Di suatu belahan dunia, ada sebuah kerajaan megah yang berdiri di atas lautan yang luas, di sebelah kirinya di kelilingi oleh hutan yang lebat nan cantik. Para penghuninya memiliki wujud aneh seperti ada sisik ikan di sebagian kecil wajah mereka di bagian pipi dekat dengan dahi. Kerajaan itu menguasai lautan barat dan kepulauan bagian barat. Di pimpin oleh seorang ratu yang adil dan baik hati bernama Queen Revally Advison, sehingga penduduk kerajaan hidup damai, makmur dan sejahtera.
Dirinya menjadi Ratu disebabkan ia keturunan bangsawan dari ayahnya yang merupakan Raja sebelumnya. Suaminya meninggal di medan pertempuran beserta ayah dan para sepupunya. Hanya ia yang tersisa dan ia pun mengandung seorang anak dan melahirkan seorang putri cantik yang diberi nama Princess Debbara Alexia Advison.
Kerajaannya itu disebut kerajaan mermaid atau duyung. Semua masyarakat di sana bisa mengubah dirinya sebagai duyung ketika di air dan manusia ketika sudah berada di daratan. Kemampuan mereka bertahan hidup di daratan karena setiap orang memiliki magis atau kekuatan yang diturunkan dari nenek moyang mereka berupa sebuah permata yang tertempel di dahi mereka. Maka dari itu mereka semua bisa hidup di dua alam yaitu air dan darat.
Kerajaan itu beribukotakan Sakana city atau disebut kota ikan sebab penghuninya itu manusia setengah ikan. Mata pencaharian mereka sebagai pengumpul alga dan rumput laut serta bertani. Makanan pokok mereka adalah rumput laut dan mereka tidak makan daging apalagi ikan karena dianggap tidak pantas.
Queen Revally sedang memiliki banyak pekerjaan untuk menambah keamanan kerajaan mereka, sementara Debbara yang sudah tumbuh dewasa menjadi gadis yang cantik tengah bermain-main dengan kekuatan magisnya. Ia dianugerahi magis penyembuhan dan menggerakkan benda. Di dahinya ada permata biru menjadi petanda jika ia keturunan bangsawan.
Ia bosan kesehariannya hanya di istana, dengan ditemani hewan peliharaannya dan juga mainan. Walaupun ia sudah dewasa, ia tetap memainkan mainan yang menurutnya bisa menjadi temannya. Kenapa ia tidak bermain diluar? Dia seorang putri, dan ia tidak mau berbaur dengan mereka. Berbeda sekali dengan ibunya yang selalu berbaur dengan masyarakat.
Terlihat Debbara sedang berbaring di atas kasur megahnya. Ia menghela nafas beratnya sembari menatap langit-langit. "Bosan sekali, setiap hari sama saja menatap kamar ini kalau tidak taman belakang. Aku ingin suasana baru..." rungutnya.
Lalu ia pun terbangun dan mendekati meja yang diatasnya banyak sekali kertas-kertas dan ada cairan tinta hitam dengan kuas di sampingnya. Ia pun melihat sebuah goresan dikertas buatannya, ia sudah menggambarkan kehidupan diluar yang sangat menyenangkan. Hanya ada dirinya dan tidak dibebankan dengan segala macam aturan. Namun ia hanya boleh keluar ketika usianya menginjak 20 tahun (perkiraan).
Tapi tunggu, besok adalah malam purnama. Usianya akan genap 20 tahun ketika malam tiba. Ia pun mengembangkan senyum manisnya sebab ia bisa melakukan apa saja yang ia mau setelah berada di usia itu.
Seorang pelayan wanita masuk mengetuk pintu kamarnya dan masuk menemuinya. Tak lupa pelayan itu tertunduk memberikan hormat padanya. "Salam putri.. saatnya makan siang, ibu ratu sudah menunggu anda di ruang makan." Seperti biasa, tatapan Debbara memandang acuh pada pelayan tersebut. Ia tidak menjawab ucapan pelayan tersebut lalu pergi mendahuluinya. Ia menyusuri lorong istana untuk menuju ke ruang makan. Tak lama, ia pun sampai dan melihat ibunya sudah berada di sana memberikan senyuman padanya.
"Kemarilah nak, duduk."
Debbara pun duduk di dekat ibunya. Lalu para koki mulai menghidangkan makanan untuk di santap oleh ratu dan tuan putri kerajaan mereka. Dalam sekejap menu makanan sudah tersajikan di atas meja. Sebelum makan, Debbara menatap ibunya untuk memberitahukan rencananya ketika usianya sudah genap 20 tahun.
"Eumm ibu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Apa yang kau ingin bicarakan?"
