"Alina, mama ingin kamu segera menikah dengan anak kenalan teman mama" ucap seorang wanita paruh baya berusia 52 tahun itu tampak sedang menyiapkan sarapan pagi untuk putri semata wayangnya
"ma, harus berapa kali Alina katakan? Alina tak ingin menikah sampai kapanpun!" sahut wanita muda berusia 25 tahun itu dengan meletakkan kembali sendok makannya yang tadi hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya
"Alina, mama tak selamanya sehat, mama juga sudah lebih dari 50 tahun mama sudah mulai tua na " kata sang ibu dengan wajah sedihnya akibat putrinya yg tak pernah mau menikah, bahkan pacaran pun tidak pernah
Alina hanya menghela nafas berat nya sambil berdiri dari duduknya "ma, aku benci pernikahan! Aku gak mau seperti mama yang di hianati oleh laki-laki bajingan yang pernah ku sebut ayah !" lagi-lagi Alina menghela nafas nya
"maaf ma, aku tak ingin membahas hal bodoh seperti ini lagi".
Alina beranjak pergi meninggalkan ruang makan dengan perasaan tak karuan, antara marah dan juga sedih mengingat betapa terluka nya Alina melihat sang ayah berselingkuhh dengan wanita lain
Sedangkan kini di ruang makan itu hanya menyisakan seorang wanita paruh baya yang nampak sedih dan rapuh, air matanya nya mengalir deras dengan sesekali menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak "tuhan, sampai kapan putriku seperti ini? Aku sudah ikhlas atas takdir ku tuhan, kumohon biarkan putri ku bahagia." ucap ibu Maya dalam sela-sela isakan tangis nya yang memilukan
Sementara Alina kini sudah berada di depan kantor tempat ia bekerja, Alina berkerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan terbesar di Jakarta yaitu perusahaan Anderson Group yang kini di pimpin oleh ahli waris dari keluarga Anderson
"hai Alina" sapa seorang wanita yang nampak usianya sudah lebih dari 30tahun dengan pakaian yang kurang bahan
Alina menoleh sejenak lalu memutar bola matanya malas, karna ia sangat benci dengan kedatangan wanita menjijikan itu
"Alina tunggu sebentar " tegur wanita seksi itu tak di gubris oleh Alina dan Alina lebih memilih melanjutkan langkahnya memasuki lobby kantor
"Alina ayah mu sakit parah!" teriak wanita seksi itu membuat langkah kaki Alina terhenti
"aku tak punya ayah! Aku tak peduli apa yang kau katakan! Dan maaf kamu sangat menjijikan memakai pakaian rendahan seperti itu di tempat umum!!" pungkas Alina dengan penuh penekanan di setiap kalimat yang ia ucapkan lalu Alina bergegas berlalu dari Sana
"dasar anak tak tau diri! Masih bagus aku mengabarinya" nampak wanita berpakaian seksi itu kesal sekali hingga beberapa kali ia menghentak-hentakkan kakinya
...----------------...
"kenapa sih pagi ini seakan-akan bikin aku lelah" gerutu Alina saat duduk di kursi kerjanya sambil merapikan beberapa lembar berkas yang sedikit berantakan
"Al, kamu kenapa sih pagi-pagi udah pusing aja kayaknya?" tanya seorang wanita rekan kerja nya
"biasa mel, mama nyuruh aku nikah, jangankan nikah mikir pengen pacaran aja gak pernah" cerocos Alina kepada sahabat nya itu dengan wajah yang sangat frustasi
"tapi menurut ku yang di bilang mama mu itu baik loh Al, karna kamu berhak bahagia" ucap Amelia sahabat dekatnya Alina tersebut, sontak mendapatkan delikan mata Alina yang amat tajam
"eh maaf deh maaf Al, gimana kalo nanti malam kita Hap fun aja ke tempat pacar ku berkerja?" tanya Amelia untuk sekedar mencairkan suasana
"pacar? Sejak kapan kamu punya pacar mel?" Alina mengernyit kan dahinya tanda meminta penjelasan
"ahhh soal itu" Amelia menyengirkan gigi kuda sambil terkekeh "maaf ya Alina sahabatku, sebenarnya aku sudah 1 bulan menjalin hubungan dengan pria bernama Daniel, dia pria baik dan tampan" ucap Amelia sambil mengekpresikan wajah jatuh cintanya
"yayayaya.... Jadi kamu sudah terlepas dari gelar jomblo ya mel" sahut Alina ketus namun dalam hatinya sangat bahagia akhirnya Amelia mendapatkan kekasih, meskipun Alina tidak tau pria yang bernama Daniel itu baik ataupun tidak
"yasudah kita lanjutkan kerja nya, nanti kita pergi bareng" ucap Amelia di balas dengan anggukan kepala oleh Alina
.....................
Sky bar
Nampak Alina benar-benar mengikuti ajakan Amelia sahabat dekatnya itu, mereka masih mengenakan pakaian kerja yang sangat formal Amelia memakai stelan jas berwarna hitam dengan rok di atas lutut sedangkan Alina mengenakan stelan jas berwarna coklat muda dengan rok di atas lutut yang senada... Alina mulai menuangkan minuman berwarna kuning kecoklatan kedalam gelas sloki nya lalu meneguk nya sampai tandas, lalu ia mengulangi hal yang sama hingga kini sudah menghabiskan dua botol minuman tanpa Alina sadari ada dua pria yang sejak tadi memperhatikan aktivitas yang Alina lakukan
Kini Alina mulai meracau efek dari minuman tersebut membuat Alina hampir hilang kesadaran
"Alina sudah kau jangan minum lagi" peringatan dari Amelia hendak merebut gelas sloki yang di pegang oleh Alina
"tidak, tidak... Kau pikir aku peduli? Aku bahkan benci pria yang pernah ku sebut ayah itu !" racauan Alina mulai kacau dan tak lama Alina mulai merasakan seperti ada yang berputar di kepalanya pandangan matanya pun mulai kabur dan sesekali ia memijit keningnya
Amelia yang melihat sang sahabat sudah hampir tumbang pun berinisiatif membawa pulang Alina ke rumahnya. namun saat di tengah perjalanan Alina menolak untuk pulang ke rumahnya dan memilih untuk di bawa ke sebuah hotel terdekat dan Amelia pun menuruti permintaan sahabatnya itu
waktu tak berselang lama akhirnya mereka sampai di sebuah hotel berbintang 5 dan memilih kamar nomor 206 di lantai 11 tiba-tiba ponsel Amelia berdering dan tertera tulisan boyfriend Daniel "yes honey aku akan segera kembali " tut suara panggilan dimatikan dari ponselnya
"sudahlah Amel aku bisa sendiri terima kasih " ucap Alina dengan suara khas orang mabuk
"are you sure Alina?" tanya Amelia untuk memastikan
"yes, i'm sure" jawab Alina yang di angguki oleh Amelia
"baiklah Alina maaf aku tak bisa mengantarkan mu ke kamar inap mu karna Daniel menunggu ku di sky bar, besok pagi aku jemput kesini ya ?" ucap Amelia sambil menepuk-nepuk pundak sahabat dekatnya itu
"ya mel thanks ya " Amelia beranjak dan meninggalkan Alina yang nampak berjalan terhuyung-huyung menyusuri lorong hotel yang nampak sepi karna waktu menunjukkan pukul 00.15 wib yang artinya sudah tengah malam dimana orang-orang sudah beristirahat
"yang mana ya tadi nomor kamarnya?" Alina bermonolog dengan berusaha untuk tetap membukakan matanya
"ahh... Sepertinya ini kamarku"
Alina melihat nomor yang tertempel di pintu berwarna putih bersih yang mana menunjukkan nomor kamar 209. sedangkan nomor kamarnya adalah 206 tanpa pikir panjang Alina mencoba menggesekkan kartu aksesnya beberapa kali pada pintu di depannya namun tidak kunjung terbuka. hingga beberapa kali juga Alina menggedor-gedor pintu itu, dan beberapa saat kemudian pintu pun terbuka.
alina pun menerobos masuk ke dalam kamar inap itu
"kenapa pintunya baru terbuka" ucap Alina sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang size king itu, sedangkan pria yang berada di dalam kamar tersebut kini sedang memperhatikan tubuh wanita yang lancang membaringkan tubuhnya di atas kasur empuknya dengan perasaan tubuh yang kian memanas dan sesuatu yang sejak 1 jam lalu berdiri tegak dan mengeras
pria itu sesekali mendesah dan mencoba agar tetap waras dan tidak melakukan hal yang beresiko, tapi semakin lama rasa panas itu semakin menjadi-jadi hingga pria itu mendengar suara dari wanita yang kini berada di dalam kamar yang sama
"sebetulnya akupun ingin menikah, tapi aku terlalu takut dengan trauma ku" suara itu sangat lemah dan menyayat hati bagi siapa saja yang mendengar nya
Alina mengerjap ngerjapkan matanya menyusuri setiap sudut ruangan yang ia tempati, hingga matanya berhenti pada sesosok pria bertubuh kekar dan memiliki wajah yang amat tampan sedang menatap nya dengan menahan sesuatu yang sejak tadi terasa sesak
"kamu siapa?" Alina bertanya sambil berdiri dan berjalan sempoyongan ke arah pria itu
"stop! Jangan mendekat!" ucap pria itu memperingati.
Tetapi alih-alih berhenti Alina justru malah melanjutkan langkah kaki nya hingga Kini mereka saling berhadapan
"indah sekali" ucap Alina seraya mengusapkan jari jemarinya yang lembut dan lentik itu
"apa yang kau lakukan nona?" pria itu menahan tangan Alina agar berhenti menyentuh dada bidangnya
"oh shitt .." geram pria bertubuh atletis itu dengan suara yang amat berat
"kau tau? Aku sangat menyukai tubuh pria yang kokoh ini" ucap Alina sebelum memeluk pria yang tak ia kenal itu
Felix Anderson. Berusia 29 tahun, Pria yang sedang di peluk erat oleh Alina ada putra satu-satunya pemilik serta pewaris sah perusahaan tempat Alina bekerja, akan tetapi karna Felix tidak pernah datang ke kantor miliknya jadi Mereka tidak saling kenal, karna yang mengelola saat ini masih ayah nya tuan Edwin Anderson
Perusahaan Anderson group memiliki 5 cabang di berbagai negara dan mendapat peringkat ke 1 terbesar di Indonesia tidak heran jika ia jarang terlihat karna Felix sangat sibuk dengan pekerjaan yang di lakoni nya
berhubung sang ayah sudah mulai sakit-sakitan, maka Felix pun memutuskan untuk menetap di Jakarta mengambil alih perusahaan utama keluarga Anderson
Beberapa waktu lalu Felix mengunjungi sky bar miliknya yang sudah berdiri sejak 5 tahun lalu, namun siapa sangka ia justru malah meminum minuman yang sudah di campuri oleh obat perangsang oleh seseorang yang belum di ketahui identitas nya.
"nona kau salah memancing ikan" bisik Felix di telinga Alina yang terdengar amat memabukkan
tanpa pikir panjang akhirnya kedua insan itu melakukan sebuah ciuman yang sangat menggebu-gebu, sesekali Keduanya melepaskan pagutannya untuk menghirup oksigen dan kembali melanjutkan ciuman panas nya
Hingga kini mereka sudah bertelanjang bulat dan ruangan itu di penuhi suara-suara laknat yang membuat suasana semakin bergairah
"oh honey, ini akan terasa nikmat" Felix memasukkan rudalnya kedalam surga dunia dengan secara perlahan
Jlebbb...
rudal milik Felix berhasil masuk sempurna ke dalam milik Alina yang masih virgin
"ahhhsssttt... Sakit... Ahhh" desahan yang indah terdengar oleh Felix yang semakin membakar jiwa birahinya
Rasa sakit yang di rasakan Alina kini berganti menjadi sebuah kenikmatan yang belum pernah di rasakan nya selama ini.. Mereka mengulangi aktifitas itu hingga berulang kali hingga pada klimaks terakhir lagi-lagi Felix menyemburkan cairan kenikmatan itu di dalam rahim Alina
Hingga malam pun berganti pagi, alina mengerjap ngerjapkan matanya menelisik setiap sudut ruang yang nampak asing
'aku dimana?' batin Alina sembari menetralisir keadaan..
Kembali mengingat sebuah kelebatan momen panas dirinya dengan seorang pria membuat Alina tersentak dan menoleh ke arah dimana seorang pria berwajah tampan putih bersih juga tubuh yang amat sangat gagah sesuai kriteria yang Alina idam-idamkan
"Astaga..." terkejut bukan main, lalu Alina melihat tubuh nya di balik selimut tebal yang tidak berpakaian
Tess.....
Air mata Alina keluar berhamburan menangis dalam diam tanpa suara sungguh menyakitkan
'aku harus segera pergi' batin Alina hendak beranjak dari ranjang panas itu dengan tertatih-tatih Alina memunguti pakainya yang berserakan di mana-mana lalu mengenakan nya dengan cepat
Alina mengabaikan rasa perih dan nyeri di bagian intinya, yang ada di dalam pikiran nya saat ini pasti sang ibu sudah khawatir karna ia tidak pulang semalaman ini
selamat membaca ya teman-teman salam cinta dari author pemula 🥰🥰
...****************...
ceklek ...
Suara pintu terbuka terbuka, Alina nampak tengah mengendap-endap memasuki rumah nya yang nampak sepi karna biasanya jam segini sang mama sedang sibuk di dapur
"huuhhh..." Alina bernapas lega saat ia berhasil sampai dan masuk ke kamar nya
"mama pasti marah dan kecewa" raut wajah nya kini berubah menjadi suram
di tatapnya tubuh sintal miliknya yang indah itu kini banyak sekali bekas tanda kepemilikan pria asing yang melalui malam panas bersama nya
"ma, maafkan Alina" ucap Alina lirih dengan berlinang air mata
Tak ingin tenggelam semakin dalam Alina memilih bergegas membersihkan diri nya untuk segera berangkat ke kantor
Sementara sang ibu yang mengetahui bahwa putrinya tidak pulang semalaman pun hanya diam sambil menata hasil masakannya di atas meja makan
"nah sudah beres, Alina pasti suka " gumam nya mengulas senyum berharap Alina tidak marah lagi padanya perihal kemarin
Beberapa saat kemudian Alina turun dari kamarnya menuju lantai 1 dimana ruang makan berada. Alina mengehentikan langkah nya sejenak dan menarik nafasnya dalam-dalam dan membuang nafasnya yang terasa berat sebelum melanjutkan tujuannya untuk menyantap hidangan lezat hasil masakan sang ibu tercinta
"pagi ma," Alina menyapa sang ibu lalu mendudukkan dirinya disana
"pagi juga sayang" sang ibu menyambut dengan seulas senyum yang amat bahagia karna sebelumnya ia berpikir bahwa sang putri satu-satunya itu akan diam seribu bahasa
"ma maaf tadi malam..."
"sudahlah sayang, mama ngerti kok kamu pasti butuh waktu untuk dirimu sendiri" potong sang ibu sembari mengelus pucuk kepala Alina
"maafin mama ya Al, mama tak akan memaksa mu lagi .... mama hanya ingin melihat anak mama satu-satunya bahagia bersama pilihan yang tepat" ucap sang ibu kala menyendoki nasi dan beberapa lauk pauk ke dalam piring Alina
"ma maafin Alina juga ya ma, gak seharusnya aku tidak pulang seperti semalam, mama pasti sedih ya ma?" mata Alina nampak sudah berkaca-kaca
"masih pagi, jangan menangis di depan makanan" timpal sang ibu sembari tersenyum
"iya, mama benar" Alina menyeka kedua matanya yang sudah menggenang air mata itu dan menampilkan gigi yang bertengger rapi pada susunan nya
Royal group
'selamat datang tuan'.....
'selamat pagi tuan Anderson'
"wah putra pemilik kantor kita tampan sekali"
"pewaris tunggal yang sempurna"..
"Sungguh gagah ya"
Begitulah yang terdengar ketika sang pewaris tunggal perusahaan royal group itu datang untuk pertama kalinya setelah 4 tahun menetap di luar negri
bisikan dan gumaman para karyawan terkhusus nya kaum wanita menatap penuh hasrat pada pahatan tubuh yang sempurna itu
ting.....
Suara pintu lift terbuka, Felix Anderson beserta asisten pribadi yang sekaligus adalah sahabat nya Sean Gabriel memasuki lift yang hendak menuju ke lantai paling atas yaitu lantai ke 75
sesaat sebelum pintu lift akan tertutup tiba-tiba seorang wanita cantik itu menahan dan tergesa-gesa untuk memasuki lift tersebut
"tunggu aku!!!!" seru seorang wanita cantik itu yang tak lain adalah Alina
Sean dan Felix sontak saling pandang dan menaikkan sebelah alisnya
"maaf nona anda di larang menaiki lift ini" tegur Sean dengan tegas
"kumohon pak, kali ini saja ya" ucap Alina sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda memohon
"tidak bisa nona" pungkas Sean sementara Felix hanya diam tanpa ekspresi sambil memperhatikan Alina mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki
'sepertinya tidak asing' batin Felix
"ayolah pak,, saya dengar CEO baru datang hari ini saya takut beliau mengetahui bahwa sekertaris nya datang terlambat pak" mohon Alina dengan wajah melasnya
"tapi...."
"sudahlah biarkan dia masuk! Jangan membuang waktu ku" ucap ketus Felix pada Sean yang hendak mengusir Alina
"wah terimakasih ya pak" sahut Alina lega
'pak? Memangnya aku terlihat tua apa?'
'dasar tidak punya mata' Felix dan juga Sean di dalam hati masing-masing
Ting....
Alina turun di lantai 74
"permisi pak saya duluan ya" suara Alina memecah keheningan yang di angguki oleh Sean tapi tidak dengan Felix, pria itu hanya menatap datar di balik kaca mata hitam nya
'siapa mereka? Dingin sekali'
Sementara Felix kini sudah berada di dalam ruangan miliknya dengan interior yang mewah juga luas
"bagaimana tentang kejadian semalam?" tanya Felix kepada Sean
"cctv hotel banyak yang rusak, kurasa ini bukan ulah sembarang orang " jelas Sean sembari memperlihatkan sebuah rekaman cctv yang berhasil ia dapatkan di hotel semalam yang Mereka singgahi
"stop! Siapa wanita ini? dia yang semalam masuk ke dalam kamar ku" tunjuk Felix kepada gambar video yang sedikit buram
"aku sedang memperbaiki agar gambar nya bisa jelas terlihat" Sean nampak mengotak Atik tombol di laptop nya dan beberapa saat kemudian Sean berhasil memperjelas gambar nya
"sudah!" Sean mengarahkan kembali layar laptop nya kepada Felix
Deg !
felix dan Sean sama-sama terkejut bukan main, pasal nya wanita yang berada dalam video itu menunjukkan mirip sekali dengan Wanita yang tadi bareng di dalam lift
"Sean bawa wanita itu kehadapan ku sekarang!" perintah Felix dengan nada berat serta rahang yang mengeras
"baik tuan" sahut Sean segera berlalu untuk menjalankan tugas membawa wanita yang lancang itu
"ada ada saja" gumam Sean menggelengkan kepalanya sembari terus berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di sebelah ruangan Felix
Ceklek...
4 orang yang berada di ruangan itu menoleh ke arah pintu yang menampakkan sosok yang sedikit asing
"maaf pak mencari siapa?" tanya Brian selaku asisten pembantu Alina
"maaf mengganggu, saya Sean asisten pribadi CEO tuan muda Anderson"
Mereka sedikit terkejut namun tidak begitu kentara karna masing-masing sudah mengethuinya
Sean mengedarkan pandangannya dan berhenti pada sosok wanita berpakaian stelan jas berwarna putih serta rok di atas lutut yang senada, lalu melihat tulisan di atas meja sebelah kanan sekertaris utama
"anda silahkan ikut dengan saya sekarang!" tunjuk Sean pada Alina yang nampak membelalakkan matanya
"ya baik pak saya kesana" jawab Alina sembari berdiri dan melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Sean bertuju
"tuan muda saya sudah membawa sekertaris anda "
"hem.. Kau boleh keluar " sahut Felix yang masih membelakangi Sean dan Alina berada
"baik tuan muda" Sean segera undur diri dan keluar dari ruangan itu
Kini menyisakan Felix dan Alina saja di sana, suasana sangat dingin membuat Alina tidak nyaman karna sudah 5 menit Alina berdiri menunggu sang CEO membalikkan tubuh yang membelakangi nya
"ehemm.. pak ada yang bisa saya bantu?" tanya Alina gugup dan sangat berhati-hati
" siapa namamu?" tanya Felix tanpa membalikkan tubuhnya
"nama saya Alina pak, Alina Pratiwi " Alina menjawab dengan ragu-ragu
"cantik, seperti orang nya" gumam Felix memutar kursi kebesaran nya
Alina yang sejak tadi menunggu sang CEO memutarkan tubuhnya pun terkejut, sampai tubuh Alina bergetar hebat dengan wajah yang tadinya sejuk pun menjadi pias
"why?" Felix berdiri lalu berjalan menuju pada wanita yang semalam sudah menghabiskan malam panas dengan nya
"a anda...." Alina terbata-bata karna ia tahu bahwa sang CEO ternyata adalah pria yang telah mengambil kehormatan nya
"kamu mengenal ku?" lagi-lagi suara Felix membuat seluruh tubuh Alina kaku
"kenapa kamu diam? Hemmm?" kini Felix sudah berada di hadapan Alina
"aku yakin kamu sangat mengingat apa yang terjadi di antara kita tadi malam!" Felix merubah raut wajahnya menjadi sangat merah padam matanya terpancar kilatan kemarahan
"maaf pak, sa saya..." sangat sulit untuk mengeluarkan kalimat dalam situasi seperti ini
"A-li-na.. Siapa yang menyuruh mu memasuki kamar inap ku di hotel semalam?" sentak Felix membuat Alina semakin gemetar
"wanita murahan!" teriak Felix sembari mendorong tubuh Alina kasar hingga Alina terjatuh di atas lantai yang dingin
"ampun pak, saya memang berada di sana tetapi saya tidak ada niat untuk jahat pak sungguh" ucap Alina sembari meneteskan air mata
"cuihhh.. Kamu tak perlu membuang air mata menjijikan itu! Tetapi berhubung aku pria yang pertama kali yang menyentuh mu aku akan berbaik hati" Felix bernafas sejenak sambil menyeringai
"sebaiknya tutup lah rapat-rapat dan luapkan tentang kejadian semalam jika kamu masih ingin bekerja di sini"
Kalimat demi kalimat yang di ucapkan oleh Felix membuat Alina terluka, saat ini Alina sedang menahan amarah nya, hanya sebuah tatapan kebencian yang Alina tujukan pada Felix
"kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau berpikir aku akan bertanggungjawab dan memberi mu kompensasi karna kamu virgin?" celetukan Felix semakin membuat Alina merasakan nyeri di hatinya
"tidak pak, saya sama sekali tidak berpikir seperti itu" Alina menghapus air matanya dan bangkit dari lantai yang dingin itu
"anda tenang saja tuan muda Anderson, saya akan bekerja secara profesional disini dan saya juga sudah melupakan kejadian semalam" ucap Alina dengan lantang mencoba meyakinkan diri nya sendiri yang bahkan ingatan itu masih terbayang-bayang
"good! Jika tidak tawaran berikut nya kamu harus menjadi jalangku!" kalimat terakhir yang Alina dengar sangat menyayat hati sampai Alina mengepalkan tangannya
"baik pak, jika sudah tidak ada yang di perlukan saya pamit kembali ke ruangan saya" Alina memilih untuk segera keluar dari sana karna sudah benar-benar sesak yang di angguki oleh Felix
......................
Alina tidak langsung keruangan kerja nya, ia memilih untuk ke toilet terlebih dahulu untuk sekedar mencuci wajahnya yang terasa panas
"tuan muda Felix Anderson, aku membenci mu !" teriak Alina sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin
setelah beberapa saat Alina mulai stabil ia pun kembali untuk segera melanjutkan pekerjaannya yang sempat iya tinggalkan
satu bulan telah berlalu begitu cepat, baik Alina maupun Felix sama-sama melupakan kejadian kelam itu dan bekerja layaknya seorang profesional Felix yang sibuk dengan dokumen yang menumpuk sementara Alina sibuk dengan berbagai susunan pekerjaan untuk peluncuran produk baru di bidang makanan
sungguh hari-hari yang melelahkan. Hingga Alina terlihat sedikit lebih kurus dan wajahnya sedikit pucat membuat Amelia beralih menatap sahabatnya
"Al, kamu sakit?" tangan Amelia menyentuh kening nya yang memang agak hangat
"aku baik-baik aja kok mel, cuma kecapean aja" sahut Alina dengan seulas senyum
"oke deh, by the way udah jam makan siang nih ke kantin yu" ajak Amel membuat Alina menyadari bahwa waktu sudah pukul 12.15
"yuk, aku juga laper banget" Alina bangkit dari duduknya dan berjalan beriringan dengan Amelia menuju kantin yang berada di kantor
Kantin
"bu saya pesan sup sapi seledri nya yang banyak ya bu" pesan Alina pada seorang wanita paruh baya pengantar makanan
"sama jus alpukat nya 1 ya" imbuh nya
"ada lagi non?" tanya pelayan itu
"saya ayam spicy sama minumnya air dingin aja ya" timpal Amel ikut memesan
"baik tunggu sebentar ya non" ucap pelayan itu sembari berjalan ke arah belakang untuk menyiapkan pesanan Alina dan Amel
"Al, bukan nya kamu gak suka bau seledri ya?"
Deg !
Pertanyaan Amelia membuat Alina tertegun
'astaga! ' batin Alina
"nggak tau Mel pengen nyoba aja" sahut Alina ringan
"aneh banget kamu tuh, kek orang hamil aja " celetuk Amelia lagi-lagi membuat Alina terdiam
'hamil?'
'apa aku hamil?' batin Alina membuat pikiran nya melayang, kembali mengingat akan kejadian malam kelam itu, dimana sudah 1 bulan berlalu Alina memang tidak datang bulan
"Mel aku pergi sebentar ya" Alina segera bangkit dan meninggalkan Amelia seorang diri
tujuannya adalah apotek yang berada di sebrang jalan
"mba, saya mau test pack kehamilan 3 ya " suara Alina terdengar pelan sambil celingukan
"baik kak" ucap penjaga apotik lalu mengambil 3 lembar sebuah alat tes kehamilan berwarna merah muda
"ini kak, jadi 65 ribu " penjaga apotik itu menyodorkan sebuah kantong plastik berwarna putih yang berisi tes pack pesanan Alina
"ah iya kak makasih ya" Alina menerima pesanan nya dan memberikan 1 lembar uang 100 ribu dan berlalu dari sana
"eh mba yang tadi mana ya?" tanya penjaga apotik pada pria yang kini berdiri di depan meja kasir
"siapa? Maksud mu wanita yang pakai stelan jas biru muda?" tanya pria itu yang tak lain adalah Sean asisten pribadi nya Felix
"ya mba yang tadi uang nya 100 ribu kembalian nya masih 35 ribu lagi" sahut nya
"yasudah hitung dulu belanjaan ku nanti uang nya saya yang berikan" Sean menyodorkan selembar kertas berisi resep obat
"baik mas" penjaga toko itu kemudian menyiapkan beberapa lebar obat dan beberapa salep luka
"ini mas, jadi 812 ribu mas"
"ya saya bayar pakai QR code ya " Sean menyelesaikan pembayaran nya dan menerima pesanan nya serta beberapa lembar uang senilai 35 ribu milik Alina
sementara Alina yang sejak tadi menunggu hasil tes pack nya dengan harap-harap cemas memasukan ketiga alat tes kehamilan itu secara bersamaan
dan semenit kemudian Alina membelalakkan matanya, mata Alina Terasa memanas, air matanya tak bisa ia bendung hingga mengalir deras membasahi kedua pipinya
"ya Tuhan ampuni aku.. Hiks...."
"sangat hancur sekali rasanya hidup ku huhuhuu" tangis Alin pecah di dalam toilet itu, beruntung tidak ada siapapun disana karna karyawan yang lain sedang sibuk menyantap makan siang mereka
'apa sebaiknya aku memberi tahu pada tuan Felix? Apa dia akan menerima anak ini?' batin Alina semakin risau karna mengingat Felix tak suka atas kejadian 1 bulan lalu dan malah meminta agar saling melupakan
"nak maafkan mama ya" ucap Alina seraya mengusap perutnya yang masih datar
"mama janji apapun yang terjadi mama akan menjagamu dan merawat mu sampai dewasa nanti " lagi-lagi air mata itu menetes seakan tak ingin surut
gubrakkkk..
Suara pintu di buka dengan kasar membuat Alina yang berada di dalam toilet itu pun terkejut
Alina menoleh kearah seseorang yang baru saja masuk ke dalam sana
Deg !
"ikut aku !" ucap Felix menarik lengan Alina membawa nya masuk ke salah satu pintu toilet
"ta-tapi..." tidak sempat Alina menolak kini ia sudah berada di dalam ruangan sempit bersama seorang pria yang telah merenggut kehormatan nya itu
"lepaskan sa...." Alina yang hendak bersuara pun kini tak terdengar lagi karna Felix menyambar bibir berwarna merah muda itu dengan ciuman yang lembut namun perlahan semakin agresif
Alina yang tadinya tak ada pergerakan pun kini terbawa suasana dan membalas ciuman itu dengan imbang
Tangan Felix pun tak tinggal diam, kini tangan itu sudah meraba menjalar tak beraturan hingga membuat sang pemilik tubuh sintal itu mengeluarkan suara yang indah terdengar di telinga Felix
'oh shitt !' Felix menggeram kesal pada dirinya sendiri kenapa membawa Alina bersama nya
"Felix ! Where are you?" terdengar suara wanita memanggil namanya
"oh no, tidak mungkin Felix masuk ke toilet wanita" seru suara wanita itu yang lama kelamaan hening
Alina segera menyadarkan dirinya bahwa ini salah
"tuan hentikan!" suara Alina sedikit meninggi dan mendorong tubuh kekar yang sejak tadi memeluk dan menciumnya
Felix pun tersadar atas tindakan nya
"emmm... Maaf Alina, saya.."
"tuan muda Felix Anderson! Saya membenci anda !" bentak Alina dengan meluapkan segala kebencian nya terhadap pria yang berstatus sebagai ayah biologis janin nya
"Alina, saya tidak bermaksud melecehkan mu, tetapi tadi..." Felix mendadak gagap mendapat tatapan tajam dari Alina
"cukup tuan! Lupakan ciuman panas yang baru saja kita lakukan!" potong Alina segera berlalu meninggalkan Felix yang masih mencerna ucapan nya
"ada apa dengan ku?"
'dasar Felix payah!" Felix melangkahkan kakinya keluar dari dalam toilet wanita sambil merutuki kebodohan nya
"Sean! Keruangan ku sekarang!"
Felix menghubungi Sean menggunakan panggilan kantor yang terhubung langsung pada masing-masing ruangan
"baik tuan"
"ada apa tuan?" tanya Sean setelah memasuki ruang Felix
"mengapa kau biarkan chelsea datang menerobos masuk ke dalam kantor ku?"
bentak Felix membuat Sean menunduk tak berani menatap nya
"maaf tuan, saya baru kembali dari apotik untuk membeli beberapa obat untuk ibu saya " ucap Sean
"jangan sampai terulang!" Felix benar-benar kesal atas apa yang terjadi hari ini
"maaf tuan, bukankah nona Chelsea adalah kekasih anda?"tanya Sean memastikan
"tapi aku tak suka prilaku yang lancang seperti tadi!"
"baik tuan, kalau begitu saya permisi dulu ya tuan karna masih banyak pekerjaan "
Beberapa saat kemudian Sean berpapasan dengan Alina yang sejak tadi mendengar pembicaraan antara Felix dan Sean
"hai Alina" sapa Sean berlalu melewati nya
Yang di balas senyum tipis
'kekasih?'
'apakah suara wanita yang tadi mencari nya itu kekasih nya?'
'lalu bagaimana dengan janin ini?' alina sibuk dengan pikiran nya, tatapan mata nya kosong dan ada rasa sesak di dadanya
beberapa saat kemudian Alina tersadar akan lamunan nya, ia sudah mengambil sebuah keputusan untuk merahasiakan kehamilan nya dari Felix sang ayah biologis dari janin yang di kandung Alina
"baiklah Alina ayo kembali berkerja" gumam Alina yang beranjak pergi menuju ruangan kerjanya
Happy reading 🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!