Disebuah club malam, suara berdetum keras dari speaker yang begitu banyak diruangan remang-remang itu, semua tampak terlihat baik-baik saja sampai dimana seorang wanita menabrak orang lain yang ada disana.
"Kau punya mata tidak ?" Marahnya
"Kau yang salah ! Sudah tau ada orang disini, kenapa kau malah menabrakku" Gadis itu tak mau kalah.
Gadis lainnya melihat dirinya dari ujung kepala sampai kaki.
"Seorang sampah sepertimu bagaimana bisa masuk ke club ini ? Kau menjual tubuhmu ?" Ejeknya.
Dengan kesal ia mendorong wanita itu, dan menamparnya.
"Mudah sekali mulutmu berbicara !"
Wanita yang tersungkur itu tak mau kalah, ia menjambak rambutnya menarik hingga pertikaian itu muncul dan membuat riuh club malam itu.
---
Sementara ditempat lain, wanita yang tampak terlihat tenang itu sedang mencuci piring. Tampaknya ponsel yang ia letakkan di sisi meja lain bergetar.
Fokusnya pun menjadi terpecah hingga ia kemudian berjalan kearah dimana ponsel itu diletakkan.
Ia menatap panggilan dari nomor baru dilayar itu.
Meski terlihat ragu, Wanita itu kemudian mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo ?"
"Hallo ? Apa benar ini saudari Alexa ?" Suara berat itu terdengar dari ujung telepon.
"Ya.. maaf ini siapa ?" Alexa tampak ragu.
"Saya mendapatkan nomor anda dari saudari Nabila ? Anda kenal dengan yang bersangkutan ?" Tanyanya.
Alexa terkejut.
Matanya tampak membesar lalu dengan suara bergetar ia menjawab.
"Iya. Dia kakakku.. ada apa dengannya ?" Tanyanya.
"Saat ini dia dengan lainnya berada dikantor polisi"
"Dia terlihat pertengkaran dengan pengunjung lain di club malam"
Alexa semakin terkejut, ia tampak panik.
"Apa ?"
"Apa saudaraku baik-baik saja ?" Tanyanya.
"Ya.. dia baik-baik saja, tapi tidak dengan lainnya"
"Bisakah anda kekantor polisi ?" Tanyanya.
"Iya, bisa.."
"Saya akan kesana" ucap Alexa.
Ia kemudian bergegas menuju kantor polisi, ia berharap saudaranya akan baik-baik saja.
Sesampainya ia bisa melihat saudaranya hanya mengalami goresan kecil dengan rambut yang tampak berantakan.
"Malam pak" sama Alexa ketika ia berhadapan dengan polisi yang menangani kasus ini.
"Anda nona Alexa ?" tanyanya
"Iya benar pak"
"Saudara anda baik-baik saja, tapi tidak dengan korban" ucapnya
"Korban ? Bagaimana anda bisa bilang dirinya korban hanya karena ia mengalami luka lebih parah dari saya ?" Tanya wanita yang bernama Nabila itu.
"Kak..sudah" Alexa mencoba menenangkan Nabila yang terlihat emosi.
"Dia berada disana" ucap polisi.
"Dia tidak mau berakhir damai kecuali saudara anda meminta maaf padanya."
"Kak, lakukan saja.. minta maaf pada korban" ucap Alexa.
"Minta maaf ? Dia yang harus minta maaf padaku."
"Aku memang memukulnya lebih dulu, karena ia tidak bisa menjaga lisannya" ucap Nabila.
"Bagaimanapun anda memulainnya, saksi juga mengatakan bahwa anda memukulnya lebih dulu" ucap polisi.
"Jika anda tidak mau minta maaf, korban akan melanjutkan kasus ini" sambungnya.
"Lanjutkan saja. Sepertinya dipenjara lebih baik, aku tidak perlu menghabiskan banyak uang" ucap Nabila.
Alexa tampak terkejut melihat Nabila begitu tenang seolah tak peduli ia akan dipenjara.
"Bisa saya temui korban ? Saya yang akan meminta maaf padanya" ucap Alexa
"Alexa ! Apa-apaan kau ? Kau mau menjatuhkan martabat kita ? Sudah ku bilang,aku tidak salah" Nabila tampak marah mendengar Alexa akan meminta maaf pada orang yang sudah ia pukul itu.
