NovelToon NovelToon

Terjerat Gairah Sang Mantan

Bab 1

Plak!

Suara tamparan yang keras menggema di kamar tidur. Daniar terjatuh di atas ranjangnya. Ia menangis sambil memegangi pipi kanannya yang memerah. "Tolong, jangan sakiti aku lagi!"

"Dasar istri yang tidak tahu diri! Beraninya kamu mencoba melarikan diri, setelah semua yang aku berikan untuk keluargamu!?" Leonard menarik rambut panjang bergelombang Daniar dengan kasar.

"Aku tidak ingin melarikan diri, Mas. Aku hanya ingin pergi dari sini untuk sementara waktu. Aku tidak tahan lagi dengan perlakuanmu yang kasar dan kejam," seru Daniar, menangis dan berusaha melepaskan rambutnya dari genggaman Leonard.

"Aaakkhh!" Dengan tatapan memohon, Daniar berkata, "Mas, tolong lepaskan rambutku! Ini ... sakit, Mas."

"Tidak ada gunanya kamu berbohong. Aku sudah tahu semua tentang rencanamu. Dan sekarang, kamu akan menerima hukuman atas kelakuanmu yang tidak tahu diri!" umpat Leonard, suaranya dingin dan kejam.

Tidak puas dengan tindakannya, Leonard menjatuhkan kembali tubuh istrinya keatas ranjang, lalu menarik paksa pakaiannya.

Sreeekk!!

Sreeekk!!

Satu persatu pakaian di tubuh Daniar dilepas hingga tak menyisakan sehelai benang pun. Daniar hanya bisa menangis ketakutan.

"Menangislah lebih keras, hahahaha! Konyol sekali kamu malah ingin kabur, padahal aku sudah membelikan semua barang mewah untuk kamu. Dasar istri yang tidak tahu diuntung!"

Jari-jari Leonard bergerak memporak-porandakan bagian sempit milik Daniar, "Aduh... Sakit... Tolong, hentikan Mas..." Daniar menangis dan terus memohon agar penyiksaan ini dihentikan. Namun, Leonard malah semakin menjadi-jadi, tidak berhenti ia terus membuat Daniar semakin tak berdaya.

Seketika kedua kakinya dibuka lebar, Leonard menancapkan benda perkasa miliknya. Daniar hanya bisa pasrah saat tubuhnya berguncang tiada henti. Penyatuan ini tidak lagi senikmat dulu, seperti saat mereka berbulan madu.

Daniar masih mengingat jelas, kelembutan Leonard di malam pengantinnya. Ada perasaan bahagia yang tidak bisa tergambarkan di hati saat itu. Leonard begitu mencintai dan memuja dirinya. Memperlakukannya seperti seorang ratu. Namun itu semua sudah berlalu. Setelah menikah tidak lagi seindah dulu.

Siapa Daniar?

Ia hanyalah seorang perempuan sederhana yang bersedia menikah dengan Leonard setelah berpacaran selama empat bulan. Daniar Elora, putri pertama dari pasangan Anton Wijaya dan Dewi Elora Wijaya.

Orang tuanya mengelola toko sembako untuk membiayai pendidikan Daniar dan adik lelakinya, Daniel. Nilai akademis Daniar biasa-biasa saja. Oleh karena itu, setelah lulus SMA, Daniar memutuskan tidak kuliah dan lebih memilih membantu menjalankan bisnis orang tuanya.

Tidak ada yang bisa dibanggakan memiliki istri seperti Daniar. Sejak Daniar menikah dan tinggal di rumah mewah milik suaminya, tidak ada seorang pun anggota keluarga Pratama yang mengakui statusnya sebagai istri sah Leonard. Bahkan, para pelayan enggan menyapa Daniar, apalagi menghormatinya.

Sedangkan Leonard?

Ia adalah seorang putra satu-satunya keluarga Pratama yang tersohor di Indonesia, Leonard lulusan luar negeri, Harvard University. Selain tampan dan cemerlang dalam bidang bisnis, di masa depan, Leonard akan menjadi pewaris tunggal perusahaan ayahnya yang bernama "Lumina".

