NovelToon NovelToon

Pengantin Setan

Bab 1. Vila

Sebuah vila yang sangat indah sekali karena lokasi nya juga sangat dekat dari kota, pemandangan yang sangat indah karena kiri kana penuh dengan kebun teh. bila pagi datang rasa nya sangat lah sejuk karena bisa menghirup udara yang masih bersih tanpa polusi, Marda begitu nyaman sekali tinggal di vila ini dari pada di kota.

Cuma ya harus menanggung resiko pula karena Pendi tidak akan bisa pulang setiap hari karena kantor jauh dari vila ini, di kota mereka tidak punya rumah dan memang harus mengontrak. dengan harga yang mahal serta ukuran nya sangat lah kecil sekali, jelas terasa akan sangat sumpek.

Karena memang uang nya cukup untuk mengontrak yang kecil saja, di tambah Pendi cuma pegawai kantor biasa yang gaji nya tidak lah besar. Marda pun tidak punya penghasilan karena dia Ibu rumah tangga biasa, lebih baik bila tinggal di vila ini saja walau pun Pendi pulang nya dari hari jumat sore dan kemudian kekota lagi di minggu sore.

Selama dari hari senin sampai jumat itu Pendi tinggal di rumah orang tua nya saja, orang tua Pendi tidak masalah bila cuma anak mereka yang menginap, tapi kalau bawa istri segala maka akan keberatan tentu nya. jadi Marda pun memantap kan hati untuk tinggal di vila, walau harus sendirian.

Di sini dia bisa berkebun menanam apa saja karena bersebelahan dengan vila banyak tanah kosong yang menganggur, jadi bisa ia garap agar dapat tambahan. soal sayur juga tidak perlu beli, Marda memang bisa di bilang tidak belanja lauk pauk, kecuali Pendi datang saja.

Lumayan bisa agak irit dan punya tabungan tentu nya, air minum juga tidak payah beli karena ada air yang bisa di tampung untuk di masak. yang masih tetap harus beli itu cuma rombongan sembako, karena tidak bisa mau bercocok tanam untuk hal itu, agak irit juga dan Marda sudah satu bulan tinggal di vila besar ini.

"Kok orang tua kamu bisa enggak tau kalau ada vila di sini, Bang?" tanya Marda ketika hari minggu itu.

"Memang Abang enggak bilang sama mereka, kamu tau kan gimana orang tua aku? nanti nya malah mereka semua pindah kesini atau menyuruh untuk di sewakan saja." jawab Pendi.

"Oh jadi memang tidak tau ya, tapi alhamdulilah kalau memang mereka tidak tau sehingga kita berdua bisa tenang di sini." jawab Marda menarik nafas lega.

"Jumat besok kamu ya yang menyusul Abang, biar sekalian bisa melihat Ibu sama Bapak." pinta Pendi yang ingin orang tua nya di jenguk.

"Iya, aku juga akan kerumah Ibuku." angguk Marda setuju.

"Kamu selama tinggal di sini sendirian enggak ada apa apa kan?" tanya Pendi serius

"Apa apa yang gimana ini?" Marda jadi bingung sendiri.

"Ya kan kamu sendirian saja, takut nya kamu merasa ada yang ngintip atau hantu gitu." jelas Pendi.

"Enggak lah, aku enggak takut sama hantu." Marda tertawa geli karena dia memang tipe yang pemberani.

"Syukur lah kalau memang begitu, Abang kadang juga mikirin kamu yang tinggal sendirian." ucap Pendi menatap istri nya.

"Enggak apa apa, aku malah merasa anteng dan damai di sini." Marda tidak ingin bila suami nya cemas.

Pendi menarik nafas lega bila memang tidak ada ganguan untuk Marda, sebab vila ini juga sudah tua dan tetangga lumayan jauh dari sini. bila ada apa apa akan agak susah mau minta tolong nya, sekitar dua puluh meter baru lah ada rumah tetangga dan itu memang perkampungan yang ramai.

"Aku cari lauk buat kamu dulu ya, itu di sana pasti sudah banyak yang kumpul." Marda siap siap membawa tas.

"Iya." Pendi mengangguk dan memberikan kunci motor.

"Aku masak ayam opor saja ya buat kamu?" tawar Marda meminta persetujuan dulu.

"Boleh, apa saja asal kamu yang masak." jawab Pendi.

Marda tertawa karena suami nya pintar menggombal, rumah tangga mereka yang baru berjalan satu tahun ini masih berjalan baik baik saja. ya walau pun ribut maka akan terus baikan lagi, belum pernah ribut yanh sanggat besar hingga sampai diam diaman selama tiga atau lima hari. karena Pendi memang tipe lelaki yang mudah mengalah, karena itu lah Ibu nya jadi tidak suka.

