"impian terbesarku saat ini, adalah menjadi istri Dimas Anthony"
Eirene membuka mata dengan nafas memburu. Keringat dingin sudah membasahi pelipis dan hampir seluruh tubuhnya.
Untuk kesekian kalinya dia harus mengalami mimpi buruk.
Kilasan mimpi buruk untuk seorang Eirene Hartono adalah ekspresi dan nada kebahagiaan dari seorang Hana Belle Kafie.
Gadis cantik itu meremas selimut tebalnya.
"Tidak boleh!! Kau tidak boleh memiliki dia. Kau tidak aku ijinkan untuk boleh merasa lebih bahagia dariku, Hana Belle Kafie,"
...****************...
Next day.
@The Sultan hotel
Jl. Gatot Subroto, RT.2/RW.1, Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta
"Apa kalian sudah memikirkan tanggal pernikahan? Lakukan secepatnya. Aku tidak ingin menunggu terlalu lama." Suara berat Basuki Atmadja terdengar.
Eirene memutar bola mata, dia tidak pernah suka dengan pembicaraan ini.
Sementara pria disampingnya Sakala Atmadja berusaha menutupi rasa bahagia dan gugupnya dengan terus menyantap makanannya.
Tidak ada yang spesial, lihat saja hari yang seharusnya menjadi spesial untuk mereka malah di minta untuk ditentukan dan di persiapkan sendiri.
Kedua orang tua hanya tahu satu hal, kesempurnaan. Mereka pasti berpikir Uang yang akan mereka curahkan sudah lebih dari cukup.
"Rene, cepat menikah dan berikan papa cucu yang cantik dan tampan dari kalian"
Sakala membungkuk hormat kearah calon ayah mertuanya. Jantung pria itu berdetak menggila karena bahagia. Baginya tidak ada kebahagiaan yang lain selain menikah dengan gadis bernama Eirene Hartono.
Ini merupakan impiannya sejak Lama,
Tidak ada yang dia inginkan didunia ini selain menjadikan Eirene miliknya, seutuhnya.
Eirene menghembuskan panjang, baginya saat ini tidak ada yang lebih penting selain mengejar sesuatu yang menjadi kebahagiaan seseorang yang menjadi sahabat sekaligus saingan terberatnya. Hana Belle.
.............
@Tugu Monas,
Jakarta.
Hatchi......
Hana Belle mengusap hidungnya, ini merupakan bersin keenam sejak tadi.
Dimas tersenyum lembut, menarik Hana Belle mendekat kemudian mengusap-usap tangan gadis itu bersama tangannya.
"Kamu kedinginan?"
Gadis itu menggeleng, "aku tidak pernah merasa kedinginan kalo sama kamu, mas Dim" cicitnya malu-malu.
Dimas tersenyum, menampilkan eyesmile yang membuat pria itu semakin mempesona "oh ya ya ya, kalau begitu apa yang buat kau bersin-bersin begini ehm?"
Hana Belle menengadah, terlihat sedang berpikir keras "ada yang mengingatku, mungkin" tebaknya, sedikit yakin.
Dimas memajukan wajah, mendekat kewajah Hana Belle. Jarak mereka hanya tinggal beberapa centi sampai pria ini bisa melihat dengan jelas guratan-guratan halus dimata gadis mungil ini. Mata favoritnya.
"Atas dasar apa mereka mengingatmu hmm??"
Hana Belle menahan debaran jantungnya yang menggila. Dia sudah bersama pria ini sejak masih kecil, bahkan bisa dibilang sepanjang hidupnya didunia. Satu-satunya pria yang paling dikenalnya dengan baik adalah Dimas Anthoni Walukow --- Papa dan Ben Yamin adiknya tentu adalah pengecualian---.
Tapi meskipun begitu sampai detik ini pun dia tetap saja jatuh dalam pesona seorang Dimas Anthoni. Jantungnya tetap saja berdebar dari batas normal, aliran darahnya tetap berdesir membuat rona di pipinya, dan juga seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalam perut, sungguh suatu perasaan yang aneh tapi menyenangkan.
Dengan sekuat tenaga Hana belle mati-matian menekan rasa gugupnya, dia kemudian menatap Dimas, "apa mungkin karena aku terlalu manis Mas Dim?"
...----------------...
Next day
@Kios Ben
Jalan Boulevard Raya Blok TA II Nomor 33-34, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dimas tersenyum, melihat gadis mungil yang bergerak begitu lincah melayani para pelanggan. Padahal ada pegawai yang sudah digaji untuk melakukannya, tapi gadis itu selalu membantu tanpa mengeluh.
Disinilah dia sekarang, sehabis menyelesaikan praktek kerjanya dirumah sakit, Dimas duduk manis menunggu Hana Belle selesai membantu pekerjaan ibunya di kedai makanan ini.
Sebenarnya ada perasaan khawatir, memikirkan tubuh gadis itu pasti kelelahan. Hana Belle menghabiskan waktunya sebagai seorang editor di sebuah majalah terkenal di Jakarta dan saat pulang kantor gadis ini tetap mengisinya dengan membantu ibunya mengelolah rumah makan khas Manado milik mereka.
"Sorry mas Dim, pesananmu telat" Hana Belle meletakkan rahang tuna bakar yang masih mengepulkan asap didepan Dimas.
Pria itu langsung teringat dengan perkataan mama Hana Belle beberapa hari yang lalu.
