Seorang perempuan dengan tubuh polosnya yang kurus terbaring sangat lemah, tangan nya meraih daster lusuh yang teronggok di atas balai balai bambu.. dia pakai daster lusuh itu untuk menutupi tubuh polosnya yang baru saja selesai melayani hasrat suami nya..
“Uang! Mana uang!” Bentak seorang laki laki berkulit hitam dengan tatapan nyalang nya, setelah memakai tshirt putih kumal, dia lah suami perempuan kurus itu, yang baru saja selesai melampiaskan hasrat nya dengan memaksa istri nya yang sudah capek karena kesibukannya mengurus tiga orang anak dan menggarap lahan pekarangan rumah yang lumayan luas.
“Tidak ada Pa, ketela belum panen, belum ada uang.” Jawab istrinya sambil bangkit berdiri pelan pelan karena tubuhnya terasa benar benar lelah.
BRRAAAAKKKK
Suara meja kayu tanpa taplak digebrak oleh suaminya.. perempuan kurus itu sangat kaget dan secara spontan memegang dada nya dan kembali terduduk di tepi balai balai bambu tempat tidur mereka.
“Bohong! Aku lihat ada bekas tanaman ketela sudah dicabut sudah kamu panen!” teriak sang suami lagi sambil melangkah menuju ke lemari kayu yang sudah usang.
“Itu anak anak yang mencabut Pa, buat dimakan, beras sudah habis, aku sudah tidak punya uang buat beli beras.” Ucap perempuan kurus itu sambil kembali pelan pelan bangkit berdiri.
“Alasan saja! Aku tahu kamu masih punya uang!” bentak Sang Suami itu lagi.
Sang suami lalu membuka pintu lemari dan mengacak acak isi di dalam nya untuk mencari uang yang dia inginkan. Tetapi tetap tidak ada uang terselip di antara tumpukan baju baju..
“Kamu sembunyikan di mana hah?” teriak Sang suami lagi sambil menatap perempuan kurus itu dengan tajam dan urat wajah menegang karena menahan marah..
“Tidak ada uang Pa..” ucap Sang Istri itu lagi..
Sang suami lalu melangkah lagi ke tempat tidur, badannya membungkuk di dekat balai balai bambu itu, dia melihat kolong tempat tidur itu..
Perempuan kurus itu juga melangkah lagi ke arah tempat tidur dan kembali duduk di tepi tempat tidur, kaki nya berusaha untuk menghalangi tatapan mata suami nya yang tertuju ke kolong tempat tidur..
Sesaat Sang suami tertawa terbahak bahak karena melihat sesuatu yang menyenangkan hatinya..
“Ha... ha... ha... aku lihat itu.. pasti ada uang di dalam nya..” suara sang suami sambil tertawa senang dan tangan nya terulur ke dalam kolong tempat tidur..
“Pa jangan Pa...” ucap perempuan itu sambil berusaha memegang tangan Sang suami..
“Hah!” Teriak sang suami sambil mengibaskan tangan Sang istri. Dan tangan nya pun berhasil mengambil sebuah kaleng biskuit bekas yang diangkat terasa berat..
“Ha... ha... ha... ha.. lumayan berat ini pasti ada banyak, aku bisa beli arak ha.. ha...ha...” ucap Sang suami sambil memegang kaleng biskuit bekas .
“Pa, jangan Pa.. itu celengan anak anak buat bayar sekolah Pa!” teriak sang istri sambil berusaha merebut kaleng biskuit bekas yang dia gunakan untuk menyimpan uang yang dia sisihkan untuk keperluan sekolah anak anak nya.
“Kamu cari uang lagi sana! Jual ketela, jual pisang atau jual rumput ke tempat juragan di pasar!” bentak sang suami sambil mendorong tubuh istri nya..
“Pa... jangan Pa.. sayang uang yang susah susah aku kumpulkan kalau hanya untuk beli arak saja..” ucap Sang Istri dan berusaha mengejar suami nya..
“Pa.. jangan...!” Teriak sang istri lagi sambil menarik kaos Sang suami..
Sang suami menoleh dan...
PLAAAKKKK
Sebuah tamparan keras pada wajah sang istri..
