NovelToon NovelToon

FAKE PSYCHO

Prolog [Revisi]√

Menurut ku, cerita ini membosankan....

Cerita ini hanya bualan seorang yang sedang memimpikan dunia ini seperti yang dia inginkan...

Membosankan....

Ini hanya sepotong pemikiran yang sudah lama tersimpan dan kini ditumpahkan dalam berpuluh-puluh ribu kata hingga menyusun kalimat,,,, paragraf,,, sampai lembaran-lembaran halaman.

Hey boleh aku meminta sesuatu?,,, kalau kau sudah selesai membaca cerita ini kira-kira apa yang ada didalam pikiranmu.

Cerita ini g!la, cerita ini terdiri dari susunan paragraf dari seseorang yang memikirkan hal g!la...

Sungguh pusing memikirkan tentang hal ini..

Kau ingin mendengar ceritanya?

Ingin membaca ceritanya?

...

Benarkah? Kau mau?

...

Ku beri satu fakta bahwa cerita ini hanyalah khayalan seseorang yang dirangkai menjadi cerita. Alur yang dibuat-buat dari khayalannya. Pemain karakter yang entah siapa itu menjadi penuntun alur dari awal sampai akhir, sampai akhirnya cerita yang entah happy ending atau sad ending.

Tapi khayalan ini tak ingin dijadikan kenyataan, makanya khayalan ini hanya dijadikan serangkaian kata-kata untuk memuaskan idiologi yang terpendam.

Agar orang tahu, apa yang sedang difikirkannya saat ini.

Yasudah, ayo kita mulai ceritanya.....

__________/////

Hey! Boleh aku bertanya?

Tapi sebelum aku bertanya lebih lanjut, boleh aku menyuruhmu untuk berfikir tentang dunia ini...

Dunia seperti apa yang ingin kamu inginkan?

Kau pasti pernah memikirkannya kan? Pasti akan sangat bahagia kalau dunia itu persis seperti yang kamu impikan...

Nah! Coba hayalkan sejenak, dunia seperti apa yang kamu mau. Bebas. Sekarang ijinkan otakmu berfikir sebebas mungkin tentang apa saja yang kamu inginkan didunia ini.

Selesai..

Dunia seperti apa yang sedang kau impikan itu?

Apakah dunia yang damai dan tentram? Wah kau orang yang santai dan suka berfikir logis. Tak ingin diganggu atau mengganggu, hidup untuk diri sendiri.

Eh, kau menyukai dunia yang menyenangkan ya? Menyenangkan seperti apa? Itu sangat umum, jelaskan lebih rinci!

Wah wah, ternyata tak keduanya, kau suka dunia yang menegangkan ya? Dunia yang diisi makhluk-makhluk aneh dan kau menjadi petualangnya, menjadi orang terhebat atau menjadi rajanya. Hahahaa, apa itu? aku jadi berpikir kau adalah seorang 'otaku'. Tapi tak apa, kan aku tadi menyuruhmu berkhayal jadi tak ada batasan. Terserahlah~

Bukan lagi? Kau ingin dunia ini diisi oleh sesuatu yang berbau 'megic' atau mistik dan kau mempunyai kekuatan sihir? Oh god, sangat aestetic, aku juga suka itu, hihihi. Tapi aku juga suka yang diatas sana tadi sangat fantasy.

...

Diluar nalar sekali pemikiran kalian ini, baguslah, lanjutkan bakatmu.

Memikirkan sesuatu yang mustahil itu memang menyenangkan.

Dan cerita ini beda tipis dengan yang diatas itu. Sama-sama khayalan.

Dunia yang aneh.

Kadang-kadang mengerikan

Kadang-kadang mencengangkan

Kadang-kadang menegangkan

Kadang-kadang damai

Aneh

Sama seperti penghayalnya (*author)

Ingin tau?

Sangat ingin tau?

Scroll ke bawah!

...----------------...

Benua tengah, 2100 Januari 12

Bangkai mayat bergelimpangan menghalangi jalan koridor, bau busuk di mana-mana, sungguh tak kuasa kalau terus menghirup udara kotor itu...