"Mas Dim. Apa mama Anni boleh minta bantuan?"
"bantuan apa ma? Aku pasti akan membantu sebisaku."
"Mama tahu kamu pasti bisa, karena mama tidak bisa mempercayakannya pada orang lain selain padamu"
"Apa itu?"
"Menikahlah dengan Hana Belle. Jaga putri ku itu dengan baik. Dia sangat menyukaimu, aku tahu kau juga memiliki rasa yang sama kan?"
"Hei... hallo mas Dim? Kamu marah yah? Sorry deh, kamu lihat sendiri kan aku......"
"Apa kamu nggak capek? Kamu baru aja pulang dari kantor dan langsung kesini. Kamu bisa sakit kalau begini terus" Suara Dimas memotong ucapan Hana. Terselip rasa khawatir dan sedikit emosi disetiap nada yang keluar dari mulut pria itu.
Hana Belle mematung sesaat, tapi didetik berikutnya gadis itu langsung senyam-senyum.
"Nggak apa-apa kok, bukannya kalau aku sakit, ada dokter yang akan merawatku?" katanya dengan nada menggoda.
Dimas memutar bola mata "Aku seorang dokter anak"
"Tapi, kau dulunya dokter umum yang kemudian mengambil jurusan spesialis dokter anak"
"Hebat sekali! Kamu memang suka sekali bantahin kata-kataku" tatapan Dimas tiba-tiba berubah serius.
Dia mengatur nafas untuk berani memulai sesuatu yang lebih mendalam untuk hubungannya dengan Hana Belle.
"Ayo kita menikah. Dengan begitu aku bisa jaga kamu sepanjang hidup aku. Aku memang nggak bisa janjiin kemewahan, tapi aku menjanjikan seluruh cinta ini hanya buat kamu seorang"
...****************...
.......
@Four season hotel, Jakarta Selatan.
Sakala menekuk salah satu lututnya, berlutut bak seorang pangeran yang melamar tuan putri.
Gadis berambut cokelat madu terlihat sedikit kaget melihat sebuah kotak kecil dengan cincin bertabur berlian yang sangat cantik.
Suasana tempat mereka sekarang sangatlah mendukung, kelap-kelip lampu ruangan juga alunan irama piano menambah kesan romantisme yang luar biasa.
"Eirene Hartono, will you marry me?"
Gadis bernama Eirene itu menelan ludah, tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Sakala Agung Atmadja . Semua kesempurnaan sudah melekat di raga dan kepribadian pria itu.
Dianugerahkan wajah yang tampan, postur tubuh yang menjulang dan yang melengkapi semua kesempurnaan itu adalah statusnya sebagai pewaris tunggal Indomadja corporation. Perusahaan yang memproduksi polyethylene terephthalate (PET) dan bisnis petrokimia lainnya.
Mungkin Eirene-lah yang akan mendapat cap bodoh dan tidak waras kalau sampai menolak pria ini.
"Aku......"
"I promise, can make you happy, make you my priority. Always protect you and loving you till end the my life"
...****************...
.......
Next day
@ Waroeng Westren
Jl. KH. Syahdan No. 36C (Sebelah The Cortado), Palmerah, Jakarta Barat
"Menurut lo gimana?"
Eirene menunjukkan sebuah cincin bertabur berlian yang sangat cantik melekat dijari manisnya. Kalau boleh jujur, sebenarnya tidak ada rasa bahagia yang memuncah didada seperti yang seharusnya saat Sakala memasukkan benda keramat itu dijari manisnya.
Kebahagiaan terbesarnya selama ini, adalah bisa lebih unggul dari Hana Belle. Sebuah obsesi tidak mendasarnya sejak dulu.
Eirene tidak tahu dari sejak kapan ini bermula, tapi inilah dia, gadis yang sangat terobsebsi menggagalkan semua kebahagiaan milik Hana Belle kafie.
Gadis ini masih ingat dengan jelas bagaimana dia tersenyum bahagia saat melihat Hana Belle menangis karena gagal masuk sebagai perawat saat melewati tesnya, padahal itu adalah keinginan terbesar Hana Belle saat itu. Menjadi perawat untuk bisa mendampingi Dimas yang adalah seorang dokter.
Atau bagaimana gadis mungil itu harus menelan mentah-mentah impiannya menjadi seorang penyanyi.
Jawabannya hanya satu. Eirene Hartono adalah dalang utama dibalik semua kegagalan itu.
Entah kenapa Tangisan dan kesedihan Hana Belle adalah sebuah kepuasan tersendiri untuk seorang Eirene Hartono.
Hana Belle terpana melihat betapa cantiknya cincin berlian yang berkilau saat ditempa cahaya lampu. Didetik berikutnya Gadis itu tersenyum, kemudian memeluk Eirene yang selalu dia anggap sebagai sahabat terbaiknya dengan segala ketulusannya.
"Selamat yah Rene. Lo bakal nikah sama tunangan lo itu? Kalian pasti akan menjadi pasangan yang paling serasi. Dia pasti tampan dan lo itu cantik banget. Anak-anak kalian pasti akan sangat mempesona nantinya"
Eirene membeku, ini tidak seperti yang dia harapkan. Reaksi yang dia inginkan dari gadis yang sedang memeluknya ini bukan seperti ini.