Debbara terdiam sejenak dan menghela nafas singkatnya "Besok, tepatnya malam purnama usiaku sudah genap 20 tahun. Ibu sudah janji mengijinkanku untuk memutuskan suatu hal sesuai keinginanku. Aku ingin suasana baru, tinggal di tempat terpencil dan di mana tidak ada rakyat biasa. Aku lelah dengan kehidupan tuan putri. Aku ingin kehidupan yang lain, ibu. Apa ibu mengijinkanku untuk keluar dari istana ini dan tinggal di suatu tempat?"
Ibu ratu terdiam sejenak mendengar permintaan putrinya yang sedikit aneh. Bukan sedikit tapi memang aneh. "Tapi kamu seorang putri kerajaan, kamu adalah pewaris kerajaan ini. Kalau ada apa-apa denganmu bagaimana?"
"Ibu tidak usah khawatir.. aku sudah mempelajari ilmu baru. Ibu lihat dahiku ada permata-permata kecil? Ini adalah kekuatan yang kudapati dari hasil belajar. Aku yakin, aku akan aman. Aku mohon ibu, izinkan aku pergi." Terlihat ibu ratu pun hanya bisa menghela nafasnya. Debbara memiliki sifat sedikit keras kepala, jadi walau tidak diizinkanpun ia akan tetap melakukannya. Apalagi ketika usianya sudah cukup. Ibu ratu menatap anaknya dengan serius,
"Baiklah, ibu mengizinkanmu untuk memiliki kehidupan baru. Tapi, berjanjilah untuk pulang."
Debbara pun menampilkan senyum lebarnya ketika mendengar ibunya memberikannya izin untuk keluar dari istana. "Terima kasih ibu.."
Mereka pun mengakhiri percakapannya dan mulai makan hidangan yang sudah disiapkan koki kerajaan itu. Ibu ratu terus menatap kearahnya, keputusan yang dibuat Debbara sangatlah besar. Ia sebagai ibu pun khawatir. Tapi ini sudah menjadi keputusannya, apalagi yang membuat aturan minimal umur 20 tahun untuk berkelana itu dari dirinya sendiri. Ia hanya bisa mendukung anaknya. Semoga ia bisa belajar dari kehidupan luar dan menjadi lebih baik.
***
Tepat sesuai janji,
Keesokan paginya, Debbara sudah bersiap untuk berkelana mencari suasana baru dengan hidup di tempat yang terpencil. Ia sudah bersiap dengan memakai pakaian dari rakyat biasa agar tidak mudah dikenali. Seorang pelayan wanita bernama Anvi Andison menatap tuan putrinya dengan terheran.
Terlihat Debbara sangat antusias sekali ketika mempersiapkan kepergiannya. Anvi adalah pelayan yang paling dekat dengan Debbara, umur mereka tidak jauh berbeda hanya jarak 3 tahun lebih tua Anvi dibandingkan tuan putri. Ia pun menghampiri tuan putri yang masih mengemasi barangnya.
"Putri, apakah putri yakin untuk meninggalkan istana ini? Kita tidak tahu dunia luar seperti apa. Hamba takut terjadi sesuatu pada anda putri." Mendengar Anvi pelayannya bicara seperti itu, ia memasang wajah kesalnya dengan mata siren yang tajam ke arahnya. Pelayan itu pun seketika menegang melihat putri sudah kesal padanya.
"Aku tidak membutuhkan saranmu Anvi. Lebih baik kamu bersiap, kamu harus ikut denganku. Hanya kamu yang saat ini dekat denganku. Aku tidak butuh pengawal lain selain kamu."
"Bbb..bbaik, tuan putri.."
Anvi segera pergi ke kamarnya untuk bersiap pergi menemani tuannya. Walau ia tidak setuju tapi ia senang karena putri mengajaknya pergi. Setidaknya ia bisa melindunginya jika ada sesuatu di luar sana.
***
Sang ratu tengah menunggu putrinya yang akan pergi jauh dari istana. Di temani oleh perdana mentri yang berada di sampingnya. Tak lama yang ditunggupun datang. Debbara yang memakai pakaian rakyat biasa serta jubah panjang mendekati sang ibu untuk berpamitan.
"Ibu.."
Ia memeluk ibunya dengan senang hati, karena sudah diizinkan pergi. Revally pun membalas pelukan anaknya dengan erat. Tak lama pelukan mereka pun terlepas dan saling menatap satu sama lain.
"Ibu, hari ini aku akan pergi. Terima kasih karena sudah mengizinkanku pergi. Aku sayang ibu.."
"Jaga dirimu baik-baik ya, kembalilah ketika kamu sudah puas dengan dunia luar."
"Baik ibu.."
Ratu menatap Anvi yang tengah berdiri di belakang putrinya, "Anvi, jagalah putriku."
"Baik ratu, saya akan menjaga tuan putri."
Setelah berpamitan, Debbara pun mulai pergi dari hadapan ibunya diikuti oleh Anvi di belakang. Sang ratu tak bisa menahan air matanya karena putri satu-satunya memutuskan untuk pergi jauh dalam waktu yang lama. Lalu, ia pun menutup matanya dan telapak tangan membentuk simbol. Seketika dahi sang ratu mulai menyala. Ia menganugerahi putrinya agar tidak mudah didekati musuh. Dan ia memberikan pertahanan lebih untuk putrinya agar bisa selamat.
