Pacar Cowok? Emang Gak Salah? {BL(BxB)}
Investasi Rahasia
Di kantor kedutaan Negara Belanda
Ruang Divisi Ekonomi
Damian Lucien van Oosterom
Jam 4.30 sore. Cahaya matahari sore Jakarta yang seharusnya menenangkan malah terasa menyilaukan di mataku yang lelah. Aku masih terkurung di ruangan ini, bergulat dengan angka-angka laporan keuangan yang tak ada habisnya. Kopi sudah tiga cangkir, tapi rasa kantuk masih menghimpit. Laporan ini seperti medan perang yang tak pernah berakhir, dan aku, prajurit yang hampir kehabisan tenaga.
Damian Lucien van Oosterom
(Aku menatap layar laptop dengan ekspresi datar. Angka-angka statistik ekonomi terpampang jelas, laporan investasi terbaru dari perusahaan Belanda di Indonesia.
(Aku menatap layar laptop dengan ekspresi serius. Angka-angka statistik ekonomi terpampang jelas; proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,1% menurut World Bank, potensi investasi di sektor digital, dan rencana infrastruktur pemerintah.
Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuyarkan konsentrasiku.)
William Elias de Graaf
Tuan Damian, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Katanya ini mendesak."
Damian Lucien van Oosterom
"Siapa? Aku tidak ada jadwal pertemuan sore ini."
William Elias de Graaf
"Dia menolak menyebutkan namanya. Hanya mengatakan bahwa ini terkait peluang investasi besar di sektor energi terbarukan Indonesia."
Damian Lucien van Oosterom
(Aku menghela napas, menutup laptopku, lalu mengangguk. Peluang investasi di energi terbarukan memang sedang menjadi fokus utama banyak negara, termasuk Belanda.)
Damian Lucien van Oosterom
"Baiklah, suruh dia masuk."
(Pintu terbuka. Seorang pria berpakaian formal, dengan jas abu-abu dan dasi merah, masuk ke dalam ruangan. Wajahnya tidak familiar, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuatku merasa ini bukan pertemuan biasa.)
Noah Leonardo Álvarez
"Perkenalkan, nama saya Noah Leonardo Alvarez. Saya seorang diplomat dari Spanyol. Saya datang secara rahasia untuk membahas peluang investasi di sektor energi terbarukan Indonesia, khususnya dalam pengembangan teknologi surya."
Damian Lucien van Oosterom
"Diplomat dari Spanyol? Apa yang membuat Anda datang secara rahasia? Ini cukup… tidak biasa."
Damian Lucien van Oosterom
(Damian terkesima. Tubuh Noah lebih ramping daripada yang ia bayangkan, tetapi tetap proporsional dan menarik. Kulitnya halus, dengan aroma samar yang menyenangkan. Matanya besar dan ekspresif, memberikan kesan misterius. Bibirnya penuh dan berwarna alami, menambah daya tariknya. Posturnya anggun, berbeda dengan kesan tegap dan dominan yang biasanya ia temukan pada pria.) "Maaf, saya… saya sedikit terkejut. Kedatangan Anda secara rahasia ini cukup… menarik."
Noah Leonardo Álvarez
(Noah tersenyum tipis, sorot matanya berkilat. Ia mendekat, jarak di antara mereka semakin dekat.)
(Noah tersenyum tipis, mendekati meja Damian.) "Karena ada persaingan yang sangat ketat dalam memperebutkan proyek ini, Tuan Oosterom. Informasi yang akan saya berikan sangat sensitif, dan saya perlu memastikan kerahasiaannya. Investasi ini sangat potensial, mengingat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjanjikan dan komitmen pemerintah terhadap energi terbarukan. Tetapi ada beberapa kendala yang perlu diatasi."
Damian Lucien van Oosterom
Damian Lucien van Oosterom: (Damian merasakan debaran jantungnya. Aroma samar dari Noah semakin kuat, menciptakan sensasi yang aneh di dalam dirinya. Ia berusaha fokus.)
(Damian memperhatikan postur Noah yang tegap namun elegan. Ia berusaha fokus pada pembicaraan.) "Kendala apa yang Anda maksud?"
Noah Leonardo Álvarez
(Noah mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya.) "Ada beberapa perusahaan besar dari negara lain yang juga mengincar proyek ini. Mereka menggunakan metode yang… kurang sportif. Saya perlu kerjasama Belanda untuk mengimbangi mereka. Kita bisa saling menguntungkan dengan berbagi informasi dan strategi."