Seharusnya Hana Belle beraksi lain. Gadis itu seharusnya Menunjukkan rasa iri karena Eirene telah dilamar oleh seorang pria sempurna dengan cincin yang bertabur berlian dan hanya ada satu-satunya didunia.
"Lo....ng..ngak...."
Hana Belle menunjukkan cincin emas putih yang jauh lebih sederhana melingkar dijari manisnya.
"Mas Dim masangin ini semalam" Hana Belle menatap cincin itu dengan binar kebahagiaan dari matanya,
"Memang bukan cincin mahal seperti punya lo, tapi gue merasa memiliki seluruh dunia saat mas Dim lamar gue dan ingin jadiin gue sebagai pendamping hidupnya. Lo tahu kan Rene? Gue udah menunggu selama bertahun-tahun untuk kebahagiaan ini"
Eirene tanpa sadar mengeraskan rahang, meremas kedua tangannya. Kekalahan menjalar dengan cepat diseluruh tubuhnya. Kenapa takdir selalu tidak bisa berpihak padanya? Kenapa takdir seakan selalu menomor satu kan Hana Belle? Tapi biar bagaimanapun Eirene tidak akan kalah, ia tidak akan mau kalah.
...****************...
3 Bulan kemudian
H-14 Dimas - Hana Belle Wedding..
Eirene meremas tali tas caking bermerk Celine, tas kesayangan yang menggantung dibahu. Dia menatap pintu apartemen bernomor 115 didepannya.
Dia pernah berkunjung kesini beberapa kali tapi tidak pernah sendiri. Ini kali pertama untuknya berkunjung di tempat ini sendiri tanpa Hana Belle.
Gadis dengan rambut berwarna colelat madu ini mengulurkan tangan menekan bel berkali-kali.
Pintu cokelat itu terbuka, seorang pria tampan dengan rambut yg masih basah dan acak-acakan timbul dari balik pintu.
Eirene terpana beberapa saat, ini kali pertama dia melihat sosok itu dalam kondisi begini. Didetik berikutnya gadis ini segera menarik kedua sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman.
"Halo mas Dim, apa kabar?"
Dimas agak kaget dengan kedatangan Eirene, dia memastikan lagi apakah ada Hana Belle bersama gadis ini. Tapi sepertinya Eirene hanya datang seorang diri.
Dimas segera mempersilahkan Eirene untuk masuk.
"Maaf banget Eirene. Ini agak berantakan. Saya sibuk, dua minggu lagi pernikahan saya dan Hana Belle"
Eirene mengangguk paham "Aku ngerti kok, mas Dim. Santai aja" gadis ini menarik dan dengan cepat menghembuskan nafas, dia kemudian segera mengangkat tas jinjing ditangannya yang berisi makanan dan minuman ringan.
"Mas Dim, ayo raya'in pesta bujang kamu"
...****************...
Dimas perlahan membuka mata, mengerjabkan mata menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam pupil mata. Mata pria ini membulat saat menyadari sesuatu, menyadari kalau saat ini dia tidak menggunakan sehelai benangpun.
Rasa takut mulai menjalar disetiap inci tubuhnya, saat sadar kalau disampingnya sedang terlelap seorang gadis dengan rambut berwarna cokelat madu dengan keadaan tubuh yang sama dengannya.
Dimas mengucek matanya berkali-kali. Memastikan lagi kalau dia tidak salah lihat. Dan jawabannya tetap sama. Gadis yang sedang terlelap disampingnya itu nyata, bukan sebuah fatamorgana. Dan gadis itu bukanlah gadisnya.
"Ei..rene....apa yang sudah kita lakuin?!"
...****************...
...****************...
Eirene menyantap dengan perlahan sarapan yang disiapkan Dimas. Gadis ini tidak pernah mencicipi makanan seenak ini, apalagi makanan yang dibuatkan seorang Pria.
Dua pria dalam hidupnya tidak akan sibuk memasak. Semuanya sudah tersedia dirumah tanpa harus repot-repot membuatnya.
Kakak laki-lakinya Eureno Hartono sangat sibuk dengan bisnis perusahaan mereka. Sedangkan sang ayah Michael Hartono memiliki dua kali lipat kesibukan yang sama.
Keluarganya tidak ada yang benar-benar memperhatikannya. Mungkin semua akan berbeda, Kalau saja mamanya tidak meninggal setelah melahirkannya.
'Dunia' memang seakan bisa dia genggam, tapi tetap saja ada sebuah lobang yang menganga didalam hati seorang Eirene Hartono.
Dia sebenarnya hanyalah gadis kesepian, menyedihkan. Yang berusaha mencari perhatian dari ayah dan kakak laki-lakinya, meskipun sangat jarang bahkan tidak direspon sama sekali.
Sebagian dari hati kecilnya sering menyalahkan diri atas kematian sang mama. Sejak kecil Irene selalu bertanya apakah ayah dan kakaknya sengaja menyibukkan diri karena ingin menghindarinya? Karena dia adalah faktor utama penyebab kepergian wanita yang mereka sayangi.
"Makan yang banyak," Dimas meletakkan Tempe goreng krispi di piring Eirene. Sejak tadi mereka berdua terjebak dalam keheningan, Sampai Dimas memutuskan untuk mengakhiri keheningan itu dan memulai suatu pecakapan.
Eirene menatap tempe yang baru diletakkan Dimas. Dia kemudian mendongak dan langsung terperangkap dalam kelembutan sepasang iris cokelat gelap itu.
