Davion Slade, pria tampan, mapan dan dewasa berusia 28 tahun, pewaris tunggal perusahaan SLADE CORP.
Dua tahun yang lalu, dia memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Bukan karena Davion atau pun kekasihnya saling berkhianat tapi karena mantan kekasih Davion itu memiliki penyakit kelainan, yaitu penyuka sesama jenis.
Mengetahui hal tersebut, Davion menjadi jijik dan geli sendiri, beruntung ia tidak pernah mengajak mantan kekasihnya itu berhubungan badan. Karena, bagaimana pun Davion juga seorang Cassanova.
Wajah yang tampan, tubuh yang tinggi dan tegap serta kaya raya membuat Davion Slade banyak digandrungi para kaum hawa. Bahkan banyak diantara mereka yang rela melebarkan paha nya demi bisa merasakan hangat nya dekapan seorang Davion.
Dan, setelah 5 tahun lamanya ia tinggal di Venice untuk mengurus perusahaan cabang yang ada disana. Kini dirinya kembali lagi ke Amerika untuk mengambil alih posisi jabatan CEO diperusahaan pusat yang ada dikota New York atas perintah sang papa.
.
.
Setelah menempuh perjalanan udara selama 12 jam lamanya, kini pesawat yang ditumpangi Davion tiba dibandar udara internasional Amerika Serikat. Suara pramugari yang lembut dan ramah terdengar dari speaker diatas kepala, memecahkan kesunyian didalam pesawat. Suaranya yang jernih dan sopan membuat para penumpang merasa aman dan nyaman, begitu juga yang dirasakan oleh Davion yang duduk dikursi kelas bisnis.
"Selamat datang dibandar udara internasional Amerika Serikat. Kami telah tiba di tempat tujuan akhir. Silahkan mematikan sabuk pengaman dan mengambil barang bawaan anda jangan sampai ada yang tertinggal. Terimakasih atas perjalanan anda bersama kami".
Sesaat setelah pramugari memberikan pengumuman itu, para penumpang mulai bergerak beranjak dari tempat duduknya masing-masing untuk mengambil barang bawaan mereka dan mempersiapkan diri untuk keluar dari dalam pesawat.
Davion keluar paling akhir, dibelakang nya disusul oleh Sam asisten pribadinya yang selalu setia mendamping Davion kemana pun pria itu pergi.
haahhh...
Davion menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, menikmati udara siang itu dikota New York.
"Tuan.. " Panggil Sam yang berdiri dibelakang Davion setelah selesai menelpon seseorang.
"Hm", Davion berdehem
"Anda ingin pulang sekarang ?" ujar Sam bertanya
"Ya, kita pulang ke mansion pria tua itu". Jawab Davion
Sam yang mendengar Davion menyebut papa nya dengan panggilan pria tua hanya bisa menghela nafas pelan. Davion memang seperti itu, bukan karena dia bertingkah kurang ajar atau pun tidak menghormati tuan Dominic- papinya. Hanya saja itu sebagai ungkapan kasih sayang antara anak dan ayah.
"Baik, mari tuan sebelah sini". Sam mengangkat tangannya mempersilahkan Davion untuk berjalan lebih dulu.
Kedua nya melangkah menuju gedung tempat parkir. Disana sudah ada sopir pribadi papi Dom yang ditugaskan untuk menjemput Davion.
"Tuan muda.. " sapa Redo sopir pribadi papa Dom seraya menundukkan kepalanya sekilas.
"Halo Paman Redo, bagaimana kabar mu?" tanya Davion basa-basi
"Kabar saya baik tuan muda". Jawab Redo
Davion mengangguk-anggukkan kepalanya.
Setelah itu, Redo segera membukakan pintu bagian penumpang untuk Davion dan pria itu bergegas masuk.
Lalu Redo menutup pintu nya setelah memastikan tuan muda nya itu duduk dengan nyaman. Kemudian, ia juga bergegas masuk kedalam mobil dan duduk dikursi kemudi, lalu Sam duduk disamping Redo.