Menganggap Marda sangat berkuasa sehingga Pendi pun takluk pada nya, dan bila sedang marah maka Ibu Pendi akan membawa bawa nama Anita mantan kekasih Pendi. hal seperti itu yang membuat Marda sangat tidak betah, jadi lebih baik pindah walau vila ini lumayan suram.

...****************...

"Suami nya pulang to, Mbak Marda?" sapa Bu Asih.

"Iya, jadi saya cari lauk." Marda menjawab nya agak malu.

"Oh Mbak ini yang tinggal di vila atas sana, kok berani sih?" Vita sampai heran pada Marda.

"Dia memang pemberani, padahal dia tinggal sendirian dan suami pulang seminggu sekali." timpal Bu Asih.

Marda tersenyum karena dia memang tidak tau mau respon apa pada Ibu Ibu ini, nanti bila salah ucap malah akan jadi bahaya pula. jadi lebih baik banyak diam, walau pun Marda juga sering memberi pada mereka bila sedang panen sayuran atau pun ubi di tanah sebelah vila.

"Enggak ada ganguan apa, Mbak?" Vita bertanya serius.

"Gangguan apa?" Marda mengerut bingung dengan pertanyaan nya.

"Mbak enggak sadar apa kalau vila itu sangat seram." Vita mulai merinding walau cuma membayangkan saja.

"Enggak seram itu, justru adem dan indah sekali pemandangan nya." sahut Marda tersenyum.

"Heehhh aku tidak berani walau cuma lewat saja." Vita merinding sekujur tubuh.

Melihat respon Vita yang memang seolah takut itu membuat Marda sangat heran, bagai mana bisa orang orang sangat takut dengan vila yang indah itu. pantas saja para Ibu Ibu ini tidak pernah ada yang mau bila di ajak main kerumah nya, kalau pun mau maka cuma di pinggir jalan saja.

"Emang benaran ada hantu nya, Ta?" Lili malah bertanya lebih jelas.

"Ya pasti lah, kau tidak lihat bentuk nya yang sangat seram itu." Vita berkata agak keras.

"Kan itu cuma dari luar saja, Ta! kamu enggak pernah kan melihat hantu nya?" Marda agak tertawa.

"Aku sih belum pernah, tapi Ibu ku pernah melihat nya di sana." jawab Vita.

"Paling Ibu mu cuma menakuti karena kau suka pulang malam." Bu Asih tidak ingin Vita memperpanjang nya lagi.

Takut pula nanti Marda malah tersinggung dan tidak enak hubungan mereka, apa lagi Vita memang suka bicara ceplas ceplos apa bila ada sesuatu yang heboh, yang paling penting lagi para warga memang yakin bahwa vila itu ada hantu nya.

Selamat membaca dan semoga suka ya guys, bab pertama ini ayo penuhi dengan like dan komentar nya.

Bab 2. Pengalaman Mona

"Kau ini kebiasaan kalau ngomong tidak di saring dulu!" Bu Asih memarahi Vita setelah Marda pulang.

"Ya kan tadi aku tanya, apa dia memang tidak pernah melihat penampakan." Vita menjawab pelan.

"Kalau ekspresi dia saja begitu maka sudah pasti dia tidak di ganggu, mungkin sekarang memang sudah tidak ada lagi." Bu Asih masih saja merutuk kesal.

"Masa iya secepat itu bisa menghilang, Bu?" Mona bertanya pelan sekali.

"Ya bisa kalau Allah sudah berkehendak, siapa tau Marda juga rajin ibadah sehingga tidak di ganggu." sahut Bu Asih.

"Kau pernah lihat, Mon?" Vita malah penasaran pada Mona yang nampak diam diam saja.

Yang di tanya cuma mengangguk pelan karena kejadian itu sangat melelat dalam pikiran nya, meski sudah setengah tahun yang lalu namun rasa nya masih tetap terbayang di pelupuk mata saja. bahkan semenjak itu pula Mona tidak pernah berani pulang sendirian dari kerja, bila tidak ada yang jemput maka akan menginap di rumah teman.

"Cerita dong, apa yang kau lihat?" Vita takut tapi kepo.

Mona menelan air ludah nya dengan susah payah karena rasa ngeri tetap saja ada ketika melihat vila yang sangat besar itu, sebagian orang tak akan percaya karena menganggap itu hanya karangan semata karena vila sudah lama kosong tak berpenghuni.

"Buruan ayo cerita, aku sudah tak sabar mau dengar?" desak Vita saat pulang beli sayur.