"Terima kasih banyak," ucap Eirene sedikit membungkuk dengan mata yang berkaca. Hatinya tersentuh dengan perhatian kecil yang diberikan Dimas.
Mendadak sisi egois gadis ini, ingin memerangkap Dimas selamanya disampingnya.
Dia ingin diperhatikan, dia ingin mendapatkan pria yang seperti Dimas. Walaupun sebenarnya ada seorang pria yang jauh lebih dari segalanya dari Dimas.
Tapi hal itu tidak ada pengaruh apa-apa padanya karena sejak awal, pertunangannya dengan Sakala hanyalah sebuah bentuk rasa hormat untuk sang papa.
Rasa bersalah karena merasa telah menjadi penyebab kepergian sang ibu, membuat Eirene tidak pernah sekalipun menolak permintaan Michael Hartono.
Salah satunya bertunangan dengan putra konglomerat pemilik Indomadja Corp, Sakala Atmadja. Tapi bukankah dia juga harus mementingkan dirinya sendiri sekali-kali?
Dan misinya kali ini akan tetap dia lanjutkan, tidak peduli apapun.
Dimas menatap Eirene "apa kamu ingat yang terjadi semalam? Kita sepertinya tidak meminum sesuatu yang mengandung alkohol tapi kenapa tiba-tiba seperti itu? Apa kau tahu Rene?" tanya Dimas hati-hati, setengah berharap kalau ini hanya mimpi saja.
Jantung Eirene berdetak cepat. Dengan berat hati dia menggeleng. Menutupi kebenaran kalau semalam tidak terjadi apa-apa, semuanya adalah skenario liciknya saja yang melibatkan Dimas secara langsung.
Sepertinya dia harus berterima kasih kepada dokter Monalisa -- dokter pribadi keluarga Hartono-- karena obat tidur itu sukses membuat Dimas terlelap tanpa satupun ingatan yang tertinggal di ingatannya.
Dimas mengacak rambutnya frustasi. Merasa menjadi pria paling bejat didunia. Pundaknya seperti diberi beban berkilo-kilo membuatnya merasa tidak mampu menangungnya lagi.
"Aku juga nggak ingat sama sekali,"
Ingatan pria ini biasanya sangat baik. Lagipula dia tidak pernah hilang kendali sebelumnya.
Dia menatap Eirene tidak berdaya, "apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus kita lakukan?"
......................
@office magazine 'Singles'
Jakarta Pusat
"Ada apa ini?" Hana Belle bertanya pada Anisa, teman satu ruangannya.
"Seorang CEO muda mencari kamu," Lapor Anisa.
Gadis mungil ini meletakkan tas kemudian duduk di kursi kerjanya.
"Atas dasar apa dia cari aku? Dan kenapa semuanya jadi heboh?" Hana Belle mengerutkan kening saat melihat suasana kantor yang tidak seperti biasanya. Semuanya sibuk bergosip.
Anisa mencondongkan badan kearah Hana Belle "Kamu nggak tahu?"
Hana Belle menggeleng. Dia benar-benar tidak tahu.
"Direktur muda itu ganteng puuooollll. Semenjak beliau datang langsung jadi pembicaraan, semuanya menyayangkan fakta yang ada di majalah."
Hana Belle memutar bola mata "lalu apa hubungannya dengan aku, Anisa cherrybelle?"
Saat Anisa baru mau membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Hana Belle. Pintu ruangan mereka tiba-tiba menjeblak terbuka. Dua gadis didalam ruangan itu sama-sama menelan ludah. Sama- sama syok melihat sosok menjulang didepan mereka.
"Saya mencari seseorang bernama Hana Belle Kafie. Dia ada disini?"
................
Hana Belle berdehem untuk kesekian kalinya. Gadis ini terserang perasaan gugup karena Pria didepannya ini tidak berhenti menatapnya.
Perasaan gugup dan risih, seperti itulah. Hana Belle merasa jantungnya hampir terlepas dari tempatnya karena sepasang mata cokelat itu.
Semua wanita normal pasti akan bereaksi sama dengannya. Gadis ini mengingatkan diri saat dia merasa sudah mengkhianati lelakinya Dimas Anthoni.
"Anda editor majalah Singels?"
"Iya."
"Anda editor macam apa? Anda seharusnya menyeleksi setiap tulisan yang akan di terbitkan. Anda seharusnya meloloskan tulisan-tulisan yang berdasarkan fakta!"
Hana Belle meremas tangannya. Mendadak rasa terpesona yang dia sempat rasakan luntur saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut pria itu,
"Saya sudah melakukannya. Tulisan yang terbit sudah di seleksi dan dipertimbangkan sesuai fakta yang ada."
Gadis itu berusaha terlihat tangguh. Dia benci dengan pria yang menyebalkan begini.
Pria itu menyeringai, " benarkah? Tapi yang tertulis di majalah ini justru tidak seperti itu."
Sosok itu melempar secara kasar dan tidak berperasaan majalah bersampul dirinya secara kasar diatas meja,
"Bagaimana mungkin Anda menulis direktur muda Indomadja Corporation memiliki gangguan orientasi seksual?"
Hana Belle mulai kesal dengan sikap arogan pria didepannya. Tuhan itu memang adil, tidak ada yg sempurna di dunia ini.