Perusahaan milik keluarga Leonard adalah perusahaan kelas dunia yang mengembangkan berbagai produk rumah tangga hemat energi. Karena itulah pernikahan antara Daniar dan Leonard, putra pemilik Perusahaan Lumina. Sempat diwarnai dengan banyak tentangan dari keluarga Pratama, terutama ayah kandung Leonard.

Perbedaan latar belakang dan status sosial mereka bagaikan dua dunia yang berbeda, sehingga banyak orang yang meragukan keserasian mereka. Sungguh ironi, bukan?

Namun setelah menjalani 3 bulan pernikahan. Daniar tak pernah menyangka bahwa suaminya, Leonard, yang ia kenal sebagai pria yang lembut dan penyayang, akan berubah menjadi monster yang kejam dan kasar terhadapnya. Baru pernah seumur hidup, Daniar baru disakiti secara fisik maupun mental.

Ayahnya sendiri bahkan tak pernah sekalipun menarik rambut atau menampar pipinya, tapi suaminya, yang seharusnya menjadi sosok pelindung, malah tega melakukan hal kejam seperti itu.

"Ini pasti hanya mimpi buruk! Bangunkan aku ya Tuhan!" batin Daniar terus berteriak, tapi kenyataan pahit tidak mau berubah.

Sepanjang malam Daniar menangis, hatinya terluka dan terpukul. Ia terlalu naif saat menerima lamaran Leonard yang baru ia kenal sebentar, tanpa tahu bahwa ada sisi gelap yang bersemayam dalam jiwa suaminya.

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**

Bab 2

"Daniar! Nak apa kabarmu..." 📞

Suara ibunya yang merdu terdengar dari kejauhan, membawa kehangatan dan ketenangan. Setiap kata yang diucapkan ibunya bagaikan obat penenang yang menyembuhkan luka hati. Meskipun di balik senyumnya, Daniar menyembunyikan kepedihan yang dalam.

"Mama, bagaimana kabar di rumah? Semua sehat? Papa dan Daniel apa kabar?" tanya Daniar dengan suara yang terdengar lebih ceria daripada biasanya. 📞

Namun, di balik suara riangnya itu, ada kesedihan yang terpendam, sebuah kebohongan yang selalu ia tutupi rapat-rapat.

"Semua sehat, sayang. Tapi, bagaimana dengan suamimu? Sudah isi kah?" tanya ibunya penuh harap. 📞

Daniar terdiam sejenak, mencoba menyembunyikan kebenaran. "Semua baik-baik saja Mama. Walaupun belum dapat momongan Daniar dan Leon sangat bahagia," jawabnya dengan nada riang yang dibuat-buat.📞

Ibu Daniar percaya pada jawaban putrinya dan dia terus bertanya tentang kehidupan glamor Daniar. Tentu saja Daniar terus berbohong, tidak ingin ibunya tahu tentang kebenaran yang sebenarnya. Kebenaran tentang suami yang kejam dan sering menyakitinya.

“Mama, Papa, dan Daniel. kangen banget sama kamu, Nak. Kapan kalian bisa kesini, semenjak kamu menikah, belum pernah sekalipun suamimu main ke rumah mama papa?” 📞

"Sebenarnya aku ingin sekali mengajak Leonard main ke rumah, tapi dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, aku tidak mau mengganggu kesibukannya," jawab Daniar dengan alasan yang tepat.📞

Dewi, ibu Daniar mengerti alasan Daniar. "Oh, iya juga, kamu benar, Nak. Jabatan suamimu perusahaan memang penting, tapi ingatkan juga suamimu, jangan buat istrinya kesepian," ucap Dewi diikuti suara tawanya. 📞

Daniar langsung terdiam dan tersenyum miris, jika mengingat bayangan kekerasan yang diterima dari suaminya.

