Sinar matahari menyeruak masuk kedalam kamar itu melalu celah jendela, dering alram tidak berhenti berbunyi sedari tadi, namun suaranya yang nyaring tak berhasil membangunkan si empunya Kamar. Hingga tak lama terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Tok...tok..tok Vanyaaaa" teriaknya dari luar kamar namun tetap tidak ada jawaban.
Tidak mendengar jawaban apapun ia memilih masuk kedalam ruangan tersebut karena memang pintunya tidak terkunci. Seorang perempuan parubaya yang masih terlihat awet muda, sebab mukanya tak menunjukkan keriput sama sekali iya dia sekarang berjalan mendekati arah ranjang yang di tempati oleh seorang gadis muda yang tak kunjung bangun dari tidurnya, siapa lagi jika bukan anak perempuannya.
"Astaghfirullah bangun Nona muda" ucapnya sambil menggoyangkan badan gadis tersebut dengan sedikit kencang.
"Vanya bangun cepet ini udah siang loh" ucapnya yang tak menyerah membangunkan putri semata wayangnya.
Tak lama gadis itu membuka kelopak matanya sambil sedikit berdecak ringan.
"Ck, What is it mom, aku masih ngantuk" jawabnya dengan ketus.
"Masih ngantuk kamu bilang, liat jam Non, ini udah jam 6:45 Astaghfirullah" balasnya wanita parubaya itu dengan nada yang tak kalah kesal.
"Oh jam 6.... Hah apa? Ko mommy ga bangunin aku sih" ucapnya panik dan langsung turun dari kasur nya untuk memastikan sendiri.
"Ga bangunin gimana, terus menurut kamu mommy sekarang ngapain, udah sana siap-siap ke sekolah"
"Maksudnya dari tadi Mom, ahh udahlah aku mau mandi bayyy, mommy keluar sana" jawab Lavanya sambil berlari kedalam kamar mandi.
"Aihhhh boleh gadaian anak ga sih Ya Allah, lama-lama aku darah tinggi liat kelakuan anak sendiri" keluh wanita itu sambil berlalu pergi keluar kamar.
Yah itulah Lavanya Adhisti Mahatma anak dari Dirgantara Mahatma dan Amara Anindyaswari si gadis bar-bar yang suka membuat onar namun walaupun laganya terlihat tengil dan pecicilan aslinya dia adalah orang yang baik serta penyayang, tapi jangan salah jika ada yang berani mengusik ketenangannya dia tidak akan melepaskan orang tersebut dengan mudah, pasti ia akan membalasnya lebih dari apa yang dia terima terdengar sadis namun itu kenyataannya, selain bar-bar dan konyol gadis itu terkenal sebagai gadis yang tomboy, dia suka dengan ilmu bela diri dan mengikuti ekstrakulikuler karate, selain itu dia juga sempat menjuarai MMA tahun lalu, namun jangan salah walaupun terbilang tomboy gadis itu adalah gadis yang cantik dan imut fisiknya hampir di bilang sempurna sebab tak ada cacat sedikitpun, bahkan dia di nobatkan jadi salah satu primadona di sekolahnya.
"Mom, aku berangkat ya" ucap Lavanya dengan tergesa-gesa sambil menyomot roti di atas meja makan dan tak lupa menyalami ibunya, ibunya hanya geleng-geleng melihat kelakuan putri semata wayangnya itu, sebab ini adalah hal yang biasa terjadi. Lavanya berlalu pergi ke bagasi mengambil kendaraan sepeda motornya, ya gadis yang biasa di panggil Vanya itu memang menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke sekolah, walaupun dia adalah anak dari pengusaha terkenal di negara ini dia tidak seperti kebanyakan anak orang kaya lainnya, terlebih kedua orang tuanya sudah berpisah, ya Lavanya salah satu anak broken home orang tuanya memutuskan untuk bercerai karena insiden perselingkuhan yang di lakukan oleh ayah dan sekertaris nya di kantor. Hal menjijikan yang membuat Lavanya menjadi anak yang susah di atur dan keras kepala, saat itu Lavanya sangat marah dan benci pada keadaan namun berkat kesabaran sang mommy akhirnya dia mau menerima sedikit demi sedikit, karena dia berpikir dibanding lukanya, luka sang ibu lebih menyakitkan bukan, jadi dia harus bersikap lebih kuat dari sang ibu.
