Hari ini adalah menjadi hari paling menyedihkan dalam hidup Alexa Ivanka, ketika ia sedang melakukan sebuah perjalanan bersama dengan kedua orang tuanya tiba-tiba mobil yang sedang mereka gunakan mengeluarkan api dan meledak dalam hitungan waktu beberapa detik sehingga menyebabkan nyawa orang tuanya tidak bisa terselamatkan.
Beruntung nyawa gadis itu bisa di selamatkan berkat pertolongan seorang pemuda tampan yang berhasil membawa Ivanka keluar sebelum ledakan terjadi.
Pemuda itu bernama Leon Maleva yang sedang melintas di jalan tol yang sama dan hatinya tergerak untuk menolong kecelakaan tersebut.
Dengan cepat Leon menarik tubuh mungil Ivanka keluar mobil dan membawanya pergi menjauh dari ledakan yang terjadi.
Ivanka hanya bisa memandang dari jauh melihat mobil dan tubuh kedua orangtuanya terbakar dalam kecelakaan itu tanpa bisa berbuat banyak.
Hatinya hancur dan menangis tidak menyangka dalam sekejap ia kehilangan dua orang yang sangat di cintai dalam hidupnya.
Ivanka sangat sedih dan seketika badannya menjadi lunglai seakan belum bisa menerima kenyataan yang terjadi saat ini.
Leon Maleva seorang pemuda tampan yang punya kekayaan sangat banyak dan mempunyai bisnis merajalela di mana-mana, ia mempunyai nama dan di segani banyak orang karena kekuasaannya yang sangat berpengaruh di negeri ini.
Hari ini ia berhasil menyelamatkan gadis kecil yang bernama Ivanka dari kecelakaan dahsyat yang baru saja terjadi.
Tubuh Ivanka yang lemah masih dalam pelukannya dan lewat assisten pribadinya yang bernama Tama ia meminta untuk mencari pertolongan segera.
Leon memandang wajah Ivanka yang sedang menangis sambil menatap mobil orang tuanya yang sudah terbakar hangus nyaris tak berbentuk dengan tatapan iba, karena nasib malang yang harus gadis itu terima.
Sebagai laki-laki dewasa dan seorang yang menyukai banyak wanita, ia mengakui Ivanka gadis yang cukup cantik dan menarik.
Dari mata gadis itu bulat dan tatapannya cukup tajam, hidungnya mancung, bibirnya mungil tampak kemerah-merahan.
Leon kagum akan kecantikan gadis itu, ia hanyalah seorang pria yang setiap malam menghabiskan waktu di club malam dengan bergonta-ganti wanita yang ia beli dari seorang mucikari.
Sampai sebuah mobil pemadam datang untuk menjinakkan si jago merah yang sudah menghaguskan mobil dan juga tubuh kedua orangtuanya Ivanka.
Gadis itu hanya bisa menatap dalam kesedihan dan hancur hati, kemana lagi tempat ia akan bersandar setelah ini? orang yang paling ia cintai harus pergi kepada yang kuasa dengan cara yang cukup tragis.
Tanpa sadar Ivanka menyandarkan kepalanya di dada bidang Leon karena ia butuh tempat untuk bersandar, gadis itu seperti hilang harapan dan tujuan hidup untuk saat ini.
"Siapa namamu gadis kecil?" Tanya Leon.
"Namaku Ivanka om," jawab gadis itu dengan suara nyaris tidak terdengar.
"Ivanka kecil ... Ivankaku yang malang," ucap Leon dalam hati.
"Ivanka kamu harus kuat dan aku yakin Tuhan akan bersamamu, jangan takut aku akan menolongmu jika kamu memerlukannya," kata Leon sambil memeluk gadis itu yang masih lemah.
Setelah semua si jago merah berhasil di jinakkan kedua mayat orang tuanya yang sudah hangus di bawa ke rumah sakit untuk di otopsi.
Sedangkan Ivanka berada satu mobil dengan Leon mengikuti mobil ambulan melaju di depan mobil mereka.
Tangis gadis itu sulit diredakan, di sepanjang perjalanan Ivanka terus menangisi kedua orangtuanya yang sudah tiada.
Walaupun Leon berusaha untuk menghibur namun gadis itu tetap terisak sampai dadanya terasa sesak karena kesedihan yang luar biasa.
"Ivanka kamu harus bisa menerima kenyataan, dan jadilah wanita yang kuat. Tangismu tidak mampu untuk membuat nyawa orang tuamu kembali, berhentilah untuk menangis," ucap Leon Maleva.