Perlahan mobil yang Redo kendarai melaju pelan meninggalkan area gedung parkir bandara menuju mansion keluarga Slade yang berada dipusat kota New York.
Perjalanan menuju mansion utama keluarga Slade ditempuh dalam waktu 1 jam, kini mobil yang Redo kendarai berbelok memasuki gerbang yang menjulang tinggi dengan desain yang amat sangat mewah dan berlapis emas. Mobil berhenti tepat didepan pintu masuk mansion, Sam segera keluar lebih dulu membukakan pintu untuk Davion.
Davion turun dari mobil, sesaat ia lihat kembali bangunan megah bak istana itu. Sejak kecil ia dilahirkan dan dibesarkan disini, hingga ia menginjak dewasa dan menempuh pendidikan di Kanada, Davion sudah tak pernah lagi menginjakkan kaki dimansion ini. Dan, ini kali pertama setelah 8 tahun lamanya ia menetap di Venice dan sekarang ia kembali.
Dengan langkah tegap, Davion berjalan masuk kedalam mansion itu. Saat ia membuka pintu lalu berjalan masuk kedalamnya ternyata sudah ada sekitar 20 maid yang berjejer-jejer menyambut kedatangannya.
"Selamat datang kembali tuan muda". Sapa para maid itu bersamaan
"Hm.. " dan dibalasan deheman oleh Davion. Setelah itu, ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.
"Mami.. I'm back.. " Davion berteriak memanggil Mami Elizabeth yang tengah duduk di kursi sofa ruang keluarga, disamping ada sang Papi Dominic yang menemaninya.
Mendengar suara Davion, sontak Papi Dom dan Mami Eli langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Tapi, ketika Davion hendak berjalan menghampiri mereka sebuah tongkat mendarat mulus mengenai kepala belakangnya.
Tukk...
"Dasar cucu kurang ajar, ini mansion bukan hutan tidak perlu berteriak-teriak kita semua belum tuli".
Dari arah belakang sang Opa kesayangan keluarga Slade datang dan memukul kepala Davion dengan tongkatnya. Dia adalah Opa Albert. Diusianya yang sudah senja, pria tua itu masih terlihat sehat wal afiat.
Davion menoleh dan menatap opa Albert tajam.
"Kenapa mata mu itu? minta opa congkel huh?" Ucap Opa Albert bergurau, ia tidak mungkin menyakiti cucu kesayangannya itu.
"Kepala Davion sakit opa". Rengek Davion seraya mengusap-usap belakang kepala nya yang terkena getokan tongkat opa Albert
"ck!" Opa Albert berdecak, ia lalu melangkahkan kakinya menuju sofa.
Papi Dom dan Mami Eli yang melihat kelakuan kedua pria beda generasi itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Hal seperti itu sudah biasa mereka lihat dan itu juga bentuk kasih sayang antara kakek dan cucunya.
Davion mengikuti langkah kaki Opa Albert, berjalan mendekati Mami Eli lalu mencium pipi wanita yang sudah melahirkannya tersebut.
"Anak mami, apa kabar sayang ?" ujar Mami Eli seraya menarik tubuh tegap Davion kedalam pelukannya.
"tidak baik dan tidak juga buruk mam", jawab Davion sambil membalas pelukan sang mami.
Mami Eli mengurai pelukan itu menatap putranya dengan kening yang mengernyit, "oh why ?"
"Tid-"
"Karena dia tidak lagi punya kekasih El, kekasihnya ternyata lesbi@n.." begitu saja Opa Albert langsung menyela ucapan Davion, membuat lelaki itu sontak menolehkan kepalanya menatap Opa Albert dengan bola mata yang membulat.
" Opa!"
"Benarkah itu Davion?", seru Mami Eli tak percaya
Davion menghela nafas panjang dan tak bisa berkilah lagi.
"Ya begitu lah mam" sahutnya lesu
Mendengar jawaban pasrah Davion, Opa Albert tak bisa lagi menahan tawanya. Ia yang dulu sudah memperingati cucu kesayangannya itu untuk tidak menjalin hubungan dengan Salsa- mantan kekasih Davion yang memiliki kelainan. Tapi, Davion sendiri justru ngeyel dan tak mendengarkan peringatannya.