Setelah berkendara cukup lama sekitar 25 menitan gadis itu sampai depan bangunan sekolah yang bertuliskan SMA Pelita di atas gerbang sekolah tersebut.
"Anjayy itu gerbang mau di tutup bentar lagi, gas ah" guman Lavanya yang terus menarik gas motornya sambil membunyikan klakson motornya. Namun memang dasarnya bukan hari yang baik untuk Lavanya tiba-tiba gerbang tertutup rapat sepenuhnya sehingga membuat dia mengerem mendadak secara tiba-tiba.
"Ck lu tuh ga mikir apa itu ngebahayain gue" ucapnya marah pada dua orang yang saat ini berada di balik gerbang tersebut. Sedangkan salah satu dari mereka hanya menatap nya dengan tatapan datar dan sesekali melirik tajam kearahnya.
"Kamu terlambat kak Vanya" jawab perempuan yang saat ini berada di hadapannya sedangkan laki-laki di sebelah nya memilih diam dan sesekali melirik nya dengan tajam.
"Engga orang cuma beberapa detik doang, lagi pula gue kan udah kasih klakson, kenapa ga lu tungguin"
"Sama aja telat kak" ucap perempuan yang bername Tag Tasya itu.
"Engga gue tetep ga terima ya, ayo dong buka gerbangnya nanti gue nambah telat ini" sambil sedikit merengek kepada dua orang itu yang sudah pasti anggota inti OSIS dari sekolah tersebut.
"Buka gerbangnya, dan kamu ikuti saya" ucap laki-laki yang berada di sebelah perempuan yang tadi berdebat dengannya.
Tak lama gerbang terbuka dan Lavanya masuk dengan senang hati, padahal dia tidak tahu hukum nya siap menanti. Sampai di parkiran gadis itu memarkirkan motornya dengan apik, sekolah terlihat sudah sepi mungkin kegiatan belajar mengajar akan segera di laksanakan pikirnya, dia langsung berjalan meninggalkan area parkiran, namun langkahnya terhenti saat seorang pria yang tiba-tiba berada di hadapannya dan masih sama dengan tatapan matanya yang tajam.
"Mau kemana" Tanyanya singkat.
"Mau ke kelas lah, awas minggir" jawab Vanya acuh.
"Saya sudah katakan tadi setelah anda masuk ikuti saya" ucapnya masih sambil memperhatikan gadis itu dengan wajah yang teramat datar.
"Siyi sidih kitikin tidi nye.. nye.. nyeee, alah udahlah ngapain lagi sih"
"Ck udah ikut, kamu harus di hukum" ucap laki-laki itu sambil menarik tangan Lavanya dengan kasar.
"Ihh Xabiru lu ngapain sih hah, ngeselin banget sakit bego" umpat Lavanya pada laki-laki itu.
Di katai seperti itu langkahnya terhenti dan berbalik menatap Lavanya semakin tajam sedangkan Lavanya yang di tatap seperti itu tidak ada takut-takunya.
"Mulut orang yang tidak punya sopan santun" ucapnya menusuk tajam kedalam hati.
"Siapa tuh Pak Opan dan Neng atun" ucap perempuan itu dengan tengil.
Sedangkan Xabiru tak menggubris pertanyaan konyol gadis itu, dia kembali menarik lengan Lavanya dan berjalan menuju taman belakang sekolah. Sedangkan Lavanya pasrah begitu saja, sebab dia males berargumen dengan laki-laki ini yang menurut nya terlalu kaku.
"Gausah tarik-tarik apa, gue juga bisa jalan sendiri" ketus Lavanya sambil berusaha melepaskan tangannya.
"Engga nanti kamu kabur" jawabnya sambil mengeratkan cekalan tangannya.
"Biru sakit, sialan" Rintih Lavanya sehingga membuat laki-laki itu refleks melepaskan cekalan nya dan melihat ke arah lengan yang tadi dia genggam tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Ck gue kesel ya sama lu Biru, liat tuh tangan gue memar" umpat nya dengan sewot.
"Bukan salah saya" singkat padat.
"Udahlah cepet gue suruh ngapain males gue liat lu"
"Bersihin halaman belakang ini, jangan sampai ada sampah yang terlihat lagi" jawabnya santai.