"Ma, aku... aku sebenarnya mau pulang. Aku... Kangen, berharap bisa dipeluk mama dan papa, hiks." Suaranya tergagap oleh isak tangis yang tidak bisa ia tahan lagi. 📞

Kali ini Daniar tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Ia rindu suasana hangat dalam rumah kedua orangtuanya, dan ia juga rindu bertengkar dengan adik laki-lakinya Daniel. Ia rindu perasaan aman dan nyaman yang selalu ia rasakan di rumah orangtuanya dulu.

"Aku mau pulang, Ma. Aku tidak bisa lagi hidup seperti ini," seru Daniar dengan suara yang tergagap oleh tangis. Ia berharap ibunya bisa memahami kesedihannya dan memberinya kekuatan untuk melawan kekerasan yang ia terima. 📞

"Nak... Kamu kok nangis? Apa yang terjadi, sayang?” 📞

Daniar menutup mulutnya. Menahan Isak tangis yang pecah, jika ia mengungkapkan semuanya, itu berarti kedua orangtuanya harus menghadapi kenyataan pahit yang tak mudah mereka terima.

"Aku... aku hanya bercanda, aku baik-baik saja, Mama dan Papa tak perlu khawatir. Aku sekarang tinggal di rumah mewah dengan banyak pelayan, aku sangat bahagia menjadi istri seorang CEO." kata Daniar dengan suara yang dipaksa stabil.

Dewi pun langsung percaya pada kata-kata putrinya, "Baik, Nak. Mama dan Papa mencintaimu. Jaga dirimu baik-baik ya...." pesan ibunya.📞

Daniar mengucapkan salam perpisahan juga, dan cepat-cepat menutup telepon. Ia merasa lega karena berhasil menyembunyikan kebenaran, tapi juga merasa bersalah karena berbohong pada orang tuanya.

Setelah menutup telepon, Daniar membiarkan air matanya deras mengalir membasahi seluruh wajahnya yang kesakitan. Ia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak diinginkannya, dan tidak tahu bagaimana cara keluar dari situasi itu.

"Aku tidak sanggup lagi. Aku tidak mau lagi menanggung rasa sakit ini. Aku terjebak dalam kehidupan yang tidak diinginkan. Aku merasa tidak ada harapan lagi. Aku ingin mengakhiri semuanya, aku gak mau merasakan sakit lagi. Aku ingin bebas penderitaan ini!"

Dengan langkah pelan, Daniar meninggalkan kamarnya dan menyusup ke dalam dapur yang sunyi. Di sana, dia menggenggam pisau kecil yang mengkilap dengan tepi yang tajam.

Daniar tersenyum, matanya terfokus pada kilauan logam yang memantulkan cahaya remang di dapur. Tangannya gemetar sedikit, tapi tekadnya tetap kuat. Dia berjalan pelan-pelan ke arah jendela, membuka kaca dan membiarkan udara sore masuk.

Apa yang akan dilakukan Daniar selanjutnya?

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**

Bab 3

Malam pun tiba. Leonard baru saja pulang bekerja. Ia masuk ke dalam rumah dan di sambut oleh Ruben.

"Selamat datang tuan." sapa Ruben sang kepala pelayan, sekaligus orang kepercayaannya Leonard. Pria tua itu segera mengambil tas kerja milik Leonard dan memberikannya kepada salah satu pelayan rumah.

"Dimana istriku, aku sangat rindu dengannya." ucap Leonard dengan nada riang.

"Sepertinya biasa, Nyonya sedang menunggu Anda di ruang makan. Khusus hari ini, Nyonya yang menyiapkan sendiri makan malam spesial, katanya menu favorit anda." ujar Ruben tersenyum ramah, pria yang sudah lama mengenal tuannya dari kecil.

"Sepertinya emosi tuan sedang stabil," batinnya, Ruben bisa melihat kalau suasana hati Leonard sedang baik-baik saja malam ini.

Leonard sudah tidak sabar ingin segera makan, cacing lokal di perutnya sudah berbunyi minta sesuap nasi.

Cekrek.

"Honey..." sapa Leonard dengan wajah yang nampak cerah. Tapi Daniar diam saja, hanya memperlihatkan senyum masam.

