NovelToon NovelToon

A Baby For The Mafia Boss

ABftMB — BAB 01

IDE MENCARI SURROGATE MOTHER!

Chicago — Amerika Serikat

Sebuah kobaran api begitu membara di sebuah gudang minuman milik seorang pebisnis terkemuka yang juga berbisnis di dunia gelap.

Seorang pria dengan darah di wajahnya menyentuh kaki pria lain yang mengenakan kemeja hitam dengan tatapan lurus ke kobaran api.

“Aku mohon, hentikan ini. Aku akan memberimu setengah dari kerjasama kita, Ak-aku mohon maafkan aku..” Ucap pria paruh baya itu dengan tangis kesakitan saat keseluruhan tubuhnya baru saja disiksa habis oleh sosok mafia yang terkenal akan kejam dan berhati dingin.

“Aku memberimu waktu, tapi kau membuangnya sia-sia. Sekarang aku tidak membutuhkanmu. Goodbye!” ucap dingin dari sosok pria tampan bertubuh kekar yang mulai berlutut satu lutut, menatap tajam dan lekat dengan mata silvernya.

Sementara pria paruh baya yang saat ini akan menjemput ajalnya, dia terpaku melihat seringaian devil seorang Donovan Stone-Brooks (35th). Hingga pria itu mencengkram kera kemeja nya dan menyeretnya ke kobaran api bersama anak buahnya yang lain juga minumannya.

“TIDAK!!!! AARRGGHHH!!!!” Teriak pria paruh baya itu saat hanya kepalanya saja yang di masukan ke dalam api oleh Donovan.

“Aaarrkkkhhh— ”

Hingga benar-benar sudah tak berdaya, barulah dia melepaskan pria itu lalu melangkah keluar dengan santai dan tatapan datar juga tegas.

Anak buahnya yang sudah menunggu di luar gudang, mereka menundukkan kepalanya memberi hormat kepada bosnya.

Di sisi lain, seorang wanita cantik dengan senyuman lebarnya tengah giat melayani beberapa tamu yang datang dengan membawakan minuman alkohol untuk mereka. Tentu, karena dia bekerja sebagai pramuria di Blackstone club.

Atau pelayan wanita yang siap melayani para tamunya. Namun Laila si wanita energik itu tidak pernah sedikitpun berhubungan intim dengan para tamunya karena itu sudah perjanjian sejak awal kerja.

“Ahhh~ ssshhh~ ” Racau seorang wanita cantik yang saat ini sibuk naik turun di atas pangkuan pria tampan berkemeja hitam di ruang VIP yang ada di club.

Tok! Tok! Sebuah ketukan membuat kedua orang yang sibuk bergulat di atas sofa seketika menoleh.

“Ohhh shit sshhh~ ” desah si wanita yang masih bergerak.

“Masuklah!” pinta si pria sedikit tegas hingga Laila masuk dengan senyuman lebar namun cukup tercengang melihat pemandangan yang sudah biasa dia lihat namun yang berhasil membuatnya panas dingin.

“Minuman Anda datang Tuan!” ucap Laila Aplebarry (26th) wanita cantik dengan rambut tergelung rendah sedikit berantakan serta mini dress hitam di atas lutut tanpa lengan dan sedikit terlihat belahan dadanya juga kalung kain yang melingkar di lehernya dengan bunga mawar merah.

Pria tampan dengan tatto di lehernya itu menatap lekat ke arah Laila dari atas ke bawah meski saat ini seorang wanita cantik tengah bersamanya.

“Kau bisa meletakan nya di meja.” Pinta pria itu hingga keduanya sama-sama pelepasan, barulah pria tampan bernama Vex Vecer itu menyingkirkan wanita cantik dari pangkuannya yang masih mengenakan pakaian lengkap dan mulai merokok duduk di sebelah pria tadi yang masih memandangi pergerakan Laila.

“Semoga kalian menikmatinya!” ucap Laila yang selalu positif thinking.

“Siapa namamu?” tanya Vex yang masih menatapnya dengan seringaian kecil meraih gelas kacanya.

“Laila!” jawab Laila dengan senyuman ramah dan mulai menuangkan minuman tadi.