"Lu gila ya sa, ini luas banget oon"
"Ck saya tidak perduli, saya akan memperhatikan kamu dari sini"
"Tau ah ngeselin lu kanebo kering" jawab Lavanya sambil berlalu pergi dari hadapan laki-laki itu dalam hati dia ber guman "sampai kapan kita begini, lu berubah Xa"
Ya dia adalah Xabiru Putra Caraka biasa di panggil Biru oleh teman dan kerabatnya. Dia adalah teman masa kecil Lavanya sekaligus tetangga depan rumahnya dulu mereka sangat akrab sekali entah apa yang membuat laki-laki itu berubah secara tiba-tiba, terakhir mereka dekat di bangku SMP kelas VIII sudah hampir 3 tahun pria tersebut menjauh dari Lavanya, awalnya Vanya sedikit tak menerima, namun lama-kelamaan dia mulai terbiasa dengan sikap acuhnya laki-laki itu. Ya laki-laki yang irit sekali bicara dan datar, dia juga menyandang sebagai ketua OSIS sekolah ini. Salain itu dia juga salah satu murid berprestasi dan teladan, siapa yang tidak tergoda padanya sebab dia bagian dari prince charming sekolah ini. Tak ada kurang sama sekali lantas Wajar bukan jika jadi incaran kaum hawa namun tak ada satupun yang membuat nya tertarik.
"Maaf aku terlalu keras, dan menyakitimu"
Setelah selesai menjalani hukumannya, Lavanya langsung pergi meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju kelasnya. Lavanya terus berjalan melewati lorong koridor namun langkahnya terhenti saat akan memasuki kelas sebab di dalam sana terdengar suara guru yang sedang menerangkan kepada para teman-teman di kelasnya rupanya kegiatan belajar mengajar sudah di mulai. Lavanya berjalan menunduk di bawah jendela kelas karena tak ingin Ketahuan gurunya. Sebab yang mengajar di dalam sana adalah guru paling killer di SMA pelita sudah di pastikan jika ada murid yang terlambat pasti akan di hukum terlepas dia sudah mendapatkan hukuman dari anggota OSIS atau tidak, Langkah kecilnya terhenti di bawah jendela paling ujung, tepat di tempat duduknya.
"Sut.sut... sut. Karina" ucapnya dengan sedikit berbisik.
Sedangkan orang yang di panggil tak kunjung menoleh. Namun dia tetap tak menyerah sampai akhirnya teman sebangku nya itu menoleh ke arahnya dengan rasa terkejut, belum sempat dia sadar dari rasa keterjutanya tiba-tiba Lavanya langsung melemparkan tas nya tepat kepangkuan temannya itu.
"Lu ngapain bego" ucap gadis itu kepada Lavanya dengan nada berbisik
"Bantuin gue mau masuk"
"Gimana caranya?" Balas karina setengah berbisik.
Aksi keduanya di lihat oleh teman-teman sekelas namun tidak ada yang berani menegur mereka, sebab mereka tahu bagaimana caranya mencari aman, ya lebih tepatnya mereka tidak mau berurusan dengan geng Lavanya soalnya Lavanya jika sudah marah menyeramkan entah laki-laki atau perempuan dia akan tetap membasminya jika itu mengganggu untuk dia.
"Lu maju sekarang kedepan tanya tentang pelajaran pura-pura ga ngerti dan halangin tuh mukanya Bu Lusi pake badan lu" ucap Lavanya panjang lebar.
"Lu cari mati Van namanya gue ga mau ikutan"
"Ayo dong bantu gue" sambil memelas.
"Iya-iya deh, nyusahin lu Van" kesalnya.
Rencana di mulai Karina dengan rasa takut maju kedepan mendekati meja guru tersebut.
"Permisi Bu mau tanya boleh" ucapnya dengan pelan.
"Tanya apa Karina?" Jawabnya dengan menelisik ke arah Karina. Sedangkan Karina yang di perhatikan seperti itu hanya bisa menahan nafasnya.
"Gini Bu yang ini aku kurang paham, sebelumnya aku udah tanya sama Vanila tapi dia juga kurang faham dengan soal yang ini" ucap Karina dengan hati-hati.