Debbara mulai mengembara keluar dari kota Sakana, ditemani dengan pelayan pribadinya Anvi mereka berdua melewati perjalanan yang cukup panjang dengan merenangi lautan yang luas. keduanya berasal dari suku duyung, ketika kaki sudah menyentuh air maka permata di dahi mereka akan bersinar dan mengubah kaki menjadi sirip ikan.
Sepanjang perjalanan, Anvi hanya mengekori Debbara dari belakang dan selalu waspada jika akan ada bahaya. ia juga tidak memberikan sarannya pada tuan putri dan membiarkannya memilih jalan yang ia sukai. mereka sudah melewati banyak pulau-pulau kecil namun belum ada tempat persinggahan. Debbara terus berenang jauh dari pulau-pulau itu. hingga mereka merasakan kadar air laut mulai berkurang. air yang dirasa cukup hangat untuk tubuh mereka. Debbara yang merasakan perubahan suhu itu langsung berenang ke atas untuk menuju ke permukaan.
"Anvi, ayo ikuti aku."
Anvi mengangguk, lalu ia pun mengejar putri Debbara yang sudah berenang lebih dulu ke atas. tak lama kemudian, mereka berdua pun sampai ke permukaan air dan melihat kesekeliling tempat tersebut, khususnya Debbara yang sangat terkejut karena ia sudah sampai ke titik ini. melihat wajah syok tuan putrinya, Anvi beranggapan jika tuannya tu salah ambil jalan. ia pun akhirnya angkat bicara setelah lama terdiam.
"Mm-maaf tuan putri, apakah anda salah mengambil jalur? kita sudah berada di kawasan air tawar. dan ini adalah sebuah danau terbesar yang ada di kota Cantion, kota peradaban manusia."
Di tengah keterkejutannya melihat pemandangan sekitar, ia menoleh pada Anvi yang menjelaskan soal area itu. "Apa? ini sudah masuk ke peradaban manusia?"
"Iya tuanku, lebih baik kita pergi dari sini sebelum terlambat. manusia sangat berbahaya untuk bangsa kita tuanku." jelas Anvi dengan raut wajah ketakutan.
Debbara pun terdiam sejenak, lalu ia justru berenang ke tepi danau ersebut dan main ke permukaan. Anvi yang sudah cemas pun mau tidak mau mengikuti tuannya itu. mereka pun membaca sebuah mantra ajaib dan mengubah mereka layaknya manusia kembali. bahkan pakaiannya pun tidak basah sama sekali, sama persis seperti pertama mereka akan pergi.
"Putri.."
Lagi-lagi Debbara hanya diam dan terus memandangi sekitar dengan lekat. tak lama, pandangannya jatuh pada Anvi yang sudah mencemaskannya. awalnya raut wajah Debbara seperti terkejut namun perlahan ia mulai mengembangkan senyumnya.
"Haaaaaaa!! akhirnya aku menemukan dunia yang berbeda dengan bangsaku!!" seru Debbara dengan mengangkat tangan ke atas dan mendongakkan kepalanya dengan nada penuh semangat. mendengar seruan tuannya itu, Anvi malah semakin terkejut karena sikap Debbara yang sangat aneh.
"Kau tahu Anvi, ini sangat menakjubkan. aku.. aku sangat bersemangat sekali. seperti apakah manusia itu? aku ingin tinggal di sini."
"Putri, aku mohon jangan seperti tiu. ini tempat sangat berbahaya, lihat ini.." Anvi mengeluarkan sihirnya dan memperlihatkan peta kota cantion dan sekaligus memperlihatkan keseharian penduduk di sana. Debbara terus memperhatikan penjelasan Anvi tersebut.
"Lihat tuanku, mereka itu mata pencahariannya sebagian besar menangkap ikan memakan bangsa kita. kalau terjadi sesuatu pada anda bagaimana?"
"Bagaimana apanya? aku dikaruniai kekuatan spesial sejak lahir, lagi pula kita juga bisa beradaptasi dengan mereka. kamu tenang saja, aku pastikan kita aman tinggal di sini."
"Tt-tapi..." Anvi tidak bisa berkata-kata lagi. ia pun terdiam karena melihat tuan putrinya sangat antusias ketika sampai ke kota tersebut. ia pun menghela nafasnya akhirnya mengalah hanya demi tuannya. lagipula ia tidak bisa protes karena ia hanyalah bawahan dan bawahan tidak bisa memberikan perintah.
"Anvi, ayo kita pergi.. kita cari tempat untuk bersinggah."
"Baik tuanku.."
