NovelToon NovelToon

Will I Fell Love Again?

LYLIA TRISIER

Lylia trisier adalah seorang gadis yatim yang tinggal di pinggiran kota. Tepatnya di desa Grindelwad, desa yang sejuk dan juga tempat pariwisata yang maju. bersama ibu dan dua saudara laki-laki nya hidup dalam kesederhanaan.

Lylia merupakan anak kedua dari keluarga Trisier. ibunya bernama Diana trisier pekerjaan sehari-harinya adalah tukang jahit paruh waktu di toko Tailor milik nyonya Ginerva. yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. dan kakak laki-laki nya Jonathan Trisier bekerja sebagai prajurit keamanan di ibu kota Appenzel, dan si bungsu Abisal Trisier masih bersekolah di bangku sekolah menengah Atas.

Lylia sendiri bekerja di toko bunga milik pamannya William Trisier, tidak sedikit pria yang datang ke toko bunga itu hanya untuk melihat wajah cantik Lylia sehingga banyak wanita yang cemburu dengan kecantikan nya.

namun Lylia tidak pernah merasa dirinya itu cantik, dan pakaiannya tidak begitu modis, sederhana namun tetap cantik.

Di toko bunga Lylia tidak bekerja sendiri, ada Lean Bloom yang merupakan sahabat Lylia sejak kecil. mereka selalu bersama bahkan tidak jarang Lylia dan Lean tidur bersama seakan tidak dapat dipisahkan.

Lylia menganggap Lean sebagai kakak perempuannya. Lean berumur dua tahun lebih tua dari lylia, saat ini Lylia berumur dua puluh dua tahun dan lean dua puluh empat tahun, Lean sudah memiliki tunangan yang bernama Gabriel, dan berencana menikah dalam waktu dekat.

Lylia yang masih sendiri sering merasa cemburu melihat keromantisan Lean dan Gabriel.

sejak hubungannya dengan sang kekasih tidak jelas statusnya Lylia tidak pernah dekat dengan pria mana pun.

bukan karena tidak ada yang mendekatinya, tetapi Lylia lah yang menutup diri dari banyaknya lelaki yang mendekatinya.

Lylia hanya belum bisa melupakan cinta pertamanya yang pergi menjadi anggota militer, dan tak pernah kembali.

itu sudah empat tahun lamanya, dan kekasihnya tidak pernah pulang sekali pun. keluarganya sering pergi ke ibu kota untuk mengunjungi kekasihnya namun tidak ada satu kabar pun yang di titip kan untuk Lylia.

Bahkan untuk sekadar berkabar pun tidak.

Lylia menitip kan nomor ponselnya kepada keluarga kekasihnya, namun tidak ada satu panggilan pun dari kekasihnya itu.

Lylia hanya terus menunggu walau tanpa kejelasan dalam hubungannya, yang berjalan selama empat tahun.

"Jio... Aku masih di sini... Di pohon cinta ini... dan masih menunggumu, ini sudah hari ke 1.460 sejak kamu pergi... Apa kabar mu...? Aku merindukanmu... Jiordan..."

Lylia duduk di bawah pohon yang rindang. pohon yang terletak di atas bukit yang hijau. seluruh pemandangan desa terlihat dari bukit itu.

Lylia dan Jio menamai bukit itu dengan bukit cinta.

di puncak bukit terdapat sebatang pohon yang sangat rindang, dan di bawah pohon itu lah Lylia dan Jio sering menghabiskan waktu bersama.

Lylia masih sangat mengingat saat-saat ciuman pertamanya dengan Jio di bawah pohon itu. saat matahari terbenam membelah langit menjadi merah dan hembusan angin lembut di antara pasangan kasmaran yang merasakan manisnya cinta. di bawah pohon itu juga Lylia kehilangan keperawanannya bersama Jio, dan menjadi saat-saat pertama dan terakhirnya bersama.

Di batang pohon itu, terukir nama mereka berdua. janji-janji dan kata-kata manis Jio kepada Lylia.