.
.
.
To Be Continue..
Seperti keluarga Cemara pada umumnya, keluarga Slade kini sedang sarapan bersama. Dimeja makan yang berbentuk oval panjang itu, sudah ada Opa Albert yang duduk dikursi paling ujung, Papi Dom yang duduk diseberang nya dan juga Mami Eli yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka. Jika ditanya dimana Davion? Jawabannya lelaki itu masih berada didalam kamar, entah sudah bangun atau belum.
"Eli.." panggil Opa Albert
"Ya ayah?" sahutnya pada sang mertua
"Coba kamu lihat anak tengil itu, sudah bangun atau belum. Ini sudah waktunya sarapan". Titah Opa Albert
Mami Eli mengangguk dan lekas melangkahkan kakinya menuju kamar Davion yang ada dilantai paling atas.
Mansion keluarga Slade memiliki 3 tingkat. Lantai pertama digunakan untuk ruang tamu, ruang makan dan dapur. Dan, lantai dua terdapat kamar Opa Albert juga kamar Mami Eli dan Papi Dom serta ruang kerja. Sedangkan, dilantai tiga ada kamar Davion, ruang gym dan mini bar serta bioskop.
Mami Eli naik ke lantai tiga menggunakan lift yang terletak dipojok ruang dekat ruang tamu. Mami Eli segera menekan tombol disamping pintu lift setelah itu, benda besi kotak besar itu bergerak naik menuju lantai tiga.
Ting!
Pintu lift terbuka dan mami Eli bergegas keluar lalu melangkah menuju kamar Davion.
Tok..
Tok..
Tok. .
"Dav, buka pintunya ini mami nak". Ucap Mami Eli seraya mengetuk pintu kamar Davion
Satu kali ketukan... Dua kali ketukan... Tak ada jawaban, hingga ketukan ketiga barulah pintu kamar itu terbuka dan menampilkan Davion yang baru saja bangun tidur.
Mami Eli yang melihat penampilan Davion yang terlihat acak-acakan hanya bisa mendesahkan nafas nya pelan sambil menggelengkan kepalanya gemas. Lihatlah, penampilan Davion itu. Rambut nya sudah hampir gondrong itu sangat acak-acakan seperti singa, dada bidangnya yang digambari tatto itu ia biarkan telanjang dan jangan lupa celana boxer warna pink bergambar Barbie.
Astaga! Tubuhnya saja yang tinggi, kekar dan kokoh tapi soal pakaian dalam tetap pinky.
"Ada apa mam?" tanya Davion dengan suara serak khas bangun tidur seraya menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan punggung tangannya karena ia menguap.
"Astaga Dav, kenapa kamu belum bersiap. Ini sudah hampir jam 8. Hari ini papi akan mengenalkan kamu sebagai CEO baru dikantor". Omel Mami Eli sambil berkacak pinggang.
"Iya mi, bentar lagi Dav-aahhhh..."
Belum Davion menyelesaikan ucapannya, tangan Mami Eli sudah memelintir telinga Davion. Membuat lekaki itu mengaduh kesakitan.
"Sakit mii", ringis Davion
"Jangan banyak membantah Dav, kamu ini sudah tua jangan banyak bertingkah. Sekarang mandi dan bersiaplah. Opa sama Papi sudah menunggu mu dibawah untuk sarapan bersama". Tukas Mami Eli tegas, ia lalu melepaskan tangannya dari telinga Davion.
"Iya mi". Sahut Davion menurut
Setelah itu, Mami Eli berbalik badan lalu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Davion yang masih bersandar dipintu kamarnya.
Sepeninggalan Mami Eli, Davion kembali masuk kedalam kamarnya dan segera bersiap.
.
30 menit berlalu dan Davion sudah siap dengan setelah kemeja putihnya yang dipadu padankan dengan celana formal berwarna hitam. Jangan lupakan sepatu hitam mengkilat yang sudah terpasang rapi dikedua kakinya.
