu." Lo sahabat yang paling baik." Sahut Alana memeluk sahabatnya.

"Lo juga teman gue yang paling baik." Balas Vanya.

"Kita balik lagi ke sekolah yuk." Ajak Vanya yang di angguki oleh Alana.

"Ayuk!"

"Mah kami pulang dulu ya."

"Nanti Al kesini lagi mah bawain mawar putih kesukaan mamah, aku tau bunga kesukaan mama, saat itu aku gak sengaja liat bunga mawar di kamar ayah. Kayaknya ayah cinta banget sama mama, sampai ayah merawat bunga mawar milik mama dengan baik. Kami pamit mah assalamualaikum." Ucapnya.

    ***

    Di sisi lain Leon sudah menunggu Alana di parkiran lumayan lama. "Tuh, anak ke mana sih belum balik juga." Ucap Leon.

"Nunggu siapa lo?" Tanya Galen menepuk pundak Leon.

Leon tidak menjawab pertanyaan Galen ketika melihat Alana dan Vanya yang berjalan ke arahnya." Datang mana kalian berdua?" Tanya Leon saat Alana sudah di sampingnya.

"Ada deh." Sahut Alana.

"Hai Vanya." Sapa Galen sambil tersenyum manis kerah Vanya.

Vanya tidak memperdulikan sapaan Galen." Al, gue duluan ya abang gue udah jemput gue." Pamit Vnaya ketika melihat mobil abangnya.

"Iya, lo hati-hati di jalan."

"Oh iya, jangan lupa salam buat abang Vano yang ganteng." Ucapnya lagi.

"Siap buk Alana yang terhormat." Sahut Vanya yang membuat Alana senang.

Vanya pun berjalan ke arah mobil abangnya." Tumben cepat bang?" Tanaya Vanya.

"Abang gak ada jam kuliah." Sahut Vano.

"Mana Alana dek?" Tanya Vano.

"Tuh dia mau pulang bang." Jawab Vanya sambil menunjuk ke arah Alana yang sedang asyik berbincang.

Vano sedikit tidak suka melihat Alana yang sangat akrab dengan cowok lain." Siapa tuh cowok?" Tanya Vano.

    "Yang mana bang?"

"Yang lagi ngobrol sama Alana."

"Owh itu kak Leon bang, teman masa kecilnya Alana." Balas Vanya.

"Hmm!"

Setelah itu pun dia menjalankan mobilnya." Apa Alana menyukai tuh cowok." batinnya.

    "Lo bo.. " belum sempat Leon menyelesaikan ucapannya,

tiba-tiba Alana menutup mulutnya." Diam lo, tuh ada ketos galak, nanti gue di terkamnya." Bisik Alana di kuping Leon.

"Terlambat lo bambang, Azka udah tau kali, lo bolos." Ucap Leon dalam hati.

"Hai babu sekolah." Sapa Alana dengan senyum manisnya.

Azka hanya memasang muka datarnya. Dia tidak memperdulikan sapaan Alana.

"Buset teman lo dingin banget." Ucap Alana pelan.

"Gue bingung kenapa para cewek tergila-gila sama tuh kutub." Ucanya lagi.

"Shtt diam, kalo lo gak mau mendapatkan ucapan pedesnya." Sahut Galen.

"Emah dia bisa ngomong?" Tanya Alana dengan tampang polosnya.

"Ya bisa lah dodol." Sahut Galen.

"Santai dong kadal." Ucap Alana.

    "Udah-udah gak usah berantem deh." Tegur Leon yang sudah kesal mendengar perdebatan mereka berdua.

"Dia yang duluan." Adunya pada Leon.

"Udah gak usah pedulikan anggap saja setan lewat." Ucap Leon.

Galen melotot mendengar ucapan Leon." Sialan lo leon." Sahut Galen kesal.

Azka hanya menatap mereka bertiga datar. la sudah jengah melihat perdebatan mereka bertiga." Berisik!"

"Galak banget mas." Ujar Alana.

"Ayuk kita pulng, bunda udah nungguin kita." Ucap Leon menggandeng tangan Alana.

"Gue pake motor gue sendiri aja kak." ujar Alana.

"Hmm!"

"Gue duluan bro." Pamit Leon kepada Galen dan Azka.

"Hmm!"

"Baby ketos dingin galak, jelek kayak monyet." Ucap Alana sambil menjalankan motornya.

Galen menahan tawa ketika mendengar ejekan Alana." Puff baru kali ini gue dengar cewek gak memuji lo." Seru Galen menahan tawa.

Azka menatap tajam Galen yang sedang menahan tawa." Diam lo." Ucap Azka dengan dingin.

Galen meneguk susah salivanya ketika mendapatkan tatapan tajam dari Azka." Bercanda bro." Ujarnya.

    Azka menaiki motornya nya dan meninggalkan Galen sendirian.

"Woy Az kok gue di tinggal sih." Teriak Galen. "Ckckck ini semua gara-gara Alana." Kesalnya.

    ***

Leon dan Alana mereka berdua baru saja sampai dirumah.

"Masuk." Ajak Leon sambil menggandeng tangan Alana.