“Pa... jangan!” teriak Sang istri tanpa menghiraukan wajahnya yang terasa sakit dan panas dia semakin menarik keras kaos Sang suami..
PPLAAAKKKK
Sang suami menampar semakin keras lagi ke kepala sang istri..
Sang istri yang sudah lemah pun tersungkur jatuh.. dia yang masih ingin mempertahankan celengan nya tangannya berusaha untuk memegang kaki suaminya..
“Pa.. tolong kembalikan uang anak anak... hu... hu.. hu..” ucap lirih perempuan itu dan sudah mulai menangis tangannya masih memegang erat kaki suami nya...
Namun..
BBUUUUGGGHHH
Tubuh ringkih perempuan itu malah ditendang dengan sangat keras oleh Sang suami.. Tubuh perempuan kurus itu terpental dan terkapar. Sang suami pun berjalan cepat meninggalkan rumah untuk membeli arak dengan uang yang ada di dalam kaleng biskuit bekas itu, ada uang uang koin dan ada beberapa uang kertas.
*****
Sementara itu di lain tempat di sebuah rumah mewah di Ibu kota, seorang gadis cantik nan modis kedua tangan nya sedang meraih sebuah lukisan di dalam pigura besar.. yang tergantung di dinding rumah mewah nya, lukisan seorang perempuan desa yang tersenyum bahagia memegang satu ikat sorghum yang bernas bernas. Gadis desa yang memakai baju tenun khas salah satu daerah di Indonesia. Berlatar belakang pemandangan indah kebun sorghum dan jauh di belakang ada air terjun di antara hijau nya pohon pohon.. langit pun biru bersih tanpa awan.
“Lukisan nenek buyut ini pasti sangat menarik perhatian pengunjung pameran lukisan ku, gadis petani desa yang sangat cantik dengan baju etnis dan juga pemandangan alam yang sanga asri indah alami. Bagai sebuah oase di ibu kota he.. he.. he.. ” Gumam gadis cantik yang bernama Dealova William. Dia adalah mahasiswi seni rupa yang akan mengadakan pameran tunggal.
“Nenek Buyut dulu di mana sih ketemu model lukisan nya ini juga di mana dia melukisnya kok macam aku belum pernah datang ke tempat yang ada di lukisan ini apa hanya tempat dalam imajinasi Nenek saja....” gumam Dealova lagi..
Kedua tangan Dealova terus terangkat akan menurunkan lukisan itu.. akan tetapi tiba tiba seorang perempuan setengah baya yang masih cantik jelita dengan wajah mirip Dealova berjalan tergopoh gopoh ke arah nya..
“Deal! Jangan! Jangan diambil lukisan Nenek buyut! Nanti ada yang minat dan membeli nya, pamali menjual lukisan Nenek buyut, itu warisan leluhur!” teriak perempuan setengah baya itu yang tidak lain adalah Nyonya William, mama nya Dealova
“Ma, aku tidak akan menjual nya, aku hanya akan memamerkan lukisan Nenek buyut Ma!” ucap Dealova masih berusaha akan menurunkan lukisan itu.
“Ah, tetap saja kalau kamu pamerkan nanti ada yang tertarik dan akan ada yang membeli dengan harga mahal, pasti kamu akan tergiur terus kamu menelepon aku dan aku pun juga akan tergiur kalau mendengar sejumlah uang yang banyak. Sudah tidak usah!” ucap Nyonya William
“Yeellah Ma... yo wis.. biar Mama tidak tergiur, aku enggak akan menelepon Mama kalau ada yang menawar dengan harga tinggi...” ucap Dealova dan kedua tangan nya kembali memegang lukisan Nenek buyut nya..
“Itu lebih kuwalat kamu Deal! Sudah tidak usah!” ucap Nyonya William menarik tangan Dealova agar tidak menurunkan lukisan itu.
“Ma sehari saja lah.. biar banyak pengunjung di pameran ku.” Ucap Dealova kedua tangan nya terus berusaha menurunkan lukisan.