Lylia selalu ke bukit sepulang dari toko bunga dan membawa setangkai bunga Anyelir merah yang bermakna kerinduan.

Akankah penantian Lylia akan menjadi sia-sia?

Akankah Lylia bisa melupakan cinta pertamanya?

Menunggu selama empat tahun bukanlah hal yang mudah, seberapa banyak kah rasa cinta Lylia kepada Jiordan?

"Tidak masalah berapa tahun aku akan menunggu, selama hatiku masih merindukan dan berdebar saat menyebut namamu, maka aku akan selalu menunggu dengan kerinduan yang menusuk ini.."

BROKEN HEART

Angin sejuk yang terus menghembus membuat lylia tertidur dengan pulas di bawah pohon cinta,

 

"Lyliaaaa!! Lyliaaa!!" Lean memanggil Lylia dari kejauhan sambil berlari.

Lylia yang tertidur tidak mendengar kan panggilan dari Lean.

Lean berlari membawa sesuatu di tangannya, itu adalah sebuah kertas. dengan napas terengah-engah Lean akhirnya sampai ke bukit.

Lean tampak tidak habis pikir saat melihat Lylia yang tertidur pulas.

"Oh tuhan.. Bagaimana bisa seorang gadis tertidur di sembarang tempat seperti ini? Apakah dia mengira dirinya itu seekor sapi betina?"

Lean benar-benar tidak bisa berkata-kata dengan tingkah Lylia yang dapat tertidur di mana pun.

"Lyli bangun! Ayo cepat bangun! Aku punya surat dari kantor pusat militer!! tetapi kelihatannya ini surat pribadi"

Lean mencoba membangunkan Lylia, Lylia mendengar kata militer langsung membuka matanya dan duduk di hadapan Lean dengan keadaan setengah sadar.

Lylia langsung memegang lengan Lean, seolah tidak percaya dengan penuh harapan dan penasaran Lylia langsung mengambil surat itu di tangan Lean, Lylia membuka dan membaca surat itu dengan tangan yang gemetaran.

"Dear Lylia... wanitaku yang manis, apa kabarmu? Aku harap kau baik-baik saja, ini aku Jiordan.

Aku di sini juga baik-baik saja, maafkan aku karena tidak mengabari mu dalam waktu yang sangat lama. kau pasti sangat lelah menunggu kabar dan kedatangan ku, maafkan aku, sungguh tidak ada yang dapat aku lakukan, aku sangat merindukanmu tidak ada satu hari pun bagiku tanpa membayangkan mu, berada jauh darimu sangatlah menyakitkan rasa sakit yang disebabkan oleh kerinduan sangat menyiksa, namun tidak ada yang dapat aku lakukan, impian ku berada di sini, setiap hari aku berlatih dan berlatih untuk menjadi yang terbaik, sayangnya ambisi ku membuat ku makin jauh darimu, Lylia ketahuilah semua yang aku tulis ini adalah kebenaran dari hatiku dan aku berharap engkau mengerti akan situasi ku di sini aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu, namun sekali lagi maafkan aku untuk meminta hal yang menyakitkan ini kepadamu dan maafkan aku jika kenyataan ini akan sangat menyakitimu, dari lubuk hatiku terdalam aku sungguh-sungguh menyesal, Lylia wanita pertama yang aku cintai maafkan aku karena tidak bisa menepati janjiku kepadamu untuk hidup bersama, di sini keadaan memaksaku untuk menikah, iya Lylia... aku sudah menikah, maafkan aku karena memberitahukan hal yang menyakitkan ini dan aku minta kamu tidak menungguku lagi, karena itu hanya akan menyakitimu, bencilah aku kutuk lah aku itu pantas aku dapatkan namun di lubuk hatiku kau masihlah wanitaku yang manis, biarkan ku bawa semua kenangan kita dan lupakanlah aku, hapuslah aku dari ingatan mu agar tidak menyiksa mu terlalu dalam, namun jika kau tidak dapat memaafkan aku maka jangan, bencilah aku dengan seluruh hidupmu jika itu bisa membuat mu lebih baik, aku pantas mendapatkan itu, salam hangat Jiordan".