"Assalamualaikum bunda." Salam Leon sambil memasuki rumah.

"Bunda lihat aku bawa siapa nih." Seru Leon.

"Wa'alaikum salam." Jawab Bunda Lisa.

"Nak Alana." Panggil Bunda Lisa senang, dia sudah sangat rindu dengan gadis cantik itu.

Dia pun menghampiri Alana dan memeluknya dengan erat." Ya allah nak, bunda kangen banget sama kamu." Ucap Bunda Lisa.

Alana membalas pelukan bunda Lisa tak kalah era." Al juga kangen banget sama Bunda." Balasnya.

"Bunda masak Apa?" Tanya Alana ketika melihat bunda lisa yang memegang centong sayur.

"Bunda masak sup sayang." Sahut bunda Lisa sambil melepaskan pelukannya.

"Wah pasti masakan bunda enak." Ujar Alana.

"Bisa aja aku nak!"

"Aku bantu masak ya bun."

"Boleh nak!"

Leon tersenyum bahagia melihat bundanya yang sangat menyayangi Alana sebagai anaknya sendiri." Gue senang melihatnya bahagia." Ucapnya dalam hati.

"Bun aku ke kamar dulu ya." Pamit Leon.

    "Iya nak!"

3

"Bunda aku harus bantuin bunda apa?" Tanya Alana dia bingung ingin membantu bunda Lisa apa.

Lisa tersenyum ke arah Alana dengan tersenyum manis. "Kamu potong bawang itu ya nak." Suruh Bunda Lisa sambil menunjuk ke arah meja yang ada terletak bawang dan pisau.

"Siap kanjeng ratu" Sahut Alana sambil hormat ke arah bunda Lisa.

Lisa hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Alana.

Alana pun langsung memotong-motong bawang itu, sampai matanya berair." Hiks...kok perih banget sih." Ucapnya sambil menggosok-gosok matanya dengan tangannya.

"Jangan di gosok-gosok nanti semakin perih." Tegur Leon menhan tangan Alana yang ingin menggosok-gosok matanya lagi.

"Tapi ini perih banget kak." Ucapnya.

"Sini biar kakak tiupkan matanya." Ucap Leon sambil mendekatkan wajahnya ke muka Alana.

Fuhh..

Fuhh...

"Masih perih hmm?" Tanya Leon dengan lembut.

Alana menggelengkan kepalanya." Udah gak perih lagi." Sahut Alana.

"Sini biar aku aja yang lanjutin memotong bawangnya." Ujar Leon mengambil alih pisau di tangan Alana.

"Enggak usah kak, biar gue aja."

"Lo diem, liat gue aja memotong bawangnya." Ucap Leon.

"Iya." Balasnya dengan pasrah.

Lisa tersenyum melihat mereka berdua yang selalu rukun. "Semoga kalian berdua selalu bersama." Ucap Lisa dalam hati.

"Ayah sama abang lo, udah datang dari luar negeri?" Tanya Leon.

"Belum kak!"

"Kalo mereka menyakiti lo, lo harus beritahu kakak ya." Ucap Leon mengelus puncak kepala Alana dengan lembut.

Alana tersenyum manis mendengar ucapan Leon. la langsung berhambur ke pelukan Leon. "Makasih kak, lo selalu ada buat gue." Lirihnya.

Leon membalas pelukan Alana. "Gue akan selalu ada buat lo Al, gue gak akan biarkan mereka menyakiti lo."

"Kakak tenang saja, aku akan membalas perbuatan mereka yang sudah memperlakukan aku seperti binatang." Balas Alana mengepalkan tangannya.

"Kakak selalu mendukung lo."

Leon sudah tahu kehidupan Alana dari kecil, karena dulu Alana akan selalu kabur ke rumahnya. Ketika dia habis di hukum oleh ayahnya dan abangnya sendiri.

    10 tahun lalu

Brak...

"Kamu membuat masalah apa lagi Alana." Teriak Alex.

Alex mendekati putrinya yang terlihat sangat ketakutan dengannya. "Kamu bikin masalah apa lagi?" Tanya Alex dengan pelan, terapi menatap Putrinya dengan tatapan datar.

Alana menggelengkan kepalanya." Al gak lakuin apa-apa yah, dia duluan memukul Al." Cicit Alana dengan pelan.

"Tapi kenapa kamu balas dengan pukulun juga Alana?." Tanya Alex yang masih menatap putrinya dengan tatapan tajam.

"Maaf Ayah, Al cuman membela diri." Sahut Alana dengan pelan.

"Sudah saya peringatkan, jangan pernah kamu membuat masalah lagi di sekolah." Ucap Alex sedikit meninggikan suaranya.

"Sekarang kamu akan saya hukum."

Alex menarik tangan putrinya dengan paksa, ia tidak perduli dengan permohonan Alana.

"Ayah...ayah jangan hukum Al, aku minta maaf ayah."

Mohon Alana, ia takut Ayahnya pasti mengurungnya di gudang dan tidak memberinya makan.

"Hukuman kamu saya kurung di gudang selama 3 hari dan tidak makan dan minum." Ujar Alex sambil mendorong Alana kedalam gudang.

