NovelToon NovelToon

Wanita Satu Malam Ceo

BAB 1

Xavier Zibrano merupakan putra tunggal dari pasangan tuan Justin Zibrano dan nyonya Sarah Thalasa, Usianya yang baru saja menginjak dua puluh tiga tahun sudah di paksa menikah oleh sang mami.

Sarah iri dengan teman arisannya yang sudah pada memiliki cucu, sementara dirinya satupun belum memilikinya.

Xavier yang masih tergolong muda, selalu membantah keinginan maminya, ia masih ingin bebas kesana kemari tanpa ada aturan.

"Xavier, kapan kamu punya pacar? Kamu lihat teman mami, mereka sudah pada memilki cucu, sementara mami satupun belum punya" oceh Sarah.

"Kan ada anaknya kak Naya mam, anggap aja itu cucu mami sendiri" sahut Xavier cuek.

"Tetap saja beda, itu kan anak Naya bukan anak kamu" seru Sarah.

Xavier hanya mengendikkan bahunya tak peduli, dia masih ingin menikmati masa mudanya, dia tidak mau mengikuti jejak kedua sepupunya yang menikah muda.

"Kalau dalam sebulan ini kamu tidak juga punya pacar, maka mami akan menjodohkanmu dengan anak teman mami" putus Sarah.

Terdengar helaan nafas dari Xavier, dia merasa tertekan karena sang mami yang terus ingin menjodohkannya dengan anak temannya.

"Mami tidak perlu repot-repot mencarikan ku jodoh. Percuma sama mam, aku tetap akan menolak" kata Xavier.

Sarah berdecak sebal, dia melihat kearah suaminya, ia berharap suaminya itu akan membantunya membujuk sang putra.

"Biarkan saja mi, nanti kalau sudah waktunya juga pasti akan menikah kok, lagian Xavier masih umur dua puluh tiga tahun, biarkan saja dia menikmati masa mudanya dulu" ucap Justin tidak mau pusing.

"Anak sama bapak sama saja, sama-sama menyebalkan" kesal Sarah.

Usai sarapan pagi Xavier pamit berangkat ke kantornya, dia mencium tangan kedua orang tuanya terlebih dahulu, setelah itu dia mengendarai mobilnya menuju ke perusahaan ayahnya yang sekarang sudah di serahkan kepadanya.

Setibanya di perusahaan Xavier langsung naik ke lantai atas dan masuk kedalam ruangannya.

Tak lama Reza, asisten Xavier masuk kedalam ruangannya.

"Selamat pagi tuan" sapa Reza.

"Bacakan" titah Xavier datar.

"Pukul dua belas siang ada meting dengan tuan Vino di restoran Xx, pukul dua siang ada kunjungan ke pabrik, pukul delapan malam ada undangan gala dinner di hotel xx" ucap Reza.

Xavier menghela nafas pelan sambil menyandarkan punggungnya kesandaran kursi. Jadwalnya cukup padat hingga malam nanti.

"Gala diner cancel saja, saya malas menghadiri acara itu" ucap Xavier, yang tidak begitu suka menghadiri acara rekan bisnisnya, karena akan banyak penjilat yang mendekatinya untuk mengambil keuntungan darinya.

"Tidak bisa tuan, ini tuan Bagas sendiri yang mengundang kita, nanti anda bisa di nilai buruk oleh beliau" ucap Reza.

Xavier menghembuskan nafas kasar, Bagas merupakan rekan bisnis ayahnya yang sudah beratahun tahun bekerjasama dengan perusahaannya. Kalau tidak hadir yang ada akan membuat tuan Bagas kecewa padanya.

"Baiklah, aku akan menghadirinya tapi hanya sebentar saja" putus Xavier, setidaknya dia muncul di acara tersebut walau sebentar, ia melakukan itu hanya untuk menghargai tuan Bagas sebagai partner bisnisnya.

"Kamu siapkan semua berkas yang akan kita bawa, nanti kalau sudah waktunya kamu ingatkan saya" pinta Xavier.

"Baik tuan" jawab Reza.

"Sekarang tolong buatkan saya minum" perintah Xavier.

Reza mengangguk dan pamit keluar dari ruangan Xavier, Xavier mulai membuka berkasnya satu persatu dan mengerjakannya.

Selang berapa lama poselnya berdering, dan muncullah nama Irene memenuhi layar ponselnya.

"Hallo, iya ada apa?" Tanya Xavier setelah panggilannya tersambung.

