NovelToon NovelToon

Butterfly System

Chapter 01 [Butterfly System!]

Indonesia,

13 Mei 2020

"Sialan, aku bilang yang rasa coklat bukan stroberi!!" Ujarnya sambil menendang perut seseorang.

"Aku sedang kesal hari ini, jadi kau akan mendapatkan hadiah!!" Ujarnya.

Pria dengan pakaian sekolah lusuh itu hanya bisa menahan rasa sakit akibat pukulan dari para pembulinya. Pria itu kemudian meringkuk di lantai kotor yang penuh dengan banyak puntung rokok. Asap rokok selalu berhasil membuat perutnya ingin mengeluarkan semua isinya. Tubuhnya terasa remuk, pria itu menghela nafas panjang saat orang-orang yang memukulnya telah pergi.

"Kenapa langit sangat indah? Apa dia sedang menertawakan nasibku ini?" Ujar pria itu sambil tertawa kecil.

Pria itu akhirnya bagun, tubuhnya kini di penuhi banyak sekali lebam yang sudah berwarna biru. Pria itu lalu memungut satu kotak susu yang di buang oleh pembulinya itu, semua makan yang berharga itu tidak boleh di buang begitu saja menurutnya.

Pelajaran sudah selesai, pria itu sudah bolos kelas hanya untuk membeli sekotak susu. Seseorang lalu menepuk bahu pria itu, kini seorang gadis manis sekarang berdiri di depannya sambil tersenyum.

"Azura, kau tidak masuk kelas biologi tadi? Ada apa dengan pakaianmu?" Ujar gadis itu.

"Bukan apa-apa," Ujar Azura lalu menyambar tasnya dan berlari pergi.

Pria itu bisa menerima perlakuan buruk dan pukulan tapi tidak dengan rasa kasihan dari seseorang. Ia benci dengan tatapan kasihan yang selalu menghancurkan hatinya, sama saat ibunya meninggal.

Azura merupakan anak yatim-piatu yang tinggal di rumah milik mendiang neneknya. Harta warisan kedua orang tuanya di rampas oleh bibi dan pamannya tanpa memberikan sepeserpun untuk Azura. Kini ia hanya bisa bergantung dari uang hasil kerja paruh waktu dan tabungan milik neneknya.

Azura lalu masuk dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pria itu lelah namun perutnya sangat lapar, kadang pria itu selalu memilih untuk tidak makan hingga malam hari untuk menghemat uangnya. Azura lalu bagun dan berjalan ke dapur yang sudah sangat tua itu, pria itu lalu mengambil mie dan satu telur untuk makan malamnya.

"Selamat makan!" Ujar Azura.

Meong

"Ah, Kiki kau juga lapar ya?" Ujar Azura saat seekor kucing mengelus kakinya.

"Kau makan ikan ini saja. Kucing tidak boleh makan mie, kau bisa sakit perut nanti." Azura memberikan jatah ikannya pada kucing peliharaannya.

Bagi Azura, Kiki bukan hanya sekedar kucing ia sudah seperti saudaranya sendiri. Berkat Kiki pria itu masih bisa merasakan perasaan hangat sejak neneknya meninggal dua tahun yang lalu. Ia masih ingat betul saat ia bertemu dengan Kiki yang telah menyelamatkan dia dari tabrakan mobil.

"Ki, sepertinya kita harus keluar untuk membeli bahan makanan," Ujar Azura setelah melihat Kiki menghabiskan makanannya.

Meong

"Baiklah, aku akan pergi. Kau mau ikut?" Ujar Azura.

Meong

Meong

Azura lalu mengambil jaket dan dompet, pria itu kemudian memasukkan Kiki kedalam tas miliknya. Ia harus menyembunyikan Kiki saat masuk ke dalam minimarket nanti, agar tak ada yang melarangnya untuk masuk.

Azura akhirnya keluar dari minimarket, pria itu lalu mengeluarkan Kiki dalam tas dan memberikan dia sebuah kalung kucing. Kiki lalu mengeong beberapa kali karena senang, sesekali kucing itu menjilat tangan Azura.

