Langit malam menyala merah, seperti luka terbuka yang tak kunjung sembuh. Kota retak, bangunan runtuh, dan angin membawa aroma besi karat bercampur darah. Di antara reruntuhan itu, seorang pemuda berdiri, tubuhnya berbalut debu dan luka. Tangannya menggenggam erat potongan logam usang seperti memegang harapan terakhir di dunia yang sekarat.
Shinn. Namanya pendek, sederhana, namun hidup yang ia jalani jauh dari sederhana. Dunia tempatnya berpijak saat ini bukanlah dunia tempat manusia hidup—melainkan tempat kematian menunggu di setiap sudut. Zombie yang haus darah berkeliaran, bangkai mecha raksasa terbengkalai, dan reruntuhan peradaban modern membusuk dalam sunyi. Di dunia ini, kekuatan adalah hukum. Bertahan hidup adalah satu-satunya tujuan.
Namun kisah Shinn tidak dimulai di sini. Semua bermula di dunia pertama—dunia yang kita kenal. Bumi. Tempat di mana manusia masih hidup dalam sistem yang katanya "beradab." Tapi bagi Shinn, dunia itu tak lebih baik dari neraka yang satu ini.
Shinn tinggal bersama ibunya, Yura, di rumah kecil di pinggir kota besar. Rumah itu sempit, berdinding kayu lapuk, beratapkan seng karatan. Saat hujan datang, air bocor dari segala arah. Lantai tanah menggenang, dan ibunya menggigil, batuk terus-menerus dengan suara serak dan napas berat.
Ibunya menderita penyakit paru-paru kronis, dan Shinn tak pernah mampu membawanya ke rumah sakit. Tak ada asuransi, tak ada bantuan. Pemerintah tutup mata. Dunia menertawakan orang miskin seperti mereka. Makan pun kadang hanya sekali sehari. Namun, Yura selalu tersenyum. Senyum yang lembut, menyakitkan, dan penuh kasih, seolah berkata: "Maaf, Nak, ibu tidak bisa memberikanmu dunia."
Tapi Shinn tak menyalahkannya. Justru dari senyum itulah, ia mendapat alasan untuk terus hidup. Untuk bertahan.
Setiap hari, ia menyusuri tempat pembuangan, mengais barang bekas. Mecha rusak, kabel putus, pelat logam yang sudah usang—semua ia kumpulkan. Ia menjualnya ke tukang loak demi sekantong nasi dan sebutir obat. Ia dikenal sebagai pemulung jalanan. Orang-orang memandangnya jijik, memanggilnya 'sampah'. Namun Shinn tidak peduli. Baginya, satu-satunya hal yang penting adalah: 'Ibu harus hidup.'
Hari itu hujan deras. Petir menyambar langit yang gelap. Di tumpukan rongsokan terbesar di pinggir kota, Shinn menemukan sesuatu yang berbeda. Sebuah panel logam, setebal papan tulis, berbentuk persegi panjang dengan permukaan yang retak. Tidak berkarat, tidak lapuk. Justru… terlihat seperti baru. Di tengahnya terukir simbol asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Aura hangat aneh memancar samar dari balik logam itu, membuat bulu kuduknya merinding.
Entah mengapa, nalurinya berkata: ini bukan barang biasa. Ini bukan sekadar rongsokan.
Malam harinya, ketika listrik menyala sebentar di rumahnya, Shinn menghubungkan panel itu ke sisa baterai mecha yang ia simpan diam-diam. Saat arus mengalir, panel itu menyala. Layarnya menampilkan jendela transparan, dengan suara aneh berbicara di dalam kepalanya.
[Sistem Inisialisasi: Mengurai Dimensi...]
[Sinkronisasi Ditemukan: Subjek—SHINN]
Seketika, tubuhnya tersedot ke dalam pusaran cahaya. Ia tak sempat menjerit. Dunianya lenyap. Ia terjatuh ke tanah keras, dipenuhi puing, dan saat ia membuka mata, langit merah menyambutnya.
Dunia telah berubah.
Zombie berkeliaran. Mecha-mecha raksasa tergeletak hancur. Teknologi asing dan kehancuran menyatu dalam lanskap neraka.
Namun suara itu kembali, lebih jernih, langsung di dalam pikirannya:
[Void Genesis System Aktif.]
[Sumber daya tersedia: Barang Bekas & Mecha Rongsokan.]
[Tugas Awal: Bertahan Hidup. Bangun Kekuatan. Ubah Takdirmu.]
Shinn berdiri. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tapi karena harapan yang menyala. Dunia ini memberinya alat. Sistem yang lahir dari barang bekas. Dunia ini memberinya kekuatan—sesuatu yang tak pernah ia punya sebelumnya.