"...... "

"Maaf, aku tidak bisa, hari ini aku sibuk" ucap Xavier dan mengakhiri panggilannya secara sepihak.

Irene merupakan anak dari teman maminya yang dulu pernah di kenalkan dengannya, wanita itu kerap kali menghubungi Xavier meskipun dia selalu menolaknya.

Waktu cepat berlalu, Xavier dan Reza meninggalkan kantor dan pergi menuju ke restoran Xx untuk meeting dengan koleganya.

"Selamat datang tuan Xavier" sapa Vino saat melihat Xavier masuk kedalam privat room.

Xavier hanya membalasnya dengan senyuman, mereka berjabat tangan dan setelah itu mereka duduk di kursinya masing-masing.

"Perkenalkan ini putri saya tuan Xavier" Vino sengaja membawa putrinya dalam pertemuan ini agar bisa berkenalan dengan Xavier.

"Saya Bianca tuan, senang bisa berkenalan dengan anda" ucap Bianca memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Xavier menerima uluran tangan Bianca dan sedetik kemudian langsung menarik tangannya lagi, hanya sebentar mereka berjabat tangan.

"Hmmmm" hanya itu yang keluar dari mulut Xavier, inilah yang membuat dia malas bertemu dengan koleganya, tak sedikit dari mereka ingin menjodohkan putrinya dengan dirinya.

Wajar saja mereka berlomba lomba ingin menjodohkan putrinya dengan Xavier. Anak tunggal kaya raya dari pasangan Justin dan juga Sarah, tak hanya orang tuanya saja yang kaya, kakek neneknya juga seorang konglomerat.

"Langsung aja mulai acara meetingnya" titah Xavier tidak suka berbasa basi.

"Kenapa harus buru-buru, bagaimana kalau kita makan siang dulu, kebetulan ini sudah masuk jam makan siang. Kita akan mulai meetingnya setelah makan siang nanti"

*****

Ditempat lain terlihat seorang wanita sedang menghubungi kekasihnya. berencana ingin memberikan suprise untuk kekasihnya, pasalnya hari ini kekasihnya itu ulang tahun.

"Sayang, kamu sedang apa" tanya Divana lewat sambungan telpon.

"Aku sedang di kantor, ada apa hmm" tanya Samuel kekasih Divana.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengingatkan mu saja, jangan lupa nanti malam datang ke hotel Xx" ucap Divana mengingatkan kekasihnya.

"Iya sayang, aku ingat. kalau begitu aku lanjut kerja dulu" sahut Samuel.

Sambungan telpon pun terputus, Divana bergegas bersiap-siap untuk pergi ke mall bersama sahabatnya Lauren.

Setelah selesai Divana keluar dari apartemennya dan mengendarai mobilnya menuju ke mall, dia sudah di tunggu oleh Lauren di Mall.

"Akhirnya kamu datang juga, aku sudah jamuran menunggumu di sini" kesal Lauren, sudah setengah jam dia menunggu sahabatnya itu.

"Maaf, tadi aku menghubungi Samuel dulu" ucap Divana menyesal.

Divana menarik kursi untuk duduk, dia memesan makan dan juga cemilan untuk menemaninya ngobrol.

"Bagaimana persiapannya? Sudah semua kan" tanya Lauren.

"Sudah, nanti malam kamu juga harus datang, biar acaranya ramai" pinta Divana.

"Baiklah, meskipun sebenarnya malas" balas Lauren tanpa minat.

"Pokoknya kamu harus datang Lau, aku yakin kamu pasti suka dengan acaranya, aku juga mengundang teman-teman Sam yang lain kok"

"Iya-iya" pasrah Lauren.

Mereka berdua terus mengobrol sambil memakan cemilannya, sesekali mereka tertawa bersama.

Menjelang sore mereka memutuskan untuk pulang, mereka harus bersiap siap untuk acara malam nanti, Divana mengumpulkan semua teman-teman Samuel dan juga temannya, ia membuat pesta ulang tahun kekasihnya dengan begitu meriah.

"Aku harus berdandan cantik malam ini, biar Sam terpesona melihat penampilanku" ujar Divana sambil merias wajahnya di depan kaca.

Wanita itu ingin bertampil cantik di hari spesial kekasihnya, jangan sampai kekasihnya itu malu karena penampilannya, apalagi dia banyak mengundang teman-teman kekasihnya itu.