Setelah penuh perdebatan, akhirnya mereka mulai melanjutkan perjalanan. kali ini perjalanannya dilanjutkan dengan berjalan kaki. lokasi tempat mereka sampai ke kota ini, rupanya tidak jauh dari pusat kota. Debbara melebarkan matanya karena baru pertama kali melihat orang yang berbeda dari bangsanya. namun, sifat angkuhnya masih ada. ia tidak ingin bercampur dengan kalangan bawah seperti para penduduk itu. ia pun melanjutka perjalanan untuk mencari tempat yang cocok. setelah berjalan kembali dari pusat kota kurang lebih 15 kilo meter, mereka menemukan sebuah tanah lapang yang letaknya lumayan jauh dari pusat kota dan banyak pohon rindangnya.
"Sepertinya tempat ini cocok untuk dijadikan tempat tinggal." ucap Debbara sekenanya.
"Lalu bagaimana kita akan membuat tempat tinggal tuan putri?"
Mendengar itu, Debbara memandang Anvi dengan mata sirennya, yang membuat Anviseketika menundukkan kepalanya. "Mm-maaf tuanku.."
"Hm? kamu meragukan kekuatanku Anvi?" ucap Debbara dengan senyum menyeringainya. Lalu, Debbara pun maju beberapa langkah ke depan. dengan mata tertutup, ia mulai membacakan sebuah mantra. dan lagi-lagi permata yang di dahinya mulai bersinar terang. Anvi yang melihat tuannya dari jauh hanya terdiam dengan ekspresi tercengang.
Cahaya permata itu mulai menyebar ke seluruh area di sana, sampai menyilaukan mata yang memandangnya. lalu dengan sekejap sebuah persinggahan lebih tepatnya rumah yang basar mulai muncul ke permukaan. ini sangat aneh, bagaimana bisa ada kekuatan seperti ini. Anvi yang melihat langsung tambah tercengang setelah tuannya bisa membangun sebuah istana kecil dengn sekejap.
Karena sudah selesai, Debbara menghentikan pembacaan mantranya. sinar biru di dahinya kembali menghilang. dikarenakan memunculkan istana membutuhkan tenaga yang sangat besar, terlihat wanita muda itu seketika merasakan lelah yang luar biasa. mengetahui tuannya akan pingsan, Anvi langsung berlari ke arahnya dan menopang tubuhnya.
"Astaga tuanku, bertahanlah.." kali ini mereka sudah memiliki persinggahan, dengan cepat Anvi membawa tubuh tuannya itu masuk ke dalam. tempat itu, memiliki ruangan yang sangat besar dengan halaman yang luas dan yang pasti bentangan air sungai kecil menjulur hingga masuk ke dalam rumah.
Anvi takut jika ada seseorang yang mengetahui tempat ini, akhirnya ia pun harus turun tangan agar tempat ini aman dari musuh. ia memberikan benteng pertahanan tak kasat mata sehingga menyembunyikan keseradaan istana ini dari orang luar. setelah selesai, ia pun membawa tuan putri yang sedang tertidur masuk ke dalam dan membaringkannya di kamar khusus untuknya.
***
Sementara sang ratu yang berada jauh dari negeri seberang, ia merasakan cemas yang luar biasa. ia memikirkan putri semata wayangnya yang sedang berkelana jauh di luar sana. walau ia sibuk dengan tugas sebagai ratu, tapi dirinya juga seorang ibu. perdana mentri yang melihat sang ratu tengah terdiam segera menghampirinya.
"Yang mulia? ada apa? apa yang sedang anda pikirkan?"
Sang ratu awalnya terdiam, tiba-tiba tersadar dan menoleh pada perdana mentri yang sudah berada di belakangnya. "Eum? tidak ada. anda sendiri? apakah ada hal yang ingin kau bicarakan padaku?"
"Ya yang mulia, ada beberapa penguasa yang ingin menjalin kerja sama dengan kerajaan kita. hamba pikir itu sangat bagus untuk menambah kekuatan militer, tapi hamba tidak ingn memutuskannya sepihak, harus anda yang menentukan yang mulia."
"Baiklah, kita pergi ke ruang diskusi sekarang. dan kumpulkan semua anggota pemerintahan."
"Baik, yang mulia."
***
Kembali pada Debbara.. setelah lama tertidur karena kelelahan kehabisan energi, ia kembali terbangun dan merasakan tubuhnya sudah di atas kasur. ia pun mendengar suara pintu terbuka dan mendapati Anvi yang sedang membawakannya sarapan.
"Silakan di makan tuanku,"
Dengan cepat, ia memakan makanan yang dibawakan Anvi kepadanya. seketika energi yang terkuras mulai terisi kembali. iapun sudah kenyang dan memutuskan untuk berkeliling area ini seorang diri. awalnya Anvi memaksa ikut, tapi Debbara melarangnya karena ia hanya ingin sendiri. Anvi pun tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengarkan perintah tuannya.