“Tidak ya Tidak! Kamu itu dulu waktu masih kecil sudah memecahkan cangkir keramik Nenek buyut, sekarang mau macem macem dengan lukisan!” ucap Nyonya William dan berusaha mempertahankan pigura lukisan itu agar tetap tergantung di dinding. Dua perempuan cantik beda usia itu saling berusaha untuk menguasai lukisan, Nyonya William berusaha untuk mempertahankan agar lukisan tidak diturunkan sedangkan Dealova terus berusaha untuk menurunkan lukisan itu..
Dan sesaat kemudian..
BBBRRRRUUUUUUK
“ADUUUUHHHHHH" teriak Dealova terjatuh dan tergelatak di lantai .. Pigura lukisan itu jatuh menimpa tubuh Dealova tidak pecah kaca nya dan tidak ada yang rusak.
“DEALL... DEAAAALLLL" teriak Nyonya William sambil jongkok dan berusaha mengambil pigura lukisan yang menimpa tubuh Dealova.. Dealova hanya diam saja..
“TOLOOOONNGGGGG.. TOOOOLLLOOOOONGGGG" teriak Nyonya William, karena sang puteri bungsunya masih terus diam saja kedua mata nya terpejam rapat.. semua pelayan pun berdatangan dan tubuh Dealova diangkat dan dibawa ke rumah sakit.
*****
Dealova telinga nya mendengar suara anak anak menangis...
“Kok ada suara anak anak menangis, tapi bukan suara tangis Valexa, Deondra, Ando atau twin boy.. siapa ya mereka...” gumam Dealova di dalam hati karena suara tangis anak anak yang dia dengar kini bukan suara tangis keponakan keponakan tercinta nya..
Pelan pelan Dealova membuka kedua matanya..
“Hah? Aku berada di mana? Kenapa pipi ku sakit sekali .. bokong ku juga sakit sekali.. perut ku lapar sekali... “ teriak Dealova saat membuka kedua matanya melihat atap seng dan merasakan sakit di bagian bagian tubuhnya..
“Mama... mama sudah bangun.” Suara seorang anak laki laki di dekat Dealova..
“Mama lapar ya?” suara imut seorang anak perempuan.
“Ma.. Ma.. Ma.. mam....mammm...” celoteh suara imut anak yang lain.
Dealova pun menoleh ke arah suara itu..
“Hah? Kalian siapa?” teriak Dealova yang melihat tiga anak kecil yang tidak dia kenal. Tubuh ketiga nya kurus kurus dan pakaiannya terlihat lusuh.
“Mama.. kami anak anak Mama, kenapa Mama tanya seperti itu hu... hu....hu...” ucap seorang anak laki laki bertubuh kurus kira kira berumur 8 tahun, dan mulai menangis berlinangan air mata nya. Ekspresi wajah nya sangat sedih karena Mama yang menyayangi mereka dan tempat mereka berlindung kini tidak mengenal dirinya.
Kedua mata Dealova dalam wujud perempuan kurus itu melotot ke arah ketiga anak itu.
“Hah Anak? Kapan aku hamil dan melahirkan? Bagaimana mungkin aku punya anak seperti kalian?” ucap Dealova dengan nada sangat kaget..
Ketiga anak itu pun menangis dengan keras karena Sang Mama yang begitu mereka sayangi tempat berlindung lupa pada mereka.
“Huuuuu... huu.... hhuuuuuaaaaa.... huuuuuaaaaa... huuuu.... huu.... huuuuuaaaa... huuuuaaaa...”
“Kenapa kalian menangis.” Gumam Dealova , dia menoleh ke kiri dan ke kanan melihat ruangan yang sangat asing baginya dinding ruangan terbuat dari papan kayu.. dan dia tergelatak di atas lantai tanah..
Di saat dia akan bangkit berdiri...
“Hah? Kenapa tubuhku jadi seperti ini? Kenapa tanganku kurus sekali dan kasar? Kenapa aku pakai baju seperti ini? Apa aku bermimpi?” teriak Dealova sambil mengucek ucek kedua matanya..
“Kakak apa Mama sudah menjadi gila huuu... huu...?” bisik seorang anak perempuan kira kira berumur lima tahun sambil masih menangis tersedu sedu.