Ia menatap tangannya. Genggamannya lebih kuat. Matanya lebih tajam. Di dalam dirinya, ada sesuatu yang bangkit. Kekuatan gelap, dalam bentuk yang belum ia pahami sepenuhnya.
“Aku akan kembali,” bisiknya pelan. “Dan saat itu, ibu akan sembuh. Dunia yang menertawakan ku akan menyesal.”
Langkah demi langkah, ia berjalan menembus reruntuhan, meninggalkan jejak pertama dalam perjalanan barunya. Perjalanan dari rongsokan menuju kebangkitan.
PERJALANAN DIMULAI.
Darah masih mengalir dari luka kecil di pelipis Shinn saat ia terhuyung bangkit di tengah puing. Angin berdesir kering, membawa debu dan bau busuk mayat yang membusuk. Dunia ini sunyi—terlalu sunyi. Namun di balik kesunyian itu, ada sesuatu yang menekan. Seperti napas makhluk besar yang mengintai dari balik kegelapan.
Shinn mengedarkan pandangan. Ia berada di antara sisa-sisa kota yang hancur. Gedung pencakar langit kini hanya kerangka besi bengkok. Mobil-mobil terbalik, berkarat. Tulisan-tulisan asing menyala di billboard elektronik yang berkedip mati. Semua tampak asing, tapi juga... tidak sepenuhnya asing. Seperti refleksi dunia aslinya yang hancur, rusak, dan dilahap waktu.
“Dunia… ini bukan tempatku,” gumamnya.
Namun otaknya terus memproses apa yang terjadi. Ia tersedot melalui panel misterius, lalu mendarat di sini. Tapi ini bukan sekadar dunia lain—ini adalah dunia kedua. Ia yakin.
Suara itu kembali bergema di kepalanya.
[Void Genesis System Terhubung.]
[Status: Awal. Level 0.]
[Tugas Utama: Bertahan Hidup. Temukan Material. Bangun Markas.]
Tiba-tiba, jendela transparan muncul di hadapannya. Layaknya permainan virtual, layar itu menampilkan peta kabur, ikon peralatan, dan bar energi yang kosong. Matanya membelalak. Ini... seperti sistem gim, tapi terasa nyata. Terlalu nyata.
Shinn menyentuh panel udara itu, dan layar lain terbuka.
[Material Terdeteksi di Sekitar: Mecha Rongsokan (Usang) – 3 unit]
[Instruksi: Bongkar. Kumpulkan Suku Cadang.]
Shinn berjalan mendekat ke salah satu mecha tua yang setengah terkubur. Tubuhnya besar, mungkin setinggi dua lantai. Lengan mekanisnya patah, dan panel dadanya terbuka sebagian. Dengan hati-hati, Shinn mulai membongkarnya menggunakan pisau kecil dari kantong sabuknya—benda satu-satunya yang masih ia simpan dari dunia asal.
[Komponen Diperoleh: Baterai Lemah x2, Servo Retak x3, Sirkuit Berkarat x1]
Saat komponen terkumpul, layar sistem bergetar, lalu menampilkan:
[Prototipe Bangunan: Shelter Dasar – Material Cukup] [Bangun Shelter? Y/N]
Shinn tak ragu. Ia menekan 'Y'.
Tanah bergetar ringan. Seperti keajaiban, dari puing-puing logam muncul bangunan kecil berdinding besi usang. Sederhana, tapi kokoh. Di dalamnya ada tempat tidur keras, terminal sistem kecil, dan laci penyimpanan.
Shinn terdiam lama. Emosinya campur aduk: kagum, bingung, namun di atas segalanya... harapan mulai tumbuh.
“Sistem ini… nyata.”
Ia duduk di lantai shelter, menatap langit merah yang mulai meredup. Dunia ini hancur, penuh zombie dan bahaya, tapi juga penuh sumber daya. Barang-barang yang dunia asalnya anggap rongsokan, di sini bisa menjadi kekuatan.
Tiba-tiba, layar lain muncul.
[Sistem Sinkronisasi Dunia: AKTIF]
[Akses Dunia Awal – 10 Detik Lagi]
[Pengembalian Otomatis ke Lokasi Terakhir]
Tubuhnya kembali diselimuti cahaya. Ia menutup mata, dan dalam hitungan detik—ia sudah kembali ke tempat asal: kamarnya yang sempit, dengan atap bocor dan suara hujan di luar.
Namun ada yang berbeda.
Di tangannya, ada benda. Komponen logam kecil, salah satu yang ia dapatkan di dunia kedua. Ia menggenggamnya. Nyata. Dibawa dari sana. Dunia kedua bukan ilusi. Dan lebih dari itu—dua dunia ini terhubung.