"Bagian mana yang kamu dan Vanila tidak fahami" tanya Bu Lusi dengan lantang, sehingga etansi semua murid melihat ke arah mereka berdua, sedangkan Vanila yang merasa namanya di bawa-bawa langsung terkejut. Tapi ketika netranya melihat ke arah pintu dia faham maksud Karina saat ini. Bukan hanya Vanila tetapi seisi kelas mulai faham dengan situasinya, Ya saat ini Lavanya berusaha berjalan dengan perlahan menuju kursinya sebisa mungkin dia tidak ingin terlihat oleh gurunya.
"Oh yang ini Bu" Sedangkan Karina masih terus mengalihkan perhatian Bu Lusi, Sampe akhirnya Lavanya sudah berhasil duduk dengan tenang di tempatnya. Berhubung Lavanya duduk paling ujung jadi Bu Lusi tidak menyadari kalau di awal Lavanya belum masuk.
"Huh akhirnya Sampe juga, Selamet gue"
"Dari mana lu" tanya Vanila dengan santai, posisi tempat duduk Vanila berada di depan nya.
"Biasa telat bangun gue, di hukum juga sama si ketos kaku" jawaban dengan ketus, sebab kembali mengingat hukuman Xabiru
"Kebiasaan si lu mah" ucap Belinda yang sedari tadi diam-diam menyimak obrolan Vanila dan Lavanya
Di tengah obrolan mereka tiba-tiba Bu Lusi bersuara dengan lantang.
"Kalian masih ada yang belum faham?" Tanyanya kepada murid-murid.
"Jika belum mari kita bahas bersama, saya juga heran kenapa Vanila ikut-ikutan tidak mengerti dengan soal yang saya beri tumben sekali" Vanilla yang namanya di sebut-sebut seketika jadi salah tingkah.
"Eh iya Bu maaf" ucapnya dengan sedikit tersenyum canggung.
"Tidak apa kali ini saya maafkan, dan kamu Karina duduk kembali" perintah Bu Lusi pada Karina.
"Baik Bu terimakasih" ucap Karina sambil berlalu pergi menghampiri tempat duduk nya, dia di sambut hangat oleh senyuman manis Lavanya.
"Gila lu Van bikin gue sesek nafas aja" kesal Karina
"Eleh lebay lu, gue biasa aja tuh, eh tapi btw makasih ya hehe"
"Iya....." Belum sempet Karina membalas ucapan Lavanya sudah di kagetkan dengan suara Bu Lusi.
"Bagaimana Karina kamu sudah faham sekarang" tanya Bu Lusi secara tiba-tiba.
"Ah iya Bu terimakasih sudah mau menjelaskan kembali" jawab Karina dengan sedikit gelagapan karena masih terkejut.
"iya sama-sama, mangkanya kamu jangan terlalu sering bergaul dengan Lavanya" ucap Bu Lusi.
"Astaghfirullah kenapa Neng Vanya di bawa-bawa ya Bu" jawab nya dengan dramatis.
"Alah kamu, mana coba pekerjaan kamu sudah selesai belum" tanya Bu Lusi membuat nya seketika tegang.
" Eh ini saya lagi nulis cara baru yang ibu sampaikan tadi" jawab Lavanya dengan percaya diri.
" Hih Alesan sudah cepat kerjakan, kalian juga" perintah nya pada semua murid.
"Baik Bu" serempak
Sudah 2 jam berlalu mata pelajaran Matematika yang di gurui oleh Bu Lusi pun habis semua murid akhirnya bersorak senang dalam hati. Sebab di pelajaran berikutnya bagian geografi tidak ada guru nya mereka hanya di berikan tugas merangkum.
"Aih akhirnya habis juga masa penjajahan" ucap Lavanya asal.
"Sialan Van tadi gue nyaris mati tau ga" kesal Karina.
"Kan yang penting ga mati beneran"
"Sembarang lu kalo ngomong"
"Lu juga ngapain tadi bawa-bawa gue" tanya Vanila dengan santai.
"Hehe sorry deh" balas Karina sambil menaikkan dua jarinya.
"Lagian gue heran, lu kenapa sering banget telat" tanya Belinda yang ikut menimpali obrolan mereka.
"Gue semalam abis balapan, pulang malem" jawab nya santai.
"WHAT THE FUCK, gila lu emang boleh keluar malem" ucap Arina dengan sedikit lantang sehingga etensi semua murid melihat ke arah mereka, di perhatikan seperti itu membuat mereka tidak nyaman.
"Hehe sorry temen-temennya aku kaget ya, belajar lagi gih biar pinter" ucap Karrina sambil cengengesan.