“Ma.. ma... ma.. ma..na.. na.. na.. la... la .. la...” celoteh anak laki laki yang paling kecil kira kira berumur dua tahun kurang.
“Hah! Kenapa kamu mengatakan aku gila!” teriak Dealova sambil menatap wajah imut anak perempuan yang tubuhnya juga kurus memakai daster kecil yang lusuh.
“Cermin? Mana cermin? Kenapa tubuhku sangat sakit sekali? Huhhhh!” ucap Dealova sangat panik dan sangat kesulitan untuk bangkit dari terkapar nya di lantai tanah yang sudah memadat itu.
“Mama tadi dihajar Papa lagi ya? Kepala Mama sakit ya ?” ucap anak laki laki paling besar sambil membantu Dealova untuk duduk.
“Mama dihajar Papa.” Gumam Dealova di dalam hati semakin bingung.
“Mama aku ambilkan air minum dan ketela tapi Mama jangan gila ya.. aku takut kalau punya Mama gila.” Ucap anak perempuan itu sambil bangkit berdiri dan pergi ke luar dari ruangan itu.
“Cermin ambilkan aku cermin.” Ucap Dealova yang sudah duduk di atas lantai sambil menatap anak laki laki yang membantunya duduk.
“Iya Ma.. “ ucap anak laki laki itu lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju ke meja untuk mengambilkan cermin yang diminta oleh Dealova. Tangis mereka pun sudah reda.
“Ini Ma.” Ucap anak laki laki itu sambil memberikan cermin kecil milik Mamanya, di kamar itu memang hanya ada cermin kecil itu. Lemari kayu usang itu tidak ada cermin nya.
Dealova menerima cermin itu dan melihat wajahnya di cermin kecil itu..
“Aaaaaaaaaaaaaaaawww....” teriak Dealova sangat keras dan dia pun tergelatak lagi di lantai tanah..
“Mama.. Mama.. Mama kenapa? Mama bangun Ma.. jangan mati Ma.. hu... hu... hu.... kasihan kami Ma.. ingat kami Ma.. jangan mati Ma.. kami ikut siapa kalau Mama mati, Papa pasti tidak mau mengurus kami hu... hu... hu...” ucap anak laki laki tertua itu mulai lagi menangis tersedu sedu..
“Ma....ma... ma.. ngun ma.. ngun.. ma... “ celoteh anak terkecil sambil menggoyang goyang tubuh Mamanya itu yang kini berisi jiwa yang lain yang masih bingung pada raga baru nya yang sangat jauh berbeda. Wajah tirus kusam dan hitam karena sengatan matahari, rambut pun juga sangat kusam dan merah bercabang karena terbakar oleh sinar matahari.
“Mama ini minum nya dan ketela nya... “ ucap seorang anak perempuan berusia lima tahun kembali masuk di tangannya membawa satu cangkir plastik dan satu potong ketela pohon rebus.
“Kakak kenapa Mama tidur lagi?” tanya anak perempuan itu sambil jongkok di dekat tubuh Mama nya..
“Mama.. bangun Ma.. jangan mati Ma... hu... hu....hu....” ucap anak laki laki yang masih menangis sambil terus menggoyang goyang tubuh Mama nya yang kurus kering.
“Mama.. bangun Ma... jangan mati Ma.. aku sudah mau sekolah kalau Mama mati aku tidak jadi sekolah Ma.. bangun Ma.. jangan mati Ma.. hu... hu... hu...” ucap anak perempuan yang kini juga mulai menangis dan juga ikut menggoyang goyang tubuh Mama nya..
Dealova yang kini jiwa nya berada di tubuh perempuan kurus itu, mendengar semua ucapan anak anak kecil itu.. Dealova pun mengingat ingat kejadian yang baru berlalu..
“Ya Allah apa aku sudah mati dan jiwaku pindah pada orang ini yang punya tiga anak ini.. hiks... hiks... hiks... Mama.... hiks... hiks... hiks... maaf Ma.. aku kuwalat mau ambil lukisan Nenek buyut hiks... hiks....hiks...” Gumam Dealova di dalam hati dan dia terisak isak menangis..