Bak petir di siang bolong seolah tak percaya dengan apa yang baru saja di bacanya. Lylia memberikan surat itu kepada Lean dan menyuruh Lean untuk membacakannya.

Lylia mengira itu hanya mimpi. dia mencoba mencubit pipinya sendiri dan itu terasa sakit, begitu nyata tangan dan tubuh lylia terlihat bergetar, tak sanggup menerima kenyataan itu Lylia pun menangis sejadi-jadinya di bawah pohon cinta yang penuh kenangan.

 

"huu..huu..huu... ini tidak mungkin bagaimana mungkin dia mengkhianati ku? Apa kesalahan yang telah aku lakukan? Selama ini aku menunggunya dalam kerinduan yang sangat menyesakkan dada sehingga membuatku sulit bernapas, semua ketidakpastian yang di berikan ku terima dengan lapang dada berharap suatu hari dia datang dan melamar seperti yang di janjikan, namun sekarang... huu..huu..huu... akulah yang bodoh akulah yang bodoh!!!

karena menunggunya tanpa kejelasan! akulah yang bodoh karena mempercayainya!!! Akulah yang bodoh karena begitu mencintainya!!!! AKULAH YANG BODOH!!!!!!"

Lylia terlihat tenggelam dalam kesedihannya dan terus menyalahkan dirinya sendiri, Lean yang melihat kesedihan Lylia pun ikut menangis dan memeluk Lylia, Lean mencoba menghibur Lylia namun itu percuma, Lylia telah jatuh jauh kedalaman lubang kesedihan, hatinya begitu hancur penantiannya selama empat tahun berakhir hanya melalui secarik kertas hanya dalam beberapa menit saja.

Matahari pun mulai tenggelam Lylia dan Lean masih berada di bukit cinta. Lylia duduk termenung dengan tatapan kosong, melihat hal itu Lean tidak dapat meninggalkan Lylia sendirian, namun hari mulai gelap mereka harus pulang, Lean mencoba membujuk Lylia untuk pulang bersamanya, menyadari hari sudah mulai gelap Lylia pun mengikuti ajakan Lean untuk pulang kerumah.

Sesampainya di rumah Lylia langsung berlari masuk ke dalam kamarnya, ibu dan Abisal kelihatan bingung dengan tingkah Lylia yang tidak ceria seperti biasanya, mata ibu dan adiknya tertuju ke Lean mengharapkan penjelasan dari Lean.

Lean pun memberikan surat dari Jiordan kepada ibu Diana, saat membaca surat itu terlihat Bu Diana tidak dapat berkata-kata, satu hal yang dia ketahui betapa sakit hati anak perempuan satu-satunya itu. semua orang di desa Grindelwad mengetahui betapa besarnya cinta Lylia kepada Jiordan.

Abisal terlihat sangat emosional, seolah dia dapat merasakan apa yang di rasakan oleh kakaknya itu.

"ingatlah ibu.. Saat di mana aku melihat bajing*n itu jangan menahan ku untuk membun*hnya!!! Bajing*n bangs*t!!! Aku akan benar-benar membun"hnya!!!"

Abisal yang masih remaja itu terlihat penuh dengan perasaan marah, takut akan melampiaskan kemarahannya di rumah Abisal memilih berlari keluar rumah, mencari sesuatu untuk menenangkan amarahnya, karena jika berada di rumah dia tidak tahu apa yang akan di lakukannya dengan kemarahannya itu.

"Abisal!!! Kau mau mau ke mana!? Ya tuhan apa yang harus aku lakukan?" Bu Diana terlihat sangat khawatir akan anak-anaknya itu.

Saat sedang memikirkan apa yang harus dilakukan terhadap anak-anak nya, tiba-tiba telepon rumah berdering, Lean yang berada dekat dengan telepon pun menjawabnya.

"ya hallo" jawab Lean.

