Tepat di anniversary tiga tahun pernikahannya, Nazeera mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa membuatnya senang. Setelah tiga tahun lama nya ia menikah, akhirnya Zeera positif hamil. Ia berniat untuk memberitahukan pada suaminya disaat sudah pulang nanti.
Selama ini, pernikahannya memang tidak baik-baik saja. Namun ia masih mempertahankan itu berharap keajaiban datang. Seperti saat ini contoh nya.
Hari ini kebetulan Zeera libur, ia hanya menghabiskan waktunya di dalam rumah menantikan suaminya pulang kerja.
["Pulang jam berapa hari ini?"] isi pesan Zeera yang di kirimkan pada suaminya.
Hari menjelang sore, Zeera melihat ponselnya berharap ada balasan dari sang suami, namun itu hanya harapannya saja. Zeera tidak ingin membesarkan masalah itu, ia bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Zeera memasak beberapa hidangan makan malam yang merupakan makanan favorit suaminya. Setelah membersihkan tubuhnya, ia memoles wajahnya dengan make up tipis.
Berjam-jam sudah Zeera menunggu, namun suaminya masih belum juga pulang. Ia sudah mencoba menghubungi nya berulangkali tapi semua itu juga sia-sia.
Zeera duduk di sofa depan televisi menonton sebuah tayangan hanya untuk sekedar menemani kesepiannya. Jam menunjukkan pukul sembilan malam, namun suaminya masih belum juga pulang.
Drrtt ... Drrtt ...
Sebuah panggilan masuk di ponsel Zeera, dengan antusias ia mengambil ponselnya berharap itu panggilan dari suaminya. Namun dugaan nya salah, karena yang menghubunginya adalah Kanya yang merupakan teman dekatnya Zeera.
Tidak lama mereka berbincang, Zeera menutup panggilan nya. Bersamaan dengan itu, pintu terbuka menampakkan seorang pria yang berpakaian rapi disana.
"Sayang, kenapa gak kasih tau aku kalau kamu lembur?" Tanya Zeera bergegas menghampiri suaminya.
Ragil mengabaikan itu, menerobos masuk dan bergegas kamar nya di susul oleh Zeera yang membawakan tas nya.
"Udah makan belum? tadi aku masak makanan favorit kamu." Ucap Zeera menaruh tas suaminya.
"Aku udah makan." Sahut Ragil agak ketus.
"Ya udah gak papa, aku mau nunjukin sesuatu sama kamu." Ucap Zeera dengan semangat.
"Aku juga punya sesuatu buat kamu." Sahut Ragil mengambil sebuah map dari dalam tas nya.
Belum sempat Zeera memberikan hasil tas kehamilannya, Ragil sudah lebih dulu memberikan map yang di pegang nya pada Zeera.
Wanita itu segera membuka map tersebut dan mengeluarkan selembar kertas yang berisi surat cerai.
Kaget bukan main, rasanya bagaikan disambar petir di siang bolong. Air mata Zeera pun menetes begitu saja, ia mendongak menatap suaminya dengan tatapan tidak percaya.
"Aku mau kamu tandatangani itu sekarang juga." Ucap Ragil dengan tanpa rasa belas kasihan.
"Enggak, katakan kalau semua ini bohong! Selama ini aku bertahan sama kamu berharap suatu saat nanti kamu akan berubah."
Ragil menoleh menatap Zeera, "gak ada yang harus aku rubah, karena dari dulu aku gak pernah serius sama kamu."
Deg!
Hati Zeera benar-benar hancur saat ini ketika mendengar hal yang sangat menyakitkan keluar dari mulut suaminya. Air matanya terus mengalir begitu saja bagaikan air sungai yang mengalir dengan deras.
"Tapi sekarang aku lagi hamil, kamu gak bisa menceraikan aku begitu saja."
Ragil kembali menatap Zeera dengan tatapan tajam nya, "apa kamu bilang? Hamil?"
Zeera mengangguk, "hal itu yang ingin aku beritahukan sama kamu."
"Gugurkan, karena aku tidak pernah menginginkan anak dari kamu!" Tegas Ragil.
"Kamu udah benar-benar gila, Ragil! Kamu bahkan rela membunuh anak kamu demi wanita murahan itu!" Bentak Zeera dengan deraian air mata yang terus mengalir.
Pria itu mencekik leher Zeera dengan cukup kuat hingga membuat gadis sulit untuk bernafas.