Brak.

    Alex menutup pintunya dengan kencang dan setelah itu, ia pergi. Dia tidak perduli dengan teriakan Alana minta di bukakan pintunya.

Brak..

Brak..

"Ayah buka..hiks..hiks.. Yah Al minta maaf." Teriaknya sambil terisak.

"Hiks...hiks Ayah jangan hukum Al." Teriaknya lagi.

"Kak Leon tolong Al." Lirihnya.

"Hiks..hiks kenapa Ayah tega memperlakukan aku seperti ini, hiks...hiks." Lirihnya pelan.

"Mah Al mau ikut mama aja hiks, di sini gak ada yang sayang sama Al mah hiks." Lirihnya terisak.

"Mah Al gak kuat kayak gini hiks." Isak sangat pilu.

Hiks..hiks..

Mbo ijah tidak tega mendengar isakan anak majikannya yang sangat pilu." YA Allah non Alana, Mbok gak tega liat kamu kaya gini." Ucapnya meneteskan air mata.

"Non Alana harus sabar menghadapi dunia yang kejam ini nak." Ucapnya dalam hati.

"Kenapa tuan Alex jadi berubah, setelah kepergian istrinya, apa tuan Alex masih belum bisa menerima kepergian istrinya." Batin Mbok ljah.

"Apa aku harus minta tolong den Leon aja ya." Ucapnya.

"Tapi aku takut, tuan Alex mengetahuinya." Ucapnya lagi.

"Mbok." Panggil Aiden abangnya Alana.

Mbok yang mendengar anak majikannya memanggilnya, ia pun langsung menghampirinya.

"Kenapa den?" Tanya mbok ijah.

"Mana Alana mbok?"

"Non Alana di hukum sama Tuan den." Sahut Mbok ijah, ia berdoa semoga Aiden menolong Alana.

"Kenapa dia bisa dihukum ayah?"

"Mbok juga kurang tau den, tapi mbok liat non Alana di hukum di gudang dan gak boleh di beri makan selama 3 hari." Balas Mbak ijah.

"Bikin masalah apa lagi dia." Desis Aiden.

"Mbok turutin aja apa kata Ayah, jangan beri dia makan." Ucap Aiden kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya.

Mbok ijah menatap sendu Aiden yang berjalan kearah kamarnya." Maafin mbok non, mbok gak bisa nolong non Alana." Lirihnya pelan merasa sangat bersalah.

2 hari kemudian.

Alana sudah di hukum selama dua hari, ia sudah sangat lemas karena tidak maka dan minum selama dua hari ini.

"Lapar banget." Lirihnya dengan pelan.

"Mah Al laper, gak kuat."

    Hiks...hiks..

"Mah Al mau ikut mama." Ucapnya dengan terisak.

"Mbok saya sama Aiden hari ini mau keluar negeri, tolong jangan biarkan anak sialan itu membuat masalah lagi." Ucap Alex.

Mbok ijah beristigfar dalam hati ketika mendengar ucapan majikannya." Ya allah kesian bangen non Alana." Ucapnya dalam hati.

"Iya tuan." Sahut mbok ijah menunduk.

"Kalo gitu kami pergi dulu mbok." Pamit Aiden, kemudian berlalu.

Setela melihat majikan sudah berangkat, ia pun ingin berjalan ke arah gudang, belum sempat melangkah, ia mendengar suara bel rumah berbunyi.

"Siapa ya." Ucapnya.

Mbok ijah pun berjalan ke pintu utama untuk membukakan pintu tamunya.

Ting...tong...

Ceklek.

"Den Leon."

"Apa ada Alana nya mbok?" Tanya Leon dengan sopan.

Mbok ijah bingung harus jawab apa, sedangkan Alana belum keluar dari gudang.

    Leon menyrngit bingung saat mbok ijah yang kelihatan bingung." Mbok kenapa?" Tanya Leon dengan heran. "Apa ada terjadi sesuatu dengan Alana mbok?" Tanya nya lagi dengan khawatir.

"Anu den, emm, non Alana di hukum di gudang, dia udah dua hari gak di kasih minum dan makan." Beritahu mbok ljah.

Leon terbelalak ketika mendengar ucapan mbok ljah, ia langsung menerubus masuk kedalam rumah dan berlari ke arah gudang.

"Mbok mana kuncinya." Teriak Leon, setelah sampai di gudang.

Mbok Ijah langsung mengasihkan kuncinya." Ini den." Ujar mbok ljah sembari memberikan kunci itu pada Leon.

Ceklek...

"Alanaaa." Teriak Leon saat melihat Alana terbaring lemas di langai.

"Al bangun ini aku Leon udah datang." Ucap Leon menepuk pipi Alana dengan pelan.

"Kak Leon." Lirih Alana.

"Iya ini aku, leon." Sahut Leon.

"Mbok tolong bantu angkat Alana." Teriak Leon, minta bantuan dengan mbok ijah.

    Mbok ijah lalu menggendong badan kecil Alana ke dalam gendonganya." Maafkan mbok ya non, gak bisa membantu non Alana." Lirih mbok ijah, ia merasa sangat bersalah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!