"Pelan-pelan sinting, kaga usah teriak-teriak, gue ga budek" kesal Lavanya.
"Tau lu kaya di hutan aja" ucap Belinda sedangkan Vanila hanya menyimak, sebab dia sudah terbiasa dengan aksi teman-temannya.
"Gue perginya nya diem-diem, pulang nya manjat" balas Lavanya.
"Emang stress ini anak, kamar lu di lantai dua cok, kaga takut jatuh apa"
Obrolan mereka berempat berlanjut sampai bel istirahat berbunyi. Setelah itu mereka memutuskan untuk pergi ke kantin bersama-sama. Di sepanjang jalan mereka berhasil menarik perhatian semua murid sebab mereka terbilang bibit unggul nya SMA pelita, tak ada yang gagal sedikitpun dari mereka. Walaupun secara visual mereka sama-sama cantik tapi sifat nya berbeda-beda. Jika ada Lavanya yang bar-bar, ada juga Karina yang cerewet, sedangkan Belinda dia lebih ke galak+pedes mulutnya siapapun yang berhadapan dengannya langsung ciut karena mendengar ocehannya yang nyelekit nusuk ke jantung. Beda cerita dengan Vanila dia yang paling diam, santai dan juga pintar. Sebenarnya Lavinka juga pintar tapi hanya malas saja jika harus belajar.
Mereka berempat telah sampai di kantin namun saat mereka akan duduk, Lavanya tiba-tiba terjatuh karena terdorong dari arah belakang.
"Aihhh sialan, lu cari masalah hah" ucapnya sambil menoleh ke belakang. Ketika sudah menghadap ke belakang terlihat perempuan yang sangat dia benci dan laki-laki datar yang tadi pagi menghukum nya.
"Ups sorry aku ga sengaja loh, kamu gapapa kan?" Tanya nya dengan lembut.
"Cih najis dasar pick me, lu cari masalah sama gue" kesal Lavanya dengan lantang tiba-tiba mereka jadi pusat perhatian seluruh siswa.
Keadaan kantin yang semula berisik sekarang mulai hening, etansi semua orang mengarah pada Lavanya yang saat ini sedang bersitegang dengan perempuan yang berada di hadapannya.
"Lu sengaja kan, atau emang mata nya buta" Sarkas Lavanya.
"Aku beneran ga sengaja Vanya, kan aku udah minta maaf" Ucapnya dengan memelas.
"Alah emang gue percaya sama lu, gue tau otak lu tuh licik" Kesal Lavanya.
"Kamu ga boleh gitu Vanya, coba aja tanya sama Xabiru, iyakan Biru aku ga sengaja" Balas gadis tersebut berusaha mencari pembelaan.
Ketimbang berbicara menjelaskan, Xabiru memilih melengos dan duduk di meja kantin, tepat di sebelah keributan antara Lavanya dan Siska ketika berjalan tatapan matanya sekilas melirik ke arah Lavanya. Saat mereka sedang berdebat tiba-tiba muncul empat pria tampan yang menjadi incaran kaum hawa SMA Pelita, mereka adalah teman-temannya Aksara, yang selalu di juluki Prince Charming of SMATA(SMA Pelita)
"Wih ada apa nih mukanya pada serem-serem amet" Celetuk salah satu dari mereka yang tidak lain adalah Karelio Dipta Ganesha kembaran dari Karina Dipta Ganesha. Iya mereka adalah kakak adik yang berstatus kembar. Jika Karina memiliki sifat yang cerewet, ceria dan clingy , Karelio lebih dominan memiliki sifat humoris, usil dan mulut lemes. Cocok bukan sepasang saudara kembar itu.
"Iyah nih sampe-sampe kita datang aja tumben-tumbenan di anggurin. Di kira gue, pesona gue udah hilang" Ucap Kenzi salah satu geng mereka dengan percaya diri. Tapi memang kenyataan dari mereka berlima memang tidak ada satupun yang gagal semua sudah seperti serbuk berlian. Fyi dari kelima geng tersebut Kenzi paling playboy dan suka gonta-ganti pasanga, karena memang pesonanya benar-benar menggoda iman juga karena memang dia kapten tim basket di SMA pelita, hanya ada satu yang tidak tertarik kepada pria itu yaitu Belinda Haira Kirani salah satu sahabat Lavanya. Ralat Lavanya dan ketiga temannya juga tidak tertarik dengan pesona Kenzi.
"Huek.. Mual gue denger nya" Balas Belinda dengan sarkas.
"Ih Neng Belinda hamil kah mual-mual ke gitu, aduh bentar lagi aku jadi ayah dong" Balas Kenzi cengengesan.
"Kenzi sialan, jangan asal ngomong ya sinting, gue mual liat muka lu"
"Ck udah ribut mulu, kalian berdua gue nikahin juga lu, ini ada apa sebenernya" Sela Aditya, lengkapnya Aditya Putra Shanskara. Bagian dari Prince Charming SMA Pelita selain itu juga dia menyandang gelar sebagai Waketos. Jika ketua OSIS nya mempunyai sifat dingin dan kaku berbeda dengan wakilnya Aditya terlalu soft, humble dan positif vibes bisa di bilang masuk kedalam jajaran cowok green falg di SMA Pelita.
"Ini si pick me ngedorong gue sampe jatuh" Ucap Lavanya dengan wajah kesalnya.
"Aku kan udah bilang, aku ga sengaja tanya aja Biru" Balas gadis itu dengan wajah yang terkesan merasa terpojoki.
"Emang beneran Bi?" Tanya Arbian yang sedari tadi diam saja. Karena kenyataan memang Arbian itu pendiam dan hanya berbicara seperlunya saja sedikit bocoran dia sepupunya Lavanya anak dari adik Mommy Amara.
"Gatau, gue ga ngeperhatiin" jawab Xabiru yang tidak menggunakan bahasa formal ya benar jika bersama teman-temannya Xabiru memang tidak menggunakan bahasa baku. Dia akan berbicara formal dengan orang-orang yang menurutnya Asing sedangkan dengan Lavanya dia memang sengaja mengasingkan diri padahal sudah berteman sejak kecil, entah alasannya masih menjadi misteri bagi orang-orang terdekat mereka.
"Tapi beneran aku ga sengaja loh Biru" Balas Siska dengan wajah yang di buat-buat menjadi sedih.
Namun ketika Lavanya akan menyela ucapan Siska tiba-tiba dari arah belakang mereka datang seseorang sambil mengucap dengan sedikit ragu karena sejujurnya dia takut untuk mengatakannya, tapi dia harus berkata jujur bukan, apalagi ini berhubungan dengan Lavanya orang yang sudah dia anggap sebagai kakak nya sendiri.
"Bohong aku liat sendiri tadi Kak Sarah beneran sengaja dorong Teh.Vanya. Ucapan gadis itu seketika membuat Lavanya semakin marah dan langsung menyiram wajah Siska dengan jus alpukat yang ada di meja depan entah punya siapapun itu dia tidak perduli. Aslinya punya jus itu milik Xabiru yang baru di antarkan oleh penjaga kantin.
Perlakuan nya seketika membuat beberapa orang yang melihat itu langsung memekik karena terkejut dengan tindakan Lavanya yang secara tiba-tiba melakukan itu.
"Akhhh..... Vanya kamu jahat banget sama aku " ucap Siska sambil berteriak histeris.
"Kenapa lu ga terima, come on girl ini belum seberapa, karena tanpa sadar lu udah nyalain genderang perang sama gue, tapi emang sebelumnya pun lu selalu ngajak gue perang sih" Balas Lavanya penuh penekanan.
"Kamu yakin Hana, sama apa yang kamu omongin" Tanya Xabiru dengan lembut. Ya yang tadi berbicara itu adalah Hana adik kandung dari Xabiru yang sekarang duduk di bangku kelas X. Hana adalah gadis penurut dan lemah lembut, dia sangat menyayangi Xabiru dan Lavanya yang sudah dia anggap sebagai kakak perempuan nya. Hana memanggil mereka dengan panggilan Aa dan Teteh sebab Mamanya dan mommy Amara sama-sama orang Bandung. Yah keluarga Xabiru dan keluarga Lavanya memang sangat dekat karena orang tua mereka bersahabat, walaupun persahabatan ayahnya Xabiru dan ayahnya Lavanya sedang tidak baik-baik saja akibat perselingkuhan itu. Dan plot twist nya adalah si Siska ini adalah anak selingkuhan dari ayahnya Lavanya. Jadi tidak heran kenapa Lavanya begitu membenci Siska.