Bukti nyatanya adalah Pria yang duduk tepat didepannya ini, dia memiliki kesempurnaan secara fisik maupun status keluarga tapi ternyata minus dalam hal kelakuan. Sayang sekali.
"Tapi itu berdasarkan survei lapangan. Semua orang yang ada dibawah naungan anda mengatakan hal serupa. Sayang sekali pria setampan anda tidak tertarik pada seorang perempuan." Ucap Hana Belle dengan suara yang dibuat sememelas mungkin.
Pria itu mengeraskan rahang, kalau bukan karena Eirene Hartono yang memintanya untuk merahasiakan hubungan mereka dari publik. Dia tidak akan segan meneriakkan pada dunia betapa dia sangat mencintai dan menyayangi gadis itu dengan kadar maksimal.
Sementara itu Hana Belle jadi sedikit was-was, takut kalau pria itu tiba-tiba melemparnya dengan benda disekitarnya. Seperti vas bunga di samping kanannya atau mungkin telepon di samping kirinya.
Oke mungkin itu berlebihan. Karena pada kenyataannya pria itu hanya menghembuskan nafas kemudian kembali menatapnya.
"Saya akan menarik semua peredaran majalah ini. Saya akan membeli semuanya. Dan ... saya juga akan memberi anda waktu dan kesempatan untuk anda mewawancarai saya secara pribadi"
Hana Belle berjengit, "a..pa?"
"Tulislah lagi biografi saya. Kalau perlu tulis dengan huruf kapital kalau saya adalah pria yang sangat tergila-gila pada Wanita bernama Eirene Hartono."
Mata Hana Belle membulat "Eirene Hartono?" ulangnya tidak percaya. Dia memang tahu kalau tunangan Eirene adalah seorang direktur, tapi dia sama sekali tidak pernah bertemu secara langsung dengan pria itu.
Eirene Hartono begitu tertutup dengan kehidupan asmaranya dan Hana Belle juga tidak terlalu memusingkan hal itu, dia tahu diantara mereka terbentang jarak lumayan besar bernama Status sosial.
Tapi demi Tuhan Hana Belle sama sekali tidak menyangka, kalau ternyata tunangan dari sahabatnya ini adalah Pria yang menyebalkan seperti ini.
"Tuliskan juga kalau saya dan Eirene Hartono sudah bertunangan sejak usia saya masih belasan tahun."
Pria itu mengangkat tangan kirinya, dengan sengaja menunjukkan cincin yang melingkar dijari manisnya, "saya rasa pria yang memiliki gangguan orientasi seksual tidak akan bertunangan dengan seorang wanita. Bukan begitu nona Hana Belle Kafie?"
Hana Belle menyadarkan punggungnya secara kasar disandaran kursi, setelah pria bernama Sakala Armadja itu pergi.
Hatinya bertanya-tanya kenapa ada pria yang semenyebalkan itu?
Dan astagah ... Rene kenapa pria mengerikan itu harus jadi tunanganmu?
...****************...
@Medistra Medical Center
Dimas menatap handphonenya yang berkelap- kelip dengan tulisan My Belle di layar.
Pria ini ingin sekali mengangkat panggilan itu, ingin sekali mendengar suara gadis itu, Tapi mengingat kembali apa yang sudah dia lakukan Dimas merasa sudah tidak lagi pantas.
Hana Belle tidak pantas memiliki pria brengsek sepertinya.
"Mas Dim akan bertanggung jawab sama aku kan? Aku sudah tidak suci lagi. Aku tidak akan diterima pria manapun. Aku harus bagaimana? Lebih baik aku mati saja."
Suara sedih Eirene kembali terngiang dikepala. Gadis yang telah dia nodai. Gadis yang adalah sahabat gadisnya.
"Brengsek. Benar-benar brengsek, kamu Dimas."
Pria itu mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana mungkin ini terjadi padanya disaat hari pernikahan yang di tunggu sepanjang hidupnya sudah ada di depan mata?
Bagaimana mungkin dia menyentuh gadis lain yang bukan gadisnya? Dimas merasa kepalanya akan pecah. Bagaimana mungkin Tuhan setega ini padanya?
...****************...
@Jl. Merak blok H no.11 BSD-CITY, Tangerang Selatan.
Eirene melangkah gontai memasuki istana besar keluarga Hartono.
Handphone tidak berbunyi seperti yang dia harapkan. Hanya ada beberapa panggilan dan pesan singkat dari Sakala yang memang selalu tidak dia tanggapi.
Pria bermarga Atmadja itu memang rutin memberondong handphonenya dengan miscall dan sms maupun chat yang hanya dianggap sampah oleh gadis ini.
Baginya hubungan mereka hanyalah sebuah hubungan politik semata.
Tidak pernah ada rasa dalam hubungan mereka, bagi seorang Irene, seorang Sakala Atmadja-lah yang berlebihan menggilainya.
Yang amat dia tunggu bukan sms atau panggilan dari pria bermarga Atmadja itu, yang selalu dia tunggu adalah panggilan atau paling tidak sebuah pesan singkat yang menanyakan kabarnya dari dua pria bermarga Hartono.
Apa mereka tidak khawatir dengan keadaannya? Anak gadis dirumah mereka tidak pulang semalaman, apa mereka tidak peduli?
