NovelToon NovelToon

Kultivasi Sang Dewa Iblis

Prolog

Kehidupan yang ramai, orang-orang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Para pemimpin keluarga berdagang, beternak, serta perajin barang-barang hanya semata-mata menghidupi keluarga mereka. Kota Wu penuh dengan kenikmatan duniawi bagi sebagian orang. Di dunia ini juga tidak terlepas dari kultivasi, kota Wu hanyalah sebuah kota di pinggir benua. Sulit bagi orang-orang mengumpulkan sumber daya.

Sebuah paviliun obat menjulang dengan tiga lantai. Orang lalu lalang keluar dari bangunan ini. Diatasnya ada seseorang dengan jubah abu-abu panjang dan rambut yang terurai berhembus tertiup angin. Mata coklatnya bersinar memantulkan cahaya matahari.

Sudah ditinggal orang tuanya sejak kecil itulah nasib pahit yang harus dihadapi Yun Feng. Seorang pemuda berusia 15 tahun dengan tubuh kurus. Keadaan memaksanya untuk bertahan hidup seorang diri. Karena kesusahan untuk menghidupi dirinya sendiri mencuri adalah alasannya tidak kelaparan sampai sekarang.

“Malam panjang, angin dingin, tulang menggigil. Jalan yang rumit, perut kosong terus menempuh kesulitan. Lumbung milik si kaya terisi penuh tetapi…apakah ada yang peduli dengan si miskin? Orang miskin hanya menatap langit yang biru tanpa adanya harapan yang bisa diraih. Apakah mengambil sesuatu berdosa sedangkan langit tidak bertindak? Tanyakan saja pada langit!” Suara seraknya penuh dengan keluh kesah.

Seluruh penjuru kota terlihat di matanya. Tidak ada satupun sudut kota yang tidak bisa dilihat Yun Feng. Matanya melihat sekeliling seperti mencari sesuatu. Yun Feng menyipitkan matanya sekarang menatap lalu lalang jalan yang ramai. Pandangannya terkunci pada seorang pria gempal mengenakan jubah biru muda yang kelihatan mewah, Yun Feng tidak bisa menyembunyikan senyuman liciknya.

Tubuh Yun Feng dengan cepat melompat turun. Itu seperti berbahaya untuk melompat dari lantai tiga tetapi, Yun Feng sudah bintang dua ‘Qi Gathering’. Yun Feng bisa memusatkan qi pada kakinya untuk meringankan berat tubuhnya.

Yun Feng turun di gang celah dua bangunan. Dia sudah bersiap disana entah apa yang akan dilakukannya. Dia berjalan dengan cepat, kepalanya tertunduk dan agak lesu. Dia keluar dari gang dan berada di jalan utama kota. Dia tidak melambatkan langkahnya dan terus berjalan lurus, matanya sesekali melirik ke depan.

Bruk!

Dia dengan keras menabrak pria gempal yang diincarnya dari tadi. Nampak ekspresi marah dan jijik ketika Yun Feng menabraknya. Pria itu lumayan kuat, dengan benturan yang lumayan keras tadi hanya menggoyangkan bahunya. Pria itu meneriaki Yun Feng yang mencuri pandangan dari orang-orang yang lewat.

“Pengemis bau apa kau buta!” Teriak marah pria itu.

Yun Feng menggigil untuk memikat keprihatinan orang lain, “Maafkan aku tuan!” Suara lemah Yun Feng. Melihat sekeliling orang-orang yang melihatnya dia mengurungkan niatnya untuk menghajar Yun Feng. Pria itu menggelengkan kepala dengan kesal sebelum mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuknya pergi.

“Kau pergilah!” Ucap pria gempal.

Tanpa mengucapkan sepatah kata Yun Feng pergi dengan akting ketakutan. Banyak orang memandangnya dengan rasa kasihan mengingat umurnya yang tergolong muda. Tetapi dengan langkah perlahan Yun Feng meloloskan dari keramaian.