"Berani kamu mengatai dia, aku pastikan hidup kamu akan menderita lebih dari ini!" Ragil mendorong Zeera hingga gadis itu tersungkur.
Ia berjongkok dan menaruh surat cerai itu di depan Zeera lengkap dengan sebuah pena.
"Cepat tandatangan!"
"Setelah apa yang sudah aku lakukan selama ini, kamu menyuruh aku untuk melepaskan kamu begitu saja? Jangan harap Ragil!"
Pria itu menjambak rambut Zeera dengan cukup kuat hingga membuat Zeera mendongak.
"Sekarang kamu udah gak artinya buat aku Zeera, dengan melepaskan kamu maka aku akan menjadi seorang direktur di perusahaan milik keluarga Santoso. Maka dari itu, cepat tandatangani!"
"Aakkhh!" pekik Zeera disaat Ragil menjambaknya semakin kuat.
"Baik, aku akan menuruti kemauan kamu, aku harap kamu gak akan pernah menyesal dengan keputusan yang sudah kamu buat."
Akhirnya Zeera menandatangani surat itu, Ragil yang merasa senang langsung mengambil surat tersebut dan kembali berdiri dengan wajah yang sumringah. Namun tidak hanya sampai disitu, ia menyeret Zeera keluar dari rumah nya dan memaksanya untuk masuk kedalam mobil.
Ragil membawa Zeera pergi jauh dari rumah nya dan menurunkan sebuah jalan cukup sepi. Ia mendorong Zeera dari dalam mobilnya hingga membuat wanita itu tersungkur di jalanan dengan begitu kuat.
"Aakhh ... sakit.." Rintih Zeera memegang perutnya.
Dahi yang terluka akibat benturan keras membuat Zeera merasa pusing dan penglihatannya mulai kabur. Sampai dimana sebuah mobil berhenti di dekat nya, seorang sopir keluar dari mobil itu untuk melihat kondisi Zeera yang tergeletak di jalanan dengan luka-luka di tubuhnya serta darah yang keluar mengalir di kaki nya.
"Tolong ..." Lirih Zeera dengan suara yang sudah lemah serta gemetar.
"Ada apa?" Tanya pria lainnya yang merupakan boss dari pria itu.
"Dia ..."
"Tolong ..." Ucap Zeera kembali.
Pria itu menghampiri Zeera dan melihatnya lebih dekat. Terlihat Zeera yang sudah kesakitan dengan wajah yang begitu pucat.
"Bantu aku buka pintu nya!" Ucap pria itu yang langsung menggendong Zeera.
Ia mendudukkan Zeera di samping nya dan menyuruh Aldi yang merupakan sopir sekaligus asisten pribadi nya untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Seorang dokter keluar dari ruangan IGD, "Siapa wali dari pasien ini?" Tanya dokter tersebut.
Dokter itu hanya melihat Devan disana karena Aldi sedang mengurus administrasi.
"Apa kau suaminya?" Tanya dokter itu kembali.
"Ah itu ..." Devan mengangguk, "bagaimana keadaannya?"
"Pasien mengalami keguguran di usia kandungan yang baru berusia satu bulan, kemungkinan juga ia akan mengalami trauma. Saya sarankan setelah nanti dia sadar, harap memberikan perhatian dengan lebih."
Tidak bisa berkata apapun, Devan hanya mengangguk, "makasih dok." Sahutnya sebelum dokter itu pergi.
Devan sedikit kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan ketika Zeera sadar nanti. Wanita itu baru saja kehilangan calon anak nya, tapi Devan bukanlah suaminya, bagaimana caranya ia memberikan perhatian lebih pada Zeera?
"Bagiamana keadaannya?" Tanya Aldi yang baru saja kembali.
"Katakan, bagaimana cara seorang suami memberikan perhatian pada istrinya?" Ucao Devan balik bertanya.
"Ha?" Aldi cukup kebingungan dengan pertanyaan Devan yang secara tiba-tiba.
Ia saja bahkan belum menikah, bagaimana bisa memberikan saran untuk boss nya itu.
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
Devan menceritakan semua apa yang di katakan oleh dokter tadi hingga membuat Aldi mengerti dengan situasinya. Sebuah ide cemerlang pun muncul dalam pikiran Aldi.
"Sepertinya aku punya saran." Ucap Aldi tersenyum.
"Katakan!"
"Bukannya nyonya Intan selalu mendesak mu untuk menikah? Bagiamana jika tuan menikahinya dengan sungguhan?" Ucap Aldi dengan agak ragu.