Debbara akhirnya mengelilingi area barunya seorang diri, bahkan ia pun masuk ke dalam hutan yang terkenal dengan keluasan serta alamnya yang indah. ia pun terkagum saat melihatnya pertama kali. banyak rumput hijau di tanah dan daun-daun berayunan di atasnya. di saat tengah berjalan-jalan, ada seorang pemuda yang baru saja pulang dari pekerjaannya. jalur hutan itu salah satu alternatif untuk sampai ke kotanya dengan cepat.
Di pertengahan jalan, saat sedang beristirahat ia melihat seorang wanita yang memakai dress cantik sedang melompat-lompat mengambil sesuatu. iapun penasaran akan wanita itu, segera ia menghampirinya lalu menolongnya.
Melihat ada tangan yang lebih panjang darinya, Debbara yang tengah berusaha mengambil bunga di atas pun terkejut dan menoleh ke belakangnya. ternyata ada seorang pria yang sedang menggenggam bunga yang mana itu bunga incarannya, seraya menampilkan senyum di wajahnya.
"Ini, untukmu.." ujar pria itu sembari memberikan bunga tersebut kepadanya.
Merasa tertolong, Debbara pun mengulaskan senyum manisnya pada pria itu. "Terima kasih," mendengar suara lembut dan melihat senyum manisny, jantung pria tersebut berdetak sangat kencang sampai ia pun tak karuan saat melihat gadis itu.
"Kenapa kamu bisa sampai ada di sini? setahuku perempuan jarang berada di tempat ini."
Debbara sedikit kebingungan untuk menjawab pertanyaan itu, alhasil iapun berbohong untuk menutupi tujuan aslinya. "Eum, aku hanya sedang mengumpulkan bunga. dan orang bilang bunga di sini sangat bagus, maka dari itu aku pun datang kemari."
"Oh.. baiklah, mau ku tolong? aku tahu banyak tentang hutan ini. ini adalah hutan stanovia, hutan tercantik yang berasal dari kotaku. dan banyak jenis bunga yang cantik-cantik. apa kamu ingin aku membantumu?"
"Eum, jika tidak memberatkanmu, boleh.."
Pria itu pun tersenyum tulus pada Debbara. mereka pun mulai mencari bunga bersama. padahal pria itu sedang kelelahan entah kenapa rasa capeknya hilang. pria itu membawanya pergi ke berbagai tempat dimana letak bunga-bunga cantik tumbuh. keduanya sembari berbincang untuk menghangatkan suasana. tak terasa, keranjang bungapun penuh dan mereka memutuskan untuk menyudahinya saja.
"Eum, bunganya sudah penuh apakah kamu akan pulang setelah ini?"
"Iya, aku akan pulang terima kasih telah menolongku."
Saat Debbara hendak pergi, tiba-tiba pria itu kembali menghentikannya. "Tunggu, jika boleh tahu siapakah namamu? kenalkan, namaku Willjohn panggil saja John. apa kita bisa bertemu lagi?" Debbara pun berbalik menatap pria otu yang tengah memandanginya.
"Namaku Debbara, itu hanya takdir yang bisa menjawab. baiklah, aku pergi.. senang bertemu denganmu." ujar Debbara dengan lembut. ia pun melanjutkan langkahnya untuk kembali karena sudah hampir gelap. pria yang bernama John itu masih menatap gadis itu yang sudah mulai menjauh. ia memegangi dadanya yang berdetak sangat kencang seraya menampilkan senyum di wajah tampannya.
"Debbara.. nama yang cantik. semoga kita bisa bertemu kembali."
Sudah beberapa kalinya John dan Debbara bertemu di tempat yang sama secara tidak sengaja maupun sengaja. mereka berdua menghabiskan waktu bersama sepanjang sore sebab jika siang sangat panas dan itu akan melemahkan daya tahan tubuh Debbara yang harus senantiasa lembab. keduanya menyusuri hutan, mengambil bunga dan buah yang ada di sana yang aman untuk di makan.
"Bagaimana? enak buahnya?" tanya John. Debbara hanya menimpali dengan anggukan. sekarang mereka bermain di area dekat sungai dan di sana ada air terjun yang sangat cantik. Wanita itu pun terpaku melihat keindahan itu.
"Waw, cantik sekali.."
"Ya.. tempat ini memang sangat cantik-.."
"Secantik dirimu," lanjut batin John,
John mulai tertarik pada Debbara sejak pertemuan awal, dan kali ini ia kembali merasakan debaran hatinya yang luar biasa ketika bersama dengan gadis itu. ia pun yakin bahwa ia jatuh cinta pada gadis itu. Debbara terlihat sedang bermain-main dengan air, namun anehnya ia tidak berubah menjadi duyung kenapa? karena ia tidak membaca mantra maka sihir untuk mengubah kaki menjadi ekor tidak terjadi.
Dari kejauhan, John memandangi Debbara yang asik bermain di sungai yang tidak terlalu dalam hanya semata kaki saja. ia pun mengulas senyumnya ketika melihat wajah bahagia gadis itu terpancar indah di pandangannya. terlihat Debbara mulai mendekatinya dan berdiri di hadapannya.