"Selesai.." ucap Davion setelah selesai merapikan rambutnya didepan cermin rias.
"Astaga, aku memang selalu tampan". Gumamnya memuji dirinya sendiri
Setelah itu, Davion menyambar jas nya yang ada digantungan baju dekat meja rias. Kemudian, Davion melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
.
"good morning.. " teriak Davion saat baru saja keluar dari dalam lift, menyapa semua penghuni mansion.
Kling!
Bukannya mendapat balasan sapaan, Davion justru disambut dengan sebuah sednok yang melayang kearahnya. Beruntung, ia dengan sigap langsung menangkap sendok itu. Jika tidak, mungkin sendok itu sudah mengenai wajah tampannya. Sipa lagi pelakunya jika bukan Opa Albert.
"Jangan banyak bertingkah, cepat kemari dan sarapan. Apa kau tidak merasa bersalah? Opa hampir mati kelaparan karena menunggu mu". Omel Opa Albert
"Loh bukannya bagus Opa? Jadi harta warisan bisa dibagi secepatnya", sahutnya bergurau
"Davion.." tegur mami Eli
Papi Dom yang mendengar itu menggelengkan kepalanya gemas. Memang, dua pria beda generasi itu tidak pernah akur. Tapi, mereka saling menyayangi.
"Dasar cucu kurang ajar", geram Opa Albert. Ia lalu mengangkat tongkatnya dan menodongkannya kearah Davion yang duduk diseberangnya,
"Sudah, jangan ribut terus. Ayah ayo sarapan, kamu juga Dav, setelah ini kita kantor". Ucap papi Dom menengahi keduanya.
.
Setelah menyelesaikan sarapan mereka, kini papi Dom dan Davion bersiap akan berangkat ke kantor.
"Mi, papi berangkat ke kantor dulu", pamit papi Dom pada istrinya
"hati-hati pi", balas Mami Eli, Kemudian, Papi Dom beranjak dari duduknya lalu mencium kening istrinya itu sekilas. Tak lupa, ia juga berpamitan dengan Opa Albert. Setelah itu, Papi Dom melangkahkan kakinya keluar dari mansion.
Kemudian, Davion juga lekas berdiri dari duduknya setelah menghabiskan air minum nya, ia lalu mendekati sang mami dan mencium pipi wanita itu.
"Davion juga pamit berangkat kekantor mi", pamitnya pada sang mami
"hm.. Hati-hati nak". Kata Mami Eli
Davion menganggukkan kepalanya, kemudian ia bergeser berpamitan juga dengan Opa Albert.
"Jangan banyak bertingkah dikantor, kali ini tanggungjawab mu lebih besar", ucap Opa Albert memberikan nasihat
"Davion paham opa, Opa juga jangan banyak bertingkah ingat umur". Sahutnya bercanda, kemudian setelah mengatakan itu Davion bergegas berlari terbirit-birit sebelum tongkat milk Opa Albert melayang ke arahnya.
"Bicara apa kamu tadi? Dasar cucu lucknut, minta dikutuk jadi ikan gurameh kamu huh?! " teriak Opa Albert mengomel
Davion yang sudah berada diluar mansion, hanya bisa tertawa ketika mendengar suara teriakan omelan Opa Albert.
"Dav.. " panggil Papi Dom yang sudah masuk kedalam mobil pribadinya.
"Ya pi?" sahut Davion
"Mau berangkat ke kantor sendiri atau-"
"Sendiri pi"
"Ya sudah, papi berangkat dulu. Ayo Redo", titah papi Dom pada sopir pribadi nya
"Baik tuan", setelah itu Redo segera melajukan mobilnya keluar dari pelataran mansion keluarga Slade.
Tak berselang lama, Sam datang dengan mengendarai mobil pribadinya. Davion yang melihat itu memicingkan matanya.
"Tuan muda". sapa Sam
"Kenapa pakai mobil ini ?", bukannya membalas sapaan Sam. Davion justru mempermasalahkan mobil yang Sam kendarai.