Sementara wanita cantik dengan bibir merah dan rambut yang masih berkesan elegan itu, memperhatikan wanita pelayan tadi dengan penuh bertanya-tanya.

“Nama yang indah!” puji si wanita mafia bernama Quinn Wees atau yang saat ini sudah bertukar nama menjadi Quinn Stone-Brooks (31th).

Laila tersenyum mendengar pujian itu. “Terima kasih. Saya permisi!”

“Aku tidak menyuruhmu pergi. Kemarilah!” pinta pria bernama Vex itu menyuruh Laila duduk di atas pangkuannya.

Tentu saja Laila tersenyum berani. “Maaf, itu bukan bagian saya Tuan!” tolak Laila sehingga senyuman Vex perlahan mulai pudar, dan Quinn? Wanita itu hanya tersenyum miring memperhatikan wanita pemberani tadi.

“Jangan membuat kesalahan— ”

“Kau yang jangan melewati batasan mu Vex. Jika kau sampai berani membuat ulah di tempat Donovan, maka kau sendiri yang akan terkena imbasnya.” Ancam Quinn menatap tajam ke arah pria yang di duga adalah kekasih barunya.

Laila hanya tersenyum tipis namun mendengar nama Donovan, dia sudah kenal bahwa itu adalah pria si pemilik club tempatnya bekerja.

“Pergilah!” pinta Quinn menatap tegas ke Laila sehingga wanita cantik itu melangkah pergi dengan nampan hitamnya.

Saat di luar pintu, seketika Laila menghela napas panjang sembari menutup matanya. “Aku harus cepat mendapatkan setengah uang tebusannya.” Gumam wanita itu yang nampak bingung.

Sudah 1 Minggu sejak adik dan neneknya menjadi tebusan dari pria sialan yang sudah memberikan perhutangan kepada ayahnya untuk bisnis nya yang bangkrut, namun sekarang sudah tidak ada lagi bisnis tersebut dan kini Laila terlilit oleh semua itu saat ayahnya malah meninggal ketika melarikan diri ke Washington DC.

Dan sekarang, Laila harus giat bekerja mengumpulkan 8 juta dollar dalam waktu singkat untuk bisa mengambil adik dan neneknya dari pria bernama Sean Bandit. Pemilik bank sekaligus si licik yang diam-diam bermain di dunia gelap bersama para mafia.

...***...

Mansion Donovan's peak — Chicago

Seorang pria dengan jubah tidur warna hitam yang menunjukkan belahan dadanya hingga tatto di dada kanannya itu benar-benar menggoda saat dia baru saja meletakkan gelas beer nya di atas meja.

“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Donovan dengan suara khasnya yang sungguh serak dan berat.

Quinn si wanita cantik yang kini duduk bersilang kaki di atas sofa hitam, menatap lekat ke suaminya yang masih berdiri dan sibuk menyusun rokok nya di kotak besi kecil yang ada di tangannya saat ini.

“Aku baru saja dari club mu! Sangat fantastik! Para pelayan di sana juga sangat wow!” ucap Quinn tersenyum miring hingga dia bangkit dari duduknya menghampiri Donovan yang baru saja meletakkan rokoknya dan kini pria itu menatap lekat ke istrinya.

“Jangan membuang waktu dengan berbelit.” Tegas Donovan menatap tajam hingga Quinn yang sudah sangat dekat sampai tubuh mereka menempel. Wanita itu membelai rahang tegas suaminya dengan seringaian kecil.

“Aku menemukan sesuatu yang menarik dengan ide yang menarik untuk keturunan kita!” jelasnya lalu melangkah mundur.

Sementara pria dengan mata silver itu mulai berkerut alis. “Apa maksud mu?”

Wanita itu tersenyum kecil lalu tangan kirinya berkacak pinggang saat tangan kanannya bertopang di punggung sofa singel. “Surrogate mother! (Ibu pengganti)!” ucap Quinn hingga semakin membuat Donovan terheran dengan idenya.

Satu alis pria itu terangkat meski tatapannya tegas.

