NovelToon NovelToon

Membijaksanai Rasa

Separuh hati yang merindu

Diva adalah seorang gadis yang baru putus cinta, nelangsa merasakan ketika harus melepaskan orang yang dicintai pergi melanjutkan pendidikannya ke Luar Negeri. Melepaskan bisa saja, namun untuk mengikhlaskan hati yang sudah terlanjur mencintai sosok seperti Varid membuat rasa gelisah itu selalu menghampiri.

Mengingat segala kenangan saat-saat dibangku SMA menjadi momen terindah yang tidak bisa dilupakan. Dia yang selalu ada menemaniku saat mengerjakan tugas-tugas sekolah, dia yang selalu ada disetiap suka dan duka ku. Dia yang selalu menghiburku dengan nyanyiannya lewat petikan gitar dan suaranya yang mengalun merdu, mengisyaratkan rasa yang terangkum dalam sebuah lagu. Tentang dirinya yang penuh kasih, dengan kelembutan serta sayangnya membuatku tidak bisa untuk melupakannya.

"Divaa...aku harus pergi, aku akan melanjutkan pendidikan ku di Luar Negeri. Kamu harus mengikhlaskan aku, jujur aku sangat mencintaimu, aku ingin kita bersama selamanya, namun aku tidak bisa berjanji untuk setiap perubahan yang akan terjadi nanti, apalagi saat kita menjalani LDR".

"Kita bisa kan untuk menjaga komunikasi Rid, saling telepon, Chatting lewat media sosial, sekarang kan sudah canggih. Kamu hanya beralasan saja untuk meninggalkan aku kan?", kata Diva

"Tidak seperti itu Diva, justru aku tidak ingin rasa rindu yang akan membuat kita berdua tersakiti, Maafkan aku", kata Varid sambil melepaskan tangan Diva yang tengah menggenggam tangan Varid kala perpisahan itu.

Melihat langkah Varid yang semakin menjauh, Diva tak kuasa dan mengejar Varid lalu melingkarkan kedua tangannya memeluk Varid dari belakang.

Varid berhenti sejenak dan membiarkan Diva memeluknya. Varid membalikkan badannya lalu berhadapan dengan Diva sambil menyentuh wajah Diva dengan kedua tangannya dan perlahan mengecup dahi Diva dan berkata :

"Aku tidak mau berjanji yang mungkin akan memberimu harapan yang kita tidak tahu apakah akan bisa terwujud atau tidak, aku tidak ingin menyakiti perasaan kita masing-masing Diva, ini adalah yang terbaik untuk kita".

Sambil melepaskan Diva, Varid kembali membalikkan badannya dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Kamu egois Rid kamu hanya memikirkan perasaan mu sendiri". kata Diva lagi sambil memandangi Varid yang terus melangkah pergi.

Langkah itu tak terhenti dan kembali mengayun meninggalkan Diva yang hanya terpaku melihat kepergian orang yang dicintainya.

Dengan mengendarai motornya Varid melaju meninggalkan Diva. Varid pun masih dengan perasaannya yang kacau terus melaju. Karena dia memikirkan masa depannya yang menjadi harapan dari kedua orangtuanya. Namun sepanjang jalan kata-kata dari Diva selalu terngiang-ngiang, membuat Varid terus melaju menambah kecepatan motornya.

Mengingat perpisahan itu membuat Diva semakin rindu, dan hanya bisa meneteskan airmatanya, yang membasahi bantal dikamar tidurnya. Dengan ditemani iringan lagu dari band Stinky semakin menguatkan rasa rindu itu.

.....

Hari berganti waktu berlalu iringi sendiriku

Kuselalu berdoa tulus kepadamu

Oh lelahnya hatiku ingin jumpa denganmu

Angin bawalah rinduku kepadanya walau hanya dalam anganku, Dan hiasi mimpinya semoga selalu ingatku dalam hatimu......

Aku merindukanmu Rid, kata Diva dengan helaan nafasnya yang tertahankan.

Sudah sebulan tidak ada kabar. Diva memang harus benar-benar mengikhlaskan Varid demi untuk masa depannya. Membiarkan Varid untuk fokus pada Cita-citanya. Hanya berharap semoga dengan keputusan yang dijalani akan membuat kita berdua semakin dewasa untuk menyikapi hidup ini.

Aku hanya harus membiasakan diri melalui hari-hari tanpa dia lagi. Apakah bisa?! kembali Diva bergumam dalam hatinya.

Varid adalah anak tunggal dari keluarga yang berada, sewajarnya jika dia ingin melanjutkan pendidikannya di Luar Negeri untuk mencerahkan masa depannya demi kebahagiaan keluarga besarnya nanti.