"Iya aku tau kau senang, ayo pulang sekarang," Ujar Azura lalu menggendong Kiki pergi.

Azura menghentikan langkahnya saat melihat segerombolan pria sedang menunggu di depan rumahnya. Azura lalu memutar balik arahnya saat mereka menyadari kehadirannya.

"Sialan, berani-beraninya sampah ini kabur!!" Ujar salah satu dari mereka.

Mereka lalu naik ke atas motornya untuk mengejar Azura yang larinya cukup cepat karena tubuhnya yang kecil. Azura tau mereka datang agar bisa menjadikan dia samsak tinju. Menjadi samsak tinju bukan masalah baginya tapi sekarang dia bersama Kiki, mereka bisa saja menyakiti Kiki seperti beberapa hari yang lalu.

Walupun lari Azura cukup cepat tapi ia masih manusia dan tidak bisa menandingi kecepatan mesin. Salah satu dari mereka memukul punggung Azura dengan tongkat baseball. Mereka lalu turun dari motor dan mulai memberikan pukul tanpa ampun pada Azura yang berusaha keras agar tasnya tidak terkena pukulan

"Brengsek ternyata sekarang sudah mulai melawan, ya." Ujar Kevin yang merupakan salah satu pembuli Azura di sekolah.

"Kudengar kau sudah melapor pada guru," Ujar Kevin menginjak kepala Azura.

Azura diam, ia masih memeluk tas miliknya agar Kiki tidak mendapatkan pukulan yang harusnya ia terima. Salah satu dari mereka tiba-tiba merampas tas itu.

"Ada apa dalam tas ini? Apa kau mencuri dan menyimpan hasil curianmu di sini? Ah, bagi dong aku sekarang butuh uang," Ujar Aron.

"Tidak jangan!" Ujar Azura.

"Diam brengsek! Aron berikan tas itu padaku," Perintah Kevin.

Kevin lalu membuka tas itu. Seekor kucing tiba-tiba melompat dan mencakar mata Kevin. Pria itu lalu meringis kesakitan dan melempar kucing itu ke dinding, Kevin lalu mengambil tongkat baseball dan memukul kucing itu hingga mati.

"Kucing sialan," Ujar Kevin melempar tongkat ke mayat Kiki.

Mereka akhirnya pergi meninggalkan Azura dan kucing yang telah mati itu. Sejak tadi Azura di tahan oleh teman Kevin, hatinya hancur melihat Kiki di pukul habis-habisan. Pria itu bahkan sudah mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa melawan. Ia lalu berlutut di depan mayat Kiki yang berlumuran darah, perlahan air mata keluar membasahi pipi penuh lebamnya itu.

"Hiks... Maaf Kiki, kenapa semuanya meninggalkan aku? Nenek apa aku harus hidup? Aku lelah dengan semua ini. Azura ingin pergi bersamamu nenek, hiks... Kiki juga sudah pergi, hiks." Azura menangis di depan mayat Kiki.

...☄☄☄...

Indonesia,

14 Mei 2020

Azura berjalan dengan tatapan kosong, pakaian sekolah berlumuran darah milik Kiki masih ia kenakan. Pria itu terus berjalan masuk sekolahnya tak peduli pada tatapan jijik dari para siswa, ia sampai di atap dan menemukan segerombolan makhluk yang tidak punya hati itu.

Azura berjalan mendekat pada Kevin dan temanya yang sedang merokok, Azura tiba-tiba mendarat satu pukulan pada pipi Kevin hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Kevin marah dan bangkit menghajar balik Azura, orang yang ada di sana hanya menonton Azura yang sudah meringkuk kesakitan di lantai.

"Brengsek, pecundang berani memukulku! Pergi rengkarnasi jika mau melawaku bodoh," Ujar Kevin sambil menginjak perut Azura kasar.

Azura tertawa.

"Siapa yang menyuruhmu tertawa, brengsek! Kau ingin di bunuh, hah!" Ujar Kevin menendang perut Azura.