Ia segera membuka lemari tempat ibunya tidur. Nafas ibunya berat, tapi stabil. Melihat wajah lemah itu, Shinn mengepalkan tangan.
“Aku punya kekuatan sekarang. Ibu… tunggu aku. Aku akan mengubah semuanya.”
Matanya menatap ke luar jendela. Dunia pertama mungkin tak melihatnya. Tapi dunia kedua akan menjadi alat. Ia akan menjadi penghubung dua dunia. Dan dari rongsokan ini—ia akan bangkit.
Pengalaman Pertama Bertahan Hidup
Setelah memastikan ibunya masih tertidur, Shinn menarik napas panjang. Dunia asalnya tetap sama: suram, keras, dan penuh ketidakadilan. Tapi kini, ia punya sesuatu yang berbeda—kesempatan.
Tanpa ragu, ia kembali membuka sistem di pikirannya.
[Void Genesis System: Akses Dunia Kedua dalam 30 Menit Lagi.]
Jeda waktu. Ia tidak bisa berpindah sesuka hati. Namun ini cukup untuk merancang strategi. Jika ia bisa membawa benda dari dunia kedua ke dunia pertama, bukankah itu berarti ia bisa memperbaiki kehidupan mereka?
Shinn mengecek tangannya. Komponen kecil tadi masih ada. Lalu ia berpikir, bagaimana jika ia membawa sesuatu dari dunia pertama ke dunia kedua?
Mencoba peruntungan, ia merogoh saku dan mengeluarkan obeng tua dari tempat kerja lamanya. Ia menggenggamnya erat saat timer sistem mencapai nol.
Saat cahaya kembali menyelimutinya, Shinn membuka mata dan menemukan dirinya kembali di dunia kedua. Obeng masih ada di tangannya.
“Ini berhasil...”
Dengan penuh semangat, ia mulai menggali lebih dalam tentang mekanisme dunia ini. Ia mengumpulkan lebih banyak material, menguji berbagai cara bertahan hidup, dan memahami bahwa sistem ini benar-benar memberinya kebebasan untuk membangun.
Namun, dunia ini bukan tanpa bahaya.
Langkah berat bergema di kejauhan. Shinn menajamkan pendengarannya. Sesuatu mendekat.
Zombie.
Tubuhnya menegang. Makhluk itu lebih besar dari yang ia bayangkan. Kulitnya membusuk, matanya berkilat merah, dan mulutnya mengeluarkan suara geraman dalam.
[Ancaman Terdeteksi.]
[Tingkat Bahaya: Rendah-Menengah.]
Shinn meraih potongan logam dari tanah dan bersiap. Ini bukan hanya sekadar dunia untuk membangun. Ini adalah dunia di mana setiap detik, nyawa dipertaruhkan.
Tapi ia tidak gentar. Dunia pertama mengajarinya satu hal: bertahan hidup adalah hukum utama. Dan di sini, ia punya lebih dari sekadar keinginan untuk bertahan.
Ia punya sistem.
Dan ia akan menang.
____________________
To be continued.....
Dua dunia. Dua realitas. Dua sisi kehidupan yang bertolak belakang namun kini, keduanya bersatu dalam hidup Shinn.
Setelah kembali dari dunia penuh kehancuran itu, malam di rumahnya terasa seperti mimpi. Atap seng yang bocor, bau lembap dari lantai tanah, dan batuk ibunya yang menyayat hati… semuanya nyata. Tapi begitu juga dunia apokaliptik yang ia tinggalkan beberapa jam lalu dunia yang memberinya sistem dan kekuatan.
Shinn menatap benda logam kecil di telapak tangannya salah satu komponen mecha yang ia bawa dari sana. Kilauan peraknya redup, tapi tak ada benda seperti ini di dunia pertama. Ini bukti. Bukti bahwa dunia zombie itu benar-benar ada. Dan ia… bisa berpindah.
Ia duduk di sebelah ibunya, Yura, yang masih tertidur lemah. Wajahnya pucat, napasnya berat. Obat-obatan sudah lama tak terbeli. Shinn menatap ibunya dalam diam. Dalam dirinya, tumbuh keyakinan baru: dunia kedua bukan kutukan melainkan anugerah. Ia akan memanfaatkannya.
Ketika pagi datang, ia tak membuang waktu. Menggunakan alasan mencari barang rongsokan, Shinn kembali ke tempat pembuangan yang sama tempat panel misterius itu ia temukan. Kali ini, ia membawanya secara diam-diam ke gudang kosong di pinggir kota.
Begitu ia menghubungkan kabel ke sisa baterai, layar transparan kembali muncul.
_______________
[Void Genesis System Aktif]
[Perpindahan Dimensi dalam 3… 2… 1…]
_______________
Cahaya menyelubungi tubuhnya. Saat ia membuka mata, ia sudah kembali ke dunia kedua. Langitnya merah kelam. Debu beterbangan. Dunia ini tampak lebih hidup dibanding sebelumnya tapi juga lebih berbahaya.