Senyuman licik Yun Feng tergambar di sudut bibirnya saat dia memasuki gang sepi. Dia memegang kantong uang yang cukup berisi. Yun Feng bertingkah sangat tenang seolah itu adalah makanan sehari-harinya. Pemuda itu menatap kantong itu dengan senyuman bahagia. Tepat saat suara perutnya keroncongan memenuhi gang. Yun Feng berjalan meliuk-liuk di gang sebelum dia berada di jalan lain yang cukup ramai di kota.

Dia teringat saat-saat dia pertama kali mencuri. Saat itu umurnya sepuluh tahun. Ada rasa ketakutan dan keraguan padanya ketika dia akan melakukan hal itu. Tetapi perutnya yang lapar seolah membisikan pada hatinya untuk meyakinkan. Yun Feng kecil mendekat perlahan-lahan sambil mengawasi penjaga toko roti yang sedang sibuk mencetak adonan.

Bau wangi dan sedap dari roti yang dipanggang masuk ke hidung Yun Feng membuat perutnya seakan melilit. Yun Feng kecil dengan langkahnya yang pelan akhirnya sampai di depan kios roti. Dia merendahkan tubuhnya agar tidak terlihat, saat penjaga toko itu masih sibuk dengan cepat Yun Feng merampas satu roti dan segera berlari kencang.

Penjaga toko yang mendengar langkah kakinya berhenti sejenak dari aktivitasnya dan memeriksa sekitar. Matanya menyipit marah ketika dia melihat Yun Feng berlari membawa sebuah roti dari tokonya tanpa membayar, orang itu langsung meneriaki pencuri itu.

Yun Feng menegang, jantungnya berpacu lebih cepat. Penjaga toko itu untungnya tak mengejar. Yun Feng belok ke salah satu jalan kecil dia melihat sekeliling terutama ke belakang berjaga-jaga memastikan dirinya aman. Yun Feng kecil menyandarkan tubuh mungilnya ke tembok bangunan yang dingin dia mengelus dadanya. Dia sedikit lega dan tertawa kecil melihat sebuah roti hangat di tangannya.

Mengingat kejadian masa kecilnya tak sadar Yun Feng tersenyum kecil sebelum akhirnya tersadar di jalan yang cukup ramai. Dia berjalan melewati kios-kios dan ada juga pedagang kaki lima. Yang mereka jual bermacam-macam mereka yang menjual makanan aromanya akan menggugah selera, dan mereka yang berjualan pernak-pernik perhiasan akan memikat mata yang memandangnya.

Langkah Yun Feng terhenti di depan kios makanan. Dia melirik dan melihat roti panggang yang sangat sedap. Penjaga toko itu menyapa Yun Feng dengan ramah. Matanya berbinar melayani pelanggan miliknya. Penjaga kios itu tertawa kecil sebelum berkata.

“Tuan pelanggan…silahkan dilihat-lihat mungkin ada yang menggugah selera bagi anda.” Nada penjaga itu ramah.

Yun Feng melihat berbagai makanan yang berada di kios itu kemudian dia terkunci di roti panggang. “Aku mau ini!” Ucap Yun Feng menunjuk ke roti sebelum matanya tersapu ke tusukan manisan “Dan ini juga!”

Yun Feng memberikan beberapa keping koin digantikan sebuah roti dan tusuk manisan. Pemuda itu tersenyum tipis sebelum dia melihat ke atas, langit sudah berwarna oranye. “Malam akan tiba…aku akan menuju tempat favoritku di kota.” Pikir Yun Feng.

Tempat yang dimaksud adalah atap paviliun pil. Selain di sana dia bisa menikmati pemandangan luar kota yang indah, aroma obat juga menambah kenyamanan di hati Yun Feng. Pemuda itu sampai di paviliun pil, dia menatap ke atas atap yang sangat tinggi. Hampir mustahil bisa melompatinya untuk kebanyakan orang. Tetapi ini hanya hal mudah bagi Yun Feng.