"Kak.. minta maaf tidak akan menjatuhkan martabat kita."
"Jika kakak tidak mau, aku akan melakukannya" ucap Alexa
Alexa kemudian meminta polisi untuk mempertemukan dirinya pada korban.
Mereka kemudian berjalan keruangan lain dan mempertemukan keduanya.
Alexa tampak terkejut ketika melihat wanita itu seperti yang dikatakan polisi.
Lukanya tampak lebih parah dari saudaranya.
"Malam kak.."
"Saya saudara dari Nabila yang sudah memukul kakak"
"Saya minta maaf atas kelakuan saudara saya" ucapnya.
Gadis itu menoleh, ia menatap Alexa dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.
"Aku tidak butuh permintaan maafmu, saudaramu tidak punya mulut ?"
"Dia yang sudah memukul saya, dia yang harusnya meminta maaf" ucapnya.
"Kenapa ? Kakakmu tidak mau ? Kalau tidak mau.. yasudah.. aku bisa melanjutkan kasus ini dan membiarkan dirinya dipenjara"
"Kak.. tolong, jangan lakukan itu. Dia saudara saya satu-satunya." Ucap Alexa memohon.
Namun gadis itu tampak menolak permintaan Alexa dengan mengabaikannya.
"Hei !! Kau " Nabila masuk dengan kasar ia memanggil wanita itu.
"Penjarakan saja saya. Saya tidak masalah"
"Dipenjara itu lebih asik. Aku tidak perlu keluar uang untuk makan, aku hanya perlu tidur dan beristirahat" ucap Nabila.
Melihat Nabila tampak tak takut itu Alexa mencoba menahan Nabila untuk tak berbicara apapun.
"Kak.."
"Sudah ku bilang kau tidak perlu ikut campur."
"Orang-orang seperti dia hanya mau menakuti kita" ucap nabila.
"kau pikir aku hanya main-main ?" wanita itu tampak kesal yang kemudian bangkit dari kursinya.
"lalu ?" nabila mencoba menantang. yang kemudian para polisi yang bertugas mencoba menahan mereka.
"sudah !! jangan buat keributan ditempat ini"
"baiklah. kau mau minta maaf kan ?"
"aku akan melupakan kejadian ini asal kau melakukan apa yang aku minta" ucap wanita itu.
"berlututlah, dan aku akan mencabut tuntutan ini" ucapnya
"b..berlutut?" alexa tampak ragu
"iya ?" ucapnya menantang.
Alexa tampak tak bergeming, nabila sendiri tampak diam seolah acuh dengan pilihan alexa.
Alexa tak ingin memperpanjang masalah ini, yang akhirnya ia berlutut perlahan, menurunkan egonya walau dirinya sendiri pun tampak berat
Wanita itu tampak senang, karena melihat alexa yang berlutut tepat dihadapannya.
Sementara Nabila hanya diam, seolah tak ingin sekalipun menatap adiknya yang berlutut demi dirinya itu.
--
Setelah menyelesaikan kasus ini secara damai, Alexa dan Nabila keluar dari kantor polisi.
"kak.. tolong lain kali untuk menahan emosi kakak" ucap alexa
"sudahku bilang, aku tidak salah. wanita itu yang memulai dulu"
"kau saja yang bodoh mau berlutut didepannya" kesal Nabila.
"kak.. aku hanya punya kakak sama ibu."
"bagaimana mungkin aku membiarkan kakak dipenjara ?"
"bagaimana nanti jika ibu tau? dia pasti akan kepikiran dan sangat sedih" ucap Alexa
Nabila tak merespon kemudian ia melangkahkan kakinya meninggalkan kantor polisi.
"kakak mau kemana ? sini.. aku obatin dulu luka kakak" alexa mencoba mengejar nabila namun nabila menepis tangan alexa hingga dirinya hampir tersungkur.
"pulang saja kamu " ucapnya
"kakak gak pulang lagi ?" tanyanya Alexa
Namun nabila tak peduli dan memilih meninggalkan Alexa yang tampak bingung harus melakukan apalagi untuk membuat Nabila tidak menjadi keras kepala.
Alexa menatap punggung kakaknya yang perlahan menjauh. Hatinya terasa berat, seolah ada beban yang menekan dadanya. Ia tahu, kakaknya bukanlah orang jahat. Kakaknya adalah sosok yang paling ia kagumi—paling baik dan paling tulus mencintainya.