“Kau tahu sendiri, Donovan! Baik aku maupun kau, kita tidak ada hubungan lebih selain bekerjasama dalam pernikahan ini. Kita tidak ingin memiliki seorang anak, tapi harus mengelabuhi musuh?!” seringaian Quinn dan penjelasannya benar-benar dimengerti oleh Donovan.

“Stone-Brooks membutuhkan seorang pewaris seperti apa yang kakekmu katakan! Kita bisa membuat bayi dari wanita lain dengan memberinya uang yang dia inginkan!” jelas wanita itu.

Donovan terdiam mencoba memikirkan nya. Tentu, jika ingin mengelabuhi musuh lain, mereka harus terlihat seperti pasangan dan Stone-Brooks juga akan membutuhkan pewaris.

Donovan berbalik membelakangi Quinn dan berjalan ke arah meja barnya. “Lakukan saja semaumu. Jika kau ingin melibatkan ku jangan membuat kesalahan dengan mencari wanita sialan karena aku tidak akan segan membunuh.” Ucap Donovan yang hanya menoleh dan menjawabnya tanpa pikir panjang.

“Aku sudah menemukannya! Kau akan menyukainya!” balas Quinn menyeringai kecil.

Mendengar itu, Donovan berbalik setengah badan dan berkerut alis menatap tajam istrinya.

ABftMB — BAB 02

KESEPAKATAN DAN TAWARAN

Pulang lewat tengah malam sudah menjadi kebiasaan Laila semenjak nenek dan adiknya disekap. Kini wanita cantik dengan rambut tergelung rendah dan sedikit poni belah tengah yang menjuntai di sisi wajahnya memperlihatkan betapa lelahnya dia karena harus bekerja full time.

3 pekerjaan dalam 1 hari setiap harinya.

“Laila?!” panggil seorang wanita berambut orange mengernyit heran melihat kedatangan kawannya itu.

“Maaf membuatmu bangun tengah malam, lagi!” balas Laila menyeringai kecil dan duduk di sofa sambil bersila kaki.

Tak lama wanita yang tadinya berdiri di ambang pintu kamar itu juga duduk di sofa dan tak luput dari wajah lelah Laila. “Kau terlihat sangat lelah. Kau yakin tidak mencari pekerjaan lainnya saja? Maksudku— hanya satu pekerjaan dengan gaji yang banyak dan pasti!” ujar Enisa Platten, si wanita berprofesi sebagai dokter kandungan itu dengan sebijak mungkin.

Laila melirik temannya dengan wajah murung. “Aku mau, tapi tidak ada pekerjaan seperti itu. Jikapun ada— ”

Seketika Laila mengehentikan ucapannya saat dia mulai teringat akan tawaran dari manager Blackstone club tempat kerjanya sekaligus club' besar milik Donovan Stone-Brooks.

“Hey, kau memikirkan sesuatu?” tanya Enisa dengan terheran.

“Ya! Sebelum aku pulang tadi. Manager club memberitahu kalau bosnya ingin menawarkan tawaran besar dengan uang jutaan dollar.” Jelas Laila saling beradu pandang dengan temannya yang mulai curiga.

“Tawaran apa?” tanya Enisa.

“Surrogate mother (ibu pengganti)!” jawab Laila terus terang hingga tersenyum tipis.

Berbeda dengan Laila yang tersenyum, Enisa terkejut mendengarnya. Menjadi ibu pengganti? Yang benar saja! “Itu konyol! Ma-maksudku... Kau mau menerimanya?”

“Jika itu membuatku cepat mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat untuk membebaskan nenek dan adikku, maka aku siap.” Jawab Laila dengan serius dan takut.

Enisa terdiam dengan tatapan kaget, namun juga dia tahu posisi Laila saat ini.

“Laila! Kau masih perawan! Setahuku, menjadi ibu pengganti setidaknya harus ada pengalaman melahirkan atau... Em.. kau tahu maksudku— ”

Laila mengangguk-anggukkan kepalanya kecil. Dia tahu maksudnya, sangat sulit dan kemungkinan kecil jika masih perawan harus menjadi ibu pengganti.

“Nyawa nenek dan adikku dipertaruhkan, Enisa. Sekarang tawaran itu ada di depanku walaupun sangat beresiko.” Laila terdiam begitu juga dengan Enisa yang turut prihatin kepada temannya.