Disinilah mayat itu berada, di Lab 'Hunter' / pemburu jahat. Mereka baru saja memanen manusia yang berada di benua tengah, Benua Stone namanya, karena banyak menghasilkan batu mulia yang cantik-cantik. Yah walau tidak semua manusia dibenua itu mereka tangkap.

"Ck, WOY KALIAN BERESIN MAYAT INI, KENAPA DIBIARIN DISINI SIH? NGALANGIN TAU"

Ucap pria berotot yang menyeret anak laki-laki remaja di genggamannya. Sesekali dia menendang potongan tubuh busuk yang menghalangi jalannya..

"ish, kita tuh kekurangan orang, biar lah begini lagian kita makai masker"

Sahut yang lain sambil menunjuk wajahnya yang tertutup masker khusus.

"ya ya ya"

Balas pria berotot tadi sewot. Ia melajukan langkahnya kesebuah ruangan, banyak alat-alat yang berhamburan di sana sini, entah alat apa itu.

"Gimana? ada kemajuan"

Tanya pria berotot.

"Ada, kalau kalian membawa manusia-manusia itu dalam keadaan baik" Jawab pria tua berpakaian putih dengan nada yang tak enak di dengar "Coba lihat itu" menunjuk yang ada di belakang pria berotot "Coba lebih baik lagi memperlakukan orang lain, ini akan memperlambat jalan oprasi kalau tubuhnya lemah ringkih seperti ini" Lanjutnya sambil geleng-geleng kepala.

"Mau bagaimana lagi, mereka melawan"

Jelasnya pula. Prof tua itu tak membantah.

"Seharusnya mereka bahagia akan di dijadikan makhluk sempurna, tapi malah menolak. Dasar otak pendek"

Gumam Prof tua itu pelan.

Bertepatan dengan itu, ada suara siren yang sangat nyaring. Terdengar langkah kaki yang besar menuju ruangan mereka berada.

"GAWAT PAK, MEREKA MENYER-"

DUARRR

Belum sempat si kumis tebal itu menyelesaikan kata-katanya, Bom besar menghantam markas mereka dan menghancurkan bangunan yang beberapa bulan lalu baru di bangun oleh pihak Hunter.

Bukan hanya sekali bom itu di ledakan, ternyata sampai 7 kali. Markas itu hangus berkeping-keping tak ingin menyisakan satu nyawapun orang-orang di dalam sana.

Orang-orang di pesawat tempur lega, mereka memandang tanah yang rata itu dengan tajam.

"Tak akan ku biarkan dirimu menyentuh manusia di sini lagi, orang sesat"

Gumam komandan yang dari tadi sudah mengintai orang-orang Hunter di sana dari jauh.

"BUAT PENGHALANG, JANGAN SAMPAI KITA KECOLONGAN LAGI"

Perintahnya, tak ingin ada penolakan. Orang-orang disana mengangguk siap.

Para pembunuh dan orang sesat di pinggir benua tengah itu sudah di berantas, tak terkecuali mayat dan manusia biasa yang ada di sana juga binasa.

...-827W-...

Chap.1 [Revisi]√

PRILILYA atau sering di panggil Lily adalah gadis kecil berumur 10 tahun yang masih duduk di bangku SD.

Ia sedang mengelus-elus perut ibunya yang buncit karena sedang mengandung. "Umaach" kecupnya nyaring berharap adiknya di dalam sana akan senang dengan hadiahnya itu.

"Lily mau kasih nama apa buat adik Lily?"

Tanya sang ibu, Cecilia.

"Hahh?" Lily langsung mendongak ke atas dengan mata berbinar. "Kok Lily yang ngasih nama? Ntar jelek gimana?" Ia sebenarnya senang dengan tawaran itu, tapi bukannya utu hanya dilakukan oleh orang tua atau kakek nenek. Masa Lily yang harus memberinya nama.

"Iya, Lily yang kasih nama. Papa loh yang nyuruh soalnya dia bilang kamu yang paling seneng pas denger mama hamil" Jawab Cecil melunturkan keraguan anaknya dan Lily semakin senang saja mendengar hal itu, ia berpikir keras nama apa yang cocok untuk calon adik laki-lakinya.