Devan menatap Aldi dengan ekspresi yang sulit di artikan, entah itu ide yang bagus atau justru sebaliknya yang jelas saat ini Aldi cukup takut jika boss nya itu akan memotong gaji nya karena salah memberikan saran.
***
TBC. . .
Di pagi hari, saat terbangun, Zeera berada di rumah sakit di temani oleh seorang pria yang baru saja tiba sebelum Zeera tersadar.
"Kamu siapa?" Tanya Zeera melihat pria itu.
"Ahh, nona sudah bangun? perkenalkan, saya Dito sekretaris nya tuan Devan." Sahut pria itu.
"Devan?" Ulang Zeera yang di angguki oleh Dito.
Pria itu pun segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Zeera. Tidak lupa ia juga menghubungi Devan yang saat ini sedang berada di perusahaan.
"Semuanya sudah stabil, hanya butuh waktu tiga hari lagi sudah boleh pulang." Ucap dokter.
Zeera mengangguk, "ahh tunggu," panggilnya pada dokter itu, "bagaimana dengan kondisi bayi saya?" Tanya nya seraya memegang perut rata nya.
"Suami kamu belum kasih tau?"
"Suami?" Ulang Zeera dengan pikiran yang agak linglung.
Tidak mungkin yang di maksud dokter itu adalah Ragil, karena Zeera ingat betul bagaimana kejadian malam tadi. Lantas siapa yang di maksud suami oleh dokter itu? Apa itu Devan?
Zeera terdiam seraya bermain dengan pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepalanya.
"Semalam saya sudah mengatakan pada suami kamu bahwa kamu telah mengalami keguguran di usia kehamilan yang baru satu bulan." Jelas dokter tersebut.
Mata Zeera berkaca-kaca mendengar itu, "keguguran?" Ucapnya yang langsung menunduk mengusap perutnya.
Setelah di buang oleh suami dan kehilangan calon bayi nya, saat ini ia memang tidak memiliki siapa-siapa. Zeera merupakan wanita sebatang kara semenjak orangtuanya meninggal. Ayah Zeera meningal pada saat ia berusia 10 tahun dalam kecelakaan pabrik, sementara ibu nya minggalkan nya pada saat ia lulus SMA karena sakit yang di deritanya.
Bisa mencapai titik ini, Zeera berusaha sendiri dengan mengandalkan ijazah SMA untuk mencari pekerjaan dan membiayai kuliah nya. Sampai akhirnya Zeera berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel yang saat ini sudah menduduki posisi manager.
Kling!
["Kamu dimana? Pak Martin mencari mu hari ini, bukannya kemarin aku udah bilang kita bakal kedatangan tamu penting hari ini?"] Isi pesan yang di kirimkan oleh Kanya.
["Maaf ada sedikit kendala, sementara lagi aku kesana."] Balas Zeera.
Zeera melihat Dito yang masih berdiri disana, "Dito, kau bisa membantu ku?" Tanya Zeera memberanikan diri.
"Katakan, apa yang nona butuhkan?"
"Baju, aku butuh baju ganti saat ini juga."
Tidak bisa menolak karena Zeera merupakan orang nya Devan, Dito pun pergi membeli sebuah pakaian untuk Zeera lengkap dengan sepatu sesuai yang di perintahkan oleh Zeera.
Walau dalam keadaan tidak stabil, namun bagi Zeera pekerjaan adalah nomor satu karena hanya dari situlah ia bisa mendapatkan uang untuk biaya hidup nya. Terlebih setelah di campakkan oleh Ragil, Zeera harus bisa membuktikan bahwa dirinya bisa baik-baik saja tanpa seorang pria seperti mantan suaminya itu.
Zeera melepaskan infusan nya secara paksa dan segera mengganti baju nya, selepas itu dengan terburu-buru ia pergi keluar bahkan Dito pun tidak busa menahannya untuk tidak pergi.
"Gawat, kalau sampai pak Devan tau, bisa-bisa gaji bulan ini lenyap." Gumam Dito.
Ia segera menyusul Zeera dan mengikuti wanita itu yang sudah masuk kedalam taksi.
"Hotel?" Gumam Dito melihat taksi yang di tumpangi Zeera berhenti di depan sebuah hotel.
Dito bergegas keluar dan mengikuti langkah Zeera yang menuju ruangan nya. setelah kurang dari sepuluh menit Dito menunggu, akhirnya Zeera kembali keluar dengan pakaian yang telah rapi, rok span pendek dengan kemeja putih dan di balut oleh jas berwarna hitam sudah cukup menunjukkan posisi Zeera di tempat itu.
Bersamaan dengan itu, ponsel Dito berdering menujukkan sebuah panggilan dari Devan yang kehilangan Zeera di rumah sakit.
["Maaf pak saya lupa memberitahu anda, saat ini nona berada di sebuah hotel Edelweiss, saya rasa dia bekerja disini."] Sahut Dito dalam sambungan telfon nya.
["Bagaimana dengan kondisinya? Bukankah dia harus istirahat?"]
["Maaf pak, tapi..."]
["Awasi dia sampai selesai, dan untuk bulan ini gaji kamu saya potong!"] Ucap Devan seraya menutup panggilan nya.
"Sudah ku duga ending nya akan jadi seperti ini." Ucap Dito.
Sesuai perintah Devan, Dito mengawasi setiap pergerakan Zeera yang sedang melayani tamu penting hari ini. Hal tesebut berhasil menarik perhatian beberapa staff hotel yang membuat mereka curiga dengan gerak-gerik Dito yang mencurigakan.
"Ra, sepertinya ada yang perhatiin kamu terus. Aku jadi curiga dia punya niat jahat sama kamu." Bisik Kanya.
"Siapa?"
"Aku juga gak tau, tapi yang jelas sepertinya dia bukan tamu disini." Sahut Kanya.
"Tunjukkin dimana orang nya?"
"Tadi dia berada disana, tapi kok gak ada ya?" Sahut Kanya agak heran.
"Jika tidak ada urusan disini, sebaiknya kamu pergi!" Ucap satpam yang berhasil menyeret Dito keluar.
"Ahh sial, benar-benar hari yang menyebalkan." Ucap Dito.
Akhirnya pria itu menunggu Zeera di luar hotel.
Di jam istirahat, Kanya menyelidiki Zeera mengenai apa yang sudah terjadi pada temannya itu. Dilihat dari wajah Zeera yang cukup pucat ia menaruh curiga pada Zeera bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Akhirnya Zeera mau membuka suaranya dan menceritakan semua yang terjadi kemarin pada Kanya. Sebagai seorang teman baik yang begitu dekat, Kanya cukup kaget mendengar cerita dari Zeera.
"Emang dasar pria gak tau malu! Bisa-bisanya dia mencampakkan kamu setelah apa yang sudah kamu berikan selama ini. Bahkan dia berani melenyapkan calon anak nya sendiri." Ucap Kanya yang ikut emosi.
"Sepertinya emang aku yang bodoh karena udah percaya sama dia." Sahut Zeera.
"Lupakan yang sudah berlalu, pria kayak dia emang gak pantas buat kamu. Terus kenapa kamu gak bilang kalau lagi di rumah sakit? Kan aku bisa bilang sama pak Martin."
"Ini udah menjadi tanggungjawab aku, lagian udah gak papa kok."
"Gak papa gimana? Kamu baru aja keguguran, Ra. Harusnya kamu masih istirahat. Udah deh sekarang kamu pulang biar aku yang bilang sama pak Martin."
Zeera mengangguk, ia juga merasa tubuhnya cukup lemas dan sedikit pusing belum lagi jahitan bekas operasi yang masih belum sepenuhnya sembuh.
Zeera pun pergi meninggalkan hotel, ia berdiri di depan loby menunggu taksi yang di pesan nya tiba. Sebuah mobil mewah berhenti di depan Zeera, namun sepertinya itu bukan taksi yang di pesan nya.
Dito keluar dari mobil itu dan membukakan pintu untuk Zeera.
"Kamu ngapain disini?"
"Sesuai perintah pak Devan, saya harus menjaga mu, nona."
Zeera menghela nafasnya, ia lupa dengan seseorang yang sudah menyelamatkan nya. Zeera segera masuk kedalam mobil itu dan menyuruh Dito untuk mengantarkannya bertemu dengan Devan.
"Devan? Siapa orang ini sebenarnya?" Batin Zeera.
***
TBC. . .
Sesuai dengan perintah Devan, Dito membawa Zeera kembali ke rumah sakit karena kondisinya yang masih belum stabil. Zeera kembali memakai baju pasien dan duduk di atas tempat tidur dalam kamar perawatan nya yang semula. Walau sempat di marahi oleh dokter, namun Zeera tidak menanggapi nya dengan serius.
Ia juga sadar keluar dari rumah sakit tanpa izin adalah yang tidak diperbolehkan. Dokter kembali memasangkan infusan di tangan Zeera dan menyuruhnya untuk istirahat.
Sore hari pun tiba, selesai dengan pekerjaan nya, Devan kembali ke rumah sakit untuk menemui Zeera.
Pintu rumah sakit terbuka, menampakkan sosok pria tampan masuk kedalam ruangan itu yang langsung di sambut oleh Dito.
"Sore pak!" Ucap Dito sedikit membungkuk.
"Bagaimana keadaan nya?" Tanya Devan melirik Zeera yang sedang tertidur.
"Dia baik-baik saja," Sahut Dito.
Devan mengangguk dan memberi kode pada Dito untuk segera pulang, ia duduk di sofa dengan tatapan mengarah pada Zeera.
"Aldi!"
"Ya?"
"Cari tau latar belakang dia."
"Kita saja belum tau siapa namanya pak, bagaimana saya mencaritahunya?"
Bersamaan dengan itu, Zeera terbangun dari tidurnya. Ia segera beranjak dan duduk bersandar disana melihat Devan serta aldi secara bergantian.
"Siapa namamu?" Tanya Devan berdiri di samping Zeera.
"Nazeera, dan kau?"
"Dia Devanka Putra Erlangga, seorang Presdir di perusahaan Asterion group yang menyelamatkan nona semalam." Sahut Aldi menjelaskan.
Zeera mengangguk-anggukkan kepalanya, "makasih, untuk pembayarannya..."
"Jadilah istri ku!" Ujar Devan memotong ucapan Zeera.
"HA?"
Zeera serta Aldi di buat melongo atas ucapan yang di keluarkan oleh Devan. Tanpa basa-basi pria itu langsung mengutarakan maksud tersembunyi nya bahkan tanpa berunding dengan Aldi terlebih dulu.
"Emang dasar pria kaku." Gumam Aldi.
"Kau sudah banyak berhutang pada ku, pertama karena aku telah menyelamatkan mu dan yang kedua kamu tidak akan bisa membayar biaya rumah sakit sekalipun kamu harus bekerja puluhan tahun. Hanya dengan menjadi istriku semua bisa lunas." Jelas Devan dengan gaya bossy nya. "Oh satu lagi, aku gak suka yang namanya penolakan, kau mengerti?" Sambungnya menatap Zeera.
"Pria macam apa dia ini? kenapa bicara dan bertindak seenaknya seperti itu?" Batin Zeera.
"Waktunya hanya satu Minggu dari sekarang, setelah kamu di perbolehkan keluar dari sini kamu harus udah siap menjadi istri ku." Ucap Devan kembali.
Pria itu bergegas melangkah keluar yang di ikuti oleh Aldi. Zeera segera mengambil ponsel nya dan mancari tahu tentang latar belakang Devan melalui internet. karena Asterion group merupakan perusahaan besar yang sangat terkenal hingga bisa dengan mudah Zeera menemukan latar belakang Devan, walau hanya profil nya saja.
Zeera terdiam sejenak seraya menatap layar ponselnya. Tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya mengenai masalalu dengan mantan suaminya itu. Ada rasa trauma dalam diri Zeera disaat Devan mengatakan ingin menikahi nya. Namun itu juga bisa di jadikan sebagai alat balas dendam terhadap mantan suaminya.
Sekalipun ingin menolak rasanya sudah tidak bisa, karena apa yang di ucapakan Devan merupakan sebuah perintah. Tidak ada yang bisa menolak perintah CEO dominan itu.
**
"Pagi pak! laporan yang kau minta." Ucap Aldi memberikan data Zeera.
Devan mengambil berkas tersebut dan melihat data pribadi Zeera yang berhasil di dapatkan oleh Aldi.
"Malam itu dia baru saja di usir oleh suaminya, tidak hanya itu, dia juga di selingkuhi dengan putri dari keluarga Santoso hanya demi jabatan dan kekuasaan. " Jelas Aldi.
Bersamaan dengan itu, ponsel Devan berdering, ia segera menerima panggilan tersebut yang merupakan dari ibu nya. Intan yang sangat mencemaskan putra nya itu terus mendesak Devan untuk segera menikah. Bahkan ia sudah beberapa kali mengatur kencan buta untuk putra nya itu, namun selalu berujung gagal.
["Mama gak mau tau, pokoknya kamu harus pulang ke rumah utama besok!"]