"Kau ingat membunuhku? Bunuh saja, ayo bunuh aku!" Ujar Azura.

"Brengsek!" Ujar Kevin.

Kini tubuh Azura sudah di penuhi banyak sekali lebam. Pria itu lelah dengan hidup yang selalu mempermainkan dia, keajaiban mana ada? Pria itu sudah tidak percaya lagi dengan keajaiban. Ayah dan ibunya meninggal, bibi dan pamannya membuangnya, ia di bully di tahun pertama sekolah SMAnya, neneknya meninggal karena tak punya biaya untuk operasi.

Apa takdir tidak puas dengan penderitaan Azura? Sekarang malah mengambil satu-satunya cahaya untuk hidupnya. Cukup! Azura sudah tidak tahan, hidup ini tidak mengizinkan dia untuk bahagia bahkan hanya untuk sekali saja. Hari ini di tanggal ulang tahunnya ia akan mengakhiri semua ini.

"Hei, lihat ada yang akan melompat dari atap!!" Teriak seorang siswa dari bawah sana.

Sekarang di bawah sana sudah di penuhi banyak siswa. Azura membuang nafas panjang saat melihat seorang guru yang hanya diam melihatnya. Pria itu berbalik dan melihat Kevin dan temannya tertawa sambil mengambil video.

"Wah, dia akan bunuh diri. Liat kakinya aja gemetar kek gitu," Ujar Aron.

"Mana mungkin dia bisa melompat, diakan hanya pecundang," Ujar Rian.

"Pecundang tetap pecundang," Ujar Kevin.

Azura mengepalkan tangannya. Pria itu marah, ia sudah berada di pintu kematian tapi mereka masih tertawa. Azura kecewa, ternyata mereka telah kehilangan hatinya bahkan hanya untuk sekedar meminta maaf padanya. Azura tak sengaja terpeleset jatuh hingga tubuhnya membentur lantai yang keras.

Tulangnya remuk begitu pula dengan kepalanya yang pecah. Perlahan pria itu melihat ke atas sana dan ketiga pria tadi tertawa puas melihat ke adanya.

'Aku mati? Hanya gara-gara terpeleset? Aku benar-benar seorang pecundang? Mereka masih tertawa, Aku tidak terima dengan kematian ini! Aku harus balas dendam pada mereka! Orang-orang yang telah menghancurkan hidupku!'

[Selamat, anda terpilih untuk mengikat kontrak dengan sistem kupu-kupu]

[Apa anda ingin mengubah takdir anda? Kami akan membantu anda untuk balas dendam!]

'Kenapa ada layar monitor? Apa semua yang hampir mati melihatnya? Balas dendam? Aku akan melakukan itu bahkan jika aku harus melepaskan jiwaku!'

[Selamat anda berhasil terikat kontrak dengan Butterfly Sistem!]

Tiba-tiba tubuh Azura mulai di tutupi oleh banyak kupu-kupu berwarna biru. Cahaya perlahan muncul dan semuanya menjadi putih.

Indonesia,

14 Mei 2017

Azura lalu bagun dengan nafas tak beraturan di atas kasurnya. Pria itu mulai memeriksa tubuhnya, tidak ada luka sama sekali.

"Ada apa ini, kenapa aku belum mati?"

[Proses reinkarnasi berhasil!]

...TBC...

Halo para readez sekali, harus ingat ya.

Like, rate, vote dan coment 😘

Kalo mau promosi boleh aja tapi harus bayar pajak ya. Yaitu like, rate dan coment kalo vote juga boleh entar aku ke karya kalian juga bawa vote hehehe😁🥰

Salam manis,

Tirfa_ledina

Chapter 02 [Permulaan]

[Proses reinkarnasi berhasil]

Seekor kupu-kupu berwarna biru mengagetkan Azura hingga ia jatuh dari kasur. Pria itu lalu membeku saat kupu-kupu itu berubah menjadi seekor kucing hitam yang melayang di udara.