“Apa jiwaku sekarang berada di tubuh Mama anak anak kecil itu.. hiks.. hiks.. hiks... mungkin karena dosa dosa ku tidak nurut pada Mama dan Papa aku sekarang menjadi orang miskin hiks.. hiks... hiks... “ gumam Dealova di dalam hati sambil terus terisak isak menangis, Dealova memang malas belajar dengan beralasan lebih berbakat melukis dan menurun dari gen Mamanya yang tidak cerdas. Tidak seperti kedua kakaknya yang cerdas menurun dari gen Papanya. Begitu alasan Dealova kalau disuruh belajar dia lebih senang menggambar atau melukis yang tidak pusing menghitung dan menghafal.
“Mama jangan menangis jangan sedih Ma.. sekarang minum dan makan ketela ini ya Ma..” ucap anak laki laki terbesar.
KRUCUK
KRUCUK
KRUCUK
“Perutku lapar banget, anak anak ini seperti nya anak baik dan sayang pada Mamanya, kasihan sekali mereka hidup sangat kekurangan, apa aku bisa hidup miskin bersama mereka.” Gumam Dealova lagi di dalam hati dia pun membuka lagi kedua matanya..
“Perut Mama bunyi Mama pasti lapar sekali, makan ini Ma..” ucap anak laki laki terbesar sambil memotong ketela menjadi lebih kecil dengan tangan nya dan mendekatkan pada mulut sang Mama..
Dealova yang merasa perut nya sangat lapar segera memakan ketela pohon rebus itu dengan lahap..
“Apa masih ada lagi, perutku masih sangat lapar.” Ucap Dealova yang kini sudah bangun sudah menghabiskan ketela dan juga sudah minum air putih di cangkir plastik.
“Di dapur sudah habis Ma, biar aku cabut dulu dan nanti Kakak rebus dulu ya..” suara imut anak perempuan sambil menatap Sang Mama.
“Ayo kita cabut ketela.” Ucap Dealova sambil bangkit berdiri dia ingin tahu kini sedang berada di mana..
“Ayo Ma...”
“Ma..ma... ma kut.. kut... kut...”
Sesaat mereka di sudah di luar rumah.. Hidung Dealova menghirup udara segar meskipun hari sudah tidak lagi pagi bahkan sinar matahari bersinar terik. Di luar terbentang halaman rumah yang lumayan luas, ada banyak tanaman ketela pohon dan di kejauhan ada banyak pepohonan.. sangat jauh berbeda dengan suasana ibu kota.
“Di mana dan siapa aku ini? Kalau aku tanya pada anak anak ini, pasti di bilang aku sudah gila..” gumam Dealova di dalam hati.
Dealova pun melangkah mengikuti langkah kaki ketiga bocil yang baru dikenalnya, mereka bertiga pun sibuk mencabut tanaman tanaman singkong alias ketela pohon yang telah berisi umbi di dalam pangkal batang nya.
Sesaat Dealova kedua mata nya melebar kala melihat seorang laki laki memakai kaos putih kumal dan berkulit hitam berjalan masuk ke halaman dengan tubuh yang jalan nya sempoyongan, di tangannya memegang satu botol kaca.
Jantung Dealova pun berdetak lebih keras saat mata merah laki laki itu menatap nya dengan tajam..
“Ma.. Papa mabok lagi aku takut Ma.. “ ucap anak perempuan dan segera berlari mendekati Sang Mama
“Ma.. den dong atut..... “ ucap anak laki laki terkecil sambil menempel ke tubuh Mamanya dan dua tangan mungilnya terulur ekspresi wajahnya terlihat sangat ketakutan.
Dealova pun cepat cepat meraih tubuh mungil itu namun tiba tiba..
BRRRUUUUUKKKKK
Tubuh perempuan kurus itu terjatuh dan terduduk di tanah sambil memangku tubuh mungil anak laki laki terkecil..
“Adddduuuuuhhhhhhh pantat ku sakit sekali! Remuk tulangku!” Teriak Dealova yang merasa tulang di pantatnya terasa sangat sakit.
“Ya ampunnnn tubuhku lemah sekali gendong anak kecil kurus saja tidak kuat.” Gumam Dealova di dalam hati.