Namun, semuanya berubah sejak ayah meninggalkan mereka. Ayah pergi begitu saja, meninggalkan ibu, Alexa, dan kakaknya dalam kehancuran pernikahan orang tuanya yang menghancurkan kehidupan mereka.
Kakaknya, yang sebelumnya penuh semangat dan impian, harus mengorbankan segalanya. Ia mengubur cita-citanya dan meninggalkan bangku sekolah untuk membantu keluarga bertahan hidup. Pilihan itu memaksanya masuk ke dalam kehidupan yang kacau balau, penuh tekanan, dan kehilangan arah.
Alexa tidak pernah berhenti berharap, suatu saat, ia bisa membawa senyum itu kembali ke wajah kakaknya—senyum yang dulu selalu menjadi penguatnya
Ketika mengingat kejadian itu, tanpa sadar alexa hampir meneteskan airmatanya dan ia segera mengusap air matanya dan kemudian berjalan menuju rumahnya.
--
Keesokan harinya, Alexa bangun dan melihat ibunya sudah menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi Bu" sapa Alexa.
"Selamat pagi nak, ayo sarapan dulu. Ibu sudah siapin sarapan" ucap ibu.
Alexa tampak senang, ia semangat ketika ibu sudah menyiapkan makanan untuknya.
"Terima kasih ya Bu" ucap Alexa tak lupa berterima kasih pada ibunya.
"Sama-sama"
"Nak, kakakmu gak pulang lagi ya ?" Tanya ibu.
Alexa tertegun, entah alasan apalagi yang harus ia berikan pada ibunya agar ia tak cemas.
Namun tak selang berapa lama pintu rumah terbuka, Nabila masuk tanpa mengucapkan salam.
"Ya Tuhan.. ada apa dengan wajahmu nak ?" Ibu bangkit dan begitu terkejut melihat wajah Nabila.
To be continued...
"Nak, kakakmu gak pulang lagi ya ?" Tanya ibu.
Alexa tertegun, entah alasan apalagi yang harus ia berikan pada ibunya agar ia tak cemas.
Namun tak selang berapa lama pintu rumah terbuka, Nabila masuk tanpa mengucapkan salam.
"Ya Tuhan.. ada apa dengan wajahmu nak ?" Ibu bangkit dan begitu terkejut melihat wajah Nabila.
Nabila tak menggubris dan berjalan menuju kamarnya, sang ibu lalu menahan Nabila dan melihat lukanya lebih dekat.
"Ada apa dengan wajahmu nak ?"
"Sudah kamu obati ?" Tanya Ibu.
"Tidak apa-apa" ucap Nabila mendorong ibunya agar tidak menghalangi jalannya.
Alexa bangkit dan menahan ibunya agar menjauh dari Nabila.
"Tidak apa-apa Bu, kak Nabila hanya terjatuh kemarin." Ucap Alexa.
"Kamu bertemu dengan kakakmu semalam ?" Tanya Ibu.
Alexa terdiam, ia tampak terkejut karena jawabannya tampaknya membuat ibunya curiga.
"Tidak mungkin terjatuh membuat luka seperti itu."
"Beritahu ibu dengan jujur nak, apa yang terjadi pada kakakmu ?" Tanya Ibu.
Alexa terdiam.
"Benar Bu, kakak hanya terjatuh dan wajahnya terbentur."
"Kak Nabila yang memberitahu Alexa" ucapnya berbohong.
"Yasudah Bu, ayo kita makan lagi."
"Alexa harus kembali bekerja" ucapnya.
Alexa berusaha mengalihkan perhatian sang ibu pada hal lain agar ibunya tak menjadi beban pikiran.
--
Seorang wanita yang terlihat cantik itu duduk menghampiri temannya yang berada dikursi lain menunggungnya.
"sorry ya.. kalian udah nunggu lama ya ?" tanyanya.
Namanya Elisabeth, gadis berusia 23 tahun ini menghampiri teman-teman sebayanya yang sedang menikmati cemilannya.
"nggak ko. buat si cantik elisabeth mah kita tungguin sampai mall tutup juga nggak apa-apa" goda teman lainnya.
"haha.. beneran ni?" tanya Elisabeth membalas godaan temannya.