"ya hallo.. selamat malam ini dengan saya Samuel Britz, apakah Nyonya Diana ada?" tanya si penelpon.

"Oh iya ada sebentar ya saya panggilkan" jawab Lean yang melihat ke arah Bu Diana.

"Bu ini katanya dari Samuel britz" Lean menyodorkan gagang telepon ke arah Bu Diana.

"Apa?? Samuel britz? Wow ini sungguh sudah lama sekali" ucap Bu Diana kepada Lean yang bahkan terlihat tidak tahu siapa yang di maksud Bu Diana.

"Ya hallo" jawab Bu Diana.

"Ya hallo juga Bu Diana, bagaimana kabar ibu? apakah baik-baik saja?" tanya Samuel.

"Baik, bagaimana dengan mu? bukankah ini sudah lama sekali sejak terakhir kali kita berjumpa? apakah ada sesuatu yang dapat ibu bantu?" Tanya Bu Diana kepada samuel.

"Saya juga baik Bu, kebetulan saya sedang ada di desa Grindelwad ada pekerjaan yang harus saya selesaikan di sini dan ada beberapa baju yang butuh perbaikan juga jadi saya ingin ke toko ibu untuk memperbaikinya, sebelum itu saya ingin memastikan jika ibu ada di desa" jawab Samuel.

"Ooh begitu.. iya baiklah telepon lagi jika hendak datang, karena ibu bisa saja sedang di rumah, kamu masih tahu kan di mana rumah ibu?" tanya bu diana.

"Ah iya tentu saja saya masih ingat baiklah jika begitu saya akan ke sana jika pekerjaan saya sudah selesai, terima kasih Bu, selamat malam" Samuel berpamitan dan mengakhiri teleponnya.

"iya baik sama-sama nak, selamat malam juga" jawab Bu Diana.

Panggilan telepon pun berakhir namun Bu Diana masih mengkhawatirkan Lylia, Lean pun berpamitan untuk pulang kepada Bu Diana karena malam makin larut, Lean tidak berpamitan kepada Lylia karena dia tahu sekarang Lylia sedang butuh waktu untuk sendiri.

Di kamar Lylia masih menangis sambil memeluk barang pemberian Jio.

Lylia menangis hingga tertidur hati yang lemah itu sudah hancur menjadi serpihan yang tidak mungkin dapat di tata kembali. penantian yang panjang tidak selamanya dapat mendatangkan pertemuan terkadang penantian juga akan mendatangkan perpisahan yang tak terduga.

...----------------...

KEPUTUSAN

Wuaaah!! apa ini!? kau yang memasaknya!? ini sangat enak sepertinya nanti berat badanku akan bertambah itu salahmu karena kau memasak masakan yang begitu enak".

Rayu Jiordan kepada Lylia di bawah pohon cinta. Jiordan dan Lylia menghabiskan waktu bersama mereka terlihat sangat bahagia dan sangat menikmati kebersamaan yang penuh cinta.

Air mata Lylia mengalir keluar. mata yang terpejam itu mengeluarkan air mata kesedihan tanpa bisa di hentikan. ternyata itu semua hanya ingatan Lylia pada masa lalu, masa di mana mereka masih bersama dan merajut kisah cinta kini bagaikan mimpi buruk yang tidak pernah berakhir, semuanya hancur semua kenangan itu tak hanya retak melainkan hancur berkeping-keping.

Lylia tertidur karena kelelahan menangis terusmenerus membuatnya memimpikan masa-masa bahagianya bersama Jiordan bahkan membuat Lylia menangis di dalam tidurnya, air matanya tidak dapat di kendalikan, air matanya akan tetap mengalir sekalipun dia sedang tersenyum, fisiknya terlihat baik-baik saja. tetapi hatinya sudah tidak berbentuk lagi, membuat siapa pun yang melihatnya saat itu merasakan apa yang di rasakan Lylia.

