Leonardo menatap datar ke arah luar di usia nya yang sudah menginjak 78 tahun dia tidak merasa bahagia dengan kehidupannya, walau dia mendapatkan segalanya kesuksesan dan keluarga yang harmonis tapi ada satu hal serang wanita yang dia impikan wanita itu pergi jauh dari hidupnya.
“sayang sudah mulai gelap, mari bergabung di pesta anak dan cucu kita sedang menikmati waktu…”. Sapa seorang wanita tua di sampingnya, Leo hanya mengangguk dan mengibaskan lengannya begitu saja
“pergilah aku akan menyusul sebentar lagi”.
“Aku akan menunggu mu di sana”. Ucap wanita itu dengan lembut setelah itu dia menutup pintu dengan pelan meninggalkan suaminya di sana.
“Barbara….”. Ucap pria itu pelan sambil menatap langit sedih “Jika saja aku bekerja lebih keras dahulu… mungkin kita akan bersama dengan anak cucu kita, aku pasti akan menjadi pria yang sangat beruntung karena memiliki mu”.
Pria tua itu diam beberapa saat di sana sambil bergumam dalam kepedihan yang berulang dan sedih yang tidak berujung mengingat seorang wanita cantik yang dahulu ada dalam kehidupannya.
Dia gagal mendapatkannya karena dia tidak cukup mapan dia tidak pantas untuk wanita itu, hingga berakhir menikahi sekertaris sekaligus sahabatnya di masa muda meski hubungan mereka baik tapi dia tidak bahagia bahkan di usia mereka yang senja.
Hidupnya terasa seperti sia-sia saja mengigat semua yang terjadi.
****
Di luar sana, di ruang tamu anak-anak dua orang tua itu berkumpuldan bercanda ria di sana dengan cucu-cucu mereka
“Mama di mana Ayah? Dia masih di kamar?”. Tanya Jonathan pada Ibunya yang sudah tua “Ah apa yang Papa lakukan di sana, kita sedang bahagia di sini”.
“Biarkan saja dia, dia perlu ketenangan”. Ucap Caenny, Caenny Davinci istri Leo “Papa mu sudah lama seperti itu, toh sebentar lagi dia akan keluar dan bergabung dengan kita”.
“Huh baiklah”.Ucap Jhonthan kesal, pria tampan itu kini berusia 38 tahun dia melihat bagiamana sikap Ayahnya sepanjang hidup dia membenti Leonardo Ayahnya sendiri “Ibu…. jika aku menjadi Ayah, aku akan sangat mencintai mu seumur hidup ku”.
“Nak apa yang kau katakan? Kita bahagia di sini”
“Tapi mama tidak bisa menutupinya, Papa… pria itu menikahi mu karena tidak pilihan kan, aku tidak bodoh ma aku mencintai Mama bisakah mama lebih mencintai diri sendiri”.
Canny terdiam lebih dari apapun hatinya terasa sangat rapuh terutama setiap mendegar Jonathan dia tidak menyembunyikan dari pria itu karena Leo tahu segalanya bahkan hati terdalam Ibunya Canny Davinci
Mila cantik Canny menghampiri wanita itu dia memeluk Canny dengan hangat “Aku sayang Mama dan Papa, tapi aku terlalu sayang pada Mama”.
“Hahaha Ibu sangat bahagia kenapa kalian membuat Ibu seperti ini hmmm?”.
“Karena senyum Ibu sangat manis”. Ucap kedua orang itu menghibur Ibu mereka.
Waktu makan tiba semua duduk beratur, Jonathan dan Mila izin dari pasangan mereka masing-masing untuk duduk dengan sang Ibu
Mereka saling memahami lalu mengijinkan pasangan mereka untuk berada dekat dengan Ibu mereka, bukan tanpa alasan mereka sendiri sudah mendengar banyak hal mengenai mertua mereka.
“Kalian kenapa menghimpit mama sih, Mama harus duduk di dekat Papa kalian”.
“Tidak boleh!”. Bantah Jonathan “Mama sudah lama tidak bertemu dengan kami jadi bagaimana bisa kita berjauhan, tidak bisa!”.
“Ya Kakak benar, kami ingin dekat mama sampai makan malam ini berakhir!”. Tambah Mila yang membuat Canny tidak bisa mengelak lagi
“Ya baiklah maafkan ana-anak ku para menantu”. ucap Canny merasa bersalah
“Tidak apa Ibu, Kebahagian Ibu adalah kebahagian kami juga”. Ucap Raksa suami dari Mila tidak lain hal nya dengan Dina istri dari Jonathan yang memilih duduk di samping Jhonathan dia tidak keberatan sama sekali dengan kedekatakan keluarga itu malah dia senang dengan Jhonatan pria itu adalah pria yang penuh dengan kasih dan sayang, cucu-cucu Canny yang sangat perhatian pun hanya bisa mengangguk dan tertawa manis sambil sesekali menghampiri sang nenek untuk memeluk wanita tua itu.
Suara percakapan meriah beberapa orang itu seketika berhenti saat Leonardo kini bergabung di kursi paling ujung, tidak ada yang mengeluarkan kata-kata melainkan hanya suara sendok yang saling beradu
“Sayang, kau mau lauk ini?”. Tawar Canny pada suaminya, makanan itu adalah kesukaan Leonardo sejak muda
“Hmm.”. Jawab pria itu singkat, kini Leonardo memperhatikan cucu dan anak-anaknya ada senyum terukir di wajah pria itu
Pernikahannya memang tidak berjalan dengan keinginannya tapi dia mendapatkan anak-anak yang cantik dan tampan juga sangat pintar
“Jhonatan bagaimana perusahaan kita?”. Tanyanya pada putranya
“Seperti biasa Pa, semua berjalan dengan baik sama kita juga naik seperti biasa”.
“Baguslah Ayah bangga pada mu”. Lalu perhatian pria itu teralih pada Mila yang sama datarnya dengan Jhonatan “Bagaimana dengan mu sayang”
“Huh usaha ku sedikit sepi, tapi aku bahagia”.
Mendegar kata sepi, wajah Leonardo berubah masam dia tidak menerima kegagalan dalam bentuk apapun mau kecil atau tidak dia merasa sangat kesal dengan hal itu
“Apa kau masih kurang belajar Mila Ayah sudah bilang kau harus belajar dengan baik kau itu sudah….”
“Ayah ini hidup ku berhentilah membuat ku kesal! Karena kita tidak sedekat itu!”. Mila memberi peringatan pada pria tua di depannya
“Mila! Kau memang sangat pembangkan sejak dulu, kenapa kau selalu meniru Ibu mu!”.
“Meniru Mama! Ya aku akan meniru segalanya dari Mama kecuali satu hal! Yaitu menikah dnegan pria seperti Ayah!”. teriak Mila akhirnya, dia sudah lama memendam itu dan setiap kali bertemu dengan sang Ayah dia akan selalu membencinya
“Mila…. sayang hentikan”. Caenny turun tangan dan mengusap lembut punggung wanita muda itu “Sudahlah kalian sebaiknya kita selesakan makanan ini sebelum dingin”.
Kali ini tidak seperti biasa Caenny tidak membela suaminya membuat pria itu semakin kesal, di umurnya yang sudah sangat rentan perasaannya juga ikut rentan walau dengan sedikit singgungan saja.
Tidak berselang lama saat Leo menyelesaikan makanan, biasanya dia kan berbincang dengan putra dan cucunya namun perasaannya sedang sangat kesal dengan kejadian barusan
“Aku akan kembali ke kamar, sebaiknya kalian melanjutkan acara kalian!”.
“Baik, sayang panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu”. Ucap Caenny membiarkan pria itu pergi
“Hmmm….”. Pria itu berjalan pergi sambil sedikit bergumam “Ini akibatnya kenapa aku tidak ingin menikah tanpa cinta, aku bahkan tidak bisa mendidik anak perempuan ku untuk menjadi wanita yang sempurna”.
Gumanan pria itu nyatanya masih bisa terdengar oleh Jonathan dan Mila membuat kedua orang itu menggeram kesal dengan perkataan nya
“Ayah! Bisakah kau berhenti mengatakan itu!”. Jonathan akhirnya membuka suara yang sudah dia tahan sejak tadi “Aku tidak mengerti kenapa Ayah selalu mengatakan hal itu! Ibu dan Mila adalah dua wanita hebat! Tidak ada orang yang menggantikan mereka di keluarga ini!”
