Air terjun jatuh sangat kuat menuju ke sungai yang ada di bawah jurang tinggi. Tempat Selir Li menjatuhkan dirinya saat panah menembus jantungnya.
"Guiying, Guiying..." teriakan putus asa terdengar dari arah tengah sungai dengan arus deras. "Guiying, aku mohon kembali." Pria dengan jubah brokat hitam berjahitkan benang emas membuat garis indah membentuk awan. Dia terus menyelam mencari jasad istrinya. Namun tidak ada jejak yang di dapatkan.
Seratus pasukan kavaleri utama di kerahkan untuk mencari keseluruh jalur sungai.
"Cari, cari ke semua tempat. Jangan sampai terlewatkan. Dia pasti sudah kedinginan berada di dasar sungai." Pangeran kesembilan menyelam kembali ke dasar sungai dalam.
"Pangeran, air sungai sudah naik. Kita harus segera keluar dari sungai," teriak salah satu prajurit yang berusaha untuk memperingatkan.
Pangeran kesembilan naik keatas permukaan. "Tidak. Aku tidak bisa meninggalkan dirinya sendiri. Air sungai sangat dingin dia pasti sangat ketakutan." Wajahnya terlihat sangat pucat. "Guiying aku mohon kembali. Sedari awal aku tidak pernah membenci mu."
Buurrr...
Darah segar menyembur dari tenggorokannya. Rasa sakit menekan kuat dadanya membuat jantungnya hampir membeku. Pandangan matanya perlahan mulai samar di saat wajah Selir Li terlintas di benaknya. Tanpa ia sadari tubuhnya telah membenam menuju ke dasar sungai. Rasa dingin mengikat perlahan membuat tulangnya menjadi mati rasa.
"Pangeran, cepat. Temukan pangeran," teriakan dari permukaan air sungai terdengar samar.
Kenangan perlahan datang membuat luka semakin dalam. 'Guiying. Tunggu aku. Aku tidak akan membiarkan mu pergi sendirian.' Kedua matanya terpejam.
Sebuah tangan menariknya keluar dari dasar sungai menuju ke permukaan. "Sudah ketemu."
Saat sadar kembali Pangeran kesembilan bangkit perlahan dari atas tempat tidur. Dia menatap samar kearah tempat duduk yang selalu di gunakan istrinya bersantai. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Wajahnya sangat pucat dengan tubuh yang hampir tidak bisa di gerakkan.
Pintu kamar di buka,
Pengawal pribadinya datang membawa pelayan yang selalu ada di samping istrinya.
Pelayan Zue er berlutut menundukkan kepalanya. Tatapan dingin terlihat sangat jelas.
"Apa dia pernah menitipkan pesan sebelum pergi keluar dari kediaman? Uhuhkk..." Suara serak di iringi batuk menekan tenggorokan pria itu.
Pelayan Zue er menatap dingin, Air matanya mengalir. "Selir Li hanya ingin kepergiannya dapat menjadikan Pangeran kesembilan merasa lebih baik."
Mendengar itu kedua tangan Pangeran kesembilan bergetar. "Uhhhhuukk..." Batuk semakin terdengar menyiksa.
"Pangeran kenapa anda terus menyiksa batin Selir Li. Jika bukan karena tekanan dari anda. Selir Li tidak akan mati," ujar Pelayan Zue er. Wanita itu sudah tidak merasakan takut lagi. Sekalipun kematian yang akan menjadi akhir setelah mengatakan semua isi hatinya.
Ssreenggg...
Pedang di keluarkan dari sarungnya dan langsung menekan leher pelayan Zue er. "Kamu ingin mati?" ujar Pengawal pribadi Fan Ju menatap tajam.
"Fan Ju mundur. Uhuhkk..."
"Pangeran, dia sudah melampaui batas." Pengawal Fan Ju masih tidak ingin menerima perintah dari Tuannya.
"Mundur." Teriak kuat Pangeran kesembilan.
"Baik." Pengawal Fan Ju mundur tiga langkah menarik kambali pedang dari leher pelayan Zue er.