Hari demi hari terus berganti, tiga bulan telah berlalu sejak hari menyakitkan itu, Lylia tampak berusaha tegar Abisal sang adik sedang duduk di meja makan, menyantap sarapan paginya sambil melihat sang kakak yang sedang sibuk memasak sarapan pagi, Abisal yang terus memperhatikan sang kakak merasa sesak dadanya sakit, wajah ceria kakaknya tak lagi terlihat, hanya senyuman getir sajalah yang terkadang di tunjukkan oleh sang kakak, mata yang selalu sembap dan lingkaran hitam membuatnya terlihat seperti memiliki mata panda, tidak! panda masih terlalu bagus, dia bahkan terlihat seperti zombie sekarang.

"Sudah cukup!!!" ucap Abisal yang tiba-tiba berdiri di depan meja makan membuat suara geseran kursi.

"Abisal!? ada apa denganmu!? membuat ibu kaget saja apanya yang cukup?". tanya Bu Diana yang kaget sekaligus heran dengan sikap Abisal.

"Kakak! apa kakak itu bodoh? mengapa kakak masih terus murung seperti ini? lelaki itu sudah mencampakkan kakak sekarang dia sedang bahagia dengan istrinya atau bahkan sekarang mereka sudah memiliki anak bersama! apa kakak pikir laki-laki seperti itu pantas ada di pikiran kakak? pantas untuk kakak tangisi hingga berhari-hari?? berbulan-bulan seperti ini!? lupakan dia! lakukan sesuatu agar kakak bisa melupakannya! aku sudah tidak tahan lagi melihat kakak seperti mayat hidup hanya karena laki-laki berengsek itu".

Teriak Abisal, setelah meluap kan segala isi hatinya Abisal pun pergi meninggalkan Lylia dan juga Bu Diana, suasana jadi sunyi Lylia dan Bu Diana terlihat hanaya diam, Bu Diana dan Lylia saling bertatapan dalam diam tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua namun mereka sangat mengerti dan tahu apa yang diinginkan Abisal dan itu juga yang di inginkan oleh Bu Diana namun Lylia masih belum bisa menata hatinya.

"Maafkan aku ibu" ucap Lylia yang masih berdiri di depan kompor dan mengunakan celemek, Lylia menangis dan berusaha mengusap air matanya.

"Air mata sialan ini terus keluar, aku tidak bisa menghentikannya ibu, maafkan aku". ucap Lylia lagi.

"Oh anakku, tidak apa-apa, ini bukan salahmu, tidak ada yang mampu kita lakukan jika hati kitalah yang terluka, akan lebih mudah kita obati jika itu hanya anggota tubuh kita yang terluka, ada banyak obat yang bisa kita dapat untuk mengobatinya, namun tidak dengan luka hati, tidak ada obat untuk menyembuhkan luka hati, hanya waktulah yang mampu mengobati luka hatimu nak". Bu Diana memeluk anaknya dan mencoba untuk menenangkan perasaan anaknya itu.

Malam pun tiba Lylia terlihat duduk di sisi tempat tidurnya sambil memegang selembaran terlihat gambar gedung menjulang tinggi di tengah kota dengan pemandangan yang indah.

"Aku akan melakukannya" ucap Lylia lalu bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya,

"Ibu.. Abisal.. ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian berdua" Lylia berdiri di depan ibu dan adiknya dengan penuh percaya diri.

"Baiklah sini duduk samping ibu, bagaimana perasaan mu sekarang? apakah sudah lebih baik?". Bu Diana masih mengingat kejadian pagi tadi.

"Aku sudah lebih baik bu, terima kasih ibu" sambil tersenyum Lylia menjawab kekhawatiran ibunya perihal tadi pagi, dia sangat bersyukur karena ibunya selalu ada untuk mendukungnya, lylia pun melanjutkan pembicaraan.