Mencari uang dengan jumlah jutaan dalam waktu singkat tentu saja mustahil.

Enisa menyentuh tangan temannya dan tersenyum tipis. “Aku tidak bermaksud melarang mu, hanya saja... Itu sangat beresiko apalagi kita tidak akan tahu siapa dan bagaimana orang yang akan menjadi ibu dan ayah adopsi anakmu nanti kan.” Ujar Enisa membuat Laila menatapnya dengan penuh tanya.

Tentu, sebagai dokter kandungan dan teman yang baik, Enisa menjelaskan kepada Laila bila menjadi ibu pengganti. Tidak ada tatapan muka ataupun menggendong anak yang dilahirkan jika kesepakatan sudah dimulai sejak awal. Dan ibu pengganti juga harus tinggal sendirian meski biaya ditanggung oleh di orang tua adopsi.

Wanita cantik dengan mata indah itu terdiam memikirkan penjelasan Enisa dan tawaran tersebut. Dia juga tidak tahu seperti apa bosnya itu.

...***...

Sementara di Mansion. Pria tampan dengan rahang tegas dan tatapan tegas itu membuka tali jubah tidurnya hingga perut dan dada sixpack nya terlihat jelas.

Sementara Quinn yang duduk di tenang ranjang dengan piyama seksi. Wanita itu menyeringai kecil melihat keindahan tubuh suaminya hingga celana dalam hitam yang melekat menutup kejantanan Donovan terlihat jelas.

Oh tentu, wanita manapun akan tergoda melihat pemandangan itu.

Saat hendak mendekati. Seketika Quinn membuka suara. “Kita sudah sepakat sejak awal Donovan! Jika kita sampai melakukannya lebih dari ciuman, maka aku tidak bisa menjamin hatiku, begitu juga denganmu.” Ujar wanita cantik itu tersenyum miring.

Donovan kembali berdiri menatap lekat ke wanita yang kini selalu menolak untuk berhubungan intim lebih dari ciuman. Karena Quinn sendiri yang tak ingin sampai jatuh hati kepada Donovan karena dia tahu watak keras pria itu.

“Apa kau takut?” tanya Donovan seolah dia bertanya dengan menantang dan juga kesal.

Cukup lama Quinn diam memandanginya. “Ya. Kita tahu, bahwa orang-orang seperti kita tidak bisa menetap di satu hati.” Jawab Quinn terus terang sehingga pria tampan itu kembali menutupi tubuhnya dan mengikat jubahnya lagi.

“Katakan saja jika kau takut dengan sesuatu, Quinn. Aku dan kau tahu, siapa yang lebih banyak bermain seks dengan orang lain.” Ujar Donovan juga terus terang sehingga Quinn menyeringai kecil dan merasa tersindir akan balasan itu.

Sebuah kebenaran yang tidak bisa ditutupi.

Meski Donovan suka dan pernah bermain seks dengan wanita lain, tetapi dia lebih fokus ke bisnisnya. Jikapun bermain intim, maka Donovan lebih suka bermain dengan para wanita yang ingin bekerjasama dengan bisnis gelapnya.

Berbeda dengan Quinn, yang selalu berganti kekasih sekaligus permainan ranjangnya.

Wanita itu beranjak dari ranjang menuju meja dan menuangkan sebotol beer ke gelas kaca, lalu meneguknya santai.

“Lupakan itu. Aku sudah menyuruh manager club mu untuk menawarkan imbalan uang kepada wanita yang akan sudi menjadi ibu pengganti!” jelas Quinn yang masih memegang gelas kaca dan bersandar di harus meja panjang.

Donovan yang masih berdiri, kini pria itu berkerut alis.

“Kau ingin anakku dilahirkan dari wanita club? Apa kau sudah gila?” gertak Donovan dengan marah.

“Kau selalu marah sebelum melihatnya! Aku yakin kau juga akan tertarik dengannya. Dia pelayan di club, energik dan... Virgin!” jelas Quinn sehingga Donovan yang masih terlihat marah, pria itu berpaling pergi.

Sungguh! Jika Donovan masih menetap di sana bersama Quinn dengan pembicara tersebut, pria itu benar-benar akan lepas kendali. Namun Donovan tak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi sehingga dia memilih pergi setiap kali bertengkar dan berbeda rencana dengan istrinya itu.

Tentu saja, tidak ada cinta di antara mereka dan itu membuat Donovan tak segan membunuhnya jika sudah naik pitam.

.

.

.

“Di mana Donovan?” tanya seorang pria paruh baya bernama Marlon Stone-Brooks paman Donovan yang masih melajang meski usianya sudah sangat matang.

Kini pria dengan setelan jas hitam itu menghampiri salah satu penjaga di Mansion mewah dan luas tersebut. “Tuan Donovan ada di kamarnya.” Balas anak buah tadi dengan penuh sopan dan hormat.

Sementara Marlon sendiri yang terlihat serius. Pria itu mulai melangkah menuju ke kamar Donovan, namun di tengah langkahnya, dia malah berpapasan dengan seorang pelayan dengan darah mengucur di lehernya dan di bopong oleh dua pelayan lain.

Pemandangan yang sudah biasa, namun Marlon tetap terkejut hingga dia masuk ke ruangan tersebut dan melihat seorang wanita muda dengan rambut putih pendek sedikit bergelombang yang nampak marah.

“Kau sedang apa?” tegas Marlon menatap tajam ke wanita cantik bernama Connie Shire (26th) yang merupakan istri dari ayahnya saat ini.

Wanita itu menoleh dan menatap tajam, hingga Marlon juga melihat keberadaan ayahnya yang duduk santai di sofa singel sambil menghisap cerutu dengan telanjang dada.

“Jelaskan sendiri kepada anakmu.” Kesal Connie malah melangkah pergi tak sopan. Padahal Marlon lebih tua darinya walaupun statusnya sebagai anak sambung.

“Ada apa dengannya?” tanya Marlon berkerut alis menatap ke pria tua yang kini menatapnya dengan seringaian kecil dan malas.

“Biarkan saja dia. Belum waktunya untuk membunuhnya, aku masih ingin bersamanya!” ujar Roger Stone-Brooks yang merupakan kakek Donovan saat ini.

...°°°...

Hai guyss!!!! Lagi dan lagi saya membawakan cerita baru. Hhffuuu.... Sangat melelahkan, tapi saya hanya ingin menuang imajinasi saja di sini 😌 semoga kalian tidak bosan ya bertemu denganku 😅😁

Cerita kali ini mungkin sedikit lebih adrenalin dan banyak adegan 🔥🔥🔥 jadi berhati-hati. Juga akan membuat kalian ha ho he!!! Adegan romantis dan cute dari si kecil juga ada lohhh, juga adegan sad 😌 jadi nikmatilah emosi kalian nanti.

Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya seperti biasa!!!!

LIKE ☑️

COMENT ☑️

VOTE ☑️

RATE ⭐ 5 ☑️

FAVORIT ☑️

Thanks and See Ya ^•^

ABftMB — BAB 03

PARSIAL SURROGATE MOTHER

Roger si pria tua namun masih menampakkan tubuh vit dan gagahnya itu, baru saja meletakkan secangkir beer dan merokok dengan santai dengan hanya mengenakan jubah tidur saja usai berhubungan intim dengan salah satu pelayan.

Dan iya, pelayan itu yang sudah dibunuh oleh Connie, istri muda Roger yang masih berusia 26 tahun.

“Abaikan wanita itu, apa ada sesuatu?” tanya Roger menatap serius ke putranya itu.

“Soal Donovan. Pria itu membunuh pemilik bank dan sekarang polisi akan menyelidikinya.” Jelas Marlon dengan sangat serius.

Tentu, pria itu bekerja di perusahaan Stone-Brooks dan Donovan lah yang menjadi pemilik keseluruhan warisan milik Stone-Brooks. Marlon sama sekali tidak peduli akan harta, namun dia selalu was-was setiap kali Donovan bergerak sendiri.

“Fucking police! Kenapa kau khawatir, Donovan sudah mengurusnya.” Ujar Roger masih santai karena dia percaya akan cucunya.

Marlon mengangguk kecil dan berharap itu benar. Hingga kedua pria tadi sama-sama terdiam dengan kerutan alis. “Bagaimana dengan keturunan Stone-Brooks selanjutnya? Hubungan Donovan dan Quinn jauh dari kata hubungan!” ujar Marlon menyeringai kecil dan bersandar.

Pria tua itu pun ikut menyeringai. “Biarkan mereka yang mengurusnya sendiri, aku hanya ingin diam dan pensiun, Marlon.” Balas Roger dengan jujur.

...***...

Satu hari berlalu, Laila masih menjalani kehidupannya seperti biasa. Meski pikirannya terus tertuju ke tawaran managernya itu.

Hingga tepat saat dia bekerja malam seperti biasa. Laila dipanggil oleh seorang wanita yang sudah menunggunya di dalam ruangan VIP. Saat dia masuk, barulah Laila ingat akan sosok wanita cantik yang saat ini tersenyum miring menatapnya.

“Hai! Laila?!” sapa Quinn bersama dua anak buah yang berdiri di belakang sofanya.

Laila tersenyum kikuk dan mengangguk kecil.

Sungguh! Melihat dua pria bertubuh kekar dan wajah garang di belakangnya membuat dia merasa curiga. -‘Jangan berprasangka buruk Laila... Mungkin saja wanita itu memang orang kaya!’ Pikir Laila mencoba tenang lalu kembali tersenyum ramah.

“Duduklah!” pinta Quinn hingga Laila mulai duduk di sofa yang berhadapan dengan wanita cantik tadi.

“Manager club sudah memberitahu mu sesuatu?” tanya Quinn menatap lekat dan menunggu jawaban Laila.

“Ah, i-iya!”

“Good. Aku yang menyuruhnya, aku ingin menawari mu. Itu jika kau bersedia.” Jelas Quinn tanpa basa-basi.

Mendengar hal itu Laila terdiam beberapa saat. Lalu dia menutup mata dan sudah membulatkan tekad nya. “Berapa yang aku dapat jika aku bisa melahirkan seorang anak, Nyonya?” tanya Laila terus terang membuat Quinn sangat suka dengan semangatnya.

Quinn menyeringai miring menatap wajah cantik Laila. “10 juta dollar jika kau bisa melahirkan satu anak untukku. Dan 100 juta dollar jika kau bisa melahirkan bayi kembar!” jelas Quinn tak tanggung-tanggung saat dia mengatakan jumlah uangnya.

Mendengar jumlah uang tadi membuat Laila terbelalak tak percaya. Sangat jarang sekali ada seseorang yang memberikan 10 juta dollar ke ibu pengganti.

“Se-sepuluh juta...”

“Ya. Jika kau setuju dan hamil, maka aku akan memberimu setengah uang tersebut, setelah melahirkan maka aku akan memberimu setengahnya lagi.”

Senyuman terukir di bibir Laila sekilas. Namun ucapan Enisa kembali menghantuinya sehingga terlihat keraguan di wajah Laila membuat Quinn mengernyit heran.

“Kau membutuhkan uang untuk hutang bukan?!”

Terkejut? Tentu saja Laila terkejut ketika wanita asing itu tahu tentang masalahnya. Dengan seksama, Laila memerhatikan Quinn yang mulai mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Tidak perlu terkejut. Mencari informasi tentang kehidupan seseorang sangat mudah bagi kami!” jelas Quinn benar-benar membuat Laila curiga.

“Maaf, aku hanya ingin tahu apakah Anda— ”

“Jangan tanyakan identitasku, kau akan terkejut. Yang terpenting sekarang, aku dan bosmu membutuhkan pewaris, kau membutuhkan uang. Katakan iya atau tidak, itu saja.” Jelas Quinn yang kembali bersandar dengan tatapan tegas kali ini.

Saat Laila terdiam memikirkannya, tiba-tiba sebuah kertas mendarat di meja tepat di depan mata Laila.

“Jika kau setuju tanda tangani salah satunya. Hanya sebagai bukti!” ucap Quinn tersenyum.

Seketika ingatan akan nenek dan adiknya membuat Laila menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. “Aku butuh pena.” Pinta Laila yang langsung mendapat pena dari anak buah Quinn.

Sementara wanita mafia itu terlihat senang dengan keputusan Laila.

Saat Laila sudah menandatangani salah satunya. Barulah Quinn melihat ke secarik kertas tersebut yang memperlihatkan tanda tangan wanita pelayan tadi berada di atas tulisan <>

Tentu saja Quinn menyeringai tak percaya dan sekilas dia melirik ke Laila yang nampak diam dengan wajah polos.

.

.

.

Selang beberapa jam berlalu. Kini di pelabuhan, Donovan berdiri menatap ke arah anak buahnya yang sedang mengeksekusi seseorang yang diduga musuhnya. Tentu, pria itu sangat suka membunuh karena itu salah satu hobinya yang gila!

Sambil menghisap rokoknya, Donovan si pria berkemeja hitam itu terlihat santai-santai saja.

“Tuan, kapal bajakan itu sudah kembali. Kita apakan barangnya?” tanya anak buahnya yang baru saja menghampirinya.

“Selundupkan saja, itu sudah menjadi milik kita.” Pinta Donovan sehingga anak buahnya tadi mengangguk sampai mobil yang dia kenal baru saja tiba.

Tentu, amarah Donovan bertambah memuncak melihat kehadiran Quinn yang kini keluar dan menghampirinya dengan seringaian.

“Sudah ku duga kau ada sini!”

“Apa kau lupa dengan aturan ku?” tegas Donovan masih menatap lurus dengan kerutan alis. Ya! Jika dia sedang bekerja, dia tidak suka di ganggu.

“Aku tidak akan melupakannya. Aku datang hanya ingin memberikan ini!” ucap Quinn memberikan secarik kertas yang sama yang terdapat tanda tangan Laila.

Namun Donovan yang masih tidak tahu, dia berkerut alis menatap kertas itu. Namun dia bisa membaca tulisan di sana.

Brugh!! Seketika pria itu langsung mencengkram leher Quinn dan membuat wanita itu mentok ke mobil Donovan yang memang ada di belakang mereka. “Apa kau pikir aku bodoh? Kau ingin aku bertanggung jawab penuh dengan anak itu nanti?” kesal Donovan hingga Quinn menggertakkan giginya dan mencoba menahan tangan Donovan di lehernya.

“Bu... Bukan aku, tapi wanita itu sendiri yang memilih, Don!” balas Quinn yang entah rencana apa yang akan dilakukannya.

Sementara Donovan masih terlihat marah. “Ji-jika kau membunuhku sekarang... Maka kau juga akan hancur!” ucap Quinn memperingatinya lagi sehingga mau tak mau pria itu melepaskannya.

“Dengar Don! Kita hanya memerlukan seorang anak untuk generasi selanjutnya. Kita tidak tahu bahaya besar apa yang sedang menanti jika diantara kita sampai ada yang meninggal.” Jelas wanita itu sebisa mungkin membujuk suaminya.

“Aku tidak memerlukan seorang anak untuk Stone-Brooks, karena aku masih bisa melakukannya sendiri.” Angkuh Donovan yang langsung masuk ke dalam mobilnya.

“ITU KEPUTUSAN MU SENDIRI DONOVAN! KITA SUDAH SEPAKAT BAHWA KITA AKAN MELAKUKANNYA BERSAMA!” kesal Quinn hingga dari dalam mobil Donovan hanya meliriknya sinis lalu melaju pergi.

Melihat kepergian suaminya, Quinn hanya menggertakkan giginya dengan kesal.

...***...

Mansion Stone-Brooks

Terlihat seorang pria berkemeja hitam yang duduk santai di ruangannya dengan meneguk minuman beer dengan tatapan tajam dan ketidakadaan senyuman. Tentu, Donovan tidak pernah tersenyum sejak dia menginjakkan kakinya di rumah ini lagi.

“Kau terlihat sangat buruk.” Ucap Roger yang tiba-tiba masuk dan melihat keadaan cucunya saat ini.

Donovan hanya diam hingga kakeknya duduk di sofa. Saat itulah dia menuangkan beer untuk pria tua itu juga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!