"John, terima kasih.. berkat kamu, aku bisa mengetahui empat-tempat yang cantik di sini."
"Iya sama-sama.." John tiba-tiba terdiam saat melihat Debbara, ia sangat ingin mengungkapkan isi hatinya. apakah ini akan berhasil? ia ingin hidup bersama dengan gadis itu. John pun menutup matanya sejenak dengan menghela nafasnya.
"Debbara.. aku ingin mengatakan sesuatu,"
Debbara pun memperhatikan John yang tengah serius itu, lalu John melanjutkan ucapannya. "Aku tahu ini terlalu cepat, Debbara.. aku.. aku sangat menyukaimu dari pertama kita bertemu. aku ingin hidup berdua bersamamu, maukah kamu menjadi istriku?"
Debbara sedikit melebarkan matanya tidak percaya, John mengungkapkan isi hatinya secara langsung dihadapannya. gadis itu terdiam sejenak, lalu ia pun memandangi John dengan tatapan yang aneh serta mundur beberapa langkah.
"Maafkan Aku John, aku tidak bisa menikah denganmu." tolaknya begitu saja.
John pun terkejut karena Debbara tdak memikirkan perkataannya dan langsung menolaknya, "Kk-kkennapa?"
"Karena kita berbeda John, aku dari keturunan bangsawan dan kamu hanyalah orang biasa. aku tidak bisa menikah dengan orang sepertimu. aku dekat denganmu hanya sebagai penghiburku dikala bosan, akupun tidak ada rasa denganmu, jadi.. aku tidak bisa menjadi istrimu.'
John tercengang dikarenakan perkataan Debbara, ia masih ingin meyakinnya jika dirinya sangat menyukainya dan tidak ingin berpisah dengannya. saat gadiis itu hendak berbalik, John segera menggenggam tangannya sehingga gadis itu tidak bisa pergi.
"Kumohon Debbara, aku sangat menyukaimu.. apakah aku tidak bisa bersamamu hanya karena statusku?"
Debbara menghempaskan tangan John begitu saja, lalu ia berbalik memandanginya dengan tajam. "Sudah kukatakan, aku tidak ingin bersanding dengan rakyat biasa. apalagi rakyat miskin sepertimu John. aku berasal dari suku terhormat di dunia ini, jadi selain statusmu suku kita juga berbeda. lihat ini.."
Debbara mulai menunjukkan sisiknya yang berada di pipinya lalu ada tanda permata di dahinya. John pun terkejut melihat wujud asli gadis itu memiliki sisik seperti ikan. "Kk-kau..."
"Ya, inilah wujud asliku.. jadi aku tidak bisa hidup denganmu, sadarilah jika kamu berada di bawahku, harusnya pria itu di atas wanitanya bukan? bukan seperti ini. sudahlah, lebih baik kita akhiri saja pertemuan ini. anggap saja kita tidak pernah bertemu."
Debbara langsung meninggalkan John yang sedang terpaku, Karena Debbara mengguanakan identitas aslinya jadi bisa cepat menghilang. tubuh John terasa bergetar menahan rasa sakit dihatinya, selain itu air matanya mulai berjatuhan. sakit hati tidak hanya ditolak, namun juga ia terhina karena ia hanya lelaki miskin dan dari masyarakat biasa. lama John meratapi kesedihannya, tiba-tiba saja raut wajah John berubah menahan kemarahan, hatinya yang tadinya menyimpan cinta menjadi kebencian yang mendalam pada gadis itu. Ia terbayang akan wajah manis Debbara bukan karena cinta lagi tapi berubah menjadi dendam.
"Kau... kau sudah menghina diriku, aku akan membalasmu Debbara. aku akan merobek mulutmu yang sudah menyakitiku!" murka John. bahkan ia sampai memukul pohon di dekatnya sampai sedikit berlubang. kali ini ia harus mencari cara mengalahkan Debbara dan memiliki sihir yang kuat melebihi siapapun. di tengah kegundahan, ia teringat akan sosok sakti yang terkenal di kota Cantion dan ia akan memiliki kekuatan yang sangat besar jika berguru dengannya.
Ia pun bergegas untuk pergi ke tempat itu. dengan berlari sejauh 10 kilo meter ia melewati banyak tantangan dikarenakan tempatnya yang jauh serta menanjak yang memerlukan banyak tenaga. seketika, ia pun melihat sebuah Goa besar yang tak jauh dari hadapannya, segera ia mulai mendekat dan masuk ke dalam Goa tersebut. suasana Goa yang sangat dingin dan menyeramkan. saat baru setengah perjalanan masuk ke dalam Goa, ia dikejutkan dengan kelelawar yang beterbangan. dengan memberanikan diri, ia pun melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam Goa tersebut.
"Siapa yang sudah berani masuk ke wilayahku?!" John terkejut mendengar suara besar yang menggema di Goa tersebut. ia pun menghentikan langkahnya dan menatap langit-langit untuk mencari orang yang bicara padanya itu. namun ia tidak menemukan siapa-siapa.