[Halo tuan. Aku Nana penanggung jawab Butterfly system salam kenal, meong]

"Huwaaaa, ada hantu! Pergi sana! Aku jelek tidak bisa di makan! Jangan mendekat padaku!" Ujar Azura melempar bantal pada kucing itu

[Sepertinya aku salah memilih tuan yang pengecut ini, meong]

...☄☄☄...

Setelah beberapa saat Azura akhirnya diam mendengar penjelasan seekor kucing yang sedang duduk seperti manusia di atas kursi itu. Pria itu masih belum percaya jika kucing hitam itu bisa bicara seperti layaknya manusia. Azura akhirnya paham bahwa dia sekarang beringkernasi kembali di tahun pertama di sekolah elitnya dulu.

[Aku Nana. Penanggung jawab kau sebagai host dari Butterfly system ini, meong]

[Kau bisa mengubah takdirmu, tapi tidak dengan takdir beberapa orang dalam list hitam! Kau harus ingin itu, jika melanggar maka kau akan mendapatkan hukum berat, meong]

"Hmm, apa aku benar-benar reinkarnasi?" Ujar Azura ragu.

[Itu benar, kau telah terikat kontrak dengan Butterfly system. Sekarang kau bisa mengulang dan mengubah takdirmu juga balas dendam pada semua pembulimu itu, meong]

Ingatan tentang paman dan bibi yang tidak ingin memberikan uang untuk pengobatan neneknya hingga para pembuli yang membulinya karena menolong seorang yang sedang di buli memicu amarah pria itu hingga tak sengaja menghancurkan kursi kayu yang sedang ia duduki. Azura menatap tak menyangka dengan kursi yang sudah hancur itu.

"Ada apa ini? Huwaaaa, aku merusak barang nenek," Ujar Azura.

[Dasar bodoh! Kau sekarang memiliki kekuatan yang lebih besar dari manusia pada umumnya, meong]

"Tunggu kenapa lemariku tiba pendek?" Ujar Azura sambil menatap lemari tuanya.

[Bukan lemarimu yang pendek tapi kau yang bertambah tinggi bodoh, sekarang kau berada di level 1. Mulai dari kecerdasan, fisik dan kekuatan yang kau miliki sudah lebih unggul dari manusia pada umumnya, meong]

"Waaah, aku sekarang pintar." Azura lalu mulai tertawa puas.

[Kau juga harus menyelesaikan sebuah misi agar bisa naik level dan mendapatkan banyak benda ajaib. Ah, aku juga lupa kau juga punya wajah tampan sekarang, meong]

Azura lalu berlari masuk kedalam kamarnya untuk melihat wajahnya. Azura terdiam menatap wajahnya sendiri. Rahang yang tegas, kulit yang kencang dan pipi yang mulus serta bersih sekarang dia sudah terlihat seperti para artis yang selalu di lihatnya dalam televisi bersama dengan neneknya. Pria itu tiba-tiba menangis melihat wajahnya sendiri dari pantulan cermin.

[Hei, kenapa kau menangis? Meong]

"Huwaaaa, aku terharu ternyata aku sangat tampan seperti artis dalam televisi itu. Hiks... aku ternyata tampan jika di poles sedikit saja. Mungkin aku bisa jadi artis dengan wajahku ini," Ujar Azura menarik kucing hitam itu dalam pelukannya.

[Sepertinya ini akan sulit mengajari orang bodoh ini, meong]

"Azura nenek pulang," Ujar seorang nenek yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Azura lalu berlari memeluk neneknya yang sedang memegang kantong plastik belanjaan. Perlahan pria itu menangis, ia bersyukur bisa bertemu kembali dengan neneknya dan mengulang semuanya lagi. Pria itu berjanji akan membahagiakan neneknya dan memperbaiki semua kesalahannya dulu. Aroma dan perasaan hangat ini membuat pria itu sangat rindu seakan tidak ingin untuk melepaskan pelukan hangat ini.

"Eh, ada apa? Kenapa tiba-tiba sangat manja seperti ini?" Ujar Amora yang merupakan nenek dari Azura.