BAB 2

Xavier tiba di hotel bersama Reza, mereka berdua melangkahkan kakinya berjalan masuk kedalam hotel, mereka langsung menuju ke ballroom hotel yang ada di lantai tiga.

Kedatangan Xavier langsung di sambut oleh tuan Vino dan rekan bisnis yang lain.

"Saya yakin, pasti anda akan hadir tuan Xavier" sapa tuan Vino percaya diri.

"Emm, itu karena  saya menghormati anda tuan Vino, kalau bukan karena anda saya malas datang ke acara seperti ini" ucap Xavier dengan gaya tengilnya.

Vino hanya tertawa kecil, pemuda di hadapannya ini cukup blak-blakan dan tidak pernah suka basa basi.

"Kamu memang seperti ayahmu, dia juga paling tidak pernah datang ke acara seperti ini. Tapi kali ini saya cukup bangga, karena ternyata saya mampu membuat anda datang kemari" kekeh Vino

Xavier hanya mengendikkan bahunya acuh, andai tidak ada kepentingan kerjasama dengan perusahaannya pasti dia juga tidak akan hadir.

Semakin malam semakin banyak tamu undangan yang datang, semua pembisnis berkumpul jadi satu di acara ini, tak banyak dari mereka memanfaatkan acara ini sebagai ajang mencari relasi baru untuk memajukan bisnisnya.

Event ini menjadi paltform penting bagi para pembisnis untuk sebagai pengakuan atas pencapaian mereka dalam aspek bisnis.

"Kamu datang dengan siapa Xavier? Mana kekasihmu" tanya Vino yang sudah tidak lagi berbicara normal. Pria tengah baya itu cukup akrab dengan Justin dan dia cukup mengenal Xavier.

"Saya tidak punya pacar,saya datang kesini dengan Reza asisten saya" jawab Xavier malas, dia tahu kemana arah pembicaraannya.

"Bagaimana kalau paman kenalkan kamu dengan anak paman, kebetulan putri ku datang ke acara ini. Dia juga pembisnis muda sama seperti mu" ucap Vino mempromosikan putrinya.

"Tidak usah paman, saya sudah memiliki banyak teman" tolak Xavier sombong.

"Hanya berkenalan, kalau tidak cocok tidak masalah" maksa Vino

Xavier menghela nafas sabar, inilah salah satu alasan yang membuat dirinya malas hadir ke acara seperti ini, banyak perjodohan yang di tawarkan kepadanya.

"Baiklah" pasrah Xavier dan membuat Vino tersenyum, padahal Vino tahu kalau Xavier terkenal sulit di dekati, tapi lelaki tua itu tetap berusaha. Tidak ada salahnya mencoba, masalah di terima atau tidak, tidak jadi masalah, yang penting dia sudah berusaha pikirnya.

Xavier mengikuti tuan Vino yang membawanya menuju ke sebuah meja dimana terdapat wanita cantik yang sedang mengobrol dengan rekan bisnisnya.

"Aurel" panggil Vino dan membuat wanita cantik itu menoleh.

"Iya dad, ada apa?" Tanya Aurel

"Perkenalkan, ini Xavier anaknya om Justin" ucap Vino.

Aurel berdiri dan mengulurkan tangannya di hadapan Xavier, dengan perasaan terpaksa Xavier pun menerima uluran tangan tersebut.

"Xavier"

"Aurel, senang berkenalan denganmu"

"Hmmm"

Xavier menarik kembali tangannya, dan kemudian ia mencari meja kosong dengan Reza, karena sebentar lagi acara akan segera di mulai.

"Kenapa kita tidak bergabung dengan mereka saja tuan" tanya Reza, tadi Xavier sempat menolak tawaran Aurel duduk di meja yang sama dengan wanita itu.

"Malas" jawab Xavier cuek.

*****

Tepuk tangan para tamu undangan terdengar riuh, ucapan selamat juga mereka berikan kepada Samuel yang telah berulang tahun. Divana memberikan kejutan yang cukup meriah kepada kekasihnya.

"Selamat ulang tahun sayangku" ucap Divana dan memeluk Samuel, Dia mencium pipi kekasihnya penuh sayang.

"Terima kasih atas kejutannya sayang, aku bahagia memiliki kekasih sepertimu" ucap Samuel dan ingin mencium bibir Divana, tetapi langsung di tahan oleh kekasihnya itu.

"Kenapa?" Tanya Samuel kecewa.