"iya dong.."
"kamu mau pesan apa? pesan dulu gih.." ucap lainnya.
"oke.. sebentar ya" Elisabeth lalu berjalan menuju kasir,
dipertengahan ia bertemu dengan seorang yang tak jelas wajahnya dan menabraknya.
"Sorry" ucapnya .
Dengan pakaian jaket hitam itu ia lalu pergi meninggalkan cafe tersebut.
Elisabeth kemudian menuju kasir dan memesan menu yang ingin ia nikmati.
Ketika hendak membayar, Elisabeth sadar dompet miliknya hilang.
Elisabeth kemudian kembali kemejanya, dan bertanya pada temannya apakah ia melihat dompet mini miliknya, namun mereka tidak tau dan membantu elisabeth mencarinya.
"tadi aku liat kok kamu bahkan bawa dompet itu ke kasir" ucap temannya dengan yakin.
Saat itu Elisabeth sadar bahwa wanita yang menabrak dirinya mungkin saja dirinya telah mencuri dompet itu.
Elisabeth pun mencoba mencari keberadaan orang itu dengan meminta bantuan security.
seorang wanita yang elisabeth curigai adalah pencuri yang sedang duduk di sebuah kursi panjang dimall. Melihat dia disana, elisabeth lalu menghampirinya.
"hei kamu !!! kamu mencuri dompetku kan ?" tanyanya
Nabila terlihat bingung. "apa maksudmu ?"
"kau tadi menabrakku, kau kan yang mencuri dompetku ?" tanya elisabeth dengan nada curiga.
"kau menuduhku mencuri dompetmu ? yang benar saja" Nabila tampak kesal.
"dan juga kapan kita bertemu ?" tanyanya
"kau yang menabrakku. aku ingin jelas jaket yang kau kenakan ini, sama seperti yang menabrakku" ucap Elisabeth.
"kau punya bukti itu aku ?" tanyanya
"bagaimana kalau kita memeriksa CCTV di ruang keamanan ?" tanya Security yang tak melihat akhir dari masalah ini.
"silahkan ! aku sangat yakin bahwa wanita ini yang mencuri dompetkuu" ucap Elisabeth penuh dengan keyakinan.
Sementara Nabila hanya diam, dengan yakin ia bukan orang yang dimaksud elisabeth.
Mereka kemudian sampai diruang keamanan milih cafe tersebut. Beberapa putaran akhirnya sampai dimana Elisabeth dan seorang wanita itu saling menabrak.
Namun bisa dilihat postur tubuhnya tampak berbeda, walau wajahnya juga tidak terlihat sama sekali.
"tapi kelihatannya tidak sama seperti Mbak satu ini" ucap staf yang berada disana.
Nabila dengan percaya diri menatap Elisabeth seolah menantang dirinya karena terlihat jauh berbeda dengan wanita yang terekam di cctv itu.
"tidak terlihat juga orang itu mengambil dompet anda" sambung security itu.
"saya sangat yakin itu dia" ucap Elisabeth tak ingin kalah.
Tak lama ponsel Nabila berdering, ia mengambil ponsel itu dari saku celananya dan melihat panggilan itu dari Alexa.
"hallo?"
"kakak dimana ?" tanya nabila ditengah istirahatnya.
"dimall" singkat Nabila.
"oh..luka kakak udah diobati ?" tanya Alexa.
"heh !! kita ini belum selesai, mudah banget kamu terima telepon ditengah pembahasan kita" ucap elisabeth.
Mendengar hal itu Alexa terkejut dan kemudian bertanya pada nabila apa yang sedang terjadi.
"apa yang terjadi kak ?"
"ada orang aneh yang menuduh ku mencuri dompetnya" ucap Nabila dengan matanya yang sama sekali tak ia lepaskan dari Elisabeth.
"aneh ? aku yakin sekali kau yang mencuri dompetku"
"kak.. kalian dimana ? aku akan kesana"
"tidak perlu. untuk apa kau kemari?" ucap Nabila.
"kak..tolong" alexa memelas dibalik telepon itu.
"aku dimall X" ucap nabila.
"oke, aku akan kesana" ucap Alexa.
"oh.. kamu minta orang untuk datang membantumu ?"
"kenapa kau takut kan ? tuduhanku benar kan ?" tanya elisabeth.
"kenapa aku harus takut ?"
"cctv ini adalah bukti bahwa itu bukan aku." ucap Nabila.
"kau pasti punya komplotan kan?"
"pak, cek cctv disemua mall ini, saya yakin mereka pasti bertemu diluar cafe ini " ucapnya
"bagaimana kalau kami memeriksa tas anda untuk melihat apakah ada dompet wanita ini" ucap petugas.
"bagaimana kalau tidak ada ?" tanya Nabila.
"berikan saja."
"kalau bukan kau yang mencurinya, kenapa harus takut ?" tanyanya.
Nabila diam, dan kemudian tak lama ia melepaskan tasnya dan ia berikan pada petugas untuk memeriksa tas tersebut.
Setelah pemeriksaan, tidak ditemukan dompet atau hal yang mencurigakan dalam tas itu.
"bagaimana ? masih kurang bukti ?" tanya Nabila.
Elisabeth tampak terdiam, ia tak melihat hal apapun didalam tasnya, namun ia yakin wanita yang menabraknya adalah Nabila.
Elisabeht lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"hallo kak.."
"tolong bantu blokirkan kartu aku semua dong"
"dompetku hilang !" pinta Elisabeth
"aku juga tidak tau. aku yakin seseorang mencurinya" pandangannya sama sekali tak lepas dari Nabila.
"kakak ada dekat sini ?"
"oke..oke"
"jadi bisa saya tinggalkan tempat ini ?" tanya nabila.
"iya silahkan" ucap penjaga itu.
"tidak. tunggu sampai saudara saya datang" ucap elisabeth.
"kenapa saya harus menunggunya ? aku tidak punya banyak waktu untuk menemui saudaramu" ucap Nabila.
Namun hanya selang beberapa saat saja, Alexa datang dengan tergesa-gesa menemui nabila. Ia melihat tempat itu sudah dipenuhi orang-orang yang tampak penasaran dengan apa yang terjadi.
"kak.. gimana ? masalahnya sudah selesai?" tanya alexa.
"saudaramu ini sudah mencuri dompetku" ucap elisabeth
"sudah berapa kali ku bilang, aku tidak mencuri dompetmu"
"bukti cctv sudah jelas sekali , kau masih menuduhku ?" tanya Nabila.
"kenapa ? kamu lapor polisi atas tuduhan ini? silahkan."
"kita bisa lihat siapa yang salah" ancam elisabeth
"kau pikir aku tidak mau melakukannya?"
"aku akan melakukannya, tapi sepertinya hukum diNegara ini sangat tidak bagus"
ucap Nabila dengan sindirannya menatap elisabeth.
"kak" alexa mencoba menahan amarah nabila, sebelum dirinya akan mengalami kasus yang lebih rumit.
Tak lama seorang pria dengan pakaian rapi masuk kecafe itu, pandangan orang - orang disana mengarah kearahnya, mereka tampak terpesona karena pria itu tampak begitu tampan dan berwibawa. Ia berjalan mendekati Elisabeth.
Disaat itupun Pria itu menatap Alexa, ia tampak diam menatapnya sementara Alexa tampak cemas , ia hanya sesekali melempar pandangan pada pria itu.
To be continued..
Alexa adalah seorang guru di sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak yang terletak di pinggiran kota. Ia memang memiliki ketertarikan besar terhadap anak-anak. Ia percaya bahwa dunia anak-anak adalah dunia penuh keajaiban, kebahagiaan, dan imajinasi tanpa batas. Itulah yang membuatnya memilih untuk menjadi seorang pendidik di taman kanak-kanak.
Setiap pagi, Alexa tiba di sekolah dengan senyum cerah di wajahnya. Begitu sampai di ruang kelas, ia disambut oleh gelak tawa dan teriakan ceria dari anak-anak kecil yang sudah menunggunya. Mereka langsung berlari menghampiri, memeluknya, atau sekadar mengajaknya berbicara. Alexa merasa bahagia, karena setiap hari adalah petualangan baru bersama mereka.
Pekerjaannya tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga bermain dan belajar bersama anak-anak. Alexa selalu percaya bahwa melalui permainan, anak-anak bisa belajar banyak hal-mulai dari keterampilan motorik, bahasa, hingga pembelajaran sosial. Ia sering membawa berbagai alat permainan yang menarik, seperti puzzle, balok bangunan, dan boneka. Setiap kegiatan yang ia lakukan selalu dipenuhi dengan tawa dan keceriaan.