"Hmmm apa ya?" Gumam Lily. "Hahh Lily gak tau mah, kita berdua aja yang cari gimana?" Usul Lily yang diangguki Cecil.

"Hemm apa ya?" Gumam Cecil berpikir. "Harus keren ya mah" Sahut Lily yang dibalas Cecil dengan kekehan.

"A B C D, huruf awalnya yang bagus kayak gimana ya?~" Gumam Lily "Arrr Yahh Arza!" Teriak Lily kegirangan karena sudah menemukan nama yang lumayan bagus.

"Arzanel! Gimana?" Sahut Cecil menambahkan dan Lily mengangguk bahagia "Kamu dapat dari mana nama itu?" Tanya Cecil.

"Dapat di otak mah"

Jawab Lily menyengir lebar.

"Bagus kok hahaha mama suka"

Ucap Cecil yang juga ikut senang. Suasana hangat dan nyaman menjalar keseluruhan ruangan ketika ibu dan anak itu bercanda gurau.

Tok tok tok

Di saat senangnya mereka berbincang-bincang tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Itu kayaknya papa udah pulang, mama bukain pintu dulu ya. Kamu dia di sini"

Titah Cecil dan di angguki Lily, Cecil pun lalu langsung berdiri dan menuju ke arah pintu.

Klek

Pintu terbuka dan ternyata Cecil salah kira kalau yang mengetuk pintu itu bukanlah suaminya, melainkan orang asing.

"Ada apa ya?"

Tanya Cecil sopan. Yang mengetuk pintunya ternyata anak remaja yang kisaran umurnya di bawah 20 tahun.

Orang itu menatap Cecilia sejenak dan berkata. "Tolong saya nyonya, saya saya sayaa" Orang itu menunduk tak mau melanjutkan kata-katanya, terlihat jelas orang itu sedang katakutan dan histeris seperti ada sesuatu yang mengganggu dirinya.

"Ada apa ya dek? Apa yang bisa saya bantu?"

Khawatir Cecilia melihat orang itu makin katakutan dan menggigil.

"Sa saya..... Saya sudah" Ucap orang itu terbata-bata dan Cecil tak sabar menunggu apa yang ingin dia ucapkan. "Saya hiks" Tangis orang itu dan mengeluarkan tangannya yang sedari tadi ia masukan ke saku jaket.

Deg

Cecil kaget melihat tangan orang itu.

Cairan lengket dan kental...

Bau amis...

Dan warna merah legam yang membuat mata siapa saja akan nanar melihatnya.

"Lu luka? Apa kau luka?"

Tanya Cecil gugup, antara takut atau masih khawatir dengan orang itu Cecilia masih saja bertanya. Dia minta tolong apa? Kenapa tangannya berlumuran darah? Apa itu luka? Tapi kalau itu luka mana mungkin darahnya berada di luar, soalnya dia memakai sarung tangan. Sarung tangan berwarna hitam dan ketat, jadi tak mungkin kalau dia terluka.

Cecilia memandang orang didepannya ini, masih tetap sama. Gemetaran dan ketakutan.

"Saya sudah hikss saya" Ucap orang itu tersiak-siak dengan tubuh yang bertambah gemetaran menggigil. "Saya sudah membunuh orang dan saya minta tisu untuk membersihkan darah ini. Darah ini sangat lengket di sarung tangan kesayangan saya" Ucap orang itu yang merubah ekspresi dan suaranya menjadi datar.

Tak menunduk kebawah.

Tak gemetaran.

Tak ketakutan

Dan tak tersiak-siak lagi.

Tapi hanya tatapan datar yang mengandung banyak arti saat iris itu bertubrukan dengan iris Cecilia.

Dengan ekspresi yang sama orang itu bertanya "Ada kah? Kalau tidak saya pergi" Seakan terhipnotis Cecil pergi ke kamarnya dan mengambil sekotak tisu lalu ia berikan ke orang yang tadi.