Sementara Diva adalah sosok cewek yang terlihat cuek dan sedikit tomboy dari penampilannya namun mempunyai rasa sayang dan setia ketika telah mencintai seseorang.

Curahan hati

"Divaa...ngelamun terus? kenapa? belum bisa melupakan Varid yaa?", tanya Novi teman Diva semasa kecil.

"Aku hanya belum bisa melupakan dia Nov, yah kamu tahu kan perasaanku padanya bagaimana", jawab Diva sambil terus menatap laut biru yang terbentang luas dihadapan mereka.

Semilir angin memainkan rambut mereka yang sesekali harus menutupi wajah. Dan di kejauhan sana nampak burung-burung beterbangan menambah keindahan alam, dan biru warna air laut menjadi pelengkap kesempurnaan ciptaan Allah SWT.

"Dia orang pertama yang membuatku jatuh cinta Nov, memang berawal dari cinta monyet gitu sih, soalnya saat dia menyatakan perasaannya dulu, waktu aku masih duduk dibangku kelas 3 SM", kata Diva mengenang pertemuan awal dengan Varid.

"Terus?", tanya Novi

"Yaaa karena aku masih SMP, dan takut dimarahi orang tua untuk pacaran, aku nggak menolak dan nggak menerima dia", jawab Diva lagi.

"Varid kelas berapa saat itu?", tanya Novi lagi.

"Varid kelas 1 SMA waktu itu, dan kamu tau gak Nov, setelah setahun kemudian dia kembali menyatakan perasaannya lagi ke aku, dan cara dia mengungkapkan perasaannya tuh berkesan banget untuk aku Nov", jelas Diva dengan sumringahnya.

"Ow yaa, gimana jalan ceritanya, aku pengen mendengarnya donk", tanya Novi yang tak ingin ada jeda saat melihat Diva senyum-senyum sendiri dengan ekspresi wajahnya yang berseri-seri.

"Dia kan tinggalnya pas didekat rumah aku, walaupun dia orang berada namun dia tetap ingin mandiri dalam kehidupannya, dan itu yang membuat aku suka padanya".

"Oww tinggal ngekos dirumahnya Ibu Diana yaa?, tanya Novi yang dulu pernah menjadi tetangganya Diva beberapa tahun yang lalu, sebelum pindah ke daerah lain sejak kepergian mamanya.

"iya, dia tinggalnya dirumah itu, jadi aktifitas sehari-hari kita itu selalu saling memperhatikan gitu Nov, dan dia juga sering ke rumah aku karena Kakak-kakak aku berteman dengannya, walaupun mereka beda sekolah namun aku selalu lihat mereka duduk bersama, yaa mungkin karena kakak aku juga suka main gitar", cerita Diva sambil tersenyum.

"Varid pintar petikkan gitar yaa?", tanya Novi lagi.

"Bukan pintar lagi Nov dia mahir sekali memetikkan gitar, he is perfect, pokoknya aku sukaaaa sekali saat melihat dia petikkan gitarnya terus bernyanyi sambil menatap aku, uuuuhh tatapannya itu buat hatiku meleleh", kata Diva sambil tersenyum berbunga-bunga, nampak sekali kenangan itu tergambar jelas dipikirannya Diva, melihat setiap ekspresi Diva saat mengenang itu semua.

"Mau dong dinyanyiin sama Varid", hehehe kata Novi.

"Itulah Nov salah satu hal yang paling aku kangeni sama dia. Saat aku bahagia dan apalagi saat aku merajuk dia selalu membuatkan beberapa lagu untukku yang menghadirkan kesan yang tidak bisa aku lupakan dan Kamu tahu gak, sebulan sebelum dia mau pergi, dia mau meninggalkan gitar kesayangannya untuk aku, tapi aku menolaknya", kata Diva.

"Lho, kenapa ditolak Diva? kan kalau ada gitar itu, saat kamu kangen kamu bisa mengekspresikan rindumu lewat memainkan lagu pakai gitar itu!

"Aku gak bisa Nov, berulangkali dia selalu memberikan petunjuk kepadaku untuk bisa memainkan alat musik itu, tapi aku hanya bisa lagu-lagu yang slowly aja, itupun masih berceceran petikannya".

"Ah kamu tuh gak seru, akhirnya sekarang nahan rindu, rindu dipelihara neeeng, emang enaaaakkk?", kata Novi sambil nyengir becandain Diva sahabatnya.

"Aku gak tau Nov, pokoknya saat itu aku hanya bisa menolak dengan baik-baik, karena setahu aku gitar itu sering menemani dia saat di tempat kos bersama teman-temannya, atau saat dia lagi dalam kesendirian. Walaupun aku suka sebenarnya dengan gitar itu".

"Yaahh pantas aja kamu ditinggalin, karena kamu gak mau perjuangkan sesuatu yang kau suka", kata Novi dengan ketus.