FLASHBACK ON.

Malam itu Mona pulang kerja sekitar jam dua belas malam dan naik motor karena dia mengambil motor setelah di rasa gaji nya cukup untuk angsuran, agak rintik juga serta pas di malam jumat legi membuat Mona sudah agak keder juga.

"Bapak kok ya enggak bisa di hubungi, pasti habis batrai ponsel dia." rutuk Mona di jalan.

"Aaaahhh!"

Tubuh Mona tegang seketika karena mendengar suara wanita sedang menjerit kesakitan, sedang takut takut nya dan ingin ngebut agar segera melewati vila ini. Mona malah harus menerima fakta lain, motor nya mogok tanpa sebab dan kalau rusak rasa nya sangat tidak mungkin karena. Masih baru.

"Ya Allah, kok pakai mogok segala!" keluh Mona dengan hati tidak karuan.

"Sakiiiitt, tolong hentikan!" pekik suara wanita itu lagi.

"Siapa ya? aku kok ragu mau mendekat, tapi takut nya ini orang butuh bantuan." Mona jadi di lema.

"Huhuhuuu, ku mohon hentikan lah.....

Motor mogok pun tepat di depan vila dan suara itu juga berasal dari vila yang tampak suram karena sama sekali tidak ada lampu, di satu sisi Mona rasa nya ingin kabur untuk minta tolong, tapi di sisi lain hati nya seolah di paksa untuk melihat sendiri saja.

"Bawa kayu ini saja untuk jaga jaga." Mona mengambil kayu dan perlahan menaiki tangga untuk masuk kedalam.

"Jangan siksa akuuuu...hentikan ini, kau menyakiti aku!" isak suara itu lagi.

"Pasti para preman yang memperkosa, lebih baik aku sambil menghubungi Pak RT." Mona sigap menghubungi Pak RT.

Pintu vila terbuka sedikit membuat aroma bangkai langsung menusuk kedalam hidung, Mona menahan nafas nya dan terus mengintip untuk melihat wanita yang sedang merintih itu. tak lupa juga sambil menghubungi Pak RT agar segera datang membawa bantuan, jadi mereka akan segera menemukan Mona di sini.

Braaaak.

"Aahhhkk!" Mona yang menjerit kaget karena tubuh jatuh dari lantai dua.

"Eeeghhhkk, pinggang ku patah." rintih wanita bergaun putih seperti pengantin.

"Mbak?!" Mona masih agak ragu mau mendekat.

"Dia...dia yang membunuh ku, laki laki itu membunuh ku!" tangan wanita menunjuk keatas sehingga Mona pun ikut mendongak kesana.

Tapi sama sekali tidak ada apa apa di lantai dua membuat Mona melongo, ketika dia menunduk lagi. Mona langsung tersurut mundur melihat pengantin itu sudah berdiri menyeringai menatap dia, bahkan di tangan ada gergaji mesin berlumuran darah.

"Kau bisa melihat ku?" tanya nya sembari menyeringai.

"Ha..hantu! apa ini hantu?" Mona tergagap ngeri melihat darah di gaun pengantin.

"Ihihiiiiii...apa kau tau aku sangat kesakitan, tapi dia tidak mau mendengarkan aku." pengantin menangis darah.

Bruuummm, Bruuuum.

"Diaaaahhhh..dia memotong tangan ku, apa kau juga mau ku potong?" tawar pengantin setan.

"Jangan! aku tidak ada salah padamu, ku mohon jangan sakiti aku." Mona sudah menangis ketakutan.

"Menangis lahhhhh...aku juga menangis, tapi dia tidak mau menghentikan nya." pengantin setan berjalan menyeret gaun putih.

"TOLOOOONGG, KU MOHON TOLONG AKU!" pekik Mona tersengal sengal.

"Mon! kamu kenapa, Mon?" Pak RT yang di hubungi jadi kaget mendengar teriakan Mona alias calon mantu nya.

"Paaaak Rt tolongin saya, ada setaaan!" teriak Mona histeris.

Sementara pengantin setan terus mendekat dengan kaki yang terlihat patah sehingga di seret seret, Mona tak bisa menunggu saja sampai Pak RT datang menolong. yang ada nanti malah keburu mati di buat setan ini, jadi lebih baik segera kabur saja sebisa mungkin.

"Jangan lariiiiii, dia pun tak mengizinkan aku lari." teriak pengantin setan.

"Keparat haram jadah, mampus saja kau sendirian." Mona berlari tanpa menoleh dan meninggalkan motor nya.

"Ihihihiiiiiiii....