Tapi untuk kesekian kalinya dia harus menelan harapannya. Karena kesibukan dua pria itu, sudah menggeser posisi Eirene menjadi urutan kesekian dari no 1 di hati papa maupun kakak laki-lakinya.
Langkah Eirene terhenti saat telinganya mendengar sebuah nada dari handphonenya, dengan cepat gadis ini membuka sebuah pesan singkat.
"Eirene, apa sudah sampai dirumah? Kamu tidak apa-apa? Maaf aku tidak bisa mengantar, Aku akan menelponmu sebentar lagi"
Eirene tersenyum miris, lagi-lagi bukan pesan dari seseorang yang dia harapkan tapi dari seorang pria yang sudah dengan jahatnya dia jebak untuk ambisi kekenakannya.
Dia tahu, Dimas hanya sekedar mengkhawatirkannya karena sejak tadi di apartemen pria itu, Eirene tidak berhenti mengutarakan hal-hal bernada putus asa untuk memperlancar rencananya.
Dia tahu Dimas hanya merasa bersalah padanya. Tapi apapun itu dia tetap senang. Eirene mulai menyukai semua perhatian Dimas Anthoni padanya sekarang.
Mulai sekarang akan ada yang memberikannya perhatian, akan ada yang menanyakan kabarnya --Selain Sakala ,tentu saja-- Bukankah ini seperti mendapat double *door**prize*? Dia bisa mendapatkan seseorang yang peduli padanya juga menghancurkan Hana Belle secara perlahan.
"Selamat datang diduniaku, Mas Dimas Anthoni,"
...........
H-7
Wedding day.
Seyuman Hana Belle menghilang tidak bersisa sama sekali. Wajah berserinya luntur terganti dengan wajah muram yang menyedihkan.
Dunia tempatnya berdiri serasa runtuh, kehidupannya hancur, kebahagiaannya direbut secara paksa menyisahkan luka yang membekas dan sangat menyakitkan dirongga dadanya.
Gadis itu mundur teratur saat
Dimas berusaha menyentuhnya. Dia tidak bisa menerima lagi sentuhan apapun dari pria ini.Tidak bisa lagi.
Mata Dimas melebar, hatinya terluka parah melihat reaksi gadis ini padanya sekarang. Tapi beginilah seharusnya, dia sudah mengkhianati Hana Belle walau tidak dengan kesadarannya.
"Maaf..... mas bener benar minta maaf Abell, mas....." suara Dimas tercekat ditenggorokan. Sesuatu yang sangat menyakitkan juga melukainya dari dalam.
"Aku ..."
Hana Belle menarik nafas sebanyak-banyaknya, mengisi paru-parunya yang terasa hampa tapi juga sesak saat Dimas mengatakan pembatalan pernikahan mereka yang akan digelar seminggu lagi.
Gadis itu berusaha tersenyum walaupun sebenarnya sangat sulit untuknya.
"aku ngerti. Nggak apa-apa, mas. Aku baik-baik saja,"
Air mata gadis ini jatuh perlahan membasahi pipinya. Mengkhianati usaha kerasnya. Sebenarnya dia sama sekali tidak ingin memperlihatkan air mata didepan pria ini.
Hana Belle mengigit bibir, mati-matian menahan bibirnya untuk mengatakan kalau dia tidak baik-baik saja. Dia terluka dan tersakiti. Dia ingin mempertahankan Dimas apapun yang terjadi. Tapi harga dirinya juga ingin dia lindungi.
Dimas sudah membatalkan pernikahan mereka, itu artinya semua sudah berakhir. Semua perasaan yang bersemi dihatinya setiap musim, selama bertahun-tahun untuk pria ini harus dimusnakan segera. Tidak ada yang perlu dipertahankan sekarang.
"Temukan pria yang nggak akan buat kamu terluka, kayak aku. Kita memang nggak ditakdirkan untuk bersama."
Dengan sangat berat Dimas memutar tubuh, berjalan menjauh dari Hana Belle. Gadis yang dia cintai sepanjang umurnya.
Gadis yang harus dia lepaskannya dengan sangat berat hati karena kebodohan yang sudah dia lakukan.
Dimas menekan kuat-kuat keinginannya untuk berbalik memeluk Hana Belle dan berniat tidak akan melepaskannya.
Gadis itu jatuh terduduk di jembatan penyebrangan, kakinya tidak kuat menopang tubuh. Dia menatap punggung Dimas dengan mata yang berair.
Dadanya terasa sakit disetiap incinya. Punggung itu menjauh dan mungkin tidak akan pernah kembali untuknya.
...****************...
@Hartono corp building. Jakarta.
"Aku akan menikah pa "
Michael Hartono, mendapati putri bungsunya sedang berdiri sambil menatapnya. Pria tua itu balas tersenyum dibalik kacamata. Akhirnya penantiannya berakhir.
"Sakala berhasil meyakinkanmu?"
Michael tahu, kalau Eirene tidak memiliki rasa apapun pada Sakala tapi dia juga tahu, kalau Sakala sangat menyukai putrinya.
Dan pernyataan anak gadisnya ini pasti dikarenakan pria itu sudah bisa meyakinkan Eirene tentang perasaannya.
"Baiklah ... papa akan menghubungi .... "
Eirene berjalan mendekat kearah papanya. Mendekat ke singgasana Michael Hartono yang duduk dibalik meja kerjanya yang besar dan mewah.