"Iih kamu kok gitu sih Nov", Kesal Diva jadinya.

Masih ada

Percakapan kedua sahabat itu makin seru, karena pertemuan itu sudah lama dinantikan sejak perpisahan beberapa tahun yang lalu.

"Terus apa yang akan kamu lakukan sekarang? untuk mengurangi kerinduan mu pada kekasih mu itu", tanya Novi lagi

"Aku hanya bisa memandangi foto kita saat bersama", jawab Diva

"Ah cuma gitu aja, setelah setahun dia tidak ada kabar?", tanya Novi lagi.

"Iya, mau bagaimana lagi?", tanya Diva

"Mana Handphone kamu", kata Novi sambil merampas handphone Diva dengan gesitnya. Dan menanyakan.

"Tertulis apa namanya dikontak handphone kamu?".

Iiihh apa'an sih kamu Nov", kata Diva sambil mengambil handphonenya kembali.

"Yaa mau nelpon pacarmu itu, yang sok sibuk dan melupakan pacarnya yang disini".

Kata Novi sambil nyengir becandain sahabatnya.

"Hubungan Kita sudah berakhir Nov, ngapain kamu mau nelpon-nelpon dia, lagian aku bukan tipe cewek agresif kayak kamu", ketus Diva berkata dengan kesalnya.

Diva lalu menghadap ke arah laut lepas dan mulai berjalan ditepian pantai. Sesekali mengambil batu kerikil dan melemparkannya ke arah air laut yang tengah membiru.

Aku ingin mengubur sejuta kekesalan ku disini, aku ingin menepis kerinduan yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Aku harus bisa untuk melupakannya.

Jika memang dia akan ditakdirkan untukku tidak akan menjadi milik orang lain. Karena dia yang terbaik adalah bukan yang datang dengan segala kelebihannya, namun tetap bertahan dengan segala kekurangan pasangannya.

Akan kembali bersama atau tidak kita hanya bisa berencana, karena pada akhirnya semua adalah permainan takdir.

Diva terus memberikan penguatan kepada dirinya sendiri.

Kalau bukan aku siapa lagi yang bisa membuatku kembali menghadapi hari indah di masa depan. Semua ini hanya masalah waktu, dan aku pasti bisa untuk melewatinya, gumam Diva yang telah memberhentikan langkahnya dan lalu duduk di atas pasir putih sambil memeluk kedua lututnya.

Rambutnya tergerai indah mengikuti irama angin yang kala itu meniup dengan sepoi-sepoi.

Novi kembali mendekati Diva yang sedang asik menikmati lamunannya sambil membawakan roti dan minuman.

"Nih dimakan dulu", kata Novi.

"Nggak ah"...jawab Diva singkat sambil terus memandang ke arah pantai.

"Hmm masih merajuk nih, maafkan aku yaa, aku becanda aja kok tadi, gak mungkin aku lakukan hal yang akan memalukan sahabat aku sendiri", kata Novi sambil memeluk Diva.

Diva hanya tersenyum, melihat sahabatnya Novi dengan tingkah lucunya yang membujuk Diva agar bisa untuk memaafkan.

"Aku nggak apa-apa Nov, dah ah becandanya, kamu membuyarkan semua lamunanku loo....", jawab Diva sambil mengambil minuman yang dibawakan Novi tadi.

"Habiskan minumannya yaa Diva sahabat ku, karena aku masih hutang dulu tadi sama mbak yang jualan disana tuh", kata Novi sambil menunjukkan arah tempat yang dimaksud.

"Haach?!, jadi belum kau bayar nih semua yang kau bawa kesini?", tanya Diva dengan kagetnya.

"Yaaa belumlah, siapa yang habisin minuman nya lebih dulu dia yang bayar hahahha", kata Novi sambil berlari ke arah tepi pantai, yang kemudian di ikuti oleh Diva sambil memercikkan sisa minuman ke tubuh Novi.

"Kamu yang membujuk aku masa' aku yang membayar semuanya, awas kau yaa, nih air garam untuk kamu", kata Diva sambil mengisi botol minuman dengan air garam yang akan di percikkan ke sahabatnya itu. Mereka berdua pun kejar-kejaran kembali ceria dan melupakan kesalahan yang sempat dilakukan oleh Novi.

Novi memang sengaja untuk membuat kesal Diva, karena hanya ingin melihat ekspresi Diva saja dan Novi pun tahu, bahwa Diva pasti akan memaafkannya. Karena Diva adalah sahabat yang baik, penurut dan selalu menghargai persahabatan meski kadang harus mengorbankan perasaannya sendiri, karena Diva lebih memilih Friendship is better than love lines dan walaupun terkadang juga kebaikannya seringkali dimanfaatkan oleh teman-teman yang lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!