"Selama jasadnya tidak di temukan. Dia pasti masih hidup. Zue er, apa kamu masih bersedia menunggu hingga Nyonya muda mu kembali?" Pangeran kesembilan menatap dengan air mata yang menetes di pipinya. Dia masih tidak bisa merelakan kepergian istrinya.
Pelayan Zue er menatap penuh kesedihan. "Saya bersedia."
Senyuman tipis terlintas di wajah pria itu. "Kamu bisa kembali."
"Baik." Pelayan Zue er pergi dari ruangan kamar pribadi Pangeran kesembilan.
"Kamu juga bisa pergi," ujar Pangeran kesembilan menatap pengawal pribadinya. Dia berusaha untuk bangkit.
"Baik."
Bruukk...
Belum sempat pengawal pribadi melangkah keluar dari ambang pintu kamar. Tubuh pangeran kesembilan telah tergeletak di dekat tempat tidurnya.
"Pangeran."
Waktu terus berlalu hingga tiba di 365 hari. Tepat di hari peringatan kematian Selir Li Guiying yang sudah di berikan gelar Permaisuri pangeran kesembilan. Akibat permohonan dari Pangeran kesembilan Shui Long Yin. Pria itu harus kehilangan semua kekuatan militernya. Dan menjadi pangeran tanpa kekuasaan yang nyata.
Perasaan bersalah itu terlalu kuat mengikat erat hatinya. Dia bahkan bersedia kehilangan semua kekuatan yang telah di pertahankan selama puluhan tahun. Dua bulan semenjak kepergian istrinya Pangeran kesembilan Shui Long Yin memilih untuk mendirikan kediaman sederhana di pinggiran sungai. Tempat Selir Li menghilang.
Cetataakk...
Kapak besar menghantam kearah kayu gelonggongan membuat kayu mengalami retakan tiga celah.
Cetatkkk...
Kedua kalinya kapak di hantamkan kayu menjadi tiga belahan.
Setelah selesai membelah semua kayu di halaman kediaman. Pria itu berjalan menuju ke arah sungai. Dia duduk di kursi kecil yang ada di bawah pohon. Tepat berada di bibir sungai dengan arus yang kuat. Pandangan matanya kosong menatap aliran air.
Ingatannya kembali di saat senyuman masih terlukis indah di wajah istrinya. "Guiying, aku ingin menyusul mu. Namun kematian sudah tidak pantas aku dapatkan."
Angin musim hujan terasa lebih kuat dari biasanya. Rintik hujan juga mulai terasa menetes tanpa henti. Air di kelopak mata bahkan ikut mencair. Raut wajah putus asa di saat istrinya melompat dari jurang menjadi ingatan yang tidak lagi mampu ia hapuskan. Tangannya bergetar di saat jantungnya terasa di tekan kuat kehampaan.
"Pangeran." Pengawal pribadinya memayungi tubuh yang sudah tidak memperdulikan dirinya sendiri. "Anda harus menjaga kesehatan. Menunggu hingga tiba waktunya Permaisuri kembali."
Senyuman tipis penuh luka terlintas di wajah tampan namun sangat lesu. "Aku pasti akan menjaga diri ku sendiri. Jika aku mati. Bagaimana mungkin aku bisa menebus luka yang telah ia terima. Sudah selayaknya aku menderita."
Pangeran kesembilan Shui Long Yin tetap tidak bergeming dari tempat duduknya. Meskipun hujan semakin deras mengguyur tempat itu.
Cereettt...
Doorr...
Suara petir menggelegar memecahkan kesunyian. Angin berhembus lebih kencang dan menjadi sangat kencang. Bahkan mampu membuat ombak kecil dari aliran sungai.
"Pangeran, hujan semakin deras. Lebih baik kita kembali."
"Air sungai seperti es yang membeku. Dia pasti sangat kedinginan berada di dasar sungai. Namun dia juga tidak ingin di temukan. Yang dapat aku lakukan hanya menunggu. Hingga dirinya sudah bosan dan memutuskan untuk kembali lagi ke permukaan." Nafas pangeran kesembilan Shui Long Yin semakin terasa berat.
Deeerr...
Suara langkah kaki banyak orang terdengar semakin mendekat. Ratusan prajurit pengawal kekaisaran mengepung.
Ssreengg...
Pengawal Fan Ju menghadangkan pedangnya membuat pertahanan.
"Pangeran kesembilan Shui Long Yin telah mengkhianati negara. Menjual rahasia negara kepihak musuh. Dan akan di berikan hukuman penggal sepuluh hari kemudian. Tangkap dan bawa dia pergi," teriak ketua utama prajurit pengawal kekaisaran.
Di saat Pengawal Fan Ju ingin menyerang tangannya di tahan.
"Jangan. Tidak ada gunanya. Aku hanya berharap di saat aku mati. Tebarkan abu ku di sungai ini. Aku ingin selalu ada bersama istri ku." Senyuman hangat terlintas di wajah Pangeran ke sembilan Shui Long Yin.
"Pangeran." Pengawal Fan Ju berlutut memberikan hormatnya. Dua bulan yang lalu pangeran kesembilan mengusirnya dari kediaman. Melepaskannya dari semua tugas dan memutuskan semua hubungan dengannya. Meskipun begitu Pengawal Fan Ju masih sering datang berkunjung. Dan sekarang dia tahu alasan yang sebenarnya.
Pasukan prajurit pengawal kekaisaran membawa Pangeran kesembilan Shui Long Yin pergi menuju kembali ke Ibu Kota. Untuk menunggu waktu pemenggalan yang akan di lakukan secara terbuka.
Cahaya matahari terasa lebih hangat di saat seluruh rombongan pengantin sampai di Ibu Kota Yinuo. Dua puluh kereta berjejer memanjang ke belakang melaju menembus keramaian Ibu Kota. Rombongan berhenti tepat di depan pintu masuk gerbang utama istana. Seorang pelayan maju memberikan lonceng dengan bentuk berbeda di setiap kereta. Sebagai tanda setiap pengantin wanita telah memiliki pasangan yang di tentukan.
Satu demi satu kereta masuk kedalam jalur utama istana bagian luar.
"Berhenti." Pria usia empat puluh tahunan dengan jubah resmi menghadang tepat di depan kereta bagian depan. "Alihkan semua rombongan pernikahan ketempat lain. Yang Mulia sedang sakit kepala. Tidak bisa melaksanakan pernikahan aliansi di sini. Kalian bisa langsung membawa semua pengantin wanita ke tempat mempelai pria. "Negara Dingxi tetap akan menjalankan pernikahan tapi tidak untuk hari ini."
Menteri utama yang di berikan tugas resmi melihat setiap prosesi pernikahan hanya bisa mengerutkan keningnya. Negaranya yang membutuhkan bantuan tentu harus memiliki kesabaran jauh lebih besar.
"Semua pengawal ini akan mengantar pengantin wanita untuk menuju kediaman masing-masing dari mempelai pria." Pria dengan jubah resmi langsung berlalu pergi.
Semua kereta juga membalikkan arah keluar dari istana.
Di dalam salah satu kereta gadis muda itu membuka penutup kepalanya. "Negara Dingxi?" Lei Guiying terkejut mendengar perkataan dari orang yang baru saja pergi. Dia mencoba membuka penutup jendela. Bendera negara Dingxi terpasang kokoh di sepanjang jalur istana. "Huh," Hela nafas dalam. "Misi sepenuhnya gagal." Gumamnya pelan. Dia menurunkan kembali penutup jendela.
Sebelum pertukaran aliansi pernikahan dua negara di langsungkan. Ada satu gadis muda yang telah membuat kekacauan. Gadis itu mengakhiri hidupnya sendiri dengan pisau yang ia simpan. Kekacauan di waktu itu telah membuat perubahan besar.
"Aku harus segera mengabari pasukan untuk membuat rencana baru. Tapi ini akan cukup sulit," Lei Guiying mengerutkan keningnya. Dia memikirkan semua cara yang dapat di lakukan.
Setiap pengantin wanita akan di sesuaikan dari status sosial mereka. Untuk di nikahkan dengan pria dengan setatus yang setara di negara Dingxi. Kereta menuju ke masing-masing kediaman mempelai pria. Begitu juga dengan kereta yang tengah membawa Lei Guiying, Panglima perang Kekaisaran Yun. Hanya karena kesalahan kecil namun sudah dapat menggagalkan rencana yang di buat sangat rapi.
Kereta yang di tumpangi Lei Guiying berhenti di depan salah satu kediaman mewah.
"Mempelai wanita telah tiba." Teriakan terdengar dari arah luar kereta.
Mempelai wanita keluar dari dalam kereta di tuntun masuk ke dalam kediaman.
Kreekk ...
Pintu di tutup membuat suasana menjadi semakin sunyi. Tidak ada tanda keramaian untuk di langsungkannya prosesi pernikahan. Yang ada justru mempelai wanita hanya di arahkan semakin masuk ke dalam kediaman menuju kesalah satu halaman. Gadis dengan balutan gaun pengantin di biarkan duduk diam dalam ruangan kamar. Hanya ada nyala lilin kecil di meja sebagai penerangan seadanya. Dia harus menunggu selama berjam-jam dari siang hingga malam.
Lei Guiying membuka penutup wajahnya. Dia bangkit membuka jendela yang ada di samping kanan ruangan kamar. Pohon persik tertanam di samping ruangan kamar. Dahan dari pohon itu bahkan telah menyentuh tembok kamar. Dan akan menghasilkan derit di saat angin menerpanya lebih kuat.
Gaun pengantin bertaburkan manik permata dengan jahitan benang emas membentuk burung phoenix. Terlihat sangat indah juga megah. Mahkota dengan sisipan berlian merah delima memenuhi setiap celah. Tusuk konde phoenix juga telah terpasang indah di kedua sisi berbeda di kepala gadis itu.
Lei Guiying tidak tahan lagi berada di dalam ruangan kamar. Di tambah tidak ada suara lain yang terdengar di halaman itu. Detak jantungnya bahkan terdengar sangat kuat.
Kreekk...
Pintu kamar di buka, gadis dengan balutan gaun pernikahan keluar dari kamar yang menyesakkan. Benar saja hanya dia sendiri di halaman kediaman itu. Penjaga atau pelayan bahkan tidak ada yang terlihat. Di tengah taman di depan ruangan kamar, Lei Guiying diam menatap rembulan. Cahayanya sangat cerah juga terasa menenangkan.
"Kamu siapa?" suara pria terdengar tepat di belakangnya. Lei Guiying membalikkan tubuhnya melihat kearah suara. Pandangan matanya saling bertemu dengan pria muda dengan jubah bulu rubah tebal.
"Apa yang kamu lakukan di kediamanku?" Perkataan pria itu semakin menekan.
Lei Guiying masih saja diam.
"Pangeran kesembilan, tunggu dulu." Pelayan wanita istana berlari dari arah pintu masuk halaman. Dia memberikan hormat lalu berkata, "Dia Nona pertama Li Guiying putri menteri Li dari negara Menghua. Yang Mulia telah memberikan keputusan jika Nona pertama Li Guiying secara resmi telah menjadi selir anda."
Pangeran kesembilan Shui Long Yin mengerutkan keningnya. "Aku tidak pernah meminta seorang selir di kediaman. Bawa dia pergi."
"Pangeran kesembilan, jika anda menolaknya. Hamba takut dia tidak akan bisa hidup sampai besok pagi. Keputusan Yang Mulia mutlak adanya. Tidak dapat di ubah," ujar Pelayan wanita istana memberikan penjelasan.
"Huh," mendengus. "Hidup matinya tidak ada urusannya denganku. Aku hanya ingin sebuah ketenangan saat berada di kediaman." Pangeran kesembilan Shui Long Yin membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi.
Namun dia langsung di hadang Pelayan wanita istana. Wanita itu berlutut bahkan bersujud berkali-kali. "Pangeran kesembilan. Jika anda masih bersikukuh menolaknya. Hidup saya juga akan dalam bahaya. Bahkan Selir Ming juga akan di berikan hukuman karena tidak dapat membuat anda berubah pikiran. Pangeran kesembilan tolong pikirkan kembali keputusan anda."
"Bibi Sui kamu telah melampaui batas," ujar Pangeran kesembilan menatap dingin. Suaranya penuh rasa kesal.
"Saya pasti akan menerima hukuman, setelah anda bersedia membiarkan Nona pertama Li Guiying tinggal." Pelayan wanita istana tidak memiliki cara lain untuk membujuk Pangeran kesembilan.
Pangeran kesembilan Shui Long Yin hanya diam berlalu pergi tanpa membuat keputusan.
Lei Guiying menatap diam punggung pria yang telah pergi menuju ke salah satu kamar di halaman itu.
"Selir Li, saya akan mengantarkan anda kembali ke kamar." Bibi Sui pelayan istana dari tempat Selir Ming yang merupakan Ibu kandung dari Pangeran kesembilan. Mempersiapkan gadis itu untuk mengikuti setiap langkahnya. Setelah masuk di ruangan kamar, Bibi Sui membantu gadis itu untuk berbenah. "Selir Li, setelah hari ini saya akan mencarikan pelayan wanita untuk anda. Untuk sekarang saya akan membantu anda berbenah."
"Baik." Lei Guiying menjawab seadanya. Saat ini dia telah menjadi Selir Li Guiying dengan nama belakang yang sama. Sebuah kebetulan yang telah mendorongnya masuk kedalam jebakan. Kesempatannya untuk masuk ke negara Menghua sudah gagal sepenuhnya. Misi yang harus ia selesaikan juga tertunda.
"Selir Li sudah selesai. Saya akan keluar dari kamar. Jika butuh sesuatu anda bisa memanggil saya," ujar Bibi Sui pelayan istana.
"Baik."
Pelayan itu keluar dari ruangan kamar meninggalkan gadis itu seorang diri. Lei Guiying bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju kearah tempat tidur lalu menjatuhkan tubuhnya dengan cukup kuat.
Di ruangan dengan cahaya temaram gadis dengan balutan gaun pengantin mengangkat tubuhnya kembali dari tempat tidur. Dia mengeluarkan jarum setipis helai rambut dari ikatan rambutnya. Untung saja dia langsung menghentikan Bibi istana di saat wanita itu ingin melepaskan gulungan rambutnya. Jika sampai rambut tergerai bebas semua jarum yang ia sembunyikan pasti akan berjatuhan.
Lei Guiying bangkit, dia berjalan menuju ke arah jendela kamar yang masih terbuka. Rembulan malam masih sangat terang. Angin juga tidak terlalu kuat namun cukup membuat pohon di samping kamar mengeluarkan derit. Di saat cabang pohon mengenai tembok.
Ssrettt...
Lei Guiying menghindar di saat panah meluncur dari kegelapan malam. Dan langsung menancap di atas meja yang ada di dalam kamar. Gadis itu berjalan mengambil panah dengan kertas kecil terikat di ujungnya. Saat di buka, "Hutan kecil di belakang kediaman." Surat di bakar di atas bara api. Gadis itu dengan cepat melompat dari jendela menuju keatas pohon. Gerakannya sangat lincah juga gesit. Langkah kaki di atas atap kediaman bahkan sangat halus tanpa adanya suara yang dapat di hasilkan.
Dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya Lei Guiying pergi kearah hutan di dekat kediaman. Dia mencari orang yang telah memberikan surat itu. Gadis itu melangkah membelah kabut malam.
"Panglima." Wakil Panglima berlutut di hadapan gadis muda itu.
Pandangan mata Lei Guiying sangat tenang juga tajam. "Kamu bisa bangkit."
"Baik." Wakil Panglima bangkit.
"Kamu sudah mendapatkan pengganti ku untuk pergi ke negara Menghua?" ujar Lei Guiying menunggu jawaban.
"Kami telah menempatkan pengganti sebagai Selir Ji," saut pria itu.
Alis gadis itu menyatu, "Tarik dia kembali. Aku tidak bisa membiarkan dia mengorbankan hidupnya."
"Panglima, gadis itu memiliki dendam kepada Kaisar negara Menghua. Sekalipun kita berusaha menariknya kembali. Dia tetap tidak akan bersedia pergi," jelas Wakil Panglima.
Kedua pandangan mata Lei Guiying tertuju pada pepohonan rindang dengan kegelapan menyelimutinya. "Jika memang seperti itu. Awasi dia, pastikan keselamatannya."
"Baik." Wakil Panglima menatap ragu. Tapi dia sudah tidak mampu lagi menahan keinginannya untuk bicara. "Panglima, saat ini anda telah menjadi Selir Pangeran kesembilan. Jika Keluarga anda sampai mengetahuinya negara ini pasti akan di runtuhkan."
Gadis itu menghela nafas dalam. "Ayah dan Paman Kaisar pasti akan melakukannya. Maka dari itu jangan sampai ada orang yang menyadari keberadaanku. Jika tidak, dua negara tanpa perselisihan akan mengalami guncangan."
"Saya pasti akan mengaturnya."
"Heng Liang, cari tahu informasi tentang pangeran kesembilan. Juga Nona pertama Li Guiying dari negara Menghua. Yang seharusnya menjadi selir di kediaman itu. Aku ingin semua informasi tanpa ada yang terlewatkan." Gaun berkibar indah di saat angin menerpa tubuh Lei Guiying. "Buat juga pengaturan untuk menempatkan beberapa mata-mata di Ibu Kota."
"Baik."
"Jaga diri mu juga. Keselamatan adalah hal yang terpenting," ujar Lei Guiying menatap dengan senyuman tipis di wajahnya.
Wakil Panglima mengangguk mengerti. "Baik." Dia langsung pergi menghilang di dalam kegelapan malam.
Gadis itu juga mulai melangkah kembali ke dalam kediaman. Sesampainya di dalam kamar Lei Guiying melepaskan gaunnya menggantinya dengan gaun baru yang lebih nyaman. Dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu memejamkan kedua matanya. Sebelum memulai semua rencana baru. Dia tentu harus beristirahat sedikit lebih banyak.
Sebelum matahari terbit Lei Guiying sudah bangun terlebih dulu. Dia juga sudah keluar dari ruangan kamarnya berjalan santai di halaman depan. Penjagaan di kediaman Pangeran kesembilan tidak terlalu ketat namun memiliki peralihan penjagaan yang sulit di tembus.
"Selir Li." Bibi Sui memberikan hormatnya. Wanita itu baru saja bangun dan akan memulai aktivitasnya untuk menyiapkan keperluan Selir Li. Namun siapa sangka Selir Li justru sudah bangun lebih awal dari dirinya. "Hari masih gelap. Kenapa anda tidak beristirahat kembali?"
Lei Guiying mengaitkan kedua tangannya di punggung. "Apa Bibi bersedia menemaniku berkeliling di sekitar sini? Aku ingin sekali melihat keluar kediaman."
Bibi Sui diam untuk beberapa saat.
"Bibi Sui." Lei Guiying membuat pelayan wanita itu gelagapan.
Bibi Sui menatap dengan senyuman. "Baik. Selir Li silakan." Pelayan wanita itu berjalan lebih dulu menunjukkan jalan. Dalam batinnya dia tidak pernah menyangka jika gadis bangsawan yang terkenal kejam di negaranya. Akan manjadi gadis anggun juga sangat mudah di dekati. Pelayan wanita itu pernah mendapatkan informasi, jika Nona pertama Li Guiying adalah keponakan dari Permaisuri di negara Menghua. Gadis itu sangat di manja karena menjadi keponakan Kaisar. Semua orang menjadi segan dan takut saat ada di dekatnya. Dalam informasi lainnya, pelayan wanita mendapati jika Nona pertama Li sangat pemilih dalam hal makanan.