["Ma.."]
["Sudah dulu, mama masih ada urusan."]
Intan segera memutuskan sambungan telfon nya secara sepihak meski Devan belum selesai bicara.
"Kau dengar itu? Segera daftarkan pernikahan ku dengan Zeera." Ucap Devan pada Aldi.
"Bukan nya pak Devan bilang dalam waktu satu Minggu ini?"
Devan hanya menatap Aldi dengan tatapan dingin nya.
"Laksanakan!" Ucap Aldi segera keluar dari ruangan Devan.
"Nazeera, ternyata itu benar kamu." Gumam Devan seraya mengambil sebuah cincin dari dalam laci meja kerja nya.
Di rumah sakit, Kanya menemui Zeera untuk melihat kondisinya. Kebetulan hari ini ia libur dan menyempatkan diri untuk menjenguk teman nya itu dengan membawa sebuah kabar mengenai Ragil yang merupakan mantan suami Zeera.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik aja. Kemarin aku gak sengaja melihat Ragil dan Fani di toko perhiasan, sepertinya mereka akan benar-benar menikah dalam waktu dekat ini." Ucap Kanya.
Zeera tersenyum sinis mendengar itu, "biarkan aja mereka menikah, biar Fani tau gimana rasanya menikah dengan pria yang tidak punya apa-apa. Bagaimanapun juga Ragil hanya akan menumpang hidup pada keluarganya." Ucap Zeera dengan suara menekan seolah sedang mengutarakan sakit hatinya.
"Sudah, jangan pedulikan dia. Aku punya kenalan seorang manager perusahaan media, gimana kalau aku kenalin sama kamu?"
Zeera menggelengkan kepalanya, "daripada di kenalin ke aku mending nikahin aja sama kamu." Sahut Zeera tersenyum.
Kanya ikut tersenyum disana, ia merasa lega karena Zeera tidak berlarut dalam kesedihan yang memang seharusnya tidak ia tangisi.
Tidak lama, Kanya kembali pamit dan pergi meninggalkan Zeera karena masih ada urusan lain. Bersamaan dengan itu, Dito datang untuk menjemput Zeera keluar dari rumah sakit setelah menyelesaikan semua administrasi nya.
"Ehh ... Bukannya harusnya besok ya? Kok hari ini?" Tanya Zeera.
"Kenapa? Nona masih betah disini?"
"Bukan, hanya saja... Dokter udah kasih izin?" Tanya balik Zeera.
"Tidak ada yang berani membantah perintah pak Devan." Sahut Dito.
Sesuai perintah Devan, Dito membawa Zeera ke rumah Devan.
"Silahkan nona." Ucap Dito seraya membukakan pintu untuk Zeera.
Wanita itu menatap luasnya rumah tersebut yang hanya di huni oleh Devan dan beberapa pelayan yang bekerja di rumah itu. Aldi segera memanggil kepala pelayan dan menyuruhnya untuk mengumpulkan semua pelayan disana. Ia segera memperkenalkan Zeera yang sebentar lagi akan menjadi nyonya di rumah itu.
Semua membungkuk memberi hormat pada Zeera.
"Mari saya antar ke kamar." Ucap Dito.
Zeera mengangguk, ia kembali mengikuti langkah pria itu menuju kamar tamu.
"Ini kamar nya, jika butuh sesuatu atau ada yang tidak nyaman tolong beritahu saya." Ucap Dito.
Zeera kembali mengangguk, ia menatap kamar tersebut yang cukup luas dan begitu bersih juga wangi.
"Untuk pakaiannya, pak Devan sudah menyiapkan beberapa di lemari. Nona bisa mencarinya sendiri."
"Makasih." Sahut Zeera tersenyum.
Dito segera menutup pintu kamar Zeera dan bergegas keluar.
Zeera melangkah menelusuri kamar tersebut yang benar-benar mewah di bandingkan dengan kamarnya dulu. Ia membuka beberapa lemari yang sudah terisi dengan pakaian, tas dan sepatu untuk Zeera.
"Mimpi apa aku kemarin? Bisa-bisanya nyasar kedalam istana dalam cerita dongeng." Gumam Zeera menatap koleksi barang branded di depannya.
"Dilihat dari merk nya saja sudah jelas ini harganya puluhan juta. Benar-benar gila, ternyata dia se-royal itu." Ucap Zeera kembali yang sepertinya sudah menemukan ide untuk membalaskan dendam pada mantan suaminya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!