"Kamu harus menikahi ku dulu, baru setelah itu kamu bisa menciumku sesuka hatimu" kata Divana yang tidak mau disentuh sebelum ada pernikahan yang sah.

Samuel menghembuskan nafas kasar, sudah hampir dua tahun lebih mereka berhubungan, tapi tak sekalipun Divana membiarkan dirinya untuk menciumnya.

"Jangan marah, aku ada kejutan satu lagi untukmu sayang" ucap Divana.

"Kejutan apa" tanya Samuel penasaran.

"Nanti kamu akan tahu sayang" ucap Divana membuat Samuel mengerucutkan bibirnya sebal.

Divana tersenyum manis seraya mengusap rahang tegas kekasihnya. "Sabar" ucap Divana.

Mereka kembali menyapa teman-temanya, mereka juga berdansa dengan teman-temannya, pesta ulang tahun Samuel terlihat begitu meriah. Banyak teman Samuel yang hadir ikut merayakannya.

Tak lama datanglah Laure menghampiri Samuel. "Selamat ulang tahun honey" ucap Lauren lirih.

"Terima kasih" jawab samuel datar.

Lauren memeluk Samuel sembari membisikkan sesuatu di telinga pria itu. "Aku tunggu di lantai lima kamar 504" bisiknya.

Lauren melepaskan pelukannya dan berlalu meninggalkan Samuel, dengan senyum menggoda.

"Dia terlihat seksi malam ini"  gumam Samuel ketika memperhatikan pakaian yang di kenakan Lauren, dia terus menatap punggung Lauren yang kian menjauh.

Samuel menghampiri Divana yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.

"Aku keluar dulu sebentar" ucap Samuel.

"Keluar kemana? Bagaimana dengan teman-temanmu" tanya Divana.

"Aku hanya sebentar sayang" ucap Samuel dan berlalu pergi meninggalkan acara.

Samuel melangkahkan kakinya masuk kedalam lift yang membawanya naik kelantai lima.

Ting

Lift terhenti di lantai lima, Samuel keluar dan melangkahkan kakinya mencari kamar 504 seperti yang di katakan Lauren.

"Akhirnya ketemu juga kamarnya"

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Samuel memencet bel, dan tak lama pintu di buka dari dalam.

Ceklek...

Terlihatlah Lauren dengan menggunakan pakaian seksi, wanita itu memakai lingeri warna hitam yang begitu menerawang.

Gluk

Samuel meneguk ludahnya melihat lekuk tubuh wanita yang ada di hadapannya.

Lauren menarik tangan Samuel dan membawanya masuk kedalam kamar, setelah itu barulah Lauren menutup pintu kamarnya.

Samuel menarik pinggang Lauren dan mengukungnya dibalik pintu.

"Kau seksi sekali baby, aku sudah tidak sabar ingin menyentuhmu" bisik Samuel di telinga Laure, membuat wanita itu meremang.

"Malam ini aku milikmu honey, kamu bisa menyentuh tubuhku sesuka hatimu" ucap Lauren dengan suara mendesah.

"Dengan senang hati baby" ucap Samuel

Di lumatnya bibir Lauren dengan begitu nafs*, bibir keduanya saling melumat, mereka berdua tidak ada yang mau mengalah, mereka berdua saling memberikan service terbaiknya.

Jemari Samuel mulai masuk kedalam pakaian yang Lauren kenakan. ia meraba kulit mulus Laure dan berhenti benda kenyal milik wanita itu. Samuel meremasnya pelan.

"Akhh.... " Lauren mendesah ketika jemari Samuel bermain di ujung dadanya.

Sementara itu sejak tadi Divana terlihat begitu gelisah, sudah hampir tiga puluh menit Samuel tidak kunjung kembali, padahal acara sebentar lagi selesai.

"Samuel kemana Diva? " tanya salah satu teman Samuel.

"Aku tidak tahu, tadi dia ijin keluar sebentar tapi sampai sekarang dia belum juga kembali" jawab Divana.

"Yasudah tidak apa-apa, nanti sampaikan saja pada Ansel kalau aku sudah pulang" ucapnya.

"Baiklah, terima kasih sudah mau membantuku memberi suprise ke Samuel"

"Iya sama-sama"

Satu persatu teman Samuel meninggalkan pesta ulang tahun, kini terlihat begitu sepi, hanya tinggal dirinya dan beberapa pelayan yang sedang membereskan kekacauan setelah pesta ulang tahun.