“Sini Kakak gendong Mama masih lapar belum kuat menggendong kamu.” Ucap anak laki laki terbesar dan segera menggendong adik bungsu nya.
Sedangkan laki laki dewasa yang mabok terus melangkah dan menatap mereka berempat dengan tatapan nyalang, kedua matanya tampak memerah sangat menakutkan. Lalu mulut nya yang berbau alkohol sangat menyengat terbuka lebar...
“Ha... ha... ha... panen .. panen semua ketela dan jual semua! Uang nya kasih aku buat beli arak dan judi ha....ha... ha.... ha... ha...” suara nya sambil tertawa terbahak bahak.. dan terus melangkah menuju ke rumah papan kayu mereka.
“Ya Allah laki laki seperti itu suami tubuh perempuan yang aku tempati sekarang.. hiks.. hiks..hiks berarti itu suamiku hiks.. hiks.. hiks..” Gumam Dealova di dalam hati dan terisak isak menangis.
“Kurang ajar sekali orang itu! Awas saja aku tidak mau kalau disuruh suruh kalau dia mau menghajar aku, aku akan melawannya.. aku harus makan yang banyak agar kuat.” Gumam Dealova di dalam hati lagi dan berhenti isakan tangisnya karena melihat dua anak kecil itu sudah kembali mencabuti tanaman ketela pohon.
Dealova melihat anak perempuan yang kurus itu terus mencabut tanaman ketela pohon, meskipun tubuhnya kurus tapi terlihat kuat dan terampil mencabut tanaman ketela itu. Anak laki laki yang besar pun sambil menggendong adiknya juga terampil mencabut tanaman ketela dan membersihkan dari tanah..
“Padahal aslinya mereka manis manis hidung mereka mancung mancung wajah oval dan bibir manis...sayang sekali mereka sangat kurus dan tidak terawat. “ gumam Dealova di dalam hati sambil mengamati wajah ketiga anak itu.
“Ma, sudah apa cabut lagi? Jangan dipanen semua dulu ya Ma, nanti uangnya cuma diminta Papa buat mabok dan judi, kalau ketela habis kita tidak bisa makan Ma.. kita minta ke Nenek belum tentu diberi.” Ucap anak laki laki terbesar.
“Nenek? Siapa lagi Nenek kok anak itu bilang minta ke Nenek tidak diberi apa Nenek Lampir? Nenek sihir yang jahat?” Gumam Dealova di dalam hati sambil membantu membersihkan ketela pohon.
“Ma, sudah ya.. sudah banyak ini, cukup buat makan kita.” Ucap anak laki laki terbesar itu lagi sambil bangkit berdiri.
“Iya cukup.” Ucap Dealova yang melihat sudah cukup banyak ketela yang dipanen.
“Ayo Njel sudah.. kamu bawa yang banyak bawa ke dapur. Tidak usah takut Papa pasti tidur karena mabok.”
“Iya Kak, Jendro juga suruh jalan sendiri biar Kakak juga bisa bawa banyak..”
Sesaat mereka berempat mendengar suara keras seorang perempuan di jalan..
“Gina... Gina... bodoh nya kamu itu! Kamu dan anak anak mu kurus kering tiap hari makan singkong kosong! Lihat itu Mamak kamu Nenek nya anak anak kamu sedang berpesta ria menyembelih sapi yang mau mati karena digigit ular.” Ucap seorang perempuan yang berdiri di jalan menatap mereka berempat.
“Wah Nenek pesta Kak, ayo kita ke sana Kak, enak banyak masakan daging enak enak.”
“Iya datang ke sana lah Njel, tadi aku lihat banyak orang membantu nya. Kamu tidak disuruh membantu Gin?” Ucap perempuan di jalan itu dengan suara keras dan selanjutnya melangkah pergi.
Dealova terlihat masih duduk jongkok bengong tidak tahu harus menjawab apa, tubuhnya masih terasa lemah dan perut nya masih keroncongan apa lagi mendengar masakan daging enak enak.
“Tapi kita datang belum tentu juga dikasih Njel.” Ucap Anak laki laki terbesar di kedua tangannya sudah membawa banyak ketela pohon.