Tetapi Ivanka sudah tidak mau berkata-kata hanya tangisnya yang bisa mengartikan suasana hatinya saat ini.
Mengapa Tuhan memberi ia ujian seberat ini? Tak pernah terbayangkan bagaimana beratnya kehidupannya ke depan tanpa ayah dan ibunya lagi.
Bagaimana ia harus menghidupi dirinya sendiri karena Ivanka hanyalah seorang mahasiswa semester awal.
Sanggupkah ia menjalani hidupnya di hari-hari ke depan?
Kini ia hanya bisa menangis memandang mayat kedua orang tuanya yang sudah hangus terbakar, setelah melewati proses otopsi dan di mandikan tidak memerlukan waktu yang lama jenazah ayah dan ibunya di kebumikan di sebuah pemakaman umum.
Ivanka hanya bisa menatap gundukan tanah merah yang bertaburan bunga segar di bawah sana kini tubuh ayah dan ibunya di baringkan, dari debu tanah dan akan kembali ke tanah itulah kehidupan seorang manusia.
Leon Maleva bagaikan seorang malaikat sejak kecelakaan sampai selesai pemakaman ia selalu berada di samping Ivanka.
Bahkan ia sudah mempunyai rencana ingin mengajak Ivanka untuk tinggal bersama dirinya di istananya yang megah.
Ia tidak ingin Ivanka tinggal seorang diri dan Leon siap menjadi kakak untuk Ivanka, sebuah niat yang tulus dari seorang seorang Leon.
Sekalipun ia mempunyai pergaulan yang kurang baik selama ini, kebiasaannya setiap malam berada di club malam dan menghabiskan malam yang panjang dengan wanita penghibur yang bisa ia beli dengan uang ia punya.
Ia suka sekali one night stand dengan para wanita-wanita yang ia temui di club malam untuk memuaskan napsunya, Leon punya gairah **** yang cukup tinggi.
Sekalipun umur Leon sudah terbilang cukup untuk berumah tangga tetapi ia tidak ingin berkomitmen terhadap sebuah pernikahan tetapi lebih suka bermain-main dengan wanita di luar sana.
Melihat Ivanka sudah bangun dan hendak pergi dari makam kedua orang tuanya, Leon langsung menghampirinya.
"Ivanka ikutlah bersamaku, aku akan menjadi kakak bagimu dan tinggallah di rumahku aku akan menjagamu," ucap Leon sambil menggenggam tangan gadis itu.
"Aku tidak ingin merepotkan om, aku bisa sendiri om," sahut Ivanka.
"Tidak aku akan menjagamu dan aku sudah bersumpah untuk itu, dengan nyawaku aku akan menjaga kamu. Jangan pernah menolak permintaanku, aku serius untuk menjadikan kamu sebagai adikku," kata Leon lagi.
Melihat Leon yang nampak tulus akhirnya Ivanka setuju dengan permintaan pria itu, karena gadis itu tidak mempunyai saudara yang lain untuk bisa ia minta pertolongan.
Leon adalah penolong bagi dirinya saat ini, sumpah demi apapun Ivanka sangat bersyukur bisa bertemu dengan Leon yang murah hati dan mau membantu dirinya di saat dirinya butuh sebuah pertolongan.
Akhirnya Ivanka berkemas dari rumahnya membawa semua keperluannya untuk tinggal di rumah Leon yang sudah mirip sebuah istana kaisar, besar dan megah begitulah rumah Leon yang baik hati, tampan dan kaya raya.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Jangan lupa buat bantu vote, like, dan komen kalau kalian sehabis membaca.
Karya ini bisa rilis berkat bantuan teman-teman aku yang baik hati membantu memikirkan alur ceritanya.
Semoga kalian suka ya dan bantu share dan promo juga
Tepat saat sang surya mulai terbenam, mobil mahal keluaran terbaru berwarna hitam metalic, berhenti pada sebuah halaman rumah yang nyatanya lebih layak disebut istana. Pilar-pilar yang kokoh dan desain yang mewah dengan taman yang luas terpampang nyata dan memanjakan mata. Seorang pelayan wanita tanpa diberi aba-aba dengan segera menyambut dan membukakan pintu untuk penumpang mobil tersebut yang tak lain adalah Alexa Ivanka dan juga Leon Maleva, majikannya.