"Samuel kemana ya? Atau aku tinggal kekamar Lauren dulu aja kali ya, aku juga sekalian mau ganti baju" Divana bermonolog.

BAB 3

Kini Divana sudah berdiri di depan kamar Laure, dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, sama-samar dia mendengar suara orang yang sedang bercinta.

"Ini benar kan kamarnya Laure, tapi kenapa ada suara aneh seperti ini? Sedang apa dia didalam?" gumam Divana yang masih awam tentang s*x.

Dia yang penasaran menempelkan telinganya ke pintu, dan menajamkan pendengarannya, ia ingin memastikan apa yang sedang terjadi didalam sana.

"Tidak mungkin suara itu" ucap Divana dengan bibir bergetar, dia mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Suara itu seperti suara Samuel kekasihnya.

Divana memberanikan diri mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu, ia ingin memastikan pemilik suara itu.

"Akhhh.... Ini nikmat sekali baby" Samuel terus mengerang menikmati permainan Lauren di bawah sana.

Lauren dengan semangat mengulum milik Samuel selayaknya makan es krim, ia menggerakkan wajahnya maju mundur.

"Aku sudah tidak tahan baby"

Samuel langsung mencabut miliknya dari mulut Lauren. Di baliknya tubuh wanita itu hingga membelakanginya, Cristin sedikit membungkukan tubuhnya sembari berpegangan pada pintu.

Dari arah belakang Samuel dengan perlahan memasukkan miliknya kedalam bagian inti Lauren.

Blesss.....

"Akh... " pekik mereka berdua.

Saking asiknya bercinta, mereka sampai tidak menyadari kalau sejak tadi ada sepasang mata yang sedang mengintipnya, tapi memang poisi Divana tidak terlihat sehingga mereka tidak mengetahuinya.

Tangan Divana mengepal erat, dia bisa melihat apa yang sedang di lakukan Kekasihnya dengan sahabatnya di dalam sana.

Air mata Divana mengalir begitu saja, hatinya serasa hancur berkeping-keping. Sungguh dia tidak menyangka kalau kekasih dan sahabatnya tega menghianatinya, padahal selama ini ia begitu tulus menyayangi mereka.

Mata Divana masih tidak lepas dari sosok kedua manusia yang sedang sibuk bercinta di dalam sana, malam yang seharusnya di rayakan bersamanya justru kekasihnya habisnya dengan orang lain. Ingin rasanya Divana mendobrak pintunya dan memakinya. Tetapi Divana sadar kalau tindakannya itu justru akan mempermalukan dirinya sendiri.

Divana menghapus air matanya dengan kasar, ia menatap kekasihnya yang sedang asik bercinta, kalau begini caranya ia pun bisa melakukannya dengan orang lain, percuma saja selama ini ia menjaga kesuciannya tapi dengan kejam kekasihnya itu malah menghianatinya.

Apa alasan kekasihnya itu menghianatinya? Apa karena dia tidak mau di sentuh sehingga kekasihnya itu lebih memilih wanita lain daripada dirinya? Atau memang kekasihnya sudah tidak mencintainya lagi? Entahlah Divana pusing memikirkannya.

Dia melangkah pergi dari sana karena tidak mau ada seseorang yang melihatnya.

Divana yang bekerja di salah satu perusahaan ternama yang ada di kota itu dengan gaji yang fantastis, bahkan penghasilannya tak jauh berbeda dengan Samuel.

Dia pergi dari rumahnya karena kedua orang tuanya tidak menyukai hubungannya dengan Samuel, kedua orang tuanya menilai kalau pria itu tidak baik untuk putrinya. Namun, Divana yang sudah mencintai Samuel lebih memilih meninggalkan keluarga dan memilih kekasihnya itu

Tapi dengan tidak tahu dirinya, Samuel yang sudah ia bela mati-matian, bahkan ia rela mengorbankan keluarganya demi memilihnya, tetapi kekasihnya itu justru menghianatinya. Andai, Divana tahu kalau kejadiannya akan seperti ini pasti dia akan lebih memilih meninggalkan pria itu dan mendengarkan kemauan orang tuanya.

****

"Ayo pulang Za, kepalaku pusing sekali" ajak Xavier yang tidak tahu kenapa tiba-tiba kepalanya terasa pusing.

"Tapi acaranya belum selesai tuan" sahut Reza mengingatkan.

"Biarkan saja, yang penting kita sudah datang kemari" kata Xavier

Reza mengangguk patuh, kemudian  mereka berdua beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan acara tersebut, sebelum itu Xavier menyempatkan diri berpamitan dengan tuan Vino dan juga yang lain.

