NovelToon NovelToon

Kesetiaan

teman pertama

Manusia merancang Tuhan menentukan.

Kata kata seperti ini berlaku pada seluruh manusia, baik kaya maupun miskin. Terkenal atau terkucilkan. Tak terkecuali

*

*

*

"Clara,,, lihat tuh cowok cakep banget, sumpah." Celoteh Aurel pada sahabatnya.

Namun gadis cantik yang dipanggil Clara itu tidak merespon sama sekali. Dia masih asik bolak balik memasukkan nasi goreng telur kemulut nya. Bibir meronanya bergoyang goyang mengikuti irama giginya yang sedang mengunyah.

Nampak seorang cowok tampan sedang berjalan di menuju sebuah meja di kantin yang sama dengan mereka. Para cewek histeris meneriakkan nama "Reyhan" sang idola kampus.

Coburg Univercity, sebuah kampus kecil yang cukup terkenal di Coburg Jerman. Lebih dari 40 negara yang mendaftar menjadi bagian dari Universitas yang di kelola oleh seorang wanita tersebut.

Clara Anggaraini

Gadis cantik nan ramah juga berusaha keras mengejar gelar MBA manajemen keuangan di Universitas tersebut. Bersama Aurel teman yang di temuinya saat dibandara.

Aurel stephani

Adalah gadis blesteran, ayahnya yang berasal dari kota Coburg memindahkannya dari Asia ke Jerman karena ibu yang merawatnya selama ini telah tiada.

Sejak pertemuan itu Clara dan Aurel menjadi sahabat. Clara pun tinggal Mansion keluarga Stephanus ayah Aurel.

"Siapa sih si Reyhan itu?" tanya Clara tanpa menoleh kearah cowok yang menjadi pusat perhatian.

"Aduh Clara,, kamu ini kuper ya jangan kelewatan dong. Dua tahun dikampus ini masa gak pernah dengar nama Reyhan?"

" Em,, aku lebih tertarik sama buku di perputakaan dari pada yang lain." Jawabnya masih dengan sendok ditangan yang berisi nasi goreng.

"Dia itu senior kita. Idola kampus lo,, dia sama dengan kamu IQ nya tinggi banget. Dia juga lompat kelas kayak kamu gitu. Dia bertekad menyelesaikan kuliah dalam 2 tahun saja. Dia dari jurusan Seni."

"Ohhh,, seniman?" Clara manggut- manggut.

"Eh tunggu, bukannya kamu juga sesekali masuk kelas seni? masa gak tau dia sih?"

"Kamu bilang dia senior kita?"

"Sebenarnya dia masuk sini seangkatan sama kita. Tapi karena loncat kelas jadi senior deh."

"Kalau begitu aku senior kamu juga dong,,,?" goda Clara. Diapun mengakhiri makan nya dengan meneguk teh hangat dalam gelasnya.

" Aku mau kembali sebentar lagi ada kelas." Clara berdiri dan beranjak menuju loket antrian.

"Lah Clara! Katanya mau kembali ada kelas kok malah ngantri disitu?"

Gadis cantik itu menoleh dan nyengir menanggapi panggilan sahabatnya, suara teriakan Aurel tak pelak mengundang rasa penasaran orang orang yang sedang duduk disana. Tak terkecuali Reyhan yang begitu cuek dan angkuh dengan teriakan histeris para cewek pengidolanya.

"Iya bentar, mumpung antriannya sepi ditinggal ngantri yang lain,, aku mau beli coklat panas dulu." Jawab Clara enteng.

"Aissh,,, aku juga mau kalo gitu" sahut sahabatnya seraya mendekat.

Pandangan Reyhan teralihkan pada gadis cantik yang tak acuh sama sekali dengan kehadirannya ditempat itu. Selama ini setiap kali dia berjalan selalu dikelilingi cewek cewek yang selalu histeris akan ketampanannya. Meskipun dia sendiri sebenarnya juga sangat risih.

Reyhan Prawira.

Cowok keren idola kampus yang sangat jarang muncul. Cerdas, cool, sangat jarang terlihat ngobrol dengan cewek. Sebenarnya Reyhan ini adalah cowok yang hangat dan penuh perhatian. Namun dia tidak suka pada cewek cewek yang terlalu agresif. Kedua Orang tuanya berasal dari Asia dan menetap di kota itu.

Erlan

Sesosok sahabat yang selalu mengekor kemanapun Reyhan pergi. Sekaligus bodyguard dadakan jika ada yang mencoba memeluk atau sekedar memegang tangan Reihan.

Clara dan Aurel bergegas meninggalkan kantin diikuti pandangan Reyhan yang penasaran. Dia tertarik pada sosok gadis yang sama sekali tak tertarik pada kehadirannya.

"Dia terlihat tenang sekali meskipun para gadis gadis lain histeris seperti itu"ucapnya lirih.

"Kamu jadi narsis banget. Inginmu semua cewek akan teriak teriak nyebut nama kamu dan berebut buat meluk kamu gitu? trus ngapain nyuruh aku ngekorin kamu buat ngusir tuh cewek cewek ganjen"

Reyhan hanya mengangkat kedua bahunya.

Clara bergegas menuju kelasnya. Mengikuti kelas Manejemen keuangan adalah tuntutan dari keluarganya. Dia bertekat akan membanggakan keluarga yang mendukungnya. Namun disaat tidak ada mata kuliah di kelasnya, dia bergabung dengan kelas seni.

*

*

*

Leyk Lotos_Garten

Sebuah taman asri dengan berbagai tanaman dan bunga bunga dengan aliran sungai kecil yang jernih. Tempat yang benar benar cocok melepaskan semua kelelehan.

Di sebuah gasebo dua cewek cantik duduk santai sambil mengobrol.

"Rel tiga bulan lagi aku akan kembali ke negaraku. Semoga kita tetap jadi teman ya"

"Clara,, aku pasti sangat merindukanmu. selama hampir 2 tahun ini kita selalu bersama. Bagaimana nasipku tanpa kamu kedepannya"

"Kamu harus lebih percaya diri,, cari teman teman yang baik"

"Seandainya ibu masih ada,, aku juga akan ikut kembali ke sana."

"Jangan seperti itu, ibumu tidak akan senang jika dia tahu kamu sedih seperti ini"

"Hhh" Aurel menghela nafas

Setip kali datang ketempat itu, Clara selalu tertarik pada satu buah gasebo yang ada di sebrang jembatan kecil sebelah kiri tempatnya. Seorang lelaki paruh baya, mungkin seumuran papinya. Duduk fokus pada kanvasnya. Tangannya bergerak pelan dan hati hati. Entah objek apa yang sedang dilukisnya. Setiap saat hadapnya selalu sama, kearah tanah kosong disamping barat gasebo itu.

"Rel,, aku penasaran dengan pria itu. Setiap kesini, dia selalu ada disana fokus melukis. Tapi hadapnya selalu ke arah tanah kosong itu. Dan sepertinya tak ada orang yang pernah mendekatinya"

ucap Clara menunjukkan letak lelaki itu yang diikuti putaran kepala Aurel.

"Benar katamu. Aku juga penasaran."

"Bagaimana kalau kita kesana" ajak Clara

"Boleh juga" sahut Aurel segera beranjak

Kedua gadis itu melangkah pelan dan sedikit ragu untuk mendekat

" Permisi,,," sapa Aurel dalam bahasa inggris(maaf yang ngarang g bisa bahasa inggris)

Lelaki itu tak merespon sama sekali. Tetap fokus pada kanvas dan kuasnya.

Clara melirik ke arah kanvas itu. Gambar sesosok bayangan perempuan berdiri sendirian si bawah cahaya senja. Nampak kesepian, menanti seseorang atau sesuatu yang mungkin tak akan pernah datang. Ingatan Clara langsung tembus kepada mama nya di rumah.

"Mama Jean,,," bisik hatinya.

Sosok dalam lukisan itu benar benar mengingatkan mama Jean nya. Wanita tegar yang merawatnya dari kecil. Wanita hebat yang sangat menyayanginya. Yang akan selalu mengabulkan apapun yang dimintanya.

"Mengapa?" bisiknya

"Ada apa Clara?" tanya Aurel saat melihat ekpresi Clara. Clara menarik tangan sahabatnya dan menjauh dari tempat itu.

"Aku kasih tahu sambil jalan."

Aurel melangkahkan kaki sejajar dengan Clara.

"Katakan padaku,, ada apa?" desak Aurel

"Bayangan dilukisan itu,, entah mengapa aku tiba tiba teringat pada mama ku. Mama yang merawatku." Clara mencoba menjelaskan

"Bagaimana bisa?" Aurel masih penasaran

"Ya,,, aku pernah lihat adegan itu. Seorang wanita berdiri sendirian, menanti kekasihnya yang tak mungkin kembali padanya. Setiap tanggal 14 Juli,, mamaku berdiri disana. Di sebuah tanah kosong di perbukitan, melihat kearah jalanan yang membentang di bawah. Menanti kekasihnya yang telah berjanji datang"

"Bagaimana kamu tahu mama mu menanti kekasihnya? bukannya sudah ada papimu?"

"Ei,, papiku suaminya mamiku. Mama ku lain lagi" jawab Clara sedikit sewot

"Kok marah? aku kan gak tau.. Emang kamu punya berapa mami atau papi?"

"Aku punya satu papi, satu mami dan satu mama."

"Papimu pologami?"

"Enggak"

"La terus?".

"Udah ah. Kapan kapan lagi ceritanya. Dah sampai rumah juga. Aku mau mandi dulu" ucap Clara seraya berlari menuju kamar. Rumah keluarga Stephan memang dekat dengan Leyk Lotos jadi setiap mereka berdua ada waktu sering main ke taman itu.

Hampir dua tahun bersahabat, Aurel memang tak pernah tau siapa dan bagaimana kisah keluarga Clara. Dia hanya tahu Clara adalah gadis baik dan cerdas dan yang terpenting adalah gadis itu mau berteman dan selalu mendukungnya disaat apapun. Bagi Aurel yang kehilangan ibunya dan tiba tiba diajak pulang ke negri ayahnya, Clara adalah teman yang pertama mendampinginya.

kenalan

Pagi yang dingin

Clara bergegas masuk kemobil dimana sahabatnya telah berada didalamnya. Mobil melaju ke kampus keduanya.

"Cla. Bukannya hari ini tidak ada kelas?"

""Ya, aku ingin menyelesaikan lukisanku yang sudah dua bulan tidak kelar. Sekarang waktuku semakin terkuras untuk mempersiapkan sidang akhir. Aku ingin lukisan itu beres sebelum wisuda"

"Kamu beneran pulang setelah wisuda?"

"Ya,,, mau bagaimana lagi?"

"Kamu tidak mengambil gelar MBA dulu sebelum masuk ke perusahaan mama mu?"

" Nanti kalau aku sudah bisa beradaptasi dengan pekerjaanku. Aku akan melanjutkan mengambil gelar itu"

Gadis cantik semampai itu berlari kecil menuju sebuah kelas khusus tempat para mahasiswa seni. Dia mengambil nafas panjang sebelum melangkahkan kaki masuk kedalam. Dia menuju sebuah kursi kosong dengan kanvas tertutup kain biru halus, sejenak berdiri menatap kearah papan yang sedikit berdebu itu. Hampir dua minggu papan dengan kanvas putih itu tak disentuhnya.

Clara sekali lagi menghela nafas dalam kemudian menarik kain biru halus penutup lukisannya. Sebuah pemandangan alam berwarna jingga, dengan siluet sosok gadis bersandar di pundak seorang pemuda menghadap kearah matahari yang mulai bersembunyi. Tiba tiba sebuah bayangan terlintas. Sebuah kanvas yang menampilkan sosok gadis yang ada dalam gambar miliknya sedang berdiri seorang diri dalam kesepian. Lukisan milik seorang paman yang tak dikenalnya. Yang ia lihat di sebuah gasebo tua di leyk lotos kemarin sore.

"Bagaimana mungkin?" gumamnya.

Clara membersihkan kursinya dan duduk berdiam memperhatikan lukisannya dalam kebingungan. Hingga sebuah suara mengagetkannya

"Apa yang kamu lakukan disitu?" Sebuah pertanyaan dalam nada kasar membuatnya menoleh.

Seorang pemuda tampan yang menjadi magnet para gadis sedang berdiri dengan wajah dingin dibelakangnya. Tatapan tidak suka lurus mengarah ke mata Clara. Clara mengerutkan keningnya tak mengerti mengapa pemuda itu menatapnya benci.

"Em,,," Tak sempat Clara memjawab

" Apa kau ingin menyabotase lukisan itu? " Hardikan memotong jawaban Clara

"Bukan." jawab Clara singkat.

"Lalu apa yang kamu lakukan di sini? berani beraninya kamu membuka penutup kanvas itu?"

Clara hanya diam menjatuhkan tatapan matanya.

"Disini bukan tempatmu pergilah" usir pemuda itu yang tak lain adalah Reyhan.

Clara hanya mematung tak menjawab ataupun beranjak.

"Rey,, ada apa pagi pagi sudah ribut." Sapa seorang dari belakang

"Cla,, tumben sepagi ini sudah disini,, "lanjut pemuda yang barusaja datang

"Iya Andre. Hari ini kelasku kosong" jawab Clara pelan

" Oh,, jadi kamu mau nyelesaiin lukisanmu itu? ngomong ngomong bagus banget. Luar biasa hampir seperti hidup saja gambarmu. Pantesan beberapa kali berhasil merebut gelarnya si Reyhan" oceh lelaki yang dipanggil Andre itu

Reyhan terkejut

"Maksudmu?" pertanyaan nya mengarah kepada Andre

" Jadi kamu tidak tau bahwa yang merebut juara peringkat 1 mu beberapa kali itu Clara?"

"Tapi,, bukankah bukan dia yang mengambil hadiah dan tropinya?"

Clara tersenyum

"Maaf, yang mewakili itu teman saya. Saya lebih sering tidak bisa ikut hadir dalam final perlombaan karena selalu berbenturan dengan mata kuliah saya."

Jawab Clara menerangkan

"Jadi kamu Cla yang berbakat itu?"

Clara tersenyum "maaf jika mengecewakan"

"Seharusnya aku yang minta maaf. Aku benar benar tidak tahu kamu."

Clara kembali duduk dan mulai menggoreskan kuasnya. Tangannya terampil dengan mimik wajah yang penuh keseriusan.

Seharian Clara berada didepan kanvas itu. menggores dan terus menggores.

"Cla kami duluan ya"ajak Reyhan yang melangkah keluar bersama Andre Clara hanya menoleh sambil tersenyum.

"Cla,, kamu gak pulang? apa mau disini terus?" teriak Aurel yang baru masuk

"Nanggung Rel tinggal dikit lagi kelar nih." Jawab Clara tanpa menoleh

"Kamu dari pagi gak makan Cla?"

Clara tak menjawab hanya menggeleng.

"Kamu ini kebiasaan. Makanlah sesuatu dulu biarpun kamu sibuk." Aurel keluar menuju kantin untuk membelikan makanan untuk sahabatnya.

*

*

*

"Akhirnya benar benar selesai. " Clara menggulung kanvas yang telah penuh dengan goresan cat. Sebuah lukisan indah kini tergulung dan masuk dalam tas nya.

"Claa.. Apa lukisan itu akan kamu ikutkan lomba kali ini?" tanya Reyhan yang baru saja masuk lagi

"Kamu gak jadi pulang?" tanya Clara heran melihat Reyhan datang lagi

"Bentar lagi. Erlan belum keluar" jawab Reihan

"Untuk yang ini tidak. Ini adalah sebuah harapan yang telah lama ada dalam hatiku. Ini bukan seperti lukisanku yang lain."

"Baiklah. Jika kamu ingin ikut dalam lomba kali ini kamu bisa bilang padaku. Aku akan mendaftarkanmu"

"Terima kasih Rey. Tapi aku rasa tidak perlu aku ingin fokus pada mata kuliah utamaku. Aku harus lulus dengan nilai tinggi. Ini harapan keluargaku"

"Baikkah. Kami hargai keputusanmu" ucap Reyhan dan tersenyum

"Apa kamu akan pulang sekarang?" tanya Reyhan melihat Clara beranjak dari tempat duduknya

"Hem.." jawab Clara singkat sambil berlalu dari Reyhan

"Boleh aku mengantarmu?"

Clara berhenti dan tersenyum

"Tidak terima kasih. Aku pulang dengan Aurel."

"Aamu dekat dengan Aurel"

"Ya,, kami dekat"

"Aku dengar Aurel itu galak?"

Clara tertawa mendengar pertanyaan Reyhan si cowok tampan idola kampus.

"Kata siapa Aurel galak. Dia itu baik. Baik banget malah" jawab Clara dalam tawanya. Ia berlari kecil menghampiri sahabatnya yang terlihat dari kejauhan membawakan makanan untuknya. Reyhan ikut berlari kecil dibelakang Clara.

"Nih. Kita makan dulu. Kamu dari pagi belum makan" ucap Aurel menyodorkan makanan yang dibelinya.

"Eh senior Reyhan maaf ya. Aku cuma beli buat Cla. Gak ada buat senior Reyhan"

Reyhan tersenyum. Membuat wajah Aurel berbinar

"Wah... Senior Reihan jangan tersenyum seperti itu. Kan makin cakep.. Aku bisa klepek klepek loh,," goda Aurel tersipu malu

"Uhukkk "Clara tersedak saat menyeruput coklat panas kesukaannya. Ia merasa geli dengan tingkah sahabatnya itu.

"Jangan panggil senior. kita ini seumuran lo"

"Tapi situ kan udah senior."

"Panggil Reyhan saja." jawab Reihan

"Cla,, nanti jadi ke Taman gak?" tanya Aurel membuat Clara menghentikan mengunyah makanannya.

"Jadi "jawab Clara singkat. Wajahnya seketika terlihat murung. Entah apa yang mengganggu pikirannya.

"Han!" panggil seorang pemuda yang lari kearah mereka.

"Hei,, darimana saja?" jawab Reihan dengan pertanyaan

"Dari kantor rektor " jawab pemuda itu dengan senyum datar

"Ngapain ke kantor rektor"

"Ayahku datang" jwabnya malas

"Jadi,,, " Tanya Reihan penasaran

"Hhhh mau bagaimana lagi. Mereka orang tuaku. meskipun aku bisa melawan, tetap saja mereka orang tuaku. mereka yang membesarkan aku selama ini" jawab Erlan

"Memangnya ada masalah apa?" tanya Aurel penasaran

Erlan dan Reihan terdiam beberapa saat

"Rel,,, " Clara menggeleng pelan disambut senyum Aurel

"Maaf"

"Itu om sudah datang. Kita pergi..." ajak Clara saat melihat mobil ayah Aurel datang. Kedua gadis itu beranjak meninggalkan Reyhan dan Erlan.

"Apa kau menyukai gadis itu Rey" selidik Erlan.

"Entahlah. Kau lihat Aurel? dia begitu ceria tapi tidak seperti cewek cewek lain yang selalu histeris melihatku."

Erlan tersenyum

"Bagaimana dengan Clara?"

"Terlalu dingin terlalu cuek" jawab Reyhan

"Aku pikir kamu menyukai gadis yang cuek seperti dia."

"Aku pikir juga seperti itu dia cantik. Tenang"

"Eit dah. Terus siapa yang kau sukai" Erlan mencari kejelasan

Reyhan menoleh, menatap penuh selidik kearah Erlan

"Apa kamu suka salah satu nya?"

Erlan hanya mengangkat satu sudut bibirnya dan berjalan meninggalkan Reyhan.

"Apa maksut seringaimu itu? apa kau ingin menjadikan mereka salah satu kelinci percobaanmu?" tebak Reyha penasaran. Erlan hanya mengangkat kedua bahu yang membuat Reyhan meninju lengannya.

"Siapa tahu?" jawab Erlan

"Berapa banyak wanita yang sudah kamu kecewakan. Apa kamu tidak khawatir, semakin banyak wanita yang tahu kelemahanmu."

"Aku hanya yakin aku akan menemukan gadis itu" jawab Elan sambil membuka pintu mobilnya.

"Bagaimana jika gadis itu milik orang lain"

Erlan tak menjawab pertanyaan sahabatnya. Dia berhenti sejenak Dia hanya mendesah panjang dan terdiam.

Tanpa menghiraukan Reyhan dia menutup pintu mobil dan melaju meninggalkannya. Reyhan hanya menggelengkan kepalanya pelan dan berjalan menuju mobilnya. Meninggalkan senyum memikat pada gadis gadis yang berkerumun di sebrang tempat parkir.

kelinci imut

Erlan Satya Arjun

Pemuda tampan yang banyak dikagumi cewek seperti halnya Reyhan sang sahabat. Juga sering menjadi tameng bagi Reyhan untuk menghadapi para cewek centil. Pemuda yang selalu terlihat gagah dan supel, namun penuh dengan misteri. Tak banyak yang tahu tentang kehidupannya. Hanya segelintir orang yang tahu siapa dan bagaimana pemuda itu sebenarnya.

Clara dan Aurel meminta Stephan menuju Leyk Lotos

"Kenapa kemari?" tanya Stephan bingung

"Nongkrong" jawab Aurel sambil nyengir kearah ayahnya. Sang ayah terlihat enggan keluar dari mobilnya.

"Ayolah dadi,, kita santai sebentar." Geret Aurel manja dilengan ayahnya. Dengan langkah enggan Stephan mengikuti putri semata wayangnya itu.

Clara sudah bergegas menuju Gasebo yang biasa ia dan Aurel tempati namun tempat itu telah digunakan oleh orang lain. Dia menengok kearah dimana ia biasa melihat pria misterius itu. Ia pun bergegas kearahnya.

"Paman ganteng kemarilah" panggil Clara saat melihat Aurel menggeret lengan ayahnya.

Lelaki misterius yang selama ini terlihat murung itu mendongak melihat kearah Clara dan bergumam

"Kelinci imut?" Clara menoleh dan tersenyum dan berjalan pelan mendekat

"Maaf ya paman. Bolehkah kami ikut bergabung disini?" tanya Aurel yang baru saja tiba. Stephan berhenti mematung di ujung jembatan kecil penghubung Gasebo itu dengan tempat yang lainnya.

Lelaki misterius itu tak menjawab. Tatapannya kosong kearah Clara. Diam dan hanya diam. Nafasnya terlihat berat, air mukanya berubah sendu penuh dengan kerinduan.

Clara dan Aurel terlihat bingung dan saling pandang. Terlebih saat keduanya menoleh kearah Stephanus yang tak beranjak dari tempatnya. Ada seraut mimik penyesalan yang mendalam dalam wajah lelaki bule itu.

"Ada apa ini Cla?" bisik Aurel

"Aku juga tidak tahu" jawab Clara mengangkat kedua bahunya.

Stephanus berbalik dan berjalan cepat meninggalkan kedua gadis itu bersama orang asing. Aurel mengejarnya sampai di tempat parkir.

"Ada apa dad? what happend? kenapa Dad kembali kesini?" serbuan pertanyaan Aurel tak terjawab. Staphanus berulang kali meninju keras sebuah pohon yang berdiri kokoh disamping mobilnya.

"Semua ini salahku! salahku!" teriak Stephan

Darah segar mengalir dari punggung telapak tangannya membuat Aurel panik

"Dadi ada apa?jangan membuat Aurel takut! Dad,, ada apa sebenarnya?" teriak Aurel histeris. Ia menggenggam tangan ayahnya yang penuh darah. Diambilnya tissu dari tas kecilnya dan membersihkan darah dari tangan sang ayah.

"Tenanglah dad,, " bujuknya.

Sebuah tangis pecah diwajah rupawan itu dan mencoba menutupnya dengan tangan sebelah kirinya. Aurel diam tak ingin lagi bertanya sesuatu. Ia tahu hati ayahnya sedang kacau tanpa ia ketahui penyebabnya. Aurel berfikir ia bisa menanyakannya nanti setelah kondisi ayahnya membaik.

Ditempat Clara

Lelaki misterius itu masih diam dengan lelehan kristal bening dipipinya. Hal itu membuat hati Clara serasa terhiris. Ingatannya kembali pada sosok mama nya di rumah. Wajah sendu penuh kerinduan dengan senyum pahit yang serapi mungkin disembunyikan wanita cantik yang dipanggilnya mama.

Clara melangkah mendekat pada lelaki itu dan mencoba tersenyum ramah

"Paman,, paman tidak apa apa?" sapa Clara hati hati.

Lelaki itu menghela nafas panjang sebelum menoleh kearah Clara. mencoba menghentikan aliran air matanya. Ia berdiri dan mendekat kearah Clara

"Kelinci imut,,,"Bisiknya seraya mendekap tubuh Clara dihadapannya. Clara panik dan berusaha mendorong tubuh lelaki asing itu. Namun,, semakin kuat Clara mencoba melepaskan pelukan semakin erat pula lelaki itu mendekap. Dan semakin kencang gumamnya memanggil manggil nama kelinci imut.

"Paman,,, andaa salah orang,, saya bukan kelinci imut" teriak Clara. Namun tak dihiraukan oleh lelaki itu.

Sampai datang seorang pemuda tampan mencoba melepas pelukan erat itu

"Ayah,, ayah,, lepaskan. ini bukan kelinci imut. Lihatlah kelinci imut mu menunggu disana" suara berat pemuda itu ternyata berhasil melonggarkan pelukan lelaki misterius itu.

Clara sesegera mungkin mundur dan mengambil nafas cepat. Dadanya yang terasa sesak berangsur lega. Ia menoleh pada pemuda yang menolongnya

"Terima kasih" ucap Clara seraya menoleh kearah penolongnya. Clara merasa kenal dengan punggung yang memapah lelaki misterius itu meninggalkan tempat itu. Clara mengejarnya dan berjalan pelan dibelakang kedua lelaki itu. Tanpa sepatah kata pun terucap sampai ditempat parkir. Clara menoleh kekiri dan melihat Aurel sedang duduk dan membalut luka sang ayah di bagasi belakang mobil yang terbuka.

Sebenarnya Clara masih penasaran pada paman misterius itu dan ingin tahu serta berterima kasih pada orang yang menolongnya tadi. Tapi kedua orang itu mengarah berlawanan dari tempat Aurel dan Stephan. Clara memutuskan untuk kembali pada sahabat dan ayahnya.

"Rel,, kenapa tangan paman ganteng?" Clara khawatir. Aurel hanya menggeleng.

Ketiganya pun meninggalkan tempat itu. Kini Aurel yang mengemudi. Clara mengedarkan pandangannya mengelilingi tempat parkir yang dilalui mobil mereka, mencari dua lelaki misterius yang dia ikuti sebelumnya. Namun nihil ia tak menemukannya.

"Kau mencari siapa Cla"

"Paman yang misterius tadi. Dia dibawa pergi seseorang dan aku tidak dapat melihat wajah orang tersebut" terang Clara. Ketiganya diam

"Paman ganteng,, kenapa sampai melukai tangannya?" tanya Clara penasaran

"Kita bahas dirumah saja" jawab Aurel saat tak mendengar sang ayah menjawab. Clara hanya mengangguk. Benaknya masih disibukkan oleh orang yang menolongnya. Ia merasa kenal tapi dimana? Siapa?

*

*

"Ayahmu kenapa Lan" tanya seorang perempuan paruh baya menyambut kedatangan Erlan dan ayahnya

"Tidak tahu. Saat aku datang Dia memeluk seorang gadis dan memanggilnya kelinci imut" Erlan memapah ayahnya dan membantunya masuk kekamar. Lelaki itu yang tak lain adalah Arjuna, ayah dari Erlan terus memanggil manggil nama kelinci imut.

"Ayah istirahatlah"ucap Erlan lembut pada lelaki yang terlihat depresi itu

"Apakah kelinci imut masih menungguku?" tanya Arjun pada anaknya

"Ya. Dia masih menunggu. Ayah harus sembuh dulu agar bisa menemuinya"jawab Erlan tak tahu lagi harus menjawab apa

"Ya. Dia pasti masih menungguku. Dia masih mencintaiku kan?"

Erlan hanya mengangguk. Hatinya pilu. 22 tahun ayahnya seperti itu. Bahkan tak memberinya kesempatan untuk merasakan kasih sayangnya. Hingga dia dibesarkan oleh paman dan bibinya yang mengangkat dia sebagai anak. Ibunya melanglang buana didunia gemerlap karena kekecewaannya pada Arjun. Dan akhirnya harus mendekam seumur hidup dalam penjara karena obat obatan terlarang.

"Semua ini salah si jal*ng itu" gerutu Anne sang ibu angkat Erlan atau sahabat Merry yang menikah dengan Yosep kakak Merry.

"Anne sudahlah itu sudah lama berlalu" jawab Yosep

"Kenapa kamu terus membelanya? ini semua memang salah dia!" teriak Anne. Yosep tak lagi menjawab. Dia tahu watak istrinya yang sangat membenci wanita yang di panggil kelinci imut oleh Arjun.

Erlan mendesah, ia bingung dengan jalan hidupnya. Dia tak pernah mendapatkan kisah yang menurutnya masuk akal tentang keadaan ayahnya. Ia hanya mendengar tentang kebencian sang mama angkat dan ibu kandungnya kepada seorang perempuan. Yang menurut mereka sebagai wanita jal*ng seorang pelakor yang menghancurkan rumah tangga nya.

Namun ia tak percaya begitu saja pada cerita itu. Ia bertekad akan mencari kebenaran dari cerita hidup sang ayah. Ia berfikir, siapa tahu suatu saat nanti ayahnya akan sembuh. Selama ini dia belum berhasil menemukan seseorang yang bisa memberinya penjelasan yang masuk akal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!