"Selamat datang, Tuan. Selamat datang, Nona," sapa pelayan tersebut dengan ramah. Semua pelayan yang ada di istana megah Leon diberi pendidikan dan tata krama baik dalam menjamu majikan maupun tamu-tamu Tuannya, jika ada satu pun yang bersikap tidak sopan maka dia juga harus siap untuk ditendang dari dalam istana ini dengan tidak hormat.
Alexa Ivanka terdiam mematung seraya menyapukan pandangan matanya di sekeliling rumah Leon. Sungguh mengagumkan. Pikirnya. Ini tiga kali lipat lebih besar dari rumah orang tuanya. Ivanka merasa dirinya bak seorang gelandangan yang dipungut oleh pangeran kaya raya. Entah bagaimana jadinya bila tidak ada Leon yang datang dan menjelma bak malaikat bersayap yang menyelamatkan hidupnya.
"Ayo masuk, Vanka!" perintah Leon membuyarkan lamunan gadis berumur delapan belas tahun tersebut.
"Eh iya, Om," sahut Ivanka dengan terbata-bata.
"Jangan panggil aku om! Panggil aku kakak!" pinta Leon kemudian melemparkan senyum terbaiknya pada Ivanka.
Ivanka membalas senyum Leon, "I~iya baiklah, Kak," balasnya menyetujui.
"Ayo kita masuk!" Leon mengulang ajakannya.
Ivanka dan Leon berjalan beriringan masuk ke dalam rumah megah Leon. Di belakang mereka ada seorang pengawal pribadi Leon yang membawakan barang-barang milik Ivanka. Ivanka mengikuti langkah kaki pria yang ada di sampingnya tanpa banyak berkata. Kematian kedua orang tuanya tak khayal membuat trauma dan membekas di pikirannya. Lagi-lagi dia tatap lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya itu dengan mata berkaca-kaca. Terima kasih Engkau mengirimkan malaikat yang begitu baik untukku, Tuhan. Kata Ivanka dalam hati seraya menyeka air matanya yang masih setia menetes membasahi wajah ayunya.
"Vanka, ini kamar kamu," kata Leon saat langkah kakinya terhenti tepat di depan sebuah kamar.
Leon membuka pintu ruangan berukuran sepuluh kali sepuluh meter tersebut dan menggandeng Ivanka untuk masuk lebih jauh ke dalamnya. Lagi-lagi Ivanka dibuat takjub dengan kemewahan istana Leon, arsitektur yang glamor dengan ornamen berwarna serba emas menghiasi tempat yang akan menjadi kamar pribadinya tersebut.
"Apa kamu suka kamarmu?" tanya Leon. Lelaki tampan berumur dua puluh delapan tahun itu kini duduk di atas ranjang sambil menatap Ivanka yang terperangah dengan fasilitas yang ada di dalam kamarnya.
"Semua perabot rumah tangga bisa masuk ke dalam kamar ini? Ini seperti satu unit rumah bukan seperti kamar pribadi, Kak. Kurang kompor dan mesin cuci saja yang tidak ada di sini," ujar Ivanka dengan kagum.
"Ya inilah rumahku, Vanka. Semoga kamu betah tinggal di gubugku ini," ucap Leon merendah.
"Kalau ini gubug lalu rumahku apa, Kak? Kandang burung perkutut?" tanya Ivanka dengan lugunya membuat Leon tertawa.
"Tidak perlu seperti itu, Vanka! Di atas langit masih ada langit, masih banyak yang jauh lebih kaya dari aku," papar Leon dengan gaya bicaranya yang santai.
"Terima kasih sekali lagi aku ucapkan padamu, Kak. Aku tidak tahu bagaimana hidupku bila kamu tidak ada," terang Ivanka. Gadis malang itu menundukkan kepalanya. Lelehan air mata kembali membasahi wajahnya. Ivanka menyeka cairan bening itu berulang-ulang hingga akhirnya Leon beranjak dari tempatnya dan membantu mengusap air mata Ivanka.
"Jangan menangis lagi! Kedua orang tuamu tidak akan bahagia melihat anaknya terus-terusan bersedih," nasehat Leon dengan sangat dewasa. Kedua tangannya masih menempel pada pipi Ivanka.
Ivanka mendongakkan kepalanya agar bisa leluasa menatap mata Leon, "Apa menurut Kakak orang yang meninggal dalam kecelakaan yang tragis arwahnya akan tenang dan bahagia di sana? Apa Papa dan Mamaku akan bahagia di alam sana?" tanya Ivanka pada Leon.
"Semua tergantung denganmu. Jangan pernah putus mendoakan mereka dan mulai menata hidup yang baru dengan semangat, maka mereka pun akan bahagia di sisi Tuhan. Air matamu ini tidak ada gunanya, Vanka." Jawab Leon sambil menatap wajah Ivanka.
Ivanka mencerna kata-kata Leon, memasukkannya ke dalam hati yang paling dalam hingga akhirnya dia sadar kalau perkataan Leon adalah benar. Orang yang sudah tiada tidak akan pernah kembali meski kita menangis hingga berdarah-darah sekali pun. Hanya doa dan keikhlasan yang bisa kita upayakan sebagai makhluk yang masih bernyawa.
"Iya, Kakak benar. Aku berusaha untuk tidak menangis lagi. Aku harus tumbuh menjadi wanita dewasa yang kuat." Sahut Ivanka sambil mengusap air matanya.
"Berapa umurmu?" tanya Leon.
"Delapan belas tahun kak," jawab Ivanka.
Leon tertawa, Ivanka menautkan kedua alisnya hingga keningnya nampak berkerut-kerut. Dia tidak mengerti bagian mana yang membuat lelaki itu menjadi geli.
"Kenapa, Kak?" tanya Ivanka kebingungan.
Leon mengacak-acak pucuk kepala Ivanka dengan gemas, "Dasar anak kecil," ledek Leon.
"Memang berapa umur, Kakak?" tanya balik Ivanka.
"Tebak saja!" Jawab Leon sambil tersenyum.
"Empat puluh tahun," kata Ivanka.
"Astaga! Apa aku setua itu di matamu, Vanka? Pantas saja kamu memanggilku om tadi," balas Leon sambil terkekeh.
"Maafkan aku, Kak," ucap Ivanka sambil malu-malu.
"Umurku dua puluh delapan tahun Vanka," balas Leon sambil tersenyum devil.
"Kakak sudah berumah tangga pasti." Ivanka menebak status Leon.
"Rumah tangga? Itu omong kosong menurutku. Aku tidak mau terikat dengan aturan dari seorang istri yang mencekik leherku. Aku mau bebas, Vanka," terang Leon seraya memasukkan kedua tangan di dalam saku celananya. Gayanya ini membuat Leon terlihat lebih cool.
"Iya baiklah. Itu urusan pribadi Kakak," balas Ivanka memilih untuk tidak terlalu dalam ikut campur privasi Leon.
Leon melihat jam yang melingkar di tanganya, "Mandi dan bersiaplah! Tiga puluh menit lagi akan ada pelayan yang datang kemari untuk mengantarmu ke meja makan. Sudah waktunya makan malam, Vanka. Tapi jangan mencariku karena aku harus segera pergi."
"Kakak mau kemana?" tanya Ivanka ingin tahu.
"Bekerja, Vanka," jawab Leon.
"Kakak sudah kaya raya tapi masih bekerja di malam hari?" tanya Ivanka bingung.
"Itu beda, Vanka. Kalau pagi hingga sore aku bekerja karna uang," jawab Leon sambil tertawa.
"Lalu kalau malam?" tanya Ivanka lagi.
"Kalau malam aku bekerja karena ja*lang. Hahahaha..." Suara tawa Leon menggelegar dan memenuhi setiap sudut kamar Ivanka. Gadis itu diam saja menatap lelaki dewasa di hadapannya yang tertawa terbahak-bahak.
"Ja*lang seperti seorang wanita nakal kan?" Lagi-lagi Ivanka bertanya.
"Ya. Tapi aku hanya bercanda, Vanka. Aku benar-benar harus bekerja. Baiklah. Aku tinggal ya! Semoga kamu betah di sini ya, Adikku." Leon berpamitan untuk pergi.
Ivanka mengulas senyum, "Oke, Kakak. Sekali lagi aku ucapkan banyak terima kasih. Semoga pekerjaan Kakak malam ini lancar dan semakin kaya. Amien." Ivanka mendoakan Leon dengan tulus.
Pekerjaanku malam ini tidak akan membuatku kaya Vanka, tapi justru bisa menguras uangku dan tenagaku. Tapi aku rasa kamu tidak perlu tahu tentang ini. Kamu masih terlalu polos. Pikir Leon.
"Amien. Terima kasih doanya, " sahut Leon kemudian berlalu pergi meninggalkan Ivanka.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Jangan lupa memberi komen, like dan vote setelah membaca.
Happy reading 🤗
Setelah mengantar Ivanka ke kