Nyanyian itu selalu saja berdenging di telinga, hingga aku tak sadar apa yang telah ku rasa saat ini ketika mendegarkannya. Aku tak tahu muncul darimana perasaan aku dekat dengannya dan darimana aku mengingatnya, padahal kami bahkan belum bertemu dan bahkan belum pernah bertatap muka sebelumya. Hanya saja setiap kali aku melihatnya, jantungku berdegup cukup kencang dan hatiku merasa bahagia ketika melihat senyumnya.
Aku Siska, seorang istri dari pria tampan dan juga mapan, yang senantiasa memperlakukan aku dengan baik dan juga penuh kasih sayang. Namun sayangnya entah kenapa hatiku masih belum bisa menerima kehadirannya, padahal kami telah menikah selama satu tahun ini, meskipun kami telah saling mengenal bahkan saat aku mengalami koma atas insiden yang kata mas Zidan aku alami. Mas Jonathan dengan setia menemaniku dan memperlakukanku layaknya seorang putri.
"kenapa? Kenapa melamun? Aku tampan ya sayang?" tanyanya secara tiba tiba, saat ku tatap lekat wajahnya yang kini tengah menyantap makanan buatan ku tadi siang.
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Dia manis, baik dan juga sangat memiliki aura positif setiap hari, hingga aku pun tak jenuh menjalani hari hariku d rumah ini, meskipun terkadang aku sering kesal dengan ibunya yang datang dan hanya mengatakan hal hal buruk tentangku yang jelas tak ada satupun yang benar dari ucapannya itu.
Aku menikahi Jonathan dan menghormati dia sebagai pasangan, namun jujur saja sampai detik ini aku masih ragu padanya, mengingat dia pun tampak senang ketika bersamaku ini yang terkesan membosankan. Ya aku akui Jika aku ini terlalu membosankan untuknya. Aku terkadang sering kali menangis setiap malam dan mengingau ketika tertidur, sehingga ku pikir Jonathan akan ilfeel dan merasa jenuh dengan diriku.
"kau sangat manis dan tampan" pujiku padanya yang sontak saja membuat dia bangkit berdiri, memelukku saat ini, seraya bersiap untuk menci*m pipiku, namun tiba tiba saja terhenti karena ibu membuka pintu rumah kami tanpa permisi.
"heh ngapain kalian?! Pagi pagi udah mau ci**man!" teriaknya yang sontak saja membuatku malu.
"apa sih Bu. Aku dan Siska udah menikah jadi gak papa dong mau c*man mau jumpalikan, mau apapun kami bebas. Iya kan sayang" jawab Jonathan yang jelas saja membuatku terdiam.
Aku tahu ibu mertuaku ini memang tak pernah menyukaiku sejak aku menikah dengan putranya ini. Aku menahan semua rasa benci yang ia miliki untukku, karena aku sangat menghormati Jonathan dan sungguh berterimakasih padanya, mengingat dia senantiasa ada di saat aku terluka dan dalam masa pemulihan.
Jonathan adalah orang asing untukku yang dengan setia menemaniku di saat aku jatuh dan bahkan kehilangan ingatanku. Hingga akhirnya aku pun mulai nyaman bila dekat dengannya. Walaupun aku tak bisa menjabarkan rasa sayangku untuknya.
"ada apa? Kenapa ibu datang kemari?" tanya Jonathan kembali, yang membuat ibu pun tersenyum dengan senang sekali.
"gini loh Jo..itu si Laura, anaknya Bu Laras sekarang udah cerai sama suaminya. Kasihan dia loh saat ini tengah hamil dan anaknya gak punya bapak. Kamu mau kan menikah dengan dia. Dia cantik ko gak kalah dari Siska" ucapnya yang sontak membuat hatiku berhenti berdegup dan mas Jonathan pun menatap ke arahku
"apa ibu masih waras?! Ibu sehat?! Ibu ini ngomong apa sih gak jelas! Aku udah nikah sama Siska jadi gak lucu ngomong kayak ginian! Ibu gak punya hati ya, bisa bisanya ngatain hal kayak gini di hadapan istri Jonathan sendiri! Lebih baik ibu pergi saja dari sini daripada bicara omong kosong!" usir Jonathan pada ibunya yang membuatku memebelakkan mata.
Selama pernikahan kami berlangsung, memang ku akui, aku tak pernah di sukai oleh wanita paruh baya itu. mengingat kriteria wanita yang ia impikan untuk putranya adalah seorang gadis cantik, berpendidikan tinggi dan tentunya masih perawan serta bisa di banggakan. Tak seperti aku yang bahkan keluargaku hancur berantakan, dengan kakak ku yang bahkan masih di dalam penjara akibat perlakuannya terhadap istri keduanya yang begitu terkesan barbar serta kejam. Hingga kelakuan ayahku yang juga begajulan serta tak bisa di benarkan dalam sisi manapun sebelumnya
Aku dan Jonathan menikah baru satu ini dan sampai detik ini belum ada tanda tanda kehamilan yang akan terjadi padaku, setelah aku rutin mengkonsumsi vitamin serta tak lupa berolah raga setiap pagi.
Hingga ibu mertuaku pun semakin saja membenciku dan juga mengabaikan ku, tanpa memperdulikan suamiku yang jelas saja sangat mencintaiku.
Aku tak pernah mengira jika Jonathan akan berkata demikian pada ibunya, apalagi selama ini hinaan serta cacian yang sering di kontrakan wanita itu. masih bisa di biarkan oleh Jonathan, tak seperti saat ini pria itu justru mengusirnya untuk pergi
Ibu tentu saja amarah dan semakin membenciku kali ini. Mengingat dia yang telah merawat dan membesarkan Jonathan sejak kecil, namun dia malah membelaku yang merupakan orang asing, yang masuk ke dalam hidupnya setelah dewasa seperti ini.
"apa? Kamu usir ibu Jo?! Ibu gak salah dengar kan? ah yang benar saja" ucapnya yang membuatku hanya terdiam
"tidak! ibu tak salah dengar. Jonathan memang mengusir ibu dari sini, karena ibu sendiri yang telah membuat aku muak dengan sikap ibu kali ini. Ibu sering menghina Siska, mencacinya dan bahkan mengatakan yang tidak tidak tentangnya. Namun Jonathan tetap diam saja karena Jonathan masih menghargai ibu sebagai orang tua Jonathan..tapi sekarang?! Ibu malah menawariku wanita lain yang seakan ibu tak pernah menghargai siska sebagai istri dari Jonathan sendiri. Ibu wanita dan seharusnya ibu paham situasinya. Ibu tak pernah mau kalah dan tak pernah mau menganggap Siska sebagai menantu, laku dengan gampangnya ibu malah menawariku wanita lain. Jonathan gak kayak yang ibu pikirkan. Jonathan laki laki normal tapi otak jonathan pun masih jalan..paham?!" bentak pria itu yang bersikukuh membelaku.
"Ibu hanya menawarimusaja dan merasa iba pada si Laura. Apa ibu salah?! Setidaknya kalian ini belum di karunia anak sejak kalian menikah. jadi apa salahnya jika kalian menerima Laura sebagai anggota keluarga baru. Toh kalian juga nanti akan anggap anak pada anaknya. Dan mungkin kamu pun bisa punya anak dari dia" ucak ibu dengan mudahnya.
"ibu benar benar gak waras ku rasa. Ibu mengasihani Laura tanpa kasihan pada menantu ibu sendirii. Setidaknya pikir baik baik bagaimana posisi ini Jiak di balik. Ibu yang ku suruh untuk menerima madu di ruamh tangga ibu dan ayah, apa ibu masih mau menerimanya dan berlapang dada?! Tentu saja tidak! Ibu pasti membunuh wanita itu, seperti apa yang ibu lakukan selama ini, Jika ibu membenci seseorang" gerutu Jonathan yang membuatku membelalakkan mata.
Aku tak mengerti kenapa Jonathan mengatakan hal itu pada ibu, sehingga ibu bahkan menangis. Aku akui jika aku pun sakit hati karena ibu menginginkan suamiku menikahi wanita lain, tapi tak sepatunya juga Jonathan berkata demikian karena bisa jadi ibu semakin membenciku saat ini, sebab dia membelaku seperti ini.
Aku sangat menghormati ibu sebagai ibu mertuaku, walaupun aku tak suka padanya sama seperti apa yang dia lakukan padaku. Tetapi aku pun akan berusaha bersikap baik padanya, siapa tahu dia pun akan luluh dan menganggapku sebagai menantunya juga.
"selama lima tahun dia koma, kau yang menemaninya dan selama itu pula kau menunggu dia yang entah hidup atau mati, dan membiarkan ibu sering kali di rumah sendiri. Kamu ini anak ibu bukan anak dia! Tapi kenapa kau begitu tergila gila padanya. Hingga kau mengatakan hal menyakitkan itu padamu ibumu sendiri! Kau ini telah berubah Jo, apalagi setelah menikah dengan dia" teriak ibu histeris yang tak lama kemudian pergi dari rumah ini
Aku memang mengalami koma selama lima tahun, akibat benturan keras di kepalaku, yang kata mas Zidan aku mengalami kecelakaan mobil saat itu. Akan tetapi ibu Jonathan terus saja mengatakan padaku Jiak aku ini mencoba bunuh diri. tapi aku pun tak ingat sama sekali apa yang membuatku jatuh tak sadarkan diri dan terbaring selama itu di ruang sakit.
Mas Zidan dan mbak Nayla sering menceritakan kebaikan Jonathan selama aku tak sadarkan diri dan aku pun tahu jika memang selama itu dialah kekasihku,meskipun aku tak ingat apapun tentangnya saat aku membuka mata saat itu.
Hanya saja melihat kebaikan dan kesetiaan yang dia punya untukku, saat aku terluka dan tak tahu apa apa. membuatku luluh dan percaya bahwa dia memang adalah kekasihku, yang dengan cekatan membantuku memulihkan tubuhku, meskipun aku tak ingat apapun sebelum aku bangun saat itu.
Aku sering berbicara dengan Jonathan jika aku tak layak menjadi kekasihnya, sebab tak ada satupun memori kebahagiaan yang aku ingat dengannya dan tak ada satupun barang yang ku punya yang ada dua di dalamnya. Termasuk foto foto pun aku tak punya saya dengan dia. meskipun di hp Jonathan memang aku menemukan beberapa foto antara aku dan dia..
"Ibu selalu saja egois dan tak pernah mendukung apapun yang aku mau" gerutu pria itu sebelum akhirnya ia pun kembali duduk dan menyanggah kepalanya yang mungkin terasa sakit.
"dia itu ibumu, kamu tak seharusnya berkata seperti itu" lirihku pada Jonathan yang hanya mengangguk.
Aku tahu jika dia sangat mencintaiku dan tak ingin aku pergi darinya, sehingga dia bahkan memaksakan diri untuk menikahiku dan menentang ibunya yang tak setuju.
sampai sampai mas Zidan turun tangan untuk pernikahan kami berdua. Dan mas Zidan memang sangat berjasa untuk kebahagiaanku sekarang.
" sebagaiknya kita susul saja ibu dan kamu minta maaflah sama dia, karena aku pun tak ingin dia semakin membenciku karena perbuatanmu" pintaku pada Jonathan yang dengan berat hati menurutinya.
"Tapi dia yang salah kan?" jawabnya yang sedikit bersikukuh ingin membenarkan apa yang dia lakukan.
"baik buruknya orang tua kita, kita tetap harus memanfaatkan dia dan menjaga tali silaturahmi kita. Aku tak mau menjadi alasanmu untuk berkata kasar padanya, apalagi jika dia bersikap seperti itu, kau malah tak jauh beda dengannya. Aku ingin Jonathan ku yang baik dan penyabar"
Jonathan bangkit dan memelukku dengan erat. Dia memintaku untuk tetap bersamanya meskipun rintangan akan sulit di lalui olehku dan dia.
****
Kami pergi menuju rumah ibu yang jaraknya tak jauh dari sini. Akan tetapi saat berada di perempatan jalan, seorang anak berusia sekitar tiga tahunan, tiba tiba saja menyebrangi jalan secara tiba tiba. yang sontak saja membuat mobil Jonathan mengerem secara mendadak untuk menghentikan lajunya agar tak menabrak anak itu. Dan untungnya seorang pria berhasil menyelamatkan anak tersebut, dan memeluknya saat ini. hingga aku dan mas jonathan pun panik, sampai akhirnya kami keluar dari mobil dan melihat keadaan pria berserta anak tersebut yang masih berpelukan di trotoar jalan..
"Apa kalian baik baik saja? bagimana kondisi kalian?! apa ada yang terluka?" tanya ku pada pria itu, yang perlahan mulai bangkit dan menampakan wajahnya saat ini.
Aku terdiam membeku menatap pria yang ada di depanku. Pria yang sama seperti yang sering ku lihat di dalam mimpiku, Kini berada tepat di depanku.
Pria itu diam mematung, menatap ke arahku, seakan dia pun mengenalku. Sedangkan tak lama dari itu, seorang wanita berlari ke arah anak tersebut dan memeluknya dengan erat, seraya meminta maaf padaku dan mas Jonathan yang juga tampak terkejut melihat sosok wanita tersebut.
"Nadin" ucap mas Jonathan yang sontak saja membuatku menatapnya dan menatap wanita yang mungkin sang ibu dari anak itu, yang kini tampak menangis membawa putrinya saat ini.