Sambil membawa kedua makanan di kedua tangannya dia sedikit menekuk lututnya ke depan mengambil ancang-ancang.

Wush!

Tubuh Yun Feng bagaikan bulu yang ringan, sangat mudah untuk naik. Yun Feng mendarat sempurna di atap yang disambut cahaya oranye dari matahari yang akan tenggelam. Pemuda itu duduk menekuk satu lututnya sedangkan yang lainnya dibiarkan lurus. Menikmati makanannya dia menatap sunset sungguh keindahan baginya yang ia rasakan saat ini.

Malam berganti pagi tetapi tidur bukanlah cara Yun Feng melewati malamnya. Di kesunyian itu dia duduk bersila di atas atap dengan mata terpejam. Dia sedang berkultivasi dengan menyerap energi Qi yang dihasilkan oleh alam. Meskipun, dikala angin menerpa yang membuat tubuhnya menggigil tidak akan meluluhkan tekadnya.

Sinar matahari pagi menyelinap ke mata Yun Feng, kehangatan membuat dia membuka matanya perlahan. Para pedagang ramai-ramai membuka kios-kios kecil mereka. Pemuda itu berdiri meskipun rasa pegal mencengkram kakinya. Yun Feng menatap ke bawah dengan badan yang sedikit condong. Tanpa perlawanan tubuhnya terjatuh ke bawah. Secepatnya Yun Feng menata kembali tubuhnya saat berada di udara dengan mendaratkan kakinya terlebih dulu.

Dia berjalan tanpa tujuan melewati jalanan yang semakin lama menjadi ramai. Hiruk pikuk orang jual-beli memenuhi setiap sudut jalan. Tidak ada yang membuat Yun Feng berhenti kecuali sebuah papan pengumuman yang terpajang sebuah dekrit pemberitahuan. Tubuh Yun Feng terpaku di depan papan itu, matanya tak berhenti membaca sebuah kertas di sana.

Senyuman licik muncul di wajahnya dan matanya semakin tajam. “Tujuanku untuk menjadi abadi akan dimulai dari sini!” Suaranya serak saat dia bergumam.

Yun Feng bergegas pergi, dan yang dia baca adalah sebuah pengumuman bertulis: “Perekrutan Murid Sekte Awan Hijau”

...Tingkatan Kultivasi:...

...1. Qi Gathering...

🌟 1-15

Qi Refining

🌟 1-10

Foundation Established

🌟 1-10

Core Development

Awal, Menengah, Puncak

Immature Soul

Awal, Menengah, Puncak

Spirit King

Awal, Menengah, Puncak

Void Transformation

Awal, Menengah, Puncak

Saint Realm

🌟 1-10

Heavenly Monarch

🌟 1-5

Immortal Emperor

Ujian Tertulis Di Sekte Langit Hijau

“Sekte Langit hijau…walaupun tidak sebesar sekte lain, untuk permulaan juga sudah cukup. Terlebih…tapak pembuka langit yang diwariskan di sekte itu juga menarik!” Pikir Yun Feng dengan ekspresi liciknya.

Sekte Langit hijau berbeda dengan beberapa sekte lainnya. Tempatnya hanya berada di pinggir kota dan seperti bangunan pada umumnya. Sekte itu bisa dibilang tertinggal daripada yang lain. Tidak ada master kuat yang bisa membangun sekte itu di puncak gunung. Yun Feng sampai di sebuah pintu gerbang yang dijaga dua orang berpakaian hijau cerah. Masing-masing membawa tombak dengan gagah memancarkan aura tersendiri. Tidak ada kekaguman dan rasa segan sedikitpun dari Yun Feng, hanya karena mereka mereka bintang 2 Qi Gathering.

Salah satu orang menghadang Yun Feng saat dia mendekati gerbang. Dengan tatapan tajam penjaga itu berkata, “Nama?”