"Nggak papa kok nek. Cuma ingin peluk saja," Ujar Azura.

"Aduh kau membuat pinggang nenek sakit jika berdiri di sini terus," Ujar Amora dan Azura lalu melepaskan pelukannya.

"Mana yang sakit nek, ayo kita ke dokter." Azura mulai panik.

"Duh, anak ini. Nenek hanya sakit pinggang kerena faktor usia tidak perlu membuang uang untuk ini, itu sudah biasa untuk usia nenek. Lupakan hal itu, nenek harus masak dulu." Amora berjalan pergi ke dapur.

...☄☄☄...

Sekarang Azura sedang duduk di atas kasur bersama Nana, kucing hitam yang bisa bicara. Tiba-tiba sebuah layar monitor muncul menampilkan beberapa fitur-fitur seperti yang ada dalam game.

Level: 1

Keterampilan: 0/1000

Keberuntungan: 1/100

Kekuatan: 10/10.000

Kecerdasan: 9/10

Poin Saat ini: 100>

"Kenapa keterampilanku masih nol?" Ujar Azura melihat layar monitor.

[Itu karena kau masih belum menyelesaikan misi yang akan menambah nilai keterampilanmu, kau bisa membeli beberapa benda ajaib di sistem. Poin juga akan bertambah saat kau telah menyelesaikan sebuah misi dari pusat misi, meong]

"Wah, benarkah? Misi seperti apa yang harus aku jalankan?" Ujar Azura dan lagi muncul layar monitor.

< 1. Misi tingkat mudah: menangkap roh jahat.

Misi tingkat sedang: Mengambil jantung moster Laba-laba.

Misi tingkat tinggi: Berburu lebah penghisap darah manusia >

[Selain misi ini masih ada misi lain di pusat misi kau tinggal memilih di sana, meong]

"Tidak bisakah kau memberikan aku diskon untuk senjata arwah itu?" Ujar Azura mengigat sebuah senjata yang ia liat baru saja.

Nana yang masih sibuk makan sup ikan itu hanya melirik sejenak Azura lalu mengusap layar monitor hingga menampilkan biodata sebuah pedang kuno.

Level: Dasar

Skill: Kecepatan\= 40% Pertahanan\= 10%

Attack: 50%>

[Hanya ini yang aku punya, harganya 50 poin. Kau mau atau tidak? meong]

"Aku mau," Ujar Azura.

Sebuah pedang kuno muncul di hadapan Azura. Pedang itu terlihat bersinar, pria itu berniat untuk memegangnya namun sebuah benda bulat muncul dan menghantam kepala Azura. Dahi pria itu sudah terlihat berasap akibat sesuatu yang menghantam kepalanya.

"Apa itu tadi?" Ujar Azura sambil mengelus dahinya.

[Itu hanya sebuah kontrak dengan pedang ini, meong]

"Apa harus melakukan kontrak untuk memakai senjata ini?" Ujar Azura.

[Untuk saat ini kau masih belum bisa menggunakan benda ini. Kau harus melatih fisikmu dulu setelah reinkarnasi, meong]

"Ternyata seperti itu. Baiklah aku akan bangun pagi untuk latihan," Ujar Azura dengan penuh tekat.

Amora tiba-tiba masuk membawa sebuah pakaian sekolah dan menyimpan semua pakaian itu dalam lemari. Azura mengambil alih pakaian itu dan membantu neneknya untuk menyimpannya di lemari.

"Besok kau akan bersekolah bukan? Ayo cepat tidur agar kau tidak terlambat," Ujar Amora lalu keluar dari kamar Azura.

[Ada denganmu. Kenapa tiba-tiba diam, meong]

"Aku lupa besok aku harus ke sekolah, aku belum mempersiapkan apapun untuk besok!!!" Ujar Azura dengan wajah panik.

[Besok cuma perlu ke sekolah saja, apa yang harus di persiapkan? Meong]

"Aku belum mencuci sepatuku!!" Ujar Azura.

Pria itu lalu berlari keluar dari kamar. Nana hanya bisa menggeleng-geleng menatap tuannya yang bodoh itu.