"Terimakasih" Ucapanya dengan senyuman......!?. "Ngomong-ngomong tetangga anda lumayan juga, kayaknya dia buruh kasar yang sering kerja berat..... Butuh waktu lebih lama dari biasanya. Jadinya saya di tinggal sendirian di sini" Ocehnya di sela-sela ia membersihkan sarung tangan itu.

Cecilia bergeming, ia sedang berpikir keras apakah ia harus menetup pintu ini lalu sembunyi atau tetap dia saja menunggu orang didepannya pergi. Tapi, apa dia akan pergi?.

Orang ini ternyata pembunuh. Ia sudah membunuh tetangganya.

Dan benar! Tetangganya adalah buruh kasar yang bisanya berkeja di perbengkelan alat berat atau menjadi pengangkut hasil tani.

"Terimakasih, ini sisanya. Saya pamit"

Ucap orang itu berlalu pergi.

"Hahhh" Cecil bernapas lega. Tiap orang itu berbicara maka Cecil akan menahan nafas karena saking ketakutannya. Ia mengelus perutnya lembut agar anak di dalamnya juga tenang.

Saat Cecil hendak menutup pintu rasanya ada yang janggal dengan atmosfer ini.

Cecil berjalan pelan ke pekarangan rumah.

Diliriknya kanan kiri dan depan rumahnya. Ternyata semua rumah pintunya terbuka dengan..... Dengan?? "Da darah!!" Mata Cecil membulat sempurna, ia melihat pemandangan yang begitu menyeramkan sampai-sampai ia jatuh tersungkur karena kakinya lemas tak bisa menompang berat tubuh.

"AKHHHHHHH!!"

Lily tersentak mendengar teriakkan ibunya di luar rumah. Ada apa??? Lily langsung berlari menuju ke arah ibunya.

"Mama! Mama kenap-"

Ucapan Lily terhenti, ia melihat sesuatu. Benda yang menggantung dan terus berputar-putar.

"Akhhh!!"

Teriak Lily, ia menelungkupkan kepalanya ke dalam lutut. Apa tadi? Kenapa sangat mengerikan? Apa itu cuman mainan? Apa itu boneka? Kenapa mirip sekali dengan yang asli?.

Yaa, benda itu adalah kepala yang sudah buntung dari tubuhnya. Rumah yang biasanya digantung pot dan bunga yang cantik malah berubah kedudukan menjadi gantungan kepala di sana.

Semuanya...

Semua para tetangga Cecilia kepalanya tergantung di tali yang biasanya untuk menaruh pot bunga.

Tetes demi tetes akan menjadi genangan. Demikianlah dengan teras mereka yang sudah tergenang dengan darah.

Kulit yang sudah menjadi pucat, mulut yang mengeluarkan darah, mata yang terbuka atau tertutup sampai ada yang terbelalak lebar semuanya lengkap dengan ekspresi masing-masing.

Cecil tak tega.

Cecil mual.

Tubuhnya lemas melihat para tetangganya yang sudah di bantai habis mulai dari kepala keluarga sampai ke bayi yang baru lahir dan yang anehnya lagi, kenapa hanya tersisa mereka? Lily dan dia masih baik-baik saja, pembunuh tadi juga tak ada niatan sedikit pun membunuhnya. Ada apa ini? Tolong jelaskan! Apakah ia sedang di prank? Apakah ini hari Helloween? Tapi sepertinya tidak! Ini nyata dan Cecilia tau itu.

"Akhh hikss" Ditengah tangisannya Cecilia berusaha untuk bangkit, ia berdiri tertitih-titih ke arah anaknya. "Ayo Ly cepat berdiri. Masuk, jangan sampai kamu kenapa-napa" Suruh Cecil tergesa-gesa dan tubuh gemetaran, persis orang tadi.

Lily mengangguk dan mereka langsung mengunci pintu dengan rapat menggunakan barang berat yang ada di rumah.

Mereka berpelukan saling menguatkan diri, mereka berdoa dan menyakini kalau mereka akan baik-baik saja. Mereka sedang bersembunyi di dalam kamar di samping lemari. Tempat yang sangat mudah di tebak.