"Bohongkan, pasti Hana sengaja fitnah aku, kan kamu ga suka sama aku" Sela Siska.
"Ga usah teriak-teriakin adik gue ya sialan" Ucap Lavanya dengan sinis.
"Aku bener ko, tadi Kak Siska emang sengaja dorong Teh. Vanya, aku duduk disana liatin aksi Kak Siska. Balas Hana dengan takut sebab diam-diam mata Siska melotot kearah gadis itu tanpa orang lain sadari. Sambil dalam hati Siska bergumam "sialan nih bocah, minta di kasih pelajaran"
"Kamu kenapa sih Hana, aku tau kamu ga suka aku deket-deket kakak kamu, tapi jangan fitnah aku kaya gitu dong" Ucap Siska tanpa sadar sedikit membentak Hana, aksinya itu membuat Lavanya semakin murka, dan langsung menjambak rambut Siska dengan kencang.
"GUE UDAH PERNAH BILANG JANGAN BENTAK HANA KAYA GITU, GUE GA SUKA" Ya Lavanya sangat menyayangi Hana dia tidak terima jika ada yang mengusik adik kesayangannya.
"Eh.. eh pisahin dong" Ucap Aditya.
"Ih seru jangan di pisahin biarin aja si" celetuk Karel
"Bener kali ini aku setuju sama Abang" Balas Karina.
Lavanya menarik rambut Siska sekuat tenaga, sedangkan Siska yang tak mau kalah pun membalas nya dengan cara mencakar wajah Lavanya dan itu mengenai pipi Kanan nya suasana semakin memanas sampai akhirnya Xabiru menghentikan semuanya.
"Stoppp berhenti" Suara Xabiru sangat lantang dan menggelegar, sehingga siapapun yang mendengarnya sudah di pastikan ketakutan. Keributan pun berhenti.
"Lavanya Adhisti Mahatma, dan Kamu Siska ikut saya ke ruang BK" ucapnya dengan tatapan mematikan dan berlalu pergi meninggalkan kantin.
"Sialan Lu Vanya, rambut gue rontok semua" kesal Siska.
"Baru rambut, belum gigi lu yang gue rontokin" balas Lavanya dengan tersenyum sinis.
"Hilih tadi aja ada Biru, so soan jadi wanita lemah lembut, yang tersakiti, cih jijik" celetuk Karina.
"Diem lu, gue gaada urusan sama lu, Dan lu Hana walaupun lu adik Xabiru jangan harap gue bisa lepasin lu gitu aja" jawab Siska dengan berapi-api namun ucapannya tanpa sadar kembali menyulut emosi Lavanya sehingga Lavanya melayangkan tamparan keras kepadanya.
"Plakk....Gausah ngelunjak sebelum lu sentuh Hana lu dulu yang bakal gue basmi"
"Eh udah.. udah ko ribut lagi,, Siska mending lu ikut gue ayok" ucap Aditya yang dengan sigap maju ke tengah dan langsung menarik pergelangan tangan Siska untuk di bawa ke ruang BK. "Vanya lu juga ayo ikut"
"Duluan gue nyusul" balas Lavanya.
"Teteh gapapa kan" Ucap Hana dengan wajah khawatir.
"Teteh gapapa ko dek, kamu juga jangan takut ya kan ada Teteh, udah Teteh mau nyamperin Aa kamu dulu nanti dia ngereog" Balas Lavanya dengan senyuman hangatnya, walaupun wajah nya sudah berantakan tapi tetap masih terlihat cantik.
"Tapi muka teteh luka-luka" Balas Hana dengan tatapan sendu.
"Gapapa cuma luka kecil ini, udah ya jangan sedih, teteh pergi dulu, Rin, gue titip Nada" ucap Lavanya sambil berlalu pergi dari kantin, sepanjang jalan dia hanya sedang memikirkan bagaimana cara menutupi luka di wajahnya supaya tidak terlihat oleh ibunya, karena dari pada guru BK atau Xabiru dia lebih takut dengan ocehan Mommy nya.
"Hm, alamat ga di kasih jajan gue sama si jali (janda lincah), semuanya gara-gara si Siska sinting, dasar pick me" guman nya, namun gumanannya terhenti saat dia berhadapan dengan Xabiru, sebab tatapan Xabiru seperti elang yang siap mencabik mangsanya.
Jeng..jeng di lanjut jangan? Tunggu aja
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!