"memang apa ada yang salah tuan ?" tanya Sam kebingungan. Padahal mobil yang ia kendarai saat ini termasuk mobil mawah dan mahal.
"Salah, kenapa harus pakai mobil mu. Mobil ku kemana ? Apa kamu tidak mengambil nya dari garasi ? Ini hari pertama aku pergi ke kantor pusat. Bagaimana... "
Mendengar omelan Davion, Sam menghela nafas panjang seraya memutar bola matanya jengah.
"Jika bukan tuan muda sudah ku sumpal mulutnya", batin Sam
"Kau mengumpati ku Sam ?", tukas Davion
Sam tersentak terkejut saat melihat Davion sudah duduk dengan nyaman dikursi penumpang seraya merapukan jas nya, entah kapan Davion itu masuk. Sam sampai tidak menyadarinya.
"maaf tuan, saya tidak berani ", sahut Sam cepat
"Sudah ayo kita berangkat sekarang". Titah Davion
.
.
.
To Be Continue..
Seluruh karyawan bergegas berbaris menyambut kedatangan CEO baru mereka.
"Ku dengar pengganti tuan Dom itu putra nya, dia masih muda dan tampan", bisik salah seorang karyawan wanita pada temannya.
"Iya, tapi sayang katanya dia seorang cassanova", bisik temannya menimpali
"Oh ya? tak apa lah dia kan kaya, pewaris tunggal pula. Aku pun juga mau jadi simpanannya". Ucapnya
"Ck! kau ini. Ingat calon suami mu dirumah". ujar temannya kembali menimpali
Vynessa yang berdiri didepan mereka dan mendengar bisik-bisikan dari kedua nya hanya menggelengkan kepalanya.
Lalu tak berselang lama, sebuah mobil bermerk Roll-Ro*ce berwarna hitam mengkilap berhenti tepat didepan pintu masuk perusahaan SLADE Corp, dibelakang disusul mobil Mercend*z berwarna putih bersih.
Papi Dom keluar lebih dulu dari dalam mobil Roll- Ro*ce setelah Redo membukakan pintunya. Lalu Sam juga bergegas dan segera membukakan pintu belakang untuk Davion.
Lelaki matang,28 tahun itu dengan gagah keluar dari dalam mobil seraya membenarkan jas hitam yang melekat ditubuh atletisnya.
"Ayo Dav", ajak Papi Dom pada putranya
Davion mengangguk lalu bergegas melangkahkan kakinya menyusul Papi Dom yang berjalan lebih dulu. Pintu terbuka otomatis, semua karyawan seketika langsung menundukkan kepalanya dan menyapa kedatangan mereka.
"Selamat pagi tuan...." sapa para karyawan serempak
"Pagi", balas Papi Dom dengan ramah
"Setelah ini berkumpul diruang pertemuan, ada yang ingin saya sampaikan". Kata Papi Dom
"Baik tuan". Jawab mereka bersamaan.
"Vyn.." panggil Papi Dom pada sekretaris pribadinya itu yang ikut berdiri menyambut kedatangannya.
"Ya tuan?" sahut Vynessa
"Kemari"
Vynesaa bergegas melangkahkan kakinya menghampiri Papi Dom. Davion yang berdiri disamping papi nya seketika langsung melongo melihat betapa cantiknya Vynessa.
"Astaga, apa dia benar manusia atau Bidadari? cantiknya..." lirih Davion memuji Vynessa tanpa sadar.
Papi Dom yang mendengar itu, langsung menyenggol perut Davion dengan siku nya.
"tutup mulut mu Dav, jangan membuat papi malu". Bisik Papi Dom memperingati putranya.
"Cih!" Davion hanya berdecih
Vynessa berdiri dibelakang papi Dom. Setelah itu, Papi Dom dan Davion segera melangkahkan kakinya menuju lift khusus petinggi dibelakangnya Sam dan Vynesaa bergegas mengikuti langkah keduanya. Gedung perusahaan memiliki 50 lantai. Dan, lantai paling atas adalah ruang CEO.