"Ja jangan nangis sayang, sini mama peluk lebih erat"

Ujar Cecil dan mereka mempererat pelukan satu sama lain. Gemetaran, ketakutan, tak bisa berpikir jernih, berbicara tak kuasa, hanya itu yang dirasakan Cecilia. Pemandangan di luar sana cukup membuat batinnya terguncang.

Tok tok tok tok tok pintu terketuk lagi...

......-1153W-24.3.21-......

Chap.2 [Revisi ]

"Gimana udah selesai?"

Tanya seseorang yang duduk sambil meminum wine, Berlond.

"Sudah pak" Jawab seorang lelaki di hadapan Berlond, Argus 17 tahun. "Aku juga sudah menyisihkan satu keluarga untuk dibiarkan tetap hidup. Tapi ngomong-ngomong kenapa harus begitu pak?" Tanyanya lagi, bingung.

"Kota Cooper terdiri dari 3 distrik, atas, menengah dan bawah. Kita sudah menghabisi semua orang-orang yang berada di distrik bawah, tapi distrik atas dan juga menengah pasti tak tau kondisi distrik bawah karena perbedaan lokasi yang lumayan jauh. Karena itu kita butuh seseorang yang mengabari ke distrik lain" Jawab Berlond "Dan orang itu ada satu keluarga yang masih hidup.... Mereka pasti pergi ke sana" Lanjutnya. Tak mungkin kan mereka sendiri yang memberi tahu? Kalau begitu untuk apa mereka merentas jaringan, menutup jalan dan juga mematikan listrik.

"Untuk apa? Kenapa mereka harus tahu?"

Tanya Argus. Bukannya bagus mereka tidak tahu? Toh mereka tak pernah ke distrik bawah.

"Untuk mengancam mereka yang ada di atas. Semacam peringatan"

"Kalau kita.... Sudah kembali"

"Owh, baik. Aku paham, kalau begitu aku permisi dulu"

Pamit Vaska dan berjalan keluar ruangan yang pengap itu. Sekarang ia akan pergi ke temannya yang sudah meninggalkannya tadi.

"Silahkan~"

Sahut Berlond melanjutkan minum-minumnya.

_____///

Tok tok tok tok tok

Deg deg deg

Jantung keduanya berpacu dengan cepat. Apakah pembunuhan tadi berubah pikiran dan ingin membunuh mereka?.

Tidak tidak tidak Cecilia tidak akan membukanya, ia ingin masih hidup! Bayinya harus bisa lahir kedunia! Gadisnya Lily harus menjadi wanita dewasa dan menjadi orang sukses! Ia tak akan mengorbankan dirinya agar bisa merawat anak-anaknya sampai besar.

Tok tok tok tok tok

Lily merintih, Cecil bisa merasakan anaknya sedang menggigil dengan tangisan yang tertahan.

TOK TOK TOK TOK TOK

Suaranya pintu yang tadi di ketuk berubah menjadi gendoran.

BRAK BRAK BRAK

"Hiks maa"

Tangis Lily menambah erat pelukan ke ibunya. Orang itu sepertinya marah karena belum dibukakan pintu.

"CECILIA! LILY"

Suara itu adalah Johan. Ternyata ayah Lily sudah sampai ke rumah. Cecil bergegas turun dan diikuti Lily dibelakangnya.

Cecil menyingkirkan satu persatu barang yang menghalangi pintu dan saat pintu dibuka nampaklah pria paruh baya berdiri di depan sana dengan nafas yang terengah-engah seperti habis berlari jauh dari sini.

"Cecil Lily kalian gak apa-apa kan?"

Johan langsung masuk ke rumah dan memeluk dua perempuan itu dengan haru. Sangat sangat bersyukur, Johan bersyukur anak dan istrinya baik-baik saja. Saat di perjalanan tadi ia terus saja memikirkan hal yang buruk tentang mereka karena di sepanjang jalan rumah-rumah dipenuhi mayat dan kepala buntung. Tak ada satupun yang tersisa kecuali rumahnya, rumah anak dan istrinya tinggal.

Dan diperjalanan Johan mengutuk dirinya sendiri karena lebih memilih kerjaan dan lembur dari pada keluarganya.

"Hiks papa, Lily takut"

Tangis Lily menambah erat pelukannya.

"Johan tolong bawa kami pergi, Disini sangat mengerikan" Pinta Cecil manangis tersedu-sedu. "I iya tapi..." Gagap Johan

"Tapi apa?"

Tanya Cecil, Johan terlalu mengulur waktu bagaimana kalau mereka datang lagi.

Johan diam harus bagaimana ia mengungkapkannya, ia sendiri juga takut. Hampir saja dia kehilangan nyawanya tapi untunglah, untunglah dia bisa mengelabui orang itu.

"Hmm Cecil, aku gak tau harus ngomong apa, aku gak tau kamu percaya atau enggak" Suara Johan agak bergetar tapi dia tetap memaksakan diri sendiri untuk memberi tahu yang sebenarnya. "Musnah, semuanya musnah. Teman-teman sepekantoran aku udah gak ada, sepanjang jalan isinya cuman mayat mayat.... Makanya...... Makanya aku gak tau harus bawa kalian ke mana karena distrik ini emang udah gak aman" Ucapan Johan tertahan-tahan, menceritakan itu membuatnya ingat dengan mayat temannya yang sudah terpotong-potong dan tak berbentuk lagi. Ingin mual tapi tak bisa, ingin menangis tapi belum saatnya, ia harus membawa istri dan anaknya pergi dari distrik ini. Ketempat yang jauh, sampai Johan yakin kalau mereka benar-benar aman.

"Ayo berdiri kita harus cepat-cepat ke distrik menengah"

Suruh Johan yang sudah berdiri terlebih dahulu.

"Ta tapi bukannya itu terlalu jauh? Pakai apa kita ke sana? Kamu juga kesini gak pakai motor kan? Motor kamu ketinggalan di kantor kan?"

Tanya Cecil bertubi-tubi...

"Bener juga"Gumam Johan berpikir sejenak. "Kalian tunggu disini sebentar, aku pergi dulu" Tanpa menunggu persetujuan dari Cecil Johan langsung berlari keluar.

Johan melirik ke kanan dan kiri rumahnya "Dapat!" Guman Johan. Ia akan mengambil mobil tetangganya yang sudah tiada untuk pergi ke distrik menengah.

Johan masuk ke dalam rumah pemilik mobil tersebut dan mencari kuncinya. Lima menit Johan mencari kunci itu dan akhirnya dapat di dalam laci. Tanpa pikir panjang Johan langsung membawa Lily dan Cecilia pergi dari situ dengan laju mobil yang lumayan cepat.

Cittttt

Ban mobil berdecit, Johan menghentikannya karena ada tumpukan mayat di tengah, pinggir dan sisi jalan. Johan tak punya waktu untuk mengurus itu dan Johan memberanikan diri untuk melindas mayat-mayat itu walau kasihan.

Gubrak gubrak gubrak gubrak gubrak....

Lily yang tadi tidur di pangku Cecil dibelakang terbangun. Apa ayahnya menabrak sesuatu atau jalannya lagi rusak? Cecil terdiam, ia tadi melamun jadi tak sadar dengan apa yang dilakukan suaminya.

"Apa-apaan ini Johan? Apa kamu gak merasa berdosa? Lihat itu, mereka mati sia-sia malah kamu lindas!"

Cecil menurunkan Lily di pangkuannya dan menyuruhnya tidur lagi. Cecil memajukan tubuhnya dan berbisik untuk memarahi kelakuan Johan yang tak senonoh.

"Maaf Cecil aku terpaksa, kita gak mungkin nyingkirin mayat itu dulu baru jalan kan? Kita harus secepatnya sampai ke distrik sana, biar mereka yang urus..... Tenang aja mayat ini bakal di kuburin baik-baik kok. Nanti aku juga bakal berkunjung ke makamnya buat minta maaf"

Jelas Johan dan Cecilia mengangguk memaklumi. Lalu Johan melajukan mobilnya lagi.

Gubrak gubrak gubrak gubrak

Cecil merintih dalam hati, ternyata banyak mayat yang berselempangan di jalan raya ini dan Johan masih saja melindasnya. Cecilia memejamkan mata, tak tega melihat anggota tubuh yang masih berdarah dan bertebaran di sana sini.