Untuk pertama kalinya Jonathan berteriak pada Leonardo yang sudah tua, jika sebelumnya Jonathan sangat menghormati dan berdiam diri saat Pria tua itu seenaknya berbicara tapi kali ini dia berani melawan.
Perang ribut terjadi pada anak dan Ayah itu, rasa untuk membela adiknya Ibunya membuat Jonathan tidak memandang pria itu lagi sebagai idolanya seperti biasanya
Harga diri yang di miliki oleh adik dan Ibunya adalah yang paling penting dan sekarang Ayahnya sendiri membuat harga diri mereka rendah itu bukan pertama kali jadi Jonthan tidak bisa lagi menahannya
“Cukup! Kenapa Papa selalu saja tidak bisa menerima kenyataan huh! Mama sudah menemani selama bertahun-tahun lalu apa yang inginkan lagi?”.
“Aku tidak pernah memaksa nya menikah dengan ku!”. Ucap pria tua itu membuat suasana lebih tegang “Dia yang menawarkan dirinya pada ku Jonathan!”
“Lalu Papa anggap Mama selama ini! Aku bosan dengan tingkah Papa, jika Papa menyesal Aku yakin jika Mama tidak menikah dengan mu dia bisa mendapatkan pria yang lebih baik lagi dari mu!”.
“Kau sekarang melwan ku Jonathan aku sudah mendidik mu selama bertahun-tahun untuk menjadi pria yang bijak!”.
“Papa salah, aku menjadi pria yang bijak karena di didik oleh Mama!”. Jonathan bersikeras mengingat masa lalunya “Papa hanya sibuk bekerja mencari uang yang Papa pikir itu adalah kebutuhan utama kami? Apa papa tidak ingat sekalipun Papa tidak pernah membawa kami ke taman dan mengajari kami hal sopan santun? Kami seperti tidka memiliki Seorang Ayah!”.
Serasa di tikam hati Leo terasa di tikam karena perkataan putranya sendiri dia menatap tajam pada Canny yang lagi-lagi hanya diam, sebelumnya wanita itu selalu melerai dan mengakui kesalahan berada pada dirinya.
Dia menjadi lebih muak dari pada sebelumnya dia pergi meninggalkan anak beserta istri dan cucunya di sana kemarahan yang menguasai pria itu membuatnya berpikiran egois
Jonathan terlalu emosi hingga Dina menghampiri pria itu memberi nasehat dan memeluknya dengan lembut “jangan terbawa emosi sayang, orang tua memang begitu”. Sama hal dengan Suami Mila pria itu mendekat pada istrinya menangkan dan memberi semangat pada istri kecil itu
Pemadangan itu membuat Canny bahagia, dia mempunyai menantu yang sayang pada anak-anaknya dia cukup lega karena itu sewaktu kecil kedua anaknya tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari Leonardo
Canny menatap sang suami frustasi dia merasa bersalah seperti biasa ketika anak dan Ayah itu mulai bertengkar ya walaupun dia bukan dalang dari masalah itu.
“Biarkan saja Papa… Mama istrahatlah karena sekarang sudah malam”. Ujar Jonathan “Tidurlah di kamar lain ma jangan bersama papa”.
“Baiklah sayang”.
Wanita tua itu berjalan menuju kamar di lantai bawah kamar yang biasa dia gunakan untuk mengerjakan pekerjaan nya juga untuk waktu luang dirinya sendiri.
Sudah lama dia tidak berkunjung ke sana tempat nya masih sama bersih dan rapi dengan buku-buku dan alat-alat musik kesukaannya dia belajar selama bertahun-tahun tidak banyak yang tahu jika dia adalah seorang gitaris yang handal
Sejak awal dia belajar bermain gitar karena dia pikir jika suaminya akan tertarik padanya seperti pria itu tertarik pada gadis di masa lalunya, ternyata salah Leo tidak menyukai permainan musik si gadis
Leo menyukai gadis itu, jadi Canny menyembunyikan nya seolah lupa jika dia pernah bermain gitar walau akhirnya dia menyimpan benda itu karena hanya benda itu yang bisa mengerti luka di hatinya.
Sementara itu di kamar lain,
Leonardo menatap kosong pintu kamarnya pertengkaran tadi masih terngiang di kepalanya bagaimana anaknya bisa memperlakukannya seperti itu sungguh membuatnya sakit hati.
Dia menyalahkan Istrinya untuk semuanya, jika saja Leo menikah dengan wanita yang dia cintai dulu itu pasti tidak akan terjadi dia akan membesarkan anak-anak mereka dengan cinta.
“Seharusnya aku tidak menikahi dia dulu, akan lebih jika aku melajang seumur hidup!”. Umpat Leo pada dirinya sendiri dia menatap lagi kearah jendela yang belum tertutup sebuah cahaya kecil menarik perhatian pria itu
“Ini sudah larut, siapa yang bermain di luar?”. Leo mencoba menerka-nerka
Tidak mungkin itu cucunya mereka pasti sudah terlelap karena malam juga sangat larut tapi siapa di luar sana? Penjaga ? tidak mungkin juga
Pria itu belum mengantuk sama sekali rasa kesal di hatinya juga belum sirna, dia memutuskan untuk pergi ke arah balkon menikmati malam yang dingin di sana bersama sebuah tembakau yang di gulung sedemikian rupa
Lama pria itu sibuk termenung dengan isi kepalanya yang hampir penuh dia selalu mencoba mengeyahkan pikirannya setiap saat itu membuatnya lelah sendiri merindukan hal yang dia ingin kan di masa tua bukanlah hal yang menyenangkan
“Menyebalkan! Harusnya aku bekerja lebih keras dia pasti tidak akan pergi dari ku!”. Kesal Leo . “Jika saja aku bisa mengulang waktu, aku akan melakukannya dengan sungguh-sungguh dan aku akan mendapatkan dia”
“Sungguh? Kau akan mengulang semuanya?”.
Suara yang entah dari mana membuat Leo terkejut menatap sekitar balkon mencari asal suara itu, namun dia tidak menemukannya jantung pria itu berdegup dengan kencang memikirkan hal yang tidak-tidak.
“kau mengulangnya?”.
“ah siapa itu!?”. Pria itu berdiri ketakutan, hingga sebuah cahaya bersama dengan seorang pria tampan melayang di hadapannya “Ha… Hantu”
“Heh pak tua! Anda pikir wajah setampan ini bisa di kaitkan dengan hantu yang benar saja”.
“Kalau bukan hantu ! Kau apa!”. Pria tua itu sudah sangat takut dan ingin lari menjauh tapi dia juga penasaran apa itu
“Sebut saja aku Elf, aku bisa mengabulkan impian mu untuk kembali ke masa lalu ah sejujurnya aku bosan mendengar keluhan mu setiap malam Pak Tua!”.
“benarkah?”.
Mata Leo berbinar seakan kehilangan akal sehatnya dia mencubit tangannya sendiri, rasanya sakit yang berarti itu bukan sekadar mimpi saja.
“Bagaimana Pak Tua, aku tidak akan mengulang pertanyaan ku lagi”.
“Ah baiklah aku mau! Aku akan mengulang masa lalu ku dan mengambil kesempatan itu dengan pasti!”.
Pria tampan di sana tersenyum mendapati tanggapan dari Leo “Baiklah…”. dia mengayunkan tongkat kecil dari di tangan kanannya dia membuat sebuah cahaya terang dari benda itu “Kau akan sampai di tahun, tepat kau mengenal istri mu di mana dia menjadi asisten mu selama ini kau bisa menolaknya pada zaman itu dan menikahi wanita impia mu”. Cahayanya semakin terang dan pria tampan itu tersenyum semakin lebar.
Hingga cahaya itu lenyap, Leo membuka matanya dan menatap langit-langit di sebuah ruangan yang baginya tidak asing dia bangun dari posisinya yang terlentang
Namun dia merasa aneh karena dirinya tidak perlu kesusahan untuk bangun biasanya punggungnya akan terasa kaku.
Di tatapnya ruangan itu seperti tidak asing tempat itu seperti apartemen nya beberapa tahun yang lalu . Tidak mungkin….
Pria itu merasa sangat ragu dia turun dari tempat tidur menatap kaki putihnya yang bersih dan berbulu lebat, tampak sangat kekar dan juga bulu-bulu hitam itu seharusnya tidak ada lagi
Lalu dia menatap tangannya dia, dia kembali terkejut mendapati tangan berakar itu tampak gagah seperti beberapa tahun lalu.
Leonardo melompat dan tertawa menikmati tubuhnya yang kembali muda pria itu juga memutuskan untuk keluar memeriksa barang-barangnya yang berada di tahun 90-an benar-benar sangat jadul dia menyukai semua itu
Dibandingkan dengan semua miliknya di masa depan ponsel dan juga barang-barang elektronik yang sangat membantu tentu saja barang-barang di masa itu sangat kalah tapi entah kenapa Leo lebih menyukai barang-barang itu
Dia duduk di ruang tamu menghela napasnya berat dia berada di rumah lamanya, di mana dia hidup sebatang kara sejak kepergian sang Ayah
Meninggalkan satu perusahaan yang di kerjakan sejak lama, Leonardo mewarisi itu dan bertekad mengubahnya menjadi perusahaan raksasa di masa depan
“Ayah seandainya kau tahu, jika di masa depan aku berhasil membuat perusahaan Ayah menjadi perusahaan dengan jajaran besar di negara ini meski butuh waktu sampai aku kehilangan wanita yang sangat ku cintai”.
Leonardo bergumam pada sebuah foto hitam putih di hadapannya dia tetap berada di sana untuk waktu yang lama
Hingga akhirnya pria itu beranjak pergi ke sebuah tempat di mana dia mengganti pakaian nya menjadi pakaian kasual dia mulai berjalan-jalan keluar rumah
Menikmati udara segar di tahun 90-an.
Langkah kaki pria itu terhenti di depan sebuah toko yang memanjang banyak koran tatapan pria itu tertuju pada tahun cetaknya, 1991
Dia berada di tahun 1991 tahun di mana dia sedang mengalami kesulitan setelah setahun berjuang barulah dia mengembalikan perusahaan nya dan berkembang pesat di masa depan
“Cih tahun ini aku akan mendapat kesialan, Teman yang ku anggap baik ternyata mengkhianati ku aku tidak akan membiarkan hal itu terulang”.
Leonardo bergumam kesal dia lantas melanjutkan perjalanannya menuju beberapa tempat di sana beberapa titik tempat yang sering dia kunjungi.
Sejenak dia berhenti di depan sebuah taman dia duduk di antara pohon rindang di sana yang sangat menyejukkan tubuhnya
Beberapa menit berlalu pria itu membuka matanya dia menatap area yang ramai dengan anak-anak dan keluarga bahagia teringat akan kelurga nya yang sedikit suram, kenapa mereka sangat dekat dengan Ayah mereka, aku dan Jonathan tidak terlalu dekat begitu juga dengan Ayah ku . gumam Leo, tidak di pungkiri dia ingat ketika Canny mengajak ke taman dan bermain tapi dia malah sibuk untuk bekerja . Toh sekarang Jonathan menikmati hasil kerja keras ku, bukankah itu yang terbaik tidak bercerai dengan Canny itu sudah termaksud hal yang luar biasa.
“Hei Bro!!”. Panggil seorang pria mengejutkan Leo pria itu merangkul Leo dengan erat . “Aku melihat mu sejak tadi apa yang kau lakukan huh? Termenung seperti biasa?”
Lantas Leo menatap tajam pria itu, dia masih ingat dengan jelas siapa ular di sampingnya itu dia teman baik sekaligus musuh dalam selimut Leo.’
“Zoe…!”. Tatapnya tajam
“Ada apa dengan mu? Apa kau ada masalah huh?”.
Ck pria ini sudah membuat ku kesusahan beberapa tahun berikutnya, bagaimana aku harus mengusirnya dia begitu menjijikan! . Pria itu terdiam menyusun beberapa hal yang ada di benaknya dia tidak bisa menjauh dari pria di samping mengingat hubungan mereka dekat dan Zoe sendiri memegang kekuasaan yang cukup tinggi di perusahaan miliknya
Beberapa menit berdiam diri itu membuat Leo sendiri, membuat Zoe ikutan bingung pria yang biasanya sangat ceria itu terlihat sangat dingin dengan sikapnya
“Oh Zoe! Apa yang kau lakukan di sini?”.
“Aku… aku sedang jalan-jalan bersama kekasih ku”. Zoe menunjuk seorang wanita yang sedang membeli makanan, wanita cantik itu melambai kepadanya . “Kau tahu dia sangat seksi ketika di……”.
Kini pikiran Leo teringat akan kisah pria di sampingnya pria yang bertolak belakang dengannya, Zoe kerap kali mengganti pasangannya ketika bosan berbeda dengan dirinya yang setia meski dia menikahi wanita yang dia tidak cintai.
Merasa semakin tidak nyaman Leo mulai beranjak dari sana dia mulai menyusun beberapa rencana yang akan dia lakukan termaksud menyingkirkan pria yang dekat dengannya itu
“Aku pergi dulu, ada beberapa pekerjaan yang harus ku lakukan”.
“Heh ini weekend, bersantailah bekerja tidak akan membuat mu kaya dan mendapatkan wanita itu…. huh Barbara seleranya sangat tinggi”.
“dia pantas melakukan itu, dia begitu cantik wajah dan sangat pintar wajar dia memiliki standar tinggi dia bukan wanita yang biasa menjadi mainan mu”.
Kata-kata Leo membuat Zoe kesal seakan mengatakan jika pria itu tidak layak dan tidak mendapatkan Barbara wanita cantik yang menjadi primadona itu
Ck sial dia melukai harga diri ku!. Batin Zoe menatap kepergian sahabatnya
Di tahun 1991 Leo yang berjalan di anatra orang-orang kini menyadari tahun 1991 adalah hidupnya yang paling terpuruk perusahaan yang bangkrut dan juga di tinggal menikah oleh Barbara sungguh menyedihkan, dia bahkan baru sadar ketika dia keluar dengan kaus biasa bukan seperti pengusaha di zaman itu
Dia juga hanya menggunakan sendal biasa dia tidak memikirkan apapun sebelum beranjak keluar, meski begitu dia enggan kembali berjalan-jalan hari itu cukup menyenangkan
Hingga pria itu kini merasa lapar dia meraba sakunya berharap menemukan beberapa lembar uang di sana, dia selalu menyimpat lembar uang di saku celana
“Huh hanya beberapa rupiah, apa cukup? Cih ini kan tahun 90-an makanan masih sangat murah”. Pria itu memutuskan untuk mampir ke kafe tidak jauh darinya dia kini memesan secangkir kopi dan juga beberapa cemilan sebelum dia pulang ke apartemen nya
“Enak!”.
Leo menyesap kopinya dengan nikmat hingga pandangannya tertuju pada seorang perempuan yang tidak asing, matanya berbinar dan menjadi sangat gugup . Umh Barbara!
Ternyata wanita itu menyadari dirinya lantar menghampiri Leo yang sedang terbengong menatapnya dengan kekaguman yang membara
“Hei…. Leo, lama tidak berjumpa kau sendiri”.
“Umh yah!. Ucap pria itu gugup, matanya tidak berhenti menelisik Barbara sangat cantik membuatnya terkagum setiap saat “Kau juga di sini sendiri?”.
“Yeah tentu, kau tahu aku habis pemotretan sangat melelahkan jadi aku mampir ke sini bukan kah dulu kita sering ke sini?”.
“Yah tentu saja”.
Masa SMA yang sangat indah tentu Leo masih mengingat nya dengan jelas dia berteman dengan Barbara terlalu dekat hingga beberapa orang tidak jarang menganggap mereka adalah pasangan kekasih dan bagi Leo itu tidak masalah hingga dia menyadari perasaannya saat mereka beranjak dewasa.
Barbara sibuk memperbaiki make up dan juga rambutnya, Leo masih tetap memandanginya dengan cara yang sama
Tahun ini dia akan di lamar oleh keluarga konglomerat, aku harus cepat bertindak jika bukan karena Zoe dulu aku juga bisa mengimbangi keluarga itu dan menikah dengan Barbara. Pria itu sibuk bergumam pikiran nya bekerja dengan sangat keras . Dia begitu cantik, aku tidak akan melepaskan nya lagi
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!