“Kita coba saja Kak, siapa tahu karena banyak dagingnya kita dikasih.. Nanti sore kita ke sana ya Ma ya.. aku sudah sangat ingin makan daging sudah lama sekali Ma kita tidak makan daging..”
“Ah lama apa Njel, beberapa hari lalu aku kasih kamu katak bakar itu kan juga daging..”
“He... he.. he.. beda Kak daging sapi dan daging katak bakar. Nanti kita ke rumah Nenek ya Ma..”
“Iya nanti kita ke sana.” Ucap Dealova yang ingin tahu lebih banyak tentang dirinya sekarang ini.
“Mosok Nenek tidak memberi ke cucu nya. Mama dan Papa saja lebih sayang ke cucu cucu nya dari pada ke aku..” Gumam Dealova di dalam hati yang teringat akan Mama dan Papa nya.
Mereka terus melangkah masuk. Dealova juga membawa ketela pohon dan satu tangannya menggandeng tangan anak laki laki terkecil..
“Mam....mam.... mammm... “ celoteh nya sambil melangkah di samping Dealova yang sudah berubah wujud menjadi perempuan kurus kering yang memiliki tiga orang anak dan suami berkulit hitam, kasar tukang judi dan tukang mabok.
Dealova melihat sosok laki laki tergelatak di atas lantai tanah tanpa tikar kedua matanya terpejam dan mulut nya mendengkur dengan suara sangat keras, aroma alhokol masih menyengat dari mulutnya.
“Lebih baik memang pergi ke rumah Nenek setelah makan singkong dari pada melihat laki laki itu.. hi....” Gumam Dealova di dalam hati, dia begidik ngeri membayangkan jika dia harus berdekatan dengan laki laki itu.
Kedua anak kecil itu sudah lebih dulu sampai di dapur. Anak perempuan bernama Anjel itu terlihat sudah pintar menata ranting ranting di tungku sedangkan yang anak laki laki sulung sibuk memotong motong ketela pohon dengan pisau.. dan mengupasnya.
“Mama mungkin kepala nya sakit karena dihajar Papa, dia terlihat masih bingung bingung besok pagi kamu ajak ke puskesmas Njel, aku kan sekolah..” ucap anak laki laki itu sambil terus mengupas ketela pohon.
“Iya Kak, kasihan Mama selalu dihajar Papa kalau salah dan tidak punya uang, kepalanya mungkin sangat pusing biar besok dikasih obat Pak Dokter yang tampan idola Kakak itu.” Ucap Anjel lirih takut jika Papanya yang tidur mendengar suaranya.
Dealova masuk ke dalam dapur yang kecil itu, tidak banyak peralatan dapur di tempat itu hanya tungku kayu bakar, beberapa panci, ceret tempat merebus air dan alat penggorengan yang kecil. Ada drum kaleng besar di pojok dapur itu tempat untuk menyimpan air.
“Sini Kak, aku bantu mana pisau yang lain, biar lebih cepat dan kita segera ke rumah Nenek, sebelum laki laki mabok itu bangun. Kita makan kenyang dulu di sini kalau nanti kita tidak diberi daging perut kita tidak berbunyi dan kita tidak terlalu kecewa karena perut sudah kenyang.” Ucap Dealova , anak laki laki terbesar itu pun memberikan pisau yang dia pegang dan dia bangkit berdiri untuk mengambil pisau yang lain.
Dan benar setelah ketela pohon rebus sudah masak, mereka berempat makan dengan lahap. Dealova menyuruh menghabiskan semua ketela yang sudah direbus, dia pun makan begitu banyak hingga ketiga anak kecil itu terheran heran dengan perubahan tingkah laku Mama mereka. Biasanya Sang Mama hanya makan sedikit dan menyisihkan banyak buat Papanya kini malah melarang menyisakan ketela buat Papanya.
“Kalau laki laki mabok itu lapar biar cari dan buat makanan sendiri. Ayo kita sekarang ke rumah Nenek. Kakak yang di depan, aku gendong Jendro aku sudah kuat sekarang.” Ucap Dealova yang sudah mulai tahu nama dua anak kecil itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!