"Maaf mengganggu, tuan weskail.. aku ingin bertemu denganmu. aku ingin belajar ilmu sihir padamu, tolong ajari aku. muncullah.." seru John agar penghuni Goa itu muncul. tak lama, terlihat sosok pria dari kegelapan yang memiliki fisik seperti hulk dengan wajah yang menyeramkan. itu adalah tuan Weskail yang diduga orang tersakti.
"Ada apa mencariku?"
John langsung menundukkan tubuhnya dan memohon pada Weskail, "Tolong, ajari aku ilmu sihirmu.. aku ingin menjadi kuat."
"Kamu menjadi kuat karena apa?"
John kemudian terdiam sejenak, lalu memasang wajah penuh dendam. "Aku ingin membalaskan dendamku pada seseorang, dia sudah menghinaku.. dan dia dari bangsa duyung yang memiliki kekuatan sihir yang luar biasa. aku ingin mendapatkan kekuatan yang melebihi bangsa itu agar aku bisa membalaskan dendamku, tuan.."
Melihat kesungguhan John yang ingin belajar ilmu hitam membuat weskail terdiam sejenak. "Duyung ya... baiklah, aku akan mengajarimu ilmu yang melebihi bangsa itu."
"Benarkah tuan?"
"Iya.. tapi latihan ini sangat berat, kamu harus melewati semuanya tanpa adanya kegagalan."
John menatap mata Weskail dengan sungguh-sungguh, "Aku akan berusaha tuan, terima kasih karena sudah menerimaku jadi muridmu."
"Baiklah, kamu bisa mulai latihan sekarang,"
John mulai diajari beberapa jurus dasar, dan beberapa lathan lainnya. terlihat John sangat gigih melakukan latihan tersebut. hari berganti hari, latihan yang dilalui terasa sangat berat tapi John melaluinya tanpa mengeluh. Weskail sangat mengapreasi akan semangat dan kegigihan John. John mulai menguasai beberapa jurusa dasar, menengah hingga tingkat tinggi.
Hingga tepatnya sebulan kemudian, terlihat John bisa menghancurka sebuah batu dengan hanya memukulnya. John sudah semakin kuat dan ia juga menguasai berbagai macam sihir yang diturunkan weskail padanya. ia pun bangga pada John karena dalam waktu tempuh sebulan bisa menguasai banyak ilmu dan itu tanpa adanya kegagalan.
"John, latihanmu sudah berakhir.. kamu bisa mewujudkan tujuanmu sekarang,"
"Baik tuan, aku akan pergi untuk membalaskan dendamku. terima kasih karena sudah mengajariku." John pun memberikan hormatnya pada gurunya itu. weskail menyentuh kepala John untuk memberikan sedikit kekuatannya agar pria itu tidak mudah terkalahkan. setelah selesai, John mulai keluar dari Goa tersebut dan mulai perjalanan untuk membalaskan dendamnya.
***
Debbara tengah bersantai di istana kecilnya, awalnya hanya sekedar duduk-duduk saja, iapun mulai berenang di aliran sungai yang terhubung ke istananya. seketika tubuhnya berubah menjadi seekor duyung yang menawan. ia berenang dengan santainya. namun baru saja sebentar menikmati waktu berendamnya, tiba-tiba saja langit mulai menghitam bak menandakan adanya badai. ia pun merasakan ada hawa aneh yang tengah menyeimuti area kesekitarannya.
Anvi yang tengah menemani tuannya bersantai, waspada karena ia merasakan adanya bahaya yang mencekam. ia segera menyiapkan sihirnya untuk berjaga-jaga. tiba-tiba saja ada suara petir yang menggeluruh membuat keduanya terkejut hebat.
"Putri, sebaiknya kita masuk ke dalam karena hamba merasakan-.."
BRAAAKK!!!!
Keduanya terkejut dengan suara keras yang berasal dari luar sana. terlihat ada benda besar yang sengaja terlempar masuk ke dalam. Anvi menjadi garda terdepan untuk melindungi tuannya itu. seketika ada orang misterius yang mulai muncul di sela benda yang terlempar tadi.
"Siapa kamu?!" teriak Anvi. ia terkejut karena ada orang asing yang berhasil menembus pertahanannya dan lagi mengetahui lokasi yang sudah ia jadikan transparan. orang itu menampilkan senyum menyeringainya, dan berusaha menatap seseorang yang sedang berada di belakangnya.
"Kau, lebih baik pergi dari sana sebelum kubunuh.."
"Tidak akan pernah! jika kau akan menyakiti tuan putri maka kau berhadapan denganku.." ucap Anvi dengan tegasnya.
Pertarungan Anvi dan orang misterius tersebut tidak terelakan, Anvi merasakan kekuatan yang luar biasa kuat dari orang tersebut bahkan melebihi dirinya. namun ia berusaha mengalahkannya agar tuan putri tetap aman. namun dengan sekejap Anvipun dikalahkan, darahnya keluar dari area mulutnya. dengan sadis, orang itu membunuh Anvi di depan Debbara.