Damian Lucien van Oosterom
(Damian mengambil berkas tersebut. Jari-jarinya tak sengaja menyentuh jari Noah saat mengambil berkas. Sentuhan singkat itu mengirimkan getaran aneh ke seluruh tubuhnya. Ia berusaha mengabaikannya dan fokus pada isi berkas.)
(Damian mengambil dokumen tersebut. Ia membaca sekilas, melihat data-data yang menunjukkan potensi keuntungan yang besar, tetapi juga risiko yang signifikan.) "Ini… sangat menarik. Tetapi saya masih perlu mempelajari detailnya lebih lanjut. Dan saya masih ingin tahu mengapa Anda memilih untuk menghubungi saya secara rahasia."
Noah Leonardo Álvarez
(Noah mencondongkan tubuh ke depan, suaranya menjadi lebih rendah.) "Karena saya percaya Anda adalah orang yang tepat. Dan… karena saya ingin memastikan kerjasama ini berjalan dengan lancar. Bahkan jika itu berarti mengambil risiko."
Damian Lucien van Oosterom
(Damian mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan tatapan Noah. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kerjasama ekonomi yang tersirat di antara mereka. Sesuatu yang lebih… pribadi.) "Saya mengerti. Kita harus berhati-hati."
Di Balik Bilik
Noah Leonardo Álvarez
(Noah membuka berkas lain, menjelaskan dengan detail proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 menurut World Bank – 5.1%, didorong oleh reformasi kebijakan dan digitalisasi. Ia juga menyinggung tantangan global seperti perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian suku bunga, serta risiko dari pelemahan ekonomi China dan AS. Suaranya tenang dan berwibawa, namun matanya sesekali melirik Damian, seakan mencari reaksi.) "...jadi, potensi Indonesia sangat besar, tetapi kita harus memperhitungkan risiko global tersebut. Kerjasama kita akan sangat krusial untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan keuntungan."
Damian Lucien van Oosterom
(Damian mendengarkan dengan saksama, mencatat poin-poin penting. Ia terkesan dengan pemaparan Noah yang detail dan analitis. Namun, di balik kekaguman profesional itu, ada getaran lain yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Ia merasa tertarik pada Noah, lebih dari sekedar rekan kerja.) "Analisis Anda sangat komprehensif, Tuan Alvarez. Saya setuju, kerjasama ini memang sangat penting."
Damian Lucien van Oosterom
(Tiba-tiba, Damian merasakan dorongan kuat untuk menyentuh Noah. Ia meraih tangan Noah, menariknya mendekat, dan menggenggamnya dengan erat. Gerakan itu spontan, didorong oleh perasaan yang tak tertahankan.)
Damian Lucien van Oosterom
(Suaranya sedikit bergetar.) "Maaf…
(Damian mencium punggung tangan Noah dengan lembut, lalu mengusapnya dengan ibu jari. Sentuhan itu terasa hangat dan penuh arti. Noah terdiam sesaat, matanya membulat sedikit, terkejut namun tidak menolak.)
Noah Leonardo Álvarez
(Noah menatap Damian dengan intens, matanya berkaca-kaca. Ia merasakan getaran yang sama kuatnya di dalam dirinya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengendalikan emosinya.) "...Tuan Oosterom…"
Damian Lucien van Oosterom
(Damian melepaskan tangan Noah, tapi matanya masih menatap mata Noah dengan penuh arti. Ia merasakan gairah yang tak terduga, sebuah daya tarik yang melampaui batas profesionalitas.) "Saya… saya tidak tahu apa yang saya lakukan."
Noah Leonardo Álvarez
(Noah tersenyum tipis, sebuah senyum yang penuh makna. Ia meraih tangan Damian, menggenggamnya dengan lembut.) "Saya tahu."
(Mereka saling menatap dalam diam, seakan-akan dunia di sekitar mereka lenyap. Hanya ada mereka berdua, di tengah lautan angka-angka dan proyeksi ekonomi, terhubung oleh sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar kerjasama bisnis.
(Tiba-tiba, Noah mencondongkan tubuhnya, mendekati Damian. Ia menatap mata Damian dengan intens, sebelum akhirnya mencium sudut bibir Damian dengan lembut. Sentuhan singkat itu mengirimkan getaran listrik ke seluruh tubuh Damian. Ia terkesiap, terkejut namun juga terpesona.)
Damian Lucien van Oosterom
(Damian menarik napas dalam-dalam, matanya masih terpaku pada mata Noah. Ia merasakan dorongan yang kuat, sebuah hasrat yang tak tertahankan. Dengan ragu, ia membalas ciuman Noah, sentuhannya lembut namun penuh gairah.)