[Dasar bodoh, meong]

...TBC...

Halo para readez, ayo dukung author dengan

Like, vote, rate dan coment😍😉

Disini boleh promosi kok.

Salam manis,

Tirfa_ledina

Chapter 03 [Harus apa?!]

"Apa harus latihan ketat seperti ini, Nana?" Ujar Azura sambil masih berlari.

[Lakukan saja perintahku ini, sekarang lakukan push up 100 kali, meong]

"Baik," Ujar Azura.

Azura sudah melakukan beberapa latihan fisik biasa mulai dari melakukan plak, push up, sit up, pull up, squat, lari cooper, dan shuttle run. Setelah melakukan push up ada sesuatu yang mengalir masuk ke dalam tubuhnya dan itu terasa hangat.

[Bagus. Sekarang sepertinya kau bisa mencoba pedang arwahmu itu, meong]

Azura mengangguk paham, pria itu lalu menjentikkan jari dan tiba-tiba muncul sebuah buah pedang yang masih melayang di udara. Azura lalu berusaha meraih pedang itu dan sebuah cahaya muncul.

"Wooh, ini lumayan keren seperti yang ada dalam film dan komik. Tapi kenapa berat, ya?" Ujar Azura.

[Tentu saja berat. Orang biasa yang mengangkatnya bisa mati jika tidak melakukan latihan fisik dariku, meong]

"Bukannya itu hanya latihan fisik biasa?" Gumam Azura.

Pedang Azura menghilang dengan sendirinya.Tiba-tiba muncul sebuah palu raksasa dan menghantam kepala Azura. Pria itu kini tidur di lantai dengan kepala yang sudah benjol akibat pukulan dari palu tadi.

"Baik, aku minta maaf Nana yang terhormat," Ujar Azura.

[Bagus, mulai sekarang kau harus memanggilku kakak, meong]

[Hari ini sampai di sini dulu. Aku ingin istirahat, meong]

"Baiklah kakak Nana," Ujar Azura.

Pria itu lalu melirik jam lusuh di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Matanya membulat sempurna saat melihat angka yang di tunjukkan oleh jarum jam.

"Aaaaaa aku terlambat," Ujar Pria itu berlari kembali ke rumahnya yang berada 10 kilometer dari lokasinya sekarang.

...☄☄☄...

Dengan nafas tak beraturan pria itu berhasil masuk ke dalam sekolah dengan sepeda lusuhnya. Ia lalu menelantarkan sepedanya dan berlari dengan buru menuju kelas. Pria itu kemudian membuka pintu kelas dengan keras saat merasa sudah terlambat.

Semua yang ada dalam kelas menatap pria yang masih sibuk mengatur nafasnya di ambang pintu. Pria itu akhirnya sadar jika dia sudah menjadi pusat perhatian seluruh siswa termasuk guru yang ada di dalam kelas. Ia lalu hanya bisa tertawa canggung saat semua orang menatapnya.

"Maaf aku terlambat, bu." Azura tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena malu.

"Baru hari pertama masuk sekolah dan kau sudah terlambat!" Ujarnya.

Disisi lain semua siswa masih menatap kagum dengan ketampanan Azura di tambah lagi dengan keringat yang membasahi wajah membuat ketampanan pria itu naik seketika. Azura sedikit merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian, di kehidupannya yang lalu dia selalu di abaikan semua orang bahkan saat dia di hajar. Tak ada yang mau menolong atau meliriknya bahkan untuk sekali saja.

"Kebetulan ada sepuluh soal di papan tulis, kau kerjakan soal itu!" Ujar Ibu Ratna melipat kedua tangannya di dada.

Azura mulai menelan ludah saat ia melihat tatapan ibu Ratna yang seolah-olah akan membunuhnya jika salah melangkah. Pria itu lalu mengangguk dan mengambil spidol dari ibu Ratna. Tangan Azura tiba-tiba bergetar saat memengang spidol hingga membuat benda itu terjatuh dari tangannya.