"maafkan aku, maaf" lirihnya pelan sebelum berlari entah kemana.
Pria di hadapan ku dan mas Jonathan hanya diam melihat itu, sebelum akhirnya mas Jonathan pun bertanya apakah dia suami dari wanita tersebut apakah bukan.
"maaf apakah dia istrimu? Maafkan aku karena aku hampir saja menabrak putri kalian. Aku sungguh minta maaf atas hal yang menimpamu barusan" ungkap Jonathan dengan suara yang terbata bata, tanpa melepaskan pandangannya dari wanita yang pergi entah kemana.
"bukan! Dia tak ku kenal..aku permisi" ucap pria itu, yang kembali pergi, berjalan menuju salah satu gedung di dekat sana.
Aku tak tahu siapa wanita itu sebenarnya, dan apa yang membuat Jonathan begitu terkejut saat melihatnya. Jonathan bahkan mengetahui nama wanita itu, padahal aku pun tak tahu dia siapa. sehingga aku pun cukup curiga dengannya. Akan tetapi aku pun juga penasaran dengan pria yang bahkan tak pernah ku temui sebelumya, yang persis sekali dengan pria yang sering ku mimpikan setiap harinya. Hingga aku pun penasaran dengannya, apakah kami pernah saling mengenal satu sama lainnya, ketika aku belum kehilangan ingatanku lima tahun yang lalu.
Aku Kembali masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Jonathan yang terlihat begitu tertekan dan banyak pikiran setelah bertemu dengan pria itu serta wanita yang ia panggil sebagai Nadin. Aku tak pernah berpikir sekalipun siapa wanita itu, apakah masa lalunya ataupun temannya. Akan tetapi dari raut wajah mereka, aku cukup tahu jika mereka saling mengenal satu sama lainnya. Hingga aku pun memberanikan diri untuk bertanya padanya, apakah dia memang tahu wanita itu atau mereka pernah ada hubungan sebelumnya.
"mas aku..." belum sempat aku bertanya apa yang aku pikirkan, Jonathan malah bertanya hal yang mengejutkan
"Sis apa kau ingat sesuatu tentang pria itu? Apa kau ingat dia?" tanya pria itu dengan cepat yang membuatku menahan kembali pertanyaan ku.
"apa? Mengenalnya? Tidak. Aku tak ingin apapun tentang dia" jawabku padanya dengan jujur.
"bohong! Kamu pasti ingat sesuatu kan! Kamu pasti ingat dia!"
Entah kenapa Jonathan malah memarahiku dan membentakku seperti itu. padahal sebelumnya dia tak pernah berbicara dengan nada tinggi kepadaku, seperti saat ini yang ia lakukan meskipun hanya berdua saja di sini. Hingga aku pun mengerutkan kening dan merasa heran dengan tingkahnya saat ini.
aku telah berkata jujur padanya, jika aku tak ingat apapun tentang pria itu dan bahkan Aku pun ingin bertanya padanya mengenai apakah kita pernah bertemu sebelumnya. sebab benar-benar aku tak mengingatnya sama sekali. Hanya saja kenapa Jonathan malah memarahiku, dia membentakku dan bahkan bertanya dengan cara seperti itu.
padahal sebelumnya dia sangat lembut dan tak pernah berbicara dengan nada tinggi sekalipun. Sehingga aku pun curiga apakah dia menyembunyikan sesuatu dariku.
"kenapa kau bertanya seperti itu? Kenapa kau seakan menyudutkan ku? aku bersumpah bahwa aku tak ingat apapun dan tak mengenal dia. Kenapa kamu terlihat begitu marah sekarang padahal aku tak melakukan apapun? Justru aku yang harusnya marah dan bertanya padamu tentang wanita itu. kenapa kamu tahu namanya dan kenapa kamu memanggilnya di hadapanku, seolah kau mengenal dia sejak dulu. apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku tentang wanita itu?" tanyaku dengan nada yang begitu ketus padanya, yang mulai merasa bingung dengan ini semua.
Ku tahu Jiak wajah Jonathan saat ini tengah panik dan mencoba mencari jawaban yang lain. Dia yang memulai perdebatan ini dan dia pula yang harus menyelesaikan semuanya.
Aku bukan berpura pura jika aku melupakan segalanya, hanya saja aku pun tak mungkin berbohong dengan ingatanku sendiri, mengingat akupun tak tahu siapa pria yang ia maksud dan tak sepertinya yang ingat dengan wanita yang baru saja ia panggil.