"TIDAAAAAAAKKKK!!! ANVIIIII!!!" Debbara berteriak karena telah kehilangan pelayan terdekatnya. ia memandangi orang misterius itu yang masih tertutupi jubah itu yang telah membunuh Anvi,
"Siapa kamu sebenarnya?! apa yang kau inginkan?!"
Orang itu menampilkan senyum menyeringainya, "Kau tidak ingat padaku, Debbara?" Debbara terkejut karena mengenali suara ersebut. perlahan orang itu menyingkap penutup wajahnya dan terlihat wajah John yang tersenyum puas ke arahnya, Debbara terkejut karena John yang berasal dari manusia bisa menembus pertahanan istananya.
"Kenapa kau-.."
"Kenapa aku bisa sampai sini? kau kira aku hanya orang biasa? aku akan membalas perkataanmu tempo lalu Debbara.. aku akan membuatmu menyesali perkataan sombongmu itu!" seru John.
Debbara pun masih memasang wajah syoknya, lalu ia merasakan energi tubuh John yang luar biasa. seketika tubuhnya ketakutan, segera ia pergi dan berenang untuk menjauh dari Jhon. terlihat Jhon kembali menampilkan senyum menyeringainya, seketika Debbara terkejut karena Jhon sudah ada di depan matanya. seketika Jhon menghentikan Debbara dengan memegangi sirip ikannya.
"Lepaskan aku!!"
"Kau salah mengira jika bisa kabur dariku Debbara," Gadis itu tidak bisa bergerak dengan bebas karena Jhon masih memegang siripnya dan sekarang merengkuh tubuhnya. mata tajam pria itu masih menatap pada Debbara.
"Kamu sangat cantik, tapi sayangnya kamu sangat sombong. andai kamu menerimaku waktu itu, hal ini tidak akan terjadi. dulu wajah cantikmu membuatku jatuh cinta, tapi sekarang wjahmu itu membuatku semakin membencimu. Kamu harus mati ditanganku, Debbara.."
Debbara memasang wajah marahnya, "Itu tidak akan terjadi!!" Debbara pun mulai mengeluarkan sihirnya dan terlepas dari rengkuhan Jhon. ia pun sudah kembali dalam wujud manusianya. lalu kembali menatapnya dengan tajam, "Aku akan mengalahkanmu, Jhon!"
Pertarungan antara Jhon dan Debbara pun tak terelakan. karena terlalu kuat, properti istana banyak yang hancur. baik Debbara maupun Jhon sama-sama kuat dalam kekuatan sihir. namun Jhon tidak kehilangan akal, ia segera mengeluarkan senjata berbentuk seperti pedang dan mulai mengayunkannya pada Debbara. gadis itu pun sedikit terkecoh karena ia tidak ahli dalam ilmu pedang. dan itu berhasil membuat Debbara tidak menggunakan sihirnya, dengan cepat Jhon menyerang dan berhasil mengenai Debbara. terlihat gadis itu terpental agak jauh karena terkena serangan Jhon. mulutnya sudah mengeluarkan darah. Jhon mendekati Debbara dan mencekik lehernya.
"Ada kata terakhir sebelum kau mati?" tanya Jhon.
Dalam keadaan lemas, Debbara hanya memandangi Jhon. tiba-tiba ia menutup kedua matanya lalu mulutnya bergerak seolah membacakan mantranya. Jhon yang tahu kekuatan duyung bisa menyembuhkan dirinya sendiri, ia seketika mengambil langkah cepat. Jhon mengayunkan pedangnya lalu menusukkannya tepat di jantung Debbara.
Seketika Gadis itu pun tidak bernyawa, Jhon merasa bangga akan dirinya yang sudah berhasil membalaskan dendamnya. namun senyumnya itu tergantikan menjadi terkejut sebab ada cahaya terang yang berasal dari dahi putri Debbara itu. Jhon tidak bisa melihat karena cahaya tersebut sangat terang lalu cahaya tersebut kemudian terpantul ke atas langit menembus alam semesta bahkan sampai tubuh Jhon terpental seraya cahaya itu terpantul ke atas.
Cahaya permata itu nembus ke semesta dan seketika terdengar mantra dari tuan putri sebelum terbunuh oleh Jhon, "Cahaya permata akan kembali, kebersihan dan ketulusan hati akan mengubah takdir. akan datang satu jiwa yang menanti walau tiada ujungnya." tiba-tiba saja cahaya itu terjatuh pada sebuah kalung yang berbentuk permata dan menambah aksen mahalnya. kalung tersebut akan menyala ketika ada orang terpilih yang mendapatkannya. hampir turun temurun kalung tersebut berpindah tangan dari generasi ke generasi. sehingga ada 1 anak yang menjadi ramalan untuk menyelamatkan dunia peradaban.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!