Ting!
Lift tiba dilantai 50, Papi Dom segera keluar begitu juga Davion, Sam dan Vynesaa. Setelah itu, Papi Dom membuka pintu ruangannya.
"Vyn, ikut masuk sebentar". Titah Papi Dom
"Baik tuan". Sahut Vynessa
Papi Dom melepas jas nya lalu menanggalkannya disandaran kursi kebesaran nya. Kemudian, ia berbalik badan menatap Davion yang sudah duduk dikursi sofa yang ada didalam ruang kerjanya. Papi Dom melangkah kearah sofa lalu duduk berhadapan dengan putranya itu.
"Dav.." panggil papi Dom ketika melihat lelaki itu malah asyik memainkan ponselnya.
"Hm.." sahut Davion berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari layar benda pipih itu.
"Mulai hari ini, Vynessa yang akan menjadi sekretaris pribadi mu". Kata Papi Dom
Mendengar itu, Davion langsung menyimpan kembali ponselnya kedalam saku celana formalnya lalu mendongak menatap Vynessa dan papi nya bergantian.
"Aku tidak mempermasalahkan siapapun yang akan menjadi sekretarisku Pi, tapi apa dia berkompeten? Dan bisa diandalkan ?" cetus Davion
"Kamu tenang saja, Vynessa ini sudah dua tahun bekerja dengan papi. Dia sangat berkompeten. Kamu juga tau sendiri bukan jika Papi juga tidak akan mempekerjakan sembarangan orang ?" tukas Papi Dom
Davion mendesahkan nafasnya pelan seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Oke..."
Tak lama setelah itu, terdengar pintu ruang kerja papi Dom diketuk dari luar.
Tok ..
Tok..
Tok ..
"Masuk!" teriak papi Dom mempersilahkan orang itu masuk
Ceklek!
"Tuan Dom, ruang pertemuan siap dan semua karyawan sudah berkumpul menunggu anda". Ucap Aslan asisten pribadi papi Dom
Papi Dom menoleh menatap menatap Aslan.
"Baiklah, aku kesana sekarang". Kata Papi Dom
Setelah itu, Aslan pamit undur diri. Papi Dom segera beranjak dari duduknya.
"Ayo". Ajak nya pada Davion dan Vynesaa serta Sam.
Kemudian, papi Dom melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja nya disusul oleh Vynessa dibelakangnya. Setelah itu, barulah Davion berdiri dari duduknya dan bergegas menyusul papi Dom keluar.
.
Sesampainya diruang pertemuan, papi Dom langsung berdiri diatas podium.
"Selamat pagi semuanya..." Sapa Papi Dom
"Pagi tuan". Balas semua karyawan itu dengan serempak.
"Saya mengumpulkan kalian semua disini karena ada hal yang ingin saya sampaikan", papi Dom menjeda ucapannya lalu memanggil Davion untuk naik keatas podium.
Davion yang duduk dikursi paling depan langsung berdiri, seketika semua pandangan mata tertuju padanya. Aura kewibawaan dan kharisma begitu kuat melekat dalam diri seorang Davion Slade.
Lelaki itu berjalan dengan tegap naik ke atas podium. Rambutnya yang hampir gondrong itu ia kuncir kebelakang, semakin menambah pesonanya.
Davion berdiri disamping papi Dom.
"Perkenalkan ini putra semata wayang saya, Davion Slade. Mulai hari ini dia yang akan menggantikan saya sebagai CEO di perusahaan ini". Ucap Papi Dom menjelaskan
"Dav, perkenalkan dirimu..." ujarnya
"Ekhem.." Davion berdehem pelan sebelum mulai berbicara, ia rapikan kembali jas nya.
"Perkenalkan saya Davion Slade, mulai hari ini saya yang akan menggantikan posisi papi saya sebagai CEO dan saya minta tolong kerjasama dengan kalian semua untuk kemajuan perusahaan ini. Terimakasih". Kata Davion singkat, padat dan tegas
.
.
.
To Be Continue...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!