Salah satu kegiatan favorit Alexa adalah sesi mewarnai. Anak-anak duduk melingkar di lantai, dengan kertas dan krayon di tangan mereka. Alexa tidak hanya mengajarkan mereka cara mewarnai dengan rapi, tetapi juga memberikan ruang bagi mereka untuk berimajinasi. "Warnai sesuai dengan imajinasimu," katanya sambil tersenyum, memberi kebebasan kepada anak-anak untuk mengekspresikan diri.
Selain itu, Alexa juga menyukai sesi cerita. Ia sering membacakan buku cerita yang penuh dengan gambar warna-warni dan karakter-karakter lucu. Anak-anak selalu duduk dengan penuh perhatian, terkadang ikut tertawa bersama ketika mendengar cerita lucu atau terkejut saat mendengar bagian-bagian yang menegangkan.
Namun, yang paling penting bagi Alexa adalah hubungan emosional yang ia bangun dengan anak-anak. Ia selalu berusaha mendengarkan mereka, memberi perhatian ketika mereka berbicara, dan memberikan pelukan saat mereka merasa cemas atau sedih. Alexa tahu betul bahwa masa kanak-kanak adalah waktu yang penuh dengan tantangan dan perubahan, dan ia ingin memastikan bahwa setiap anak merasa aman, dicintai, dan dihargai di kelasnya.
ketika waktu istirahat tiba, Alexa tiba-tiba memikirkan bagaimana keadaan saudaranya.
ia kemudian menghubungi ibunya.
"Bu.. kak Nabila ada dirumah ?"
"Nabila dari tadi sudah pergi, tidak lama kamu pergi.. dia juga pergi" ucap Ibu
"pergi lagi ? ada bilang kemana bu?" tanya Alexa.
"tidak ada nak"
"yasudah bu.. nanti alexa coba hubungi kak Nabila ya" ucap alexa.
Alexa kemudian menghubungi Nabila, tak biasanya Nabila akan langsung mengangkat panggilan itu.
Alexa tampak terkejut ketika mendengar suara pertikaian dibalik telepon itu.
Alexa segera bergegas setelah mendapatkan lokasi Nabila.
--
"saudaramu ini sudah mencuri dompetku" ucap elisabeth
"sudah berapa kali ku bilang, aku tidak mencuri dompetmu"
"bukti cctv sudah jelas sekali , kau masih menuduhku ?" tanya Nabila.
"kenapa ? kamu lapor polisi atas tuduhan ini? silahkan."
"kita bisa lihat siapa yang salah" ancam elisabeth
"kau pikir aku tidak mau melakukannya?"
"aku akan melakukannya, tapi sepertinya hukum diNegara ini sangat tidak bagus"
ucap Nabila dengan sindirannya menatap elisabeth.
"kak" alexa mencoba menahan amarah nabila, sebelum dirinya akan mengalami kasus yang lebih rumit.
Tak lama seorang pria dengan pakaian rapi masuk kecafe itu, pandangan orang - orang disana mengarah kearahnya, mereka tampak terpesona karena pria itu tampak begitu tampan dan berwibawa. Ia berjalan mendekati Elisabeth.
Disaat itupun Pria itu menatap Alexa, ia tampak diam menatapnya sementara Alexa tampak cemas , ia hanya sesekali melempar pandangan pada pria itu.
"Kak.. dia ini yang sudah mencuri dompetku" elisabeth tampak mengadu pada saudara prianya.
"apa bukti cctv itu tidak jelas ?" nabila tampak kesal.
"bisa perlihatkan CCTVnya sekali lagi ?" tanyanya
petugas keamanan itu kembali memutar CCTV itu dan terlihat dari rekaman itu memang bukan postur tubuh Nabila.
"tidak baik menuduh orang yang tidak ada dicctv" ucap pria itu.
"tapi kak.."
"minta maaflah, kamu sudah menuduh orang yang tidak bersalah" ucapnya lagi.
Elisabeth tampak enggan untuk membuka mulutnya untuk meminta maaf pada nabila.
"tidak perlu, kalau itu sangat sulit untukmu"
"biarkan orang-orang tau seperti apa dirimu" ucap nabila ia kemudian pergi dan mengambil tasnya.
"kak .."
"maaf" ucap Alexa lalu berlari meninggalkan cafe itu.
Pria itu bahkan tak sekalipun melepaskan pandangannya dari Alexa, matanya terpaku seolah ada sesuatu yang dalam dan misterius dalam tatapan itu. Seperti ada kenangan atau hubungan tak terucapkan yang membekas di dalam diri mereka berdua. Tatapan itu, meskipun penuh arti, sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Hanya ketika Alexa menghilang dari pandangannya, pria itu tersadar bahwa ia tak dapat lagi menangkap jejak apapun dari sosok yang seakan begitu familiar, namun juga asing baginya.
"kak Angkasa.. kenapa kau membuat aku minta maaf padanya ?" elisabeth tampak kesal karena orang yang ia anggap akan membelanya malah membuatnya terdiam seribu bahasa.
"Kau tidak bisa menyalahkan orang yang tidak ada dicctv itu" ucap Angkasa.
"Tapi aku yakin dia orangnya kak." Ucap Elisabeth.
"Tenang saja, aku akan mencari tau soal ini"
"Kembalilah dengan ku, ada beberapa berkas yang tertinggal dirumah" ucap Angkasa lalu meninggalkan cafe itu.
"Aku duluan yaa" Elisabeth berpisah pada temannya dan kemudian ikut bersama angkasa.
--
Sementara itu Alexa mulai mengejar Nabila yang berjalan begitu cepat, Alexa berhasil mengapainya dan menahannya.
"Kak.. sampai kapan kakak akan menjadi seperti ini ?" Tanya Alexa
Nabila berhenti dan menatap Alexa.
"Apa maksudmu menjadi seperti ini ?"
"Berhenti melakukan hal-hal aneh."
"Orang yang ada di cctv itu.. dia Dina kan ? Dina orang yang selalu membuat Kakak berada didalam masalah kan ?" Tanyanya.
Alexa tampak terkejut ketika ia melihat CCTV itu, ia sadar orang yang ia kenal itu adalah Dina, orang yang selalu membuat Nabila terjebak masalah.
"Kau tidak perlu ikut campur" ucap Nabila yang berusaha pergi.
"Kak, tunggu.."
"Aku mohon kak, jangan bersikap seperti ini."
"Kasian ibu.. jika dia tau, dia akan sedih" ucap Alexa.
"Sedih ? Kamu bilang sedih ?" Suara Nabila meninggi hingga orang yang berada didalam mall itu memandanginya.
"Seharusnya dia berpikir dari awal,apa yang dia lakukan itu salah !"
"Membiarkan kita hidup bersamanya."
"Lalu apa ? Jadi apa kita ?" Nabila mulai meluapkan emosinya.
"Kalau aja 17 tahun lalu ibu gak menahan kita untuk tidak ikut dengan ayah. Kita tidak disini sekarang ALEXA" Suara Nabila meninggi.
"Aku dan Kau akan menjadi dokter yang hebat !"
"Kau tidak akan jadi guru ?"
"Guru ? Kau bilang cita-citamu guru ?"
"Jangan bohong Alexa ! Aku tau kau sama sekali tidak pernah memimpikan diri untuk menjadi guru" teriaknya.
Alexa terdiam, ia tak pernah sekalipun melihat saudaranya meluapkan emosinya seperti itu.
"Ibu hanya egois. Dia hanya takut kehilangan kita, tapi dia tidak memikirkan masa depan kita" ucap Nabila.
"Kak.." Alexa bergeming, ia mencoba menahan Nabila untuk tak menyalahkan ibunya.
Air mata Alexa tampak menetes, tak lagi mampu ia tahan, sementara Nabila tampak kesal mencoba menenangkan dirinya, walau matanya memerah air mata tak keluar dari wajahnya.
Setelah tampak tenang, Nabila pergi meninggalkan Alexa.
Dimana orang sekitar memandangi pertikaian mereka
Alexa mengusap air matanya, ia tampak tak nyaman harus menjadi tontonan banyak orang. Ketika ia berbalik, ia melihat Angkasa dan Elisabeth yang berjalan kearah.
"Kau.. Alexa ?" Tanya Angkasa.
Alexa tampak terkejut, pria yang bahkan tak pernah ia temui itu mengetahui namanya.
To be continued..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!