"Bukan dengan Sakala Atmadja,"
Eirene menarik nafas sebanyak-banyaknya. Ini adalah kali pertama baginya mengutarakan sesuatu yang dia benar-benar inginkan pada sang ayah,
"Tapi dengan Dimas Anthoni. Aku akan menikah dengan pria bernama Dimas Anthoni Walukow"
.......
...****************...
@Atmadja House
Surabaya.
Sakala meremas garpu yang sedang dipegangnya. Sedangkan Basuki Atmadja sudah melampiaskan amarahnya dengan menjatuhkan semua peralatan makan didepannya. Nafas pria setengah abad lebih itu memburu, matanya memancarkan kemarahan yang sangat.
"ini sebuah penghinaan" desisnya tajam.
"Michael Hartono sudah menghinaku dengan merencanakan pernikahan putrinya dengan pria lain. Dia bahkan tidak memberitahuku dulu. Dia pikir aku ini siapa? Sekertaris Dinan, segera daftarkan tuntunan untu ... "
"Papa, biar saya yang menyelesaikan hal ini." Sakala tiba-tiba bersuara. Memotong ucapan ayahnya.
Basuki menatap putra semata wayangnya yang masih saja terlihat tenang disaat-saat genting seperti ini. Sebagai orangtua yang membesarkan Sakala, dia amat sangat tahu bagaimana perasaan putranya untuk putri bungsu keluarga Hartono.
Dia saksi hidup betapa besar cinta seorang Sakala untuk Eirene, bagaimana bisa putranya masih setenang ini?
Basuki tidak tahu, kalau Sakala sangat hancur di dalam. Dia tidak pernah menyangka kalau Eirene akan mencuranginya, memilih menikah dengan pria lain, tanpa memberitahunya dulu.
Padahal majalah itu telah diterbitkan, majalah yang mengangkat fakta betapa dia sangat menggilai Wanita itu.
"Saka ... "
"Percayakan ini sama saya, akan saya selesai'in dengan cara saya sendiri pa"
...****************...
@Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta.
Wedding day
Eirene tersenyum bahagia, melangkah anggun begitu percaya diri di hari pernikahannya. Setelah begitu banyak rintangan yang terbentang, akhirnya dia bisa bersanding dengan Dimas Anthoni.
Memang Ada banyak rintangan yang tercipta saat dia mengutarakan keinginannya.
Mulai dari ayahnya yang jatuh sakit akibat serangan jantung, perdebatan dengan Eureno kakak laki-lakinya.
Tidak adanya restu dari ibu mertuanya, hingga kerenggangan hubungannya dengan Hana Belle.
Eirene sudah memprediksi semuanya secara terperinci dan dia tahu hanya perlu waktu yang tepat, sampai apa yang dia rencanakan berjalan dengan lancar.
Dan untuk pria bernama Sakala Atmadja? Itulah untungnya memiliki pria yang sangat menggilaimu. Disakiti dengan luka apapun, itu tidak akan dibalas dengan luka yang sama. Setidaknya itu yang Eirene pikirkan sekarang.
Buktinya sampai saat ini keluarga Atmadja yang terhormat tidak melakukan gerakan apapun terhadapnya, maupun keluarganya.
Eirene melangkah menghampiri Hana Belle yang sudah seperti mayat hidup. Gadis dengan rambut berwarna cokelat madu ini memeluk Hana Belle seakan ingin menyalurkan perasaan bahagia yang seharusnya dimiliki gadis mungil itu.
"Lo nggak mau nyelamatin gue?"
Hana Belle menegadah, hatinya sangat ngilu, dia berusaha menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh.
"Se.... selamat Rene, Selamat menempuh hidup baru. Semoga kalian bahagia sampai akhir,"
Eirene tersenyum lebar saat dia merasakan punggungnya basah, dia sangat menyukai hal ini, dia sungguh amat sangat bahagia atas kepedihan yang dirasakan Hana Belle.
...****************...
@Kios Ben
Jalan Boulevard Raya Blok TA II Nomor 33-34, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Hana Belle menatap kosong kearah bangku di sudut kedai makanan ibunya,
Bangku favorit seseorang yang dulu selalu mengisi hari-harinya.
Seseorang itu biasanya akan menunggunya dibangku itu, memperhatikannya dan tersenyum dengan eyesmile -nya yang mempesona.
Seseorang yang sudah disukainya sejak kecil, disaat dia bertambah dewasa perasaannya juga berubah, tidak lagi berupa rasa suka tapi menjelma menjadi sebuah cinta.
Hana Belle dan Dimas dibesarkan bersama di Manado, kota yang memiliki banyak kenangan indah. Setelah beranjak dewasa mereka pun sama-sama keluar dari Manado dan menetap di Jakarta yang merupakan jatung negara ini.
Menghabiskan hari-hari bersama, saling memperhatikan satu sama lain, Bahkan tanpa mereka berdua sadari mereka ternyata sudah saling bergantung satu sama lain.
Dua tahun terakhir setelah meraih gelar sebagai dokter spesialis anak, Dimas bahkan sudah mulai menunjukkan perasaannya secara gamblang pada Hana Belle.
Sampai akhirnya beberapa waktu yang lalu tepat di tempat ini, pria itu melamarnya. Menjelaskan arah hubungan mereka yang selama ini tidak jelas.