Saat tiba di lobi Xavier tidak sengaja menabrak seorang perempuan.

Brugh...

"Awww.... " teriak orang itu sembari menutup matanya.

Xavier bingung, sebab. Tidak terjadi sesuatu dengan wanita itu tapi kenapa wanita itu berteriak.

"Anda kenapa" tanya Xavier sembari menatap wajah wanita itu.

Dengan perlahan wanita itu membuka matanya, ia memegang kepalanya ternyata tidak terasa apa-apa, ia mengira kalau dia akan jatuh dan terbentur lantai tapi ternyata tidak.

"Eh, maaf tuan" malu Wanita itu yang tak lain adalah Divana, ia tidak memperhatikan jalan sehingga menabrak seseorang.

Xavier tidak menyahut, lelaki itu masih setia merangkul pinggul wanita itu, keduanya tidak ada jarak, tatapan matanya saling terkunci satu sama lain, Xavier tertegun melihat mata wanita itu yang basah. Apa yang terjadi padanya, kenapa dia menangis? Tapi Xavier buru-buru menepis pemikiran itu.

"Kalau jalan pakai mata" ucap Xavier dan melepaskan rangkulannya di pinggul Divana.

"Maaf tuan, mataku terhalang air mata jadi tidak melihat anda" Divana beralasan, wanita itu mengerucutkan bibirnya sebal sembari menghapus air matanya.

Xavier fokus menatap bibir mungil wanita itu, "bibirnya lucu sekali" batinnya.

"Tua ayo" Reza menyadarkan Xavier.

Xavier mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju ke mobil. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba suara Divana menghentikannya

"Tuan tunggu" panggil Divana.

"Ada apa?" Tanya Xavier menoleh menatap Divana.

"Maukah tuan bermalam dengan ku? Saya janji akan membayarmu tuan, saya butuh seseorang untuk menemaniku malam ini" ucap Divana.

Gila, Divana benar-benar gila  rasa kecewanya menutupi akal sehatnya, ia rela membayar pria asing untuk menemaninya. Apakah wanita itu tidak takut terjadi sesuatu dengannya? Sementara mereka belum pernah mengenal satu sama lain.

Xavier terkesiap dengan penawaran yang di berikan wanita itu, ia membalikkan tubuhnya dan keduanya saling berhadapan.

"Hanya menemani?" Tanya Xavier tidak mengerti.

Divana menatap wajah Xavier lekat, wajahnya yang hampir sempurna membuat dia semakin yakin ingin menghabiskan malam bersama lelaki yang ada di hadapannya saat ini.

"Tidak, aku ingin anda menjadi pemuas nafsuku malam ini" jawab Divana.

Xavier terkejut, matanya menatap Divana dengan Tajam, baru kali ini ada seorang wanita yang berani membayar dirinya, apa wajahnya mirip seperti gigolo sehingga wanita itu berani menyewanya? Xavier benar-benar tidak habis pikir dengan wanita itu.

"Jangn asal bicara nona, kita tidak saling kenal, dan saya juga bukan seorang gigolo" ucap Xavier tampak tidak senang dengan penawaran Divana.

"Sebab itu saya menawarkan hal ini pada anda, bermalam lah dengan saya dan setelah itu anda bisa pergi, saya akan membayar anda dengan harga tinggi, bagaimana?" Tanya Divana.

"Tapi saya bukan gigol* nona"

"Maka dari itu jadilah gig*lo untuk malam ini saja, biar anda bisa merasakan bagaimana rasanya jadi gig*lo, saya akan membayarmu lima puluh juta" ucap Divana asal.

Hampir saja Reza keselek dengan air ludahnya sendiri, wanita ini benar-benar gila, apa wanita itu tidak tahu kalau dia sedang berhadapan dengan Xavier Zibrano.

"Ambil aja tawarannya tuan, anda tidak akn rugi bermalam dengan wanita cantik ini, tidak hanya uang yang anda dapatkan, anda juga mendapatkan kenikmatan" ceplos Reza.

Xavier langsung menatap tajam asistennya itu.

"Bulan ini gajimu saya potong" ancam Xavier.

"Ayolah tuan, siapa tahu wanita ini jodoh anda" ucap Reza tidak takut dengan ancaman Xavier.

Bos nya itu terlalu lempeng, tidak ada salahnya belok dikit bukan pikirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!