(Ciuman mereka semakin dalam, tapi tetap penuh dengan kehati-hatian. Tangan Damian meraih bahu Noah, menariknya lebih dekat. Mereka berdua terhanyut dalam momen tersebut, lupa akan angka-angka dan proyeksi ekonomi, lupa akan risiko dan tantangan, hanya ada mereka berdua, terikat oleh sebuah ikatan yang tak terdefinisi.)
(Mereka melepaskan ciuman itu, napas mereka tersengal-sengal. Wajah mereka saling berdekatan, mata mereka bertemu, dan di antara mereka tercipta sebuah keheningan yang penuh makna. Keheningan yang dipenuhi dengan janji-janji tersirat, dengan perasaan yang baru saja terungkap.)
Noah Leonardo Álvarez
Noah melepaskan ciuman itu dengan senyum tipis di bibirnya. Ia menatap Damian dengan mata yang berbinar-binar, seakan-akan menantang Damian untuk melakukan sesuatu. Jari-jarinya menyentuh lembut pipi Damian, sentuhan singkat yang penuh dengan gairah terpendam. Ia berbisik pelan, "Saya tidak menyangka Anda seberani ini, Tuan Oosterom."
Damian Lucien van Oosterom
Awalnya, Damian terkejut. Namun, ketika bibir Noah menyentuh bibirnya, sebuah gelombang panas mengalir ke seluruh tubuhnya. Ekspresinya berubah dari terkejut menjadi terpesona. Matanya terpejam perlahan, dan ia membiarkan dirinya terbawa suasana, merasakan sentuhan lembut bibir Noah.
Damian Lucien van Oosterom
Mendengar hal ini, Damian tertawa lembut, sebuah tawa yang memancarkan kehangatan dan kedekatan. "Bukankah yang berani adalah Anda, Tuan Noah?" jawabnya, sambil menarik kembali Noah ke dalam pelukannya.
Dengan penuh semangat, Damian mencium bibir Noah kembali, tetapi kali ini ciuman itu semakin bergairah. Ia merasakan dorongan yang kuat, seolah seluruh dunia menghilang dan hanya ada mereka berdua. Bibir mereka bertemu dengan keinginan yang mendalam, dan Damian tidak ragu untuk menunjukkan perasaannya.
Jari-jarinya menyentuh leher Noah, menariknya lebih dekat, dan mereka tenggelam dalam suasana yang hangat dan intim. Ciuman itu semakin semangat, seolah-olah mereka berdua saling berbagi sebuah rahasia yang hanya mereka yang mengerti. Dalam momen itu, semua batasan antara mereka seakan lenyap, hanya ada perasaan saling memiliki yang mengikat mereka dalam keheningan yang penuh gairah.
Di Belanda, Aku Menemukanmu
Setelah ciuman pertama, Damian dan Noah saling berciuman lagi. Kali ini, ciuman mereka lebih lama, lebih dalam. Damian menggenggam wajah Noah, jari-jarinya menyentuh lembut pipi dan rahangnya. Noah membalas dengan erat, tangannya melingkar di leher Damian. Napas mereka tercampur, aroma parfum dan kulit mereka saling berbaur. Ciuman itu penuh gairah, namun tetap lembut dan penuh kasih sayang. Mereka melepaskan ciuman sejenak, mata mereka bertemu, sebelum kembali berciuman lagi, kali ini lebih singkat, lebih seperti sebuah bisikan. Mereka saling tersenyum, sebelum kembali tenggelam dalam ciuman yang penuh gairah. Beberapa kali lagi, mereka berciuman, setiap ciuman terasa berbeda, namun semuanya dipenuhi dengan emosi yang kuat dan ikatan yang mendalam.
Noah Leonardo Álvarez
Pipi Noah merona merah muda. Ia menunduk sejenak, mencoba menyembunyikan senyumnya yang merekah. Ia merasa sedikit malu, namun juga sangat gembira. Ia mengangkat wajahnya, matanya berbinar-binar, dan menatap Damian dengan ekspresi yang sulit diartikan, campuran antara rasa malu dan kebahagiaan.
Damian Lucien van Oosterom
Damian terkesima dengan reaksi Noah. Ia merasakan getaran gairah yang sama di dalam dirinya. Damian menunduk, mencium kembali bibir Noah dengan lebih dalam, tangannya merangkul pinggang Noah, menariknya lebih dekat. Ia merasakan tubuh Noah bergetar di bawah sentuhannya, dan ia menikmati setiap detiknya.