Pelayan wanita itu melirik kearah gadis muda yang telah mengikuti langkahnya di belakang. 'Mungkin informasi yang aku dapatkan sudah salah sedari awal.' Gumamnya dalam hati.
Mereka berdua keluar dari kediaman Pangeran kesembilan dengan berjalan kaki.
Setelah berjalan selama tiga puluh menit mereka sampai di jembatan penyebrangan yang menghubungkan jalur sungai. Sekitar setengah lima pagi keadaan di luar sudah mulai ramai. Jam malam juga telah di tiadakan saat mendekati jam empat pagi. Aktivitas di Ibu Kota cukup padat meski hari masih gelap.
Setelah matahari terbit mereka memutuskan untuk kembali.. Tepat di saat mereka sampai di depan pintu masuk kediaman. Pangeran kesembilan Shui Long Yin akan keluar dari kediaman dengan mengunakan jubah bulu rubah. Pandangan pria muda itu sama sekali tidak melihat atau bahkan melirik kearah Selir Li. Dia berlalu begitu saja.
"Pangeran kesembilan." Bibi Sui memberikan hormat.
Pengawal pribadi Pangeran kesembilan juga telah mengikuti dari belakang dengan pedang yang masih ada di sarungnya.
Lei Guiying juga tidak terlalu peduli suaminya pergi atau tetap akan ada di kediaman. Gadis itu sedikit menundukkan kepalanya agar dapat memerankan karakternya dengan lebih baik, sebagai Selir seorang pangeran. Setelah Pangeran kesembilan pergi dengan menunggangi kuda. Bibi Sui kembali berjalan di ikuti Lei Guiying.
Setelah hari itu Lei Guiying tidak pernah lagi melihat Pangeran kesembilan Shui Long Yin ada di kediaman. Selama lebih dari dua bulan gadis itu berada dalam ketenangan. Hingga sebuah peristiwa cukup besar menimpa kediaman Pangeran kesembilan.
Pagi itu Lei Guiying duduk santai menikmati teh hangat di taman kecil halaman tempat tinggalnya. Gaun hijau daun teh melekat indah di tubuhnya. Dia duduk santai dengan membaca buku cerita yang ia beli beberapa waktu yang lalu.
"Selir Li..." Bibi Sui berteriak dari arah pintu masuk halaman kediaman. Dia berlari menghampiri Selir Li. "Selir Li, gawat. Ada anggota dari Mahkamah Agung ingin masuk kedalam kediaman. Semua pengawal kediaman tengah menghadang mereka agar tidak masuk."
Lei Guiying bangkit dari tempat duduknya. Tanpa bertanya mengapa? Dia sudah terlebih dulu berjalan pergi menuju pintu masuk utama. Saat gadis itu mendekat dia menatap tenang kearah pria yang ada di bagian paling depan barisan.
Pria itu maju memperlihatkan plakat resmi miliknya. "Saya ketua utama Mahkamah Agung. Mendapatkan kabar jika kediaman Pangeran kesembilan terdapat barang terlarang. Selir Li, saya harap anda memberikan keleluasaan untuk pemeriksaan."
Lei Guiying tersenyum tipis dengan tatapan dingin. "Pangeran kesembilan tidak ada di kediaman. Jika anda ingin mencari barang bukti tunggu hingga suamiku kembali."
"Selir Li, anda tidak memiliki hak untuk menahan kami." Ketua utama masih bersikukuh untuk masuk kedalam kediaman. Surat resmi penggeledahan di keluarkan.
Tatapan Lei Guiying berubah menjadi tajam tanpa memperlihatkan kelonggaran. "Sekalipun ada surat resmi penggeledahan. Aku tidak akan membiarkan orang luar masuk tanpa di undang."
Sreeenggg...
Lei Guiying mengambil salah satu pedang dari tangan pengawal di dekatnya. Dia langsung menghadangkan pedang ke depan. "Aku bilang tunggu hingga suamiku kembali. Kediaman Pangeran kesembilan bukankah tempat umum yang bisa di datangi sembarang orang."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!