Ia melihat peta holografik muncul.
_______________
[Zona Aman: Shelter Awal – Status: Stabil]
[Zona Sekitar: Terindikasi Aktivitas Zombie Ringan]
[Rekomendasi: Ekspedisi – Temukan Titik Reruntuhan Mecha]
_______________
Shinn menarik napas. Ia menggenggam besi tumpul yang ia bawa kemarin, satu-satunya senjata sementara. Ia melangkah keluar dari shelter menuju reruntuhan yang lebih dalam.
Langkahnya ringan, namun siaga. Di kejauhan, suara geraman rendah terdengar. Ia menempel di balik puing tembok. Dua makhluk berjalan terseok. Tubuh mereka membusuk, kepala separuh hancur, namun mata kosong mereka penuh kebencian terhadap yang hidup.
Zombie.
Tangannya berkeringat, tapi ia tahu ini bukan saatnya ragu. Ia meraih batu dan melemparnya ke sisi lain, mengalihkan perhatian makhluk itu. Ketika mereka menjauh, Shinn menerobos reruntuhan dan menemukan bangkai mecha besar yang setengah terkubur.
Panel sistem berbunyi:
_______________
[Target Ditemukan: Mecha Tipe-Terjun, Rangka Sempurna]
[Instruksi: Bongkar – Risiko: Tinggi. Lokasi Didekati oleh Entity Zombie.]
_______________
“Tidak ada pilihan,” bisiknya.
Dengan cepat, ia mulai membongkar. Tangannya bergerak cekatan, memotong kabel, mencabut komponen. Layar sistem menunjukkan peningkatan:
_______________
[Material Diperoleh: Komponen Energi Langka x1, Pelat Baja x4, Modul Kontrol Usang x2]
_______________
Namun saat ia menarik bagian terakhir, sebuah raungan terdengar.
Dua zombie melompat dari balik reruntuhan. Shinn nyaris tak sempat bereaksi. Yang satu menerjang ke arahnya. Ia mengayunkan besi tumpul ke kepala makhluk itu krak! tulang hancur dan tubuhnya jatuh.
Tapi yang kedua lebih cepat. Ia terpukul dan jatuh ke tanah. Cakar zombie itu mencakar bahunya, menyobek kulit. Rasa panas dan nyeri menjalar. Namun tepat saat gigi zombie itu hampir menancap ke lehernya, sistem bersinar terang.
_______________
[Bahaya Kritikal – Aktivasi Otomatis: Mode Bayangan Gelap Lvl.1]
_______________
Bayangan keluar dari tubuh Shinn. Dalam sepersekian detik, tubuhnya diselimuti aura gelap. Tangan kanannya berubah menjadi semacam cakar hitam yang memanjang. Ia menerjang balik dan menghantam kepala zombie itu dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Makhluk itu hancur di tempat.
Shinn terengah. Tapi tubuhnya terasa ringan… lebih kuat. Cakar itu menghilang perlahan. Ia menatap tangannya yang kembali normal bergetar, tapi juga… penuh kekuatan.
“Ini… kekuatan gelap?”
Sistem menampilkan pesan:
_______________
[Skill Permanen Diperoleh: Cakar Bayangan Lvl.1 – Atribut Gelap Terbangkitkan]
[Efek Samping: Pemulihan Energi Lemah, Luka Tertutup Sebagian]
_______________
Ia meraba bahunya. Luka mulai menutup perlahan. Air matanya nyaris jatuh. Untuk pertama kalinya… luka fisiknya bisa sembuh, bukan hanya luka di hati.
Ketika ia kembali ke shelter, ia mengatur material dan mulai merancang struktur baru: panel surya kecil, dinding pertahanan, bahkan sistem penyimpanan energi.
Dunia ini dunia zombie, mecha rongsokan, dan kegelapan adalah tempat yang mematikan.
Tapi di mata Shinn, ini adalah dunia yang memberinya kesempatan. Dunia tempat dirinya bisa menjadi lebih dari sekadar anak miskin. Dunia yang akan membawanya menuju kekuatan sejati.
Dan jika ia bisa menguasai dunia ini… maka dunia pertama pun akan ia kuasai.
“Ini baru permulaan,” katanya lirih. “Aku akan membangun kekuatan, menyembuhkan ibu… dan menghancurkan semua yang pernah meremehkan ku.”
Langit kembali memerah. Di kejauhan, raungan para zombie menggema. Tapi Shinn tak gentar. Ia sudah memilih jalannya. Jalan dari rongsokan… menuju kebangkitan.
___________________
To be continued.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!