"Memegang spidol saja tidak becus, bagaimana bisa dia menjawab soal," Ujar seorang pria di sudut sana.

Semua orang tertawa, Azura lalu mengepalkan tangannya saat melihat pria yang mengejeknya adalah Kevin. Pria di sudut sana masih tertawa hingga ibu Ratna mulai menegur mereka. Azura lalu memungut spidol dan langsung menulis apa saja yang terputar di kepalanya.

"Selesai," Ujar Azura memberikan spidol pada ibu Ratna.

Ibu Ratna masih tercengang melihat jawaban Azura yang terlihat detail dan mendalam. Wanita paruh baya itu kagum pada Azura yang bisa menjawab soal tingkat kuliah dalam sepuluh menit saja.

"Apa aku bisa duduk, bu?" Ujar Azura membuyarkan lamunan ibu Ratna.

"Ah, iya. Kau silahkan duduk," Ujar Ibu Ratna.

Azura duduk di bangku dekat jendela, beberapa gadis mulai mengagumi pria itu dan menargetkan Azura sebagai pengeran di hati mereka. Pelajaran lalu dilanjutkan hingga bel sekolah berbunyi menandakan sudah saatnya istirahat. Beberapa siswa lalu mengerimuni Azura dan mulai mengajak pria itu ke kantin bersama.

"Mau ke kantin bersama?" Ujar seorang gadis yang sedang bertingkah imut di depan Azura.

Azura tau para gadis ini tidak baik, ia masih ingat perlakuan ketiga gadis itu pada seorang siswa yang berani melawannya. Mereka juga pembuli dan Azura membenci pembuli.

Azura lalu kabur lewat jendela, pria itu melompat dari jendela lantai dua tanpa pikir panjang. Azura mendarat sempurna dan membuat semua siswa menatap dia dengan kagum sekaligus kaget. Pria itu terdiam sesaat mengagumi dirinya sendiri yang tampak keren itu hingga akhirnya berlari sekencang mungkin dari para gadis yang berteriak memanggilnya.

"Hei kau kenapa kabur?" Teriak Sindy dan Azura tetap berlari sangat kencang.

"Aish, ternyata sulit juga mendekati pria itu." Ujar Sindy.

"Tenang saja, Sindy. Kita bisa mendekatinya kapan-kapan," Ujar Dinar.

"Lebih baik kita bersenang-senang dengan pria lain dulu," Ujar Kayla.

"Betul juga masih ada Kevin tidak perlu mendekati yang lain dulu." Ujar Sindy dan pergi keluar kelas.

...☄☄☄...

Azura berhenti di taman belakang sekolah saat tak sengaja terpeleset jatuh ke selokan. Pria itu mulai merutuki kebodohannya sendiri, Azura bersyukur saat taman terlihat sepi hingga tak ada yang melihat kejadian memalukannya itu. Azura lalu berusaha keluar dari selokan saat tiba-tiba sebuah wajah muncul di depannya membuat pria itu kembali jatuh ke dalam selokan.

"Aduh, kenapa aku sangat sial hari ini," Ujar Azura.

"Apa kau manusia?" Ujar seorang gadis.

"Tentu saja aku manusia!" Ujar Azura sedikit kesal mendengar perkataan itu.

"Kau benar-benar manusia?" Ujarnya lagi.

Azura lalu melompat dari selokan dan berdiri di depan seorang gadis yang masih memasang wajah datar. Pria itu lalu memegang kedua bahu gadis itu untuk lebih dekat pada wajahnya.

"Dari sisi mana aku tidak seperti manusia?" Ujar Azura.

"Dari semua sisi," Ujar gadis itu.

Seketika Azura membeku mendengar perkataan yang langsung menusuk tepat di jantungnya. Gadis itu tiba-tiba memberikan saputangan miliknya pada Azura.

"Kau terlihat seperti moster lumpur," Ujarnya dengan senyuman.

'Mulutmu yang seperti moster pemakan hati' Batin Azura.

Azura lalu membuang muka dan memilih untuk diam. Gadis tadi tiba-tiba membersihkan wajah Azura membuat hati pria itu tersentuh melihat wajah cantik gadis itu. Azura kemudian menahan tangan gadis itu untuk membiarkannya untuk bisa menatap wajah gadis di depannya itu.

Azura akhirnya ingat pada gadis ini. Dia adalah Anindira Devina yang sering di rumorkan memiliki kutukan dalam dirinya. Semua orang menjauhi gadis ini, karena takut terkena kutukan. Gadis itu lalu menarik tangannya dari Azura yang sedang menatapnya dengan intens lalu kemudian akhirnya berlari pergi.

"Kenapa dia yang lari? Bukannya harus aku yang lari dari dia?" Ujar Azura.

...☄☄☄...

Setelah menganti pakaiannya dengan pakaian olahraga pria itu lalu tiba di kantin sekolah. Azura duduk di bangku paling ujung, pria itu sudah terbiasa duduk di sudut. Azura dulu pernah menyelamatkan seorang kakek tua yang hampir tenggelam di danau yang ternyata adalah pemilik sekolah elit ini. Berkat hal ini juga Azura dapat bersekolah tanpa biaya apapun karena hutang budi kakek itu pada Azura.

Priiiiiiiitt

Seseorang meniup peluit yang membuat semua pandang tertuju pada gadis dengan tulisan tertib di lengan baju sekolahnya. Gadis itu masih sibuk menegur Sindy dan teman-temannya yang bahkan tidak mendengar semua omelan gadis itu.

"Aish, dasar berisik. Pergi sana!" Ujar Sindy.

"Kau melanggar peraturan sekolah dengan membawa alat make up" Ujarnya.

"Terus, kenapa?" Ujar Sindy.

"Kau harus mendapatkan hukum," Ujarnya.

Sindy tersenyum dan berdiri sambil menatap tidak suka pada gadis tadi. Sindy lalu menarik rambut gadis itu, semua siswa di kantin hanya menonton tanpa ingin untuk menolong. Azura bagun dan menghampiri Sindy dan teman-temanya yang sibuk menyiram gadis ketua tata tertib dengan soda.

"Apa yang kalian lakukan?" Ujar Azura menarik tangan Sindy dari rambut gadis tadi.

"Kau?!" Ujar Sindy dan tiba-tiba melepaskan tangannya sambil memperbaiki pakaiannya.

"Kau tidak apa-apa?" Ujar Azura tak peduli pada Sindy yang mulai menggodanya.

Azura lalu merampas jaket seorang pria yang baru saja lewat dan memasangnya pada ketua tata tertib. Sindy akhirnya pergi dengan kesal karena selalu di abaikan oleh Azura. Pria itu berniat pergi namun gadis ketua tata tertib menahannya dengan menarik pakaian olahraganya.

"Tunggu! Kau siapa?" Ujar gadis itu ragu.

"Ah, aku Azran Azura." Azura lalu pergi.

"Hei, namaku Elin Auristela!" Teriak Elin dan Azura hanya mengangguk lalu pergi.

[Dasar kurang modal, menggunakan jaket orang lain untuk mendapatkan hati seorang gadis, meong]

Nana tiba-tiba muncul dan mengagetkan Azura. Beruntung sekarang dia ada di toilet dan tidak ada orang di dalam toilet ini, jika tidak mungkin dia akan malu saat ada yang mendegar dia hampir berteriak.

"Kau mengagetkan aku, Nana! Jantungku ini lemah jadi jangan muncul tiba-tiba dong," Ujar Azura.

[Aku datang karena sudah mendapatkan lokasi hantu yang harus kau tangkap itu, meong]

"Apa aku harus menangkap sekarang? Aku belum mempersiapkan hati dan jantungku."

[Sepertinya aku harus menganti namamu dengan bodoh, meong]

...TBC...

Hai, hai. Nggak bosan ingati para pembaca buat Like, rate, coment dan vote. Ayo dukung author ya☺️☺️🤗

Salam manis,

Tirfa_ledina

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!