Saat itu Hana Belle bahagia, sangat bahagia. Siapa yang tidak akan bahagia saat penantian cintamu selama seumur hidup akhirnya menjadi kenyataan?
Dia akan menikah, dengan pria yang dicintainya, dengan kebanggaan yang besar menyandang marga pria itu.
Gadis itu melepaskan secara perlahan cincin yang disematkan Dimas padanya dulu. Semuanya sudah berakhir. Hubungan mereka tidak memiliki harapan lagi.
Hana Belle memegang dadanya yang masih terasa sakit, rasanya berkali-kali lipat menyakitkan saat kenyataan menamparnya dengan pernikahan Dimas yang hanya berselang beberapa bulan dari hari pernikahan mereka yang batal.
Dan yang terasa mencekiknya juga adalah yang menjadi istri dari kekasihnya adalah Eirene Hartono, sahabatnya.
Entah ini hanya kebetulan atau inilah takdir yang dimaksudkan Dimas dulu, tapi kenapa justru gadis ini merasa dikhianati?
"Kak..."
Hana Belle merasakan sebuah tangan yang melingkar di bahunya.
"Nggak usah dipikirin lagi" suara itu terdengar lembut, tepat ditelinganya.
Hana Belle mengangguk, memutar tubuh kemudian menenggelamkan wajahnya didada pria yang berbeda beberapa tahun dengannya.
Adik kecilnya yang sekarang sudah bertumbuh menjadi dewasa.
Ben Yamin Kafie, memeluk erat tubuh mungil kakak perempuannya. Wanita yang biasanya akan selalu terlihat kuat seperti tokoh- tokoh superhero perempuan yang menjadi favoritnya saat kecil, kali ini kakaknya terlihat rapuh dan begitu terluka.
Walau tidak bisa merasakan rasa terluka Hana Belle dengan kadar yg sama, tapi Ben juga merasakan rasa kecewa karena perbuatan kakak laki-laki favoritnya itu.
"Kakak pasti akan menemukan yang jauh lebih baik nanti."
Hana Belle mengangguk, sedikit merasa nyaman dengan usapan teratur dipunggungnya.
"Dia pasti akan menjadi kakak favoritku juga nanti."
...****************...
"Namanya Hana Belle Kafie, dia gadis seharusnya dinikahi Dimas Anthoni. Dia seorang editor di majalah Singels."
Sakala menatap gadis yang sedang dipeluk seorang pria didalam kedai makanan khas Manado. Gadis mungil itu rasanya pernah dia lihat sebelumnya.
"Pria yang memeluknya itu adalah, adik laki-lakinya. Ben Yamin Kafie. Mereka hanya tinggal bertiga sejak ayah mereka meninggal.
Semua tidak menyangka dia tidak jadi menikah dengan dr.Dimas Anthoni. Mereka sudah dekat sejak kecil, mereka juga berasal dari kampung halaman yang sama,"
Sakala menajamkan mata, menyadari satu hal kalau pundak gadis yang sedang dipeluk itu bergetar. Pria itu bahkan menurunkan kaca mobilnya supaya bisa dengan jelas memperhatikan gadis itu.
"Aku menemukan ini di cctv apartement dr. Dimas."
Sakala menerima gadget yang diberikan, Dinan sekertarisnya. Untuk beberapa saat Sakala mengeraskan rahang, melihat sosok Eirene yang sedang naik lift di apartemen Dimas.
"Itu diambil saat ... "
"Lanjut." perintah Sakala cepat. Dia tidak mau mendengar informasi kalau Eirene yang datang mencari pria itu, walau bukti yang ada sepertinya mengatakan begitu.
Dinan berdehem "Saya mendapat banyak informasi kalau semua yang dia lakukan hampir semuanya gagal. Beberapa orang yang saya tanyai mencurigai nona Eirene sebagai dalang dibalik kegagalannya,"
mata Sakala berkilat, untuk kesekian kalinya dia tetap tidak bisa menerima hal buruk tentang Eirene. Seberapa banyakpun luka yang diberikan gadis itu padanya, "Apa maksudnya?"
"Maafkan saya pak, tapi ini hanya pendapat orang-orang yang berada didekat mereka. Ada beberapa teman SMA mereka dan juga semasa kuliah yang mengatakan kalau Eirene terlihat merasa iri dengan gadis ini dibeberapa kesempatan,"
Sakala mengepalkan tangan menatap kearah gadis yang berada didalam kedai beberapa meter dari mobilnya, dia memang sangat menyukai Eirene. Hanya mau memfokuskan hati pada gadis itu dan tidak mau membuang-buang waktu untuk hal-hal lain.
Itulah sebabnya, Sakala tidak tahu atau malah tidak dekat dengan para sahabat ataupun teman sepermainan gadis itu.
Dia paham Eirene memiliki sifat yang cuek dengan hal-hal yang tidak disukainya --salah satunya dirinya-- juga selalu berambisi dengan sesuatu.
Tapi, Sakala sama sekali tidak tahu kalau Eirene akan segila ini, jika merasa iri dengan sesuatu.
"Aku akan merebutmu kembali, Tapi mungkin dengan memberi sedikit pelajaran kecil untukmu Rene. Kita tunggu saja." bisik Sakala pelan, sambil mengusap cincin pertunangannya dengan Eirene.
Cincin yang gadis itu sematkan dulu, saat mereka bertunangan di usia yang masih belasan tahun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
To be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!