Jari-jarinya menjelajahi punggung Noah, menelusuri lekuk tubuhnya yang ramping dan lentur. Ia merasakan debar jantung Noah semakin cepat, dan ia tahu bahwa ia telah berhasil membakar api gairah di dalam diri Noah.
Noah bersandar nyaman di pangkuan Damian, tubuhnya rileks. Damian mengelus perut Noah dengan ibu jari, gerakan lembut yang menenangkan. Tangan kiri Damian menggenggam kedua tangan Noah, memberikan rasa aman dan terlindungi. Damian menunduk, mencium lembut rambut Noah, aroma wangi shampo dan kulitnya memenuhi indra Damian. Kemudian, ia mencium pipinya, lalu dahi Noah, sebelum akhirnya mencium bibirnya dengan singkat, sebuah tanda kasih sayang yang dalam. Noah memejamkan mata, merasakan kehangatan dan kenyamanan yang luar biasa.
Damian Lucien van Oosterom
Damian memeluk Noah lebih erat, keningnya sedikit berkerut, menunjukkan keraguan dan kebingungan. Setelah beberapa saat menikmati keheningan yang nyaman, ia berbisik di telinga Noah, suaranya terdengar sedikit ragu-ragu, "Ada sesuatu yang aneh... Aku merasa... seperti kita pernah bertemu sebelumnya. Rasanya sangat familiar, seperti kita pernah sangat dekat." Matanya menatap Noah dengan intens, seakan-akan mencari jawaban di dalam mata Noah. Ekspresinya adalah campuran dari rasa ingin tahu, kebingungan, dan sedikit kerinduan yang sulit dijelaskan.
Noah Leonardo Álvarez
Air mata mulai menggenang di mata Noah. Ia memeluk Damian dengan sangat erat, tubuhnya gemetar sedikit karena masih terbayang kejadian traumatis di Belanda. "Aku ingat... Saat pertama kali aku tiba di Belanda," suaranya sedikit terisak, "aku langsung diserang. Dikeroyok oleh sekelompok geng... Aku sangat ketakutan," bisiknya, wajahnya terbenam di dada Damian. "Tapi... lalu kamu muncul," lanjutnya, suaranya sedikit lebih tenang karena kehangatan pelukan Damian. "Kamu... kamu sangat gagah. Sigap sekali menyelamatkan aku. Aku langsung kagum... dan jatuh cinta," akunya, suaranya sedikit serak karena menahan tangis.
Noah Leonardo Álvarez
Ia terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. "Saat itu, aku sangat ketakutan... tapi pelukanmu... kata-kata yang kamu bisikkan... itu menenangkanku. Itu... itu semakin membuatku jatuh cinta," ujarnya, menarik napas lagi. Matanya berkaca-kaca, terlihat jelas betapa dalam perasaannya. "Sejak saat itu... aku selalu berharap bisa bertemu denganmu lagi," bisiknya, memeluk Damian lebih erat lagi, mencari perlindungan dan kenyamanan di pelukan pria yang telah menyelamatkannya.
Damian Lucien van Oosterom
Damian terdiam, pelukannya semakin erat membalas pelukan Noah. Ia merasakan sesuatu yang menggerakkan hatinya, sebuah kehangatan yang dalam. Ia mencium puncak kepala Noah dengan lembut, menunjukkan rasa sayang dan perlindungan. Matanya berkaca-kaca, bukan karena sedih, tapi karena terharu oleh pengakuan Noah.
Damian Lucien van Oosterom
Setelah beberapa saat hanya terdiam dalam pelukan yang erat, Damian berbisik di telinga Noah, suaranya penuh dengan kehangatan dan kasih sayang, "Aku juga... aku juga merasa seperti itu."
Setelah pengakuan Noah, keheningan singkat menyelimuti mereka, hanya diiringi isakan kecil Noah yang masih terisak. Lalu, Damian mengangkat wajah Noah, mengusap lembut air matanya dengan ibu jari. Tatapan mereka bertemu, dan di dalam tatapan itu, terlihat sejuta cerita dan perasaan yang tak terucap.
Damian Lucien van Oosterom
Damian menunduk, mencium bibir Noah dengan lembut dan penuh kasih sayang, ciuman yang panjang dan dalam, seakan menyatukan dua jiwa yang telah lama berpisah. Ciuman itu bukan hanya ciuman cinta, tapi juga ciuman yang menyatakan pertemuan kembali dua jiwa yang ditakdirkan bersatu. Noah membalas ciuman itu dengan sama antusiasnya, merasa semua ketakutan dan keraguan lenyap dalam hangatnya pelukan dan ciuman Damian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!