Terdengar tawa nya yang sangat melengking dan juga campur serak, Mona tak akan pernah mau lagi lewat sana karena sangking trauma nya melihat setan. untung tak lama ia berlari ketemu lah dengan Pak RT dan juga kekasih nya, sehingga ada yang menolong Mona.

FLASHBACK OFF.

"Untung kau masih hidup, Mon." lirih Vita dengan wajah pucat.

"Maka nya itu aku tak akan pernah mau lewat sana lagi kalau malam, sudah cukup sekali itu saja." Mona memang sangat takut.

"Setan nya pakai gaun pengantin! mungkin dulu nya ada yang mau menikah dan dia mati di sana ya?" tebak Vita.

"Aku tidak tau, bahkan orang tua sini saja tidak tau! mereka tau nya dulu Anita yang punya vila itu, tapi kata nya Anita pergi keluar negeri." jawab Mona.

Vita manggut manggut dengan hati yang gelisah juga karena dia penakut, padahal bukan dia yang melihat secara langsung, tapi masih saja takut dan tak akan mau kesana.

"Apa setan nya tidak kelihatan muka, Mon?" tanya Vita.

"Muka nya sudah hancur seperti kena benda panas gitu loh, kayak terbakar juga jadi tidak bisa mau di kenali." jawab Mona.

"Ih serem banget, Ya Allah!" Vita takut sekali.

Mona yang sudah mengalami nya cuma bisa menelan ludah dengan susah payah, sebab dengan ada nya cerita dari dia itu lah yang membuat para warga jadi begitu takut mau mendekati vila besar. tidak ada satu pun yang berani karena mereka percaya dengan cerita dari Mona, terlebih bukan cuma Mona saja yang cerita akan hantu di vila tersebut.

Like dan comen nya kencengin ya guys.

Bab 3. Pertanyaan Marda

Marda menarik nafas ketika dengar celotehan para orang kampung tadi soal vila nya ini, menganggap mereka semua sangat lemah dan hanya menilai dari luar saja dan itu sudah sangat ketakutan dengan hantu yang konon ada di dalam vila yang besar dan juga menyendiri ini. padahal suasana nya sangat indah dan juga adem, tapi orang orang memang sangat takut bila di suruh mampir.

"Dasar mereka saja yang penakut!" rutuk Marda.

Sebab dia di sini sudah mau satu bulan lebih dan sama sekali tidak ada ganguan, dari malam pertama sampai juga dengan sekarang, malahan dia selalu sendiri dan nanti akan di temani Pendi saat malam sabtu serta malam minggu saja di sini.

Memang sama sekali tidak ada sesuatu yang aneh dan juga menakutkan, jadi Marda menganggap mereka cuma tertipu dari pemandangan luar saja dan sudah sangat takut tidak karuan. pernah juga ia bertanya pada Ibu nya Vita soal penampakan itu, namun Bu Vita menolak untuk memberi tahu.

"Mereka saja yang tidak punya nyali besar, padahal pada rajin ibadah dan suka mengaji." rutuk Marda.

Praaaang.

"Ah Allahu Akbar!" Marda kaget karena panci nya malah jatuh.

Sedang asik merutuk sendirian malah panci nya satu jatuh sehingga membuat Marda kaget sekali, dia ambil nya cepat dan sama sekali tidak ada firasat apa pun. padahal bila mata nya jeli dan mau fokus, ketika Marda menunduk ada seonggok gaun pengantin yang berdarah darah.

Tapi Marda yang cuek dan tidak fokus jadi di abaikan nya saja, langsung memasak opor sesuai dengan yang Pendi minta tadi. dia memasak lauk enak memang di saat suami nya ada saja, bila tidak ada maka akan makan sayur.

"Abang mau keluar ngobrol dengan warga dulu ya, Yank." pamit Pendi.

"Iya, enggak usah dengerin mereka kalau ngomongin hantu." jawab Marda.

"Mana Abang peduli soal itu, justru Abang takut nya kamu yang terpengaruh dan tidak nyaman lagi tinggal di sini." cemas Pendi.

"Ngapain aku jadi tidak nyaman, Bang? vila kamu nyaman dan adem, jadi udah pasti enak di sini saja!" jawab Marda cepat.

"Orang kampung emang suka begitu, padahal ku rasa mereka sama sekali tidak tau apa apa." kesal Pendi.

"Abang dapat vila ini dari mana?" Marda bertanya sambil mengaduk opor nya.

Pertanyaan yang sukses membuat Pendi menatap istri nya bimbang dan juga terlihat gugup, sayang nya Marda tidak memperhatikan itu semua karena dia tidak menatap sang suami sehingga tidak tau raut wajah Pendi bagai mana barusan ini, andai melihat maka dia juga akan curiga.