"jujur saja sekarang jonathan. Apakah kamu mengenal wanita itu? Apa kamu pernah ada hubungan dengannya? Kenapa kamu tahu namanya Jiak kau tak mengenalnya. Raut wajah kalian berdua mengatakan sesuatu yang aku pun tak tahu. Aku selama ini selalu berkata lemah lembut padamu dan kamu pun sama seperti itu. tapi kenapa kamu malah membentakku barusan padahal aku jelas tak tahu siapa pria itu. Apa hubunganmu dengan pria itu, terlebih lagi dengan wanita itu?"
Jonathan malah diam seribu bahasa dan fokus dengan kendaraannya. Ia terus aja melakukan mobilnya, hingga sampai di sebuah ruang mewah yang tentu saja ku tahu sebelumnya. Dan kini ia pun izin pamit keluar dengan nada yang lembut, seakan tak pernah terjadi sesuatu .
"kita sudah sampai. Sekarang kita temui ibu dan minta maaf padanya. aku tak ingin Maslah ini berlarut larut dan sudah lupakan semua itu" pintanya dengan mudah
."kau pergi saja sendiri sebab ini adalah urusanmu dan juga ibumu. Aku tak mau terlihat lagi dalam urusanmu dan juga ibu, apalagi tanpa ku katakan pun kau pasti tahu, jika ibumu itu sangatlah membenciku. Dia tak menyukaiku. Lalu apa yang harus ku katakan jika dia kembali menghinaku dan menawarimu wanita lain data itu. Aku tak mau memperkeruh keadaan dan suasana. Cukup kau dan ibu saja yang menyelesaikannya. aku tak mau berbicara hal hal seperti ini dengan orang yang bahkan tak ingin melihatku di depannya nanti. jadi lebih baik aku disini"
Jonathan terdengar menghela nafas panjang sebelum menghembuskannya secara perlahan. Ia terlihat pasrah dengan jawabnku yang seakan tak mau mengakrabi ibunya. padahal aku melakukan ini juga karena wanita paruh baya yang ku sebut mertua
"Jiak ada apa apa kamu pencet saja klakson nya..aku tak akan lama di sana dan kamu tunggu ya" ucapnya dengan manis yang membuatku merasa Jiak dia pandai sekali mengubah keadaan.
Dia yang pertama membuatku kesal, tapi sekarang dia yang bersikap biasa saja setelah membentakku barusan..
Aku tak tahu apa yang terjadi padanya dan apa yang di pikirkan olehnya. Sehingga aku pun hanya diam saja, seiring dengan kepergiannya.
***
Kini di dalam mobil hanya ada aku saja yang diam membisu tak melakukan apapun.
Ku buka ponselku dengan perasaan hati yang gusar dan mulai mencoba mencari nama dari wanita yang baru saja di panggil oleh Jonathan untung mencari informasi tentangnya, namun sialnya banyak sekali nama itu yang muncul dan aku pun tak tahu yang mana wanita itu.
Ah apakah aku harus mencari satu persatu akun media sosial wanita itu dengan nama yang bahkan ribuan di pakai oleh orang? Aku tak tahu nama panjangnya ataupun nama panggilannya, selain nama Nadin saja yang di ucapkan oleh suamiku. Sehingga ku scroll semua aku orang orang itu, hanya untuk mencari foto yang cocok dengannya .
Hingga butuh waktu yang cukup lama untuk aku tahu media sosialnya, dan aku curiga dengan salah satu aku berfoto profil seorang bayi mungil. Yang ku yakini dia itu adalah Nadin..
Dan yap. Ku lihat dia mengupload seorang foto bayi tanpa caption apapun dan dengan wajah Nadin yang tersenyum di sisinya saat itu.
foto dia yang baru saja melahirkan, tampak begitu sudah lama dan akunnya pun sudah lama tak aktif seperti memang akun lama yang elah di tinggalkan oleh pemiliknya.
Ku lihat pertemanannya dari akun itu dan tak ada nama Jonathan di situ. Akan tetapi jiwa Intel yang ku punya tentu saja tak akan berhenti di sana, sampai akhirnya dering ponsel pria yang telah menikah denganku itu berdering dengan nyaring di sisiku. Dan tanpa basa basi ku tatap layar ponsel itu,yang menampilkan sebuah panggilan telpon dari nomor yang tak tampil di layar ponselnya, yang baru saja ku angkat malah di matikan olehnya.
"hallo"
Tut
Tuttt
tutttt
Nomor itu cukup privat dan aku tak bisa menghubunginya lagi karena ponsel mas Jonathan bahkan di kunci. Ku tulis tanggal pernikahan kita di sana, namun ponsel itu tidak bisa di buka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!