"Tenang Cecil kita hampir sampai"

Ujar Johan, mereka sudah mengemudi selama tiga jam dan sekarang mereka akan melewati hutan yang jalannya akan menuju ke distrik menengah. Lumayan panjang sekitar 7 kilometer.

Cecil mengangguk sekarang ia lebih tenang karena di sini tak ada satu mayatpun. Tapi hutan ini agak seram karena tak ada lampu yang dipasang disini.

CCCIIITTTT

Johan mengerem mobil.

"Johan ada apa?"

Tanya Cecil apa didepan sana ada mayat lagi?.

"Ada orang"

Jawab Johan. Orang itu berdiri ditengah jalan dan memakai jaket dan masker sehingga wajahnya tak terlihat.

Johan mengawasi orang itu, ia sudah siap-siap menjalankan mobilnya kalau-kalau orang itu melakukan sesuatu yang tidak terduga.

BRAKKKK

Tapat sasaran! Sesuai pikiran Johan orang itu menghancurkan kaca mobilnya dengan batu. Gerakannya tak terbaca, terlalu cepat dan ia masih sangat santai seakan-akan ia orang baik yang tak akan menyakiti siapapun.

Brummmmm

Johan tancap gas, ia tak perduli harus menabrak orang aneh itu asalkan istri dan anaknya selamat ia tak akan perduli dengan dosa.

Bruk

Orang itu tertabrak tapi dengan gesitnya dia menaiki kap mobil dan berdiri di sana. Ia mengeluarkan sesuatu, semacam tongka besi pendek tapi bisa di panjangkan dengan ujung yang amat runcing. Ia mengangkat tinggi-tinggi benda itu dengan ujungnya mengarah ke Johan dan....

Sjlppp

Tanpa bisa di hindari benda itu menebus kaca mobil yang retak dan berakhir tertancap di mata Johan.

"AAAAAAA JOHANNN!"

Teriak Cecil ketakutan.

"Belum seberapa"

Gumamnya yang tak bisa didengar siapapun.

Jlepppbb

"AKHHH"

Teriak Johan merintih kesakitan.

"HHHAAA??!!!"

Teriakkan Cecil tertahan. Benda itu menembus kepala Johan dan ujungnya hapir saja mengenai wajah Lily yang duduk dibelakang.

Srrrttt

Orang itu menarik benda besi itu dan memendekkannya lagi.

"Sampai di sini"

Orang itu membuka tudung jaketnya dan terlihatlah wajahnya yang lumayan tampan dengan luka gores dari alis ke pipi sehingga matanya yang berada di tengah-tengah juga terluka dan mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

Luka yang sebelumnya ia dapatkan setelah melawan Johan.

Orang itu turun dari kap mobil dan pergi meninggalkan mereka sendirian, di hutan ini.

"Jo Johan, bangun johan johan JOHANNN!!!"

Teriak Cecil menangis pasrah karena tak bisa melindungi suaminya.

"Papaa"

Lirih Lily, ia sedari tadi hanya dia membisu melihat ayahnya yang dibunuh didepannya sendiri.

"Johann"

Cecil menyingkirkan tubuh Johan yang tak bergerak ke samping dudukan pengemudi.

Darah di kursi itu ada darah suaminya yang menyembur dari depan dan belakang kepalanya.

Meninggal.

Tentu saja Johan meninggal, mana mungkin dia selamat saat kepalanya sudah bolong dan otaknya berlobang.

"Hikss"

Cecil menyetir sambil menangis, ia sedang membawa mayat suaminya tentu saja akan menangis.

"Papaaa"

Lily merangkak ke depan, mendekap tubuh ayahnya yang mulai mendingin. Sungguh sadis orang itu, andai ia memberi jeda sedikit untuk ayahnya menyampaikan wasiat terakhir.

Tapi apa daya, dilihat dari wajahnya tadi nampak jelas orang itu sangat dingin dengan tatapan tajam pertanda dia itu sangat kejam dan tak berperasaan.

Lily tak akan melupakan wajah si br*ngs*k itu. Lily bersumpah!!!.

.........-1425W-5.5.21-.........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!