"Kok diam saja, jawab dong." Marda menatap suami nya.

"Abang beli dari salah satu teman Abang yang dekat dengan pemilik sebelum nya." jawab Pendi.

"Pemilik sebelum nya bernama Anita kan? apa itu Anita yang sana dengan mantan kekasih Abang!" Marda baru tau juga bahwa pemilik vila ini bernama Anita.

"Ya beda lah, memang nya Anita cuma satu saja di dunia ini! ah udah lah, Abang udah di tunggu Pak RT tuh di depan." Pendi segera pergi meninggalkan istri nya.

"Mungkin benar lah, mana ada nama Anita cuma satu saja." gumam Marda yang merasa nama Anita memang banyak di dunia ini.

Di lupakan begitu saja ucapan nya yang tadi membuat sosok yang menatap nya mulai menunjukan kemarahan, tapi Marda memang sama sekali tidak tau akan hal itu, entah dia yang rajin ibadah sehingga tidak bisa di dekati atau memang sosok tersebut belum mood saja untuk menampakan diri di depan mata nya.

"Enak ini, alhamdulilah sudah mateng jadi aku tinggal mandi saja." ujar Marda berseru girang.

Nanti tinggal makan bareng bersama sang suami, kalau ada suami maka Marda akan sangat rajin mandi. kalau tidak ada maka akan sampai siang, cukup satu kali saja sehari mandi nya agar tidak terlalu bau oleh keringat.

****************

Pendi bersalaman dengan Pak Rat dan juga warga lain yang kebetulan memang sedang nongkrong, memang para Bapak Bapak akan sering duduk untuk ngobrol satu sama lain agar semakin akrab. tapi beda obrolan dengan Ibu Ibu, mereka lebih berbobot obrolan nya dan sama sekali tidak ada yang membahas ranjang panas di malam hari.

Ada kursi di bawah pohon dekat juga dengan vila nya Pendi, di sana lah mereka sedang ngobrol bersama dan Pak RT menatap vila yang berdiri kokoh sekali. terasa memang begitu seram sekali, bila tidak kuat mental maka sudah pasti akan sangat takut walau cuma menginjakan kaki di bagian depan.

"Istri mu termasuk pemberani loh, dia tinggal sendirian di vila ini." Pak RT membuka suara.

"Ya enggak ada apa apa, Pak!" jawab Pendi tersenyum.

"Beneran memang kalian tidak pernah di ganggu?" Pak RT jadi agak kaget juga mendengar nya.

"Insya Allah tidak kok, vila itu tidak ada apa apa nya, Pak!" jelas Pendi menatap RT nya.

Pak RT menatap yang lain sambil menelan ludah nya tak kuasa untuk bicara, namun Pendi juga penasaran soal itu sehingga para warga lain pun mengangguk setuju apa bila Pak RT mau bicara pada Pendi soal apa yang terjadi pada Mona setengah tahun yang lalu.

"Mona itu pernah mau mati di sini, Pen! dia melihat wanita yang sangat menakutkan." jelas Pak RT.

"Bapak juga melihat nya?" tanya Pendi lagi.

"Kalau saya tidak, tapi warga sini sudah sekitar lima orang lah yang pernah melihat." jawab Pak RT.

"Wah kalau belum lihat sendiri sebaik nya tidak usah percaya, Pak!" sahut Pendi sambil tertawa.

Yang lain langsung bertatapan wajah karena agak kesal dengan ucapan Pendi barusan seolah sangat tidak percaya dan juga meremehkan, mungkin karena orang kota sehingga tidak percaya dengan yang nama nya setan atau pun hantu, mereka juga tidak bisa mau memaksa Pendi untuk percaya.

"Hari minggu nanti kita ada gotong royong, tolong Mas Pendi ikut ya." Girga anak nya Pak RT mengalihkan pembicaraan.

"Insya Allah, di mana gotong royong nya?" Pendi malah semangat di ajak bicara ini.

"Masjid kita sama jalan yang di bawah sana, jelek sekali jalan nya." sahut Girga.

"Iya, saya lewat sana mau jatuh karena banyak lobang." angguk Pendi.

Pak RT cuma menatap nya dengan sejuta pertanyaan karena Pendi dan juga sang istri sama sekali tidak dapat ganguan, sedang kan Mona saat itu yang cuma lewat saja sampai mau. Mati karena di ganggu oleh pengantin setan yang membawa gergaji potong penuh darah.

Semangat pagi guys, kita lebaran hari apa ya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!