Malam ini, Daniar sengaja memilih gaun koktail unggu yang lebih terbuka, menonjolkan belahan dadanya yang dalam membentuk huruf V.

Leonard terkesiap saat menyaksikan penampilan Daniar yang begitu mencolok dan tak biasa.

"Daniar, kamu... kamu terlihat sangat berbeda malam ini," ucap Leonard, masih terpaku pada penampilan istrinya.

"Benarkah? Apa yang membuat Mas, berpikir begitu?" tanya Daniar, dengan senyum terpaksa.

"Ka... Kamu terlihat... lebih menggoda," jawab Leonard, mencoba mencari kata yang tepat.

"Dan apa yang salah dengan itu?" tanya Daniar, matanya berkilauan dalam cahaya lampu.

Leonard terdiam, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Daniar.

"Sayang... Kamu pasti lapar setelah seharian ini bekerja. Ayo kita makan malam dulu." ucap Daniar langsung menyuguhkan makan malam.

Leonard mengangguk, menghempaskan bokongnya di kursi meja makan. Daniar duduk di sampingnya, lalu dengan sigap ia melayani suaminya. Menuangkan nasi dan lauk pauk keatas piring kosong milik Leonard.

"Apa segini cukup??" tanya Daniar dengan nada lembut.

"Iya.., terimakasih honey." Ucapnya sambil tersenyum.

Untuk beberapa saat, keduanya makan dengan hening di ruangan yang luasnya sekitar 200 meter persegi. Satu-satunya suara yang terdengar adalah gesekan garpu dan sendok pada piring.

Daniar makan dengan wajah tenang, sesekali menyuap lauk pauk. Sementara itu, Leonard terlihat lahap, seolah-olah dia sedang mengalami kelaparan yang hebat.

"Selain baju, makeup mu juga terlihat berbeda malam ini," ujar Leonard sambil melirik istrinya. Tak biasanya Daniar berdandan agak menor, dengan lipstik merah cabe.

"Aku hanya ingin memberikan kesan yang tak terlupakan, malam ini," Ucapnya pelan, seperti nada berbisik.

"Tapi aku lebih suka penampilanmu yang alami dan sederhana, katakan padaku apa yang sedang kamu inginkan? Tas branded? Atau set perhiasan yang aku berikan kemarin masih kurang, kamu mau apa lagi? Sampai-sampai ingin menggodaku malam ini." kekehnya, mengira sang istri sedang memberikan kode.

Namun justru kata-kata itu sangatlah menyinggung Daniar.

Klang!

Daniar melempar sendok dan garpu ke atas piringnya dengan gerakan kasar.

"Mas! Aku memang menikahi mu karena uang. Adikku butuh biaya kuliah, dan orang tuaku sudah terlalu tua untuk mengelola toko sembako. Kamu tahu, keadaan ekonomi keluargaku sangat berbeda denganmu, Mas. Sejak awal, aku memang tidak layak di matamu..." teriaknya suaranya bergetar, tangisnya pecah.

Leonard tersentak kaget mendengar pengakuan tiba-tiba dari istrinya. Entah kenapa, hatinya jadi sakit dan tak nyaman.

"Aku sudah rela tinggal jauh dari keluargaku..., bahkan aku rela menjauhi temanku, aku rela jadi tahanan rumah ini!! APA SEMUA YANG AKU LAKUKAN UNTUKMU MASIH BELUM CUKUP JUGGAAA!!" teriak Daniar, menatap nyalang pada suaminya.

"Emosi Daniar semakin membuncah, tidak bisa lagi ia tahan. Fisik dan batinnya terus tersiksa, membuatnya hampir kehilangan akal. Sampai merasa, kalau mati saja lebih baik daripada hidup.

"Kenapa kamu tiba-tiba marah ...!" Leonard tak melanjutkan kata-katanya, karena tiba-tiba Daniar mengeluarkan sebuah benda pipih yang tajam, membuat seisi ruangan menjadi panik.

.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!