"Nah, ibu.. Abisal.. aku sudah mengambil keputusan, aku memutuskan untuk bekerja di luar kota, aku akan meninggalkan desa ini aku merasa sangat berat dan menyakitkan untuk terus berada di sini walaupun aku sangat mencintai desa ini namun di desa ini terlalu banyak kenangan yang membuatku tidak kuat untuk terus berada di sini, jadi aku memutuskan untuk melamar kerja di luar kota dan aku di terima, selama tiga bulan ini aku tidak hanya merenung dan menangis, aku juga terus berusaha untuk menjadi lebih baik, sampai aku memikirkan untuk bekerja ke luar kota untuk mencari suasana baru, aku ingin mengubah semuanya, dan minggu depan aku sudah harus mulai bekerja, keputusan ini sudah aku pikirkan dengan sangat baik jadi aku harap ibu dan Abisal dapat mengerti dan mendukung keputusan ku ini".

Bu Diana dan Abisal terkejut ketika mendengar keputusan Lylia, ini sungguh sangat mendadak dan tidak pernah terpikirkan oleh mereka jika Lylia akan memutuskan untuk keluar dari desa ini, karena semua orang tahu betapa Lylia mencintai desa ini, namun mereka tahu ini adalah keputusan yang bagus dan mereka akan menghormati apa pun keputusan Lylia.

"tetapi, apa kamu yakin?" tanya Bu Diana.

"Iya bu.. aku sangat yakin dengan keputusan ku ini". jawab Lylia sambil menggenggam tangan ibunya.

"Biarkan kakak pergi bu aku sudah hampir gila melihatnya yang seperti orang kehilangan semangat hidup setidaknya dengan begitu kakak jadi memiliki tujuan dalam hidupnya, dan bekerja dapat menyibukkan kakak dan juga akan mempermudah kakak melupakan si berengsek itu, ku harap Si berengsek itu mendapatkan balasannya, semoga dia tersedak setiap kali makan masakan istrinya" ucap Abisal sambil menyumpahi Jio.

Abisal yang terlihat sangat menyetujui keputusan yang di ambil oleh Lylia membuat senyum merekah di wajah Lylia dan juga senang melihat adiknya menyumpahi Jiordan.

"Baiklah kalau begitu, ibu tidak punya alasan untuk melarang mu, ini demi kebaikanmu dan ibu berharap kamu mendapatkan kebahagiaan mu kembali dan menjadi wanita paling cantik, wanita yang paling bahagia di dunia". ucap Bu Diana.

Bu Diana memeluk Lylia, air matanya pun mengalir mereka saling berpelukan sembari menangis haru secercah harapan telah muncul membuat keluarga ini menjadi hangat kembali.

"tetapi kamu akan ke kota mana?" tanya bu diana.

belum sempat Lylia menjawab pertanyaan ibunya terdengar suara bel rumah berbunyi.

"ding dong" suara bel bergema lalu di lanjutkan dengan suara ketukan pintu.

"Tok.. Tok.. Tok.. permisi"

"biar aku saja yang bukakan pintu" Abisal bangun dari sofa dan pergi membukakan pintu.

"Selamat malam.. apa Bu Diana ada?" tanya sang tamu.

"Ada tetapi anda siapa ya?" tanya Abisal yang penasaran.

"Abisal ada apa? siapa yang datang?" tanya Bu Diana sembari menyusul Abisal yang membukakan pintu.

"Wuaaah liat siapa yang datang? senang melihat mu benar-benar berkunjung ke rumah sederhana ini lagi ayo masuk dahulu di luar sangat dingin".

Bu Diana merasa sangat terkejut sekaligus senang melihat kedatangan tamunya itu dan mempersilahkan sang tamu masuk kerumahnya.

Abisal melihat ibunya yang sangat senang buatnya merasa heran.

"Emangnya dia siapa?" batin Abisal yang penasaran akan tamu ibunya, Abisal mengikuti ibunya dari belakang dengan rasa penasaran.

Bu Diana mengantar tamunya menuju ruang tamu dan di ikuti oleh Abisal, Abisal melihat kakaknya di dapur dan memberikan kode untuk datang ke tempatnya di ruang tamu, Lylia yang melihat kode dari Abisal pun mengikutinya terlihat rasa penasaran di wajah Lylia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!