Yun Feng memandang datar penjaga itu. Dengan suara serak dan dingin berbisik, “Yun Feng…”

Penjaga itu memberikan token kayu bertulis namanya. Sekarang dia sudah kembali ke tempatnya seharusnya membiarkan Yun Feng masuk. Pemuda itu dengan gagah membuka gerbang merah yang cukup berbobot. Memerlukan sedikit tenaga bagi Yun Feng mendorongnya dengan satu tangan tetapi masih berhasil. Lapangan luas memungkinkan para murid berlatih disana. Aula utama sekte berdiri megah dengan bahan kayu yang memiliki desain elegan.

Segelintir orang berkumpul di lapangan yang sepertinya tujuannya sama seperti Yun Feng. Mereka dari latar yang berbeda-beda berbaur dengan lainnya untuk mempererat perdamaian disana. Candaan untuk mencairkan suasana sering dilontarkan di sela bincangan mereka.

“Perhatian semuanya!” Suara bergema terdengar dari atas langit.

Seluruh percakapan dan apapun yang mereka lakukan terjeda saat mendengar suara itu. Mereka mencari sumber suara yang mereka dengar dari langit. Seluruh kepala mendongak ke atas. Hanya awan putih seperti hari umumnya sebelum awan itu terbelah cahaya matahari menyelinap. Seorang pria tua jatuh dengan kecepatan seperti bulu sangat pelan. Jubah panjang berwarna hijau tua dengan jenggot agak panjang, rambutnya didominasi warna putih meskipun ada yang hitam tetapi hanya beberapa.

Orang tua itu jatuh secara perlahan sebelum pedang terbang keluar dari sebuah tempat di pinggangnya dan menopang kakinya. Para murid sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat orang tua itu. Walaupun sudah berumur lebih dia masih berdiri dengan gagah dan melipat tangannya ke belakang.

“Aku penatua Qing Shan akan memimpin ujian kalian. Walaupun ujian ini tidak terlalu sulit jangan harap jika kalian bisa melewati ujian dengan mudah. Untuk ujian pertama kali ini adalah ujian tertulis. Jadi…bukan hanya kekuatan tetapi kepintaran juga berperan penting dalam proses kultivasi!” Kata tetua Qing Shan.

Semua orang saling berpandangan suasana sedikit riuh. Orang-orang sedikit gugup karena mereka belum mempersiapkan apa yang mereka butuhkan dalam ujian kali ini. Qing Shan menjentikkan jarinya dan beberapa buku muncul di hadapannya. Dengan lambaian tangannya buku itu terbang ke arah mereka semua. Semua berfokus pada buku itu sekarang, mereka mengambil buku itu dengan reaksi yang berbeda-beda.

“Kalian pahami yang ada di buku itu untuk membantu menyelesaikan ujian nanti! Waktu kalian hanya satu batang dupa!” Suara Qing Shan bergema.

Qing Shan menepuk tas yang ada di pinggangnya dan sebuah meja kayu kecil berjejer di lapangan. Jumlahnya ada sekitar 30 peserta yang berpartisipasi. Kebanyakan menatap meja dengan grogi mengingat buku yang diberikan ini sedikit sulit untuk dipelajari. Mereka mengambil tempat masing-masing di meja yang disediakan. Selama kurun waktu satu dupa mereka fokus membaca buku yang diberikan tak terkecuali Yun Feng.

Nyala dupa sudah hampir habis, kira-kira hanya tinggal seperempat waktu tersisa. Asap tipis melayang ke udara sesaat sebelum menghilang terbawa angin. Para peserta semakin tegang, keringat muncul di pelipis. Salah satu peserta membuka halaman dengan tangan yang bergetar sesekali menggaruk kepalanya. Yun Feng hanya menunjukan senyuman yang santai sambil sesekali membaca buku itu.

“Kalau tidak salah ingat…aku pernah membaca buku ini sebelumnya. Tapi…saat kapan ya?” Tanya Yun Feng di pikirannya matanya juga menyipit. Matanya terbuka sebelum dia melanjutkan di pikirannya, “Oh iya. Aku pernah merebut buku ini dari seseorang junior yang berasal dari sekte apa ya? Entahlah, aku lupa namanya. Tetapi buku ini hampir setiap hari kubaca dulu ketika aku mendapatkannya. Sepertinya ujian ini hanyalah pemanasan bagiku.” Ekspresi Yun Feng menunjukan senyuman aneh.

Nyala dupa sudah padam bukan karena angin tetapi waktunya sudah tiba. Kebanyakan dari peserta belum sempat membaca hingga akhir. Saat dupa itu padam buku yang dibaca para peserta ditarik kembali oleh Qing Shan. Hanya secarik kertas, pena dan tinta yang ada di meja mereka. Qing Shan mengeluarkan gulungan dari lengan bajunya. Dia melemparkan dengan ringan ke arah samping sebelum gulungan itu berubah menjadi besar saat terbuka. Panjang sekitar tiga meter dan lebar satu meter cukup bisa dilihat oleh peserta paling belakang, itu adalah soal dari ujian.

“Waktu kalian satu jam, peserta yang berhasil menjawab benar 8 dari 10 soal akan dinyatakan lulus dan bisa mengikuti ujian selanjutnya. Tidak boleh ada kecurangan saat ujian. Dimulai!” Ucap Qing Shan.

Peserta lain dengan cekatan mengambil pena dan menjawab soal-soal. Yun Feng menjawab lebih santai, tulisannya sangat halus dan tidak ada kepanikan di setiap goresan di kertas. Tangan para peserta semakin bergetar dan keringat dari pelipis mereka menetes pada kertas. Yun Feng menghela nafas dalam matanya melihat soal pada gulungan di samping Qing Shan.

“Bahan dalam pembuatan pil kebugaran roh? Apa ini soal untuk anak kecil? Tidak sedikit kan orang yang bisa menjawab pertanyaan ini?” Yun Feng meremehkan soal yang sudah dia hafal jawabannya.

Beberapa menit telah berlalu dan Yun Feng sudah meletakkan penanya. Qing Shan menatap hambar ke arah pemuda itu. Membandingkan dengan yang lain Yun Feng jauh lebih cepat, berkali-kali lebih cepat. Satu jam telah berlalu sangat cepat bagi peserta yang gugup beberapa dari mereka bahkan belum sempat menjawab beberapa soal.

“Waktu kalian habis!” Ucap Qing Shan.

Dia menarik kertas jawaban dari para peserta dengan mudah menyisakan pena yang masih di tangan yang gemetar. Yun Feng menatap hambar kertasnya yang ditarik. Dia sangat yakin dengan hasil yang akan didapatkan. Ekspresi peserta berbeda-beda dan tidak ada yang setenang Yun Feng, kebanyakan dari mereka menggigit jari mereka untuk mengurangi rasa gugup mereka.

“Untuk peserta yang kertasnya di kembalikan silahkan keluar dari sekte ini!” Ucapan Qing Shan membuat peserta menelan ludah.

“Tujuh benar…gagal!” Kertas ujian melayang ke pria tinggi besar yang membuat raut wajahnya suram meninggalkan sekte.

“Gagal…”

“Gagal…”

“Gagal…”

Empat orang sudah pergi meninggalkan sekte dengan wajah sedih. Membuat detak jantung peserta lainnya berdetak kencang. Qing Shan terkadang melihat kertas jawaban dan meletakkannya di meja tanpa berbicara apapun. Beberapa kertas di letakkan di meja sebelum Qing Shan melihat lembar jawaban dan menggelengkan kepalanya.

“Ini juga gagal…”

Sudah tidak ada lagi kertas yang diperiksa Qing Shan. Mata semua peserta penuh dengan harapan ketika mereka menunggu yang akan disampaikan tetua Qing Shan.

“Untuk yang masih berdiri di sini…selamat, kalian lulus untuk ujian kali ini. Tetapi jangan terlalu senang karena akan ada ujian yang menanti kalian kedepannya! Kalian bisa pergi dan datang lah besok untuk ujian selanjutnya.” Ucap Qing Shan sebelum pedang terbang membawanya pergi.

Para peserta bersorak gembira merayakan kelulusan mereka di ujian pertama. Tidak dengan Yun Feng yang melamun sejenak, matanya seakan dipenuhi beban yang berat. Tanpa memandang orang lain, Yun Feng berjalan tenang keluar dari gerbang sekte.

“Tidak bisa berbangga diri saat ini. Tantangan untuk besok masih ada, tidak tahu apakah itu mengandalkan bakat atau tidak. Akan sangat sulit jika bakatku kurang. Sampai sekarang aku juga tidak mengetahui sampai apa bakatku. Tetapi…meskipun aku tidak memiliki bakat yang jenius, aku pasti akan berdiri di puncak dan menjadi abadi.” Tekad Yun Feng di hatinya.

Ujian Di Lembah Terdalam

Yu Feng berjalan keluar dari sekte Langit Hijau dengan ekspresi rumit. Meskipun dia berhasil mukanya terlihat masam. Orang-orang yang melihatnya berjalan keluar dari sekte bersama peserta lain yang lolos mereka sedikit menghormatinya. Yun Feng tidak mengganti ekspresinya dia berjalan menyusuri jalan sebelum berhenti di kios yang sama seperti kemarin. Penjaga kios juga mengenalnya.

“Tuan, apa anda ingin membeli roti panggang lagi?” Ucap penjaga kios dengan nada yang canggung.

Yun Feng mengangguk, “Aku beli satu!” Dia mengeluarkan beberapa keping koin dan meletakkannya di meja jualannya.

Penjaga kios itu memberikan sebuah roti panggang kepada Yun Feng. Setelah mendapatkan makanannya dia pergi ke tempat seperti biasa, yaitu atap paviliun pil. Saat tiba di atap ternyata Yun Feng tidak sendirian. Siapa sangka seekor kucing putih sedang duduk di atap yang reflek melihat Yun Feng saat dia tiba. Yun Feng sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran kucing itu.

Dengan senyuman kecil Yun Feng duduk di samping binatang lucu itu. Menganggap Yun Feng bukan ancaman, kucing itu tidak berpindah sedikitpun. Yun Feng menatap kucing itu dengan hangat, “Kau lapar sobat kecil?”

Kucing itu membalas dengan mengeong. Yun Feng tersenyum kecil dia menatap sepotong rotinya lalu memberikan bagian kecil untuk kucing itu. Melihat hewan lucu memakan makanan yang ia berikan membuat hati Yun Feng sedikit tenang. Dia juga menyantap rotinya bersama-sama sambil melihat matahari yang masih terlihat cerah.

Yun Feng duduk bersila ketika makanannya sudah habis. Dia menatap kucing itu yang menjilati mulutnya setelah selesai makan.

“Kau sudah kenyang sobat kecil?” Tanya Yun Feng dengan senyuman.

Kucing itu mengeong kepada Yun Feng, tidak tahu apa maksudnya ia lantas mengelus kepala kucing itu. Kucing itu menggeliat saat Yun Feng mengelusnya. Kucing itu melompat ke kaki Yun Feng saat dia bersila. Yun Feng hanya memandang kucing itu yang mulai tertidur.

“Sobat kecil…sepertinya jalanku sangat panjang dan sulit kedepannya.” Gumam Yun Feng saat dia mengelus kucing itu, “Selain menjadi abadi aku juga ingin menjadi penguasa negara ini. Negara Wu memiliki tatanan pemerintahan yang salah, itulah mengapa banyak orang kemiskinan dan kasta masyarakat yang jomplang. Aku akan membentuk klan ku sendiri nantinya, yaitu…klan Yun!” Gumam Yun Feng kepada kucing itu.

Melihat kucing yang sudah tertidur nyenyak membuat Yun Feng berhenti mengelusnya dan membiarkannya tidur. Yun Feng menghela nafas, matanya terpejam dan berkultivasi. Siang menjadi sore dan langit mulai berwarna oranye, kucing yang tertidur di kaki Yun Feng kini telah bangun. Kucing itu menatap Yun Feng yang sedang fokus kultivasi. Setelah mantap sejenak kucing itu pergi tanpa meninggalkan suara sedikitpun.

Malam terlewati menjadi pagi tepat dimana saat Yun Feng membuka matanya yang disambut cahaya matahari yang hangat. Yun Feng melihat sekeliling dan tidak menemukan sobat kecilnya. Lu Feng berdiri tegak menatap matahari yang perlahan naik.

“Sama seperti matahari di pagi hari, sedikit demi sedikit aku akan naik dan suatu saat pasti berada di puncak!” Gumam Yun Feng dengan semangat.

Hari ini berbeda dari biasanya, Yun Feng tidak mampir ke kios biasanya. Dengan tekad membara dari matanya dia berjalan menuju sekte Langit Hijau. Di gerbang sekte penjaga kemarin menghentikannya.

“Kau punya plat nama?” Tanya salah satu penjaga saat berdiri di depan Yun Feng.

Dengan tenang Yun Feng mengangkat plat kayu bertuliskan namanya dari lengan bajunya. Penjaga itu mengangguk ringan sebelum mundur dan menunjuk ke arah gerbang mempersilahkan Yun Feng. Sama seperti kemarin, suasana di lapangan tidak terlalu berubah. Beberapa orang dengan wajah yang dikenal Lu Feng yang lulus di ujian kemarin.

Peserta berbisik-bisik menebak ujian apa yang akan mereka lalui kali ini. Lu Feng melihat sekeliling mencoba menemukan petunjuk ujian selanjutnya tetapi nihil. Hembusan angin lembut membelai wajah peserta. Orang tua Qing Shan kini berdiri di hadapan para peserta setelah sebelumnya terbang menggunakan pedangnya dari pegunungan.

“Semuanya…ujian kali ini kalian akan dikirim di sebuah wilayah.” Ucap Qing Shan.

Para peserta kebingungan, Yun Feng mencoba menelaah apa yang dimaksud Qing Shan.

“Wilayah? Apa kita akan bepergian?”

“Sepertinya ujian ini sedikit sulit!”

Qing Shan menatap peserta yang kebingungan sebelum memperjelas, “Ujian ini dilaksanakan di sebuah tempat bernama lembah terdalam. Diantara dua lembah terhubung jembatan kayu yang mengandung formasi penekan. Semakin mendekat ke ujung maka efek penekanan akan membuat kalian sulit berjalan. Dan bila kalian gagal dan jatuh…otomatis kalian akan berteleportasi kembali dan dinyatakan gagal. Kalian mengerti?” Qing Shan memperjelas kalimatnya.

Para peserta membungkuk dan memegang tangan mereka, “Mengerti tetua Qing!” Ucap mereka serentak.

“Kalau begitu aku akan membukakan portal untuk kalian.”

Dengan menggunakan segel tangan Qing Shan membuka sebuah celah ruang berbentuk lingkaran berdiameter lima meter. Para peserta bahkan Yun Feng terbelalak, mata Yun Feng tak henti memancarkan aura ketertarikan. Celah itu sepenuhnya terbuka dan memperlihatkan sebuah tempat penuh kabut yang mencekam.

“Kalian cepatlah masuk!” Suruh Qing Shan.

Para peserta tidak memperdulikan keraguan dan ketakutan di hati mereka ketika Qing Shan memberi perintah. Para peserta berlari ke arah celah portal itu, ada yang bersemangat dan penuh keraguan. Yun Feng mengamati sebentar sebelum dia melompat langsung ke celah portal itu.

“Qi Gathering bintang dua?” Pikir Qing Shan matanya terus mengunci Yun Feng ketika dia akan masuk ke portal.

“Menarik, tidak ada peserta sekuat dia di pendaftaran kali ini. Sebenarnya apa latar belakang anak ini? Aku ingin melihat penampilanmu anak muda!” Gumam Qing Shan ketika semua peserta sudah masuk sepenuhnya.

Di sebuah pinggir tebing curam penuh kabut kelima belas peserta menatap jembatan kayu yang penuh kabut itu. Sedikit senggolan angin saja membuat jembatan itu bergoyang hebat. Semua peserta menelan ludah mereka karena gugup dan takut. Yun Feng mendahului peserta yang masih terdiam dan ragu-ragu. Seluruh mata peserta menatap intens Yun Feng yang akan melangkahkan kakinya.

Ketika langkah pertamanya menapak ke papan kayu di jembatan belum terjadi apa-apa. Lima langkah…sepuluh langkah….masih aman sejauh ini. Peserta lain yang melihat Yun Feng hampir menginjak di langkah ke 15 mereka tanpa ragu berjalan dengan mantap ke jembatan secara berkala. Yun Feng menunjukkan senyuman licik saat melirik ke belakang dan melihat peserta yang sedikit berlari.

Sudah setengah jalan, formasi yang dijelaskan Qing Shan mulai berdampak pada Yun Feng. Di atasnya seperti memikul beban berkilo-kilo yang membuatnya berjuang lebih keras. Tekanan itu seperti ditambah setiap kali Yun Feng melangkah. Ditambah angin yang menggoyang jembatan, banyak peserta yang jatuh ke dalam jurang. Untungnya mereka tidak benar-benar jatuh tetapi ada formasi pengalihan yang terpasang, peserta yang jatuh akan otomatis dikirim kembali ke halaman sekte.

“Hanya tinggal beberapa langkah lagi, Yun Feng…jika kau kesusahan untuk ujian seperti ini memalukan bagimu bahkan untuk bermimpi menjadi immortal” ejeknya pada dirinya sendiri.

Keringat membanjiri dahi Yun Feng. Berada di papan kayu terakhir dan hanya satu langkah untuk menyelesaikan ujian. Yun Feng melirik ke belakang untuk sesaat dengan ekspresi licik. Dia mengangkat kaki kanannya sebelum menghentakkannya ke jembatan yang membuatnya bergoyang hebat. Yun Feng melompat saat jembatan itu bergoyang, akibatnya banyak peserta yang gagal.

Para peserta yang masih bisa bertahan menatap marah ke Yun Feng, “Kau, beraninya kau berbuat curang! Tetua Qing Shan akan menghukum mu!”

Yun Feng tidak mengendahkan omongan mereka saat dia berjalan menuju sebuah altar batu tidak jauh dari situ. Seolah tidak menganggap mereka, para peserta menggertakan giginya saat Yun Feng naik ke altar batu itu. Kemudian altar itu menyala dengan sinar biru yang mengelilingi tubuh Yun Feng.

Yun Feng menatap dengan hina para peserta lain di jembatan, “Terserah kalian ingin mengadukan pada tetua Qing Shan tetapi, menuduh orang tanpa bukti adalah sebuah fitnah dan penghinaan!” ucap Yun Feng dengan dingin.

Tubuh Yun Feng menghilang bersama dengan cahaya biru itu. Saat membuka matanya kembali dia sudah berada di halaman sekte. Tetua Qing Shan berdiri tegak di samping celah tempat mereka masuk. Dengan senyuman bangga Qing Shan tertawa kecil.

“yun Feng…lulus ujian kedua dengan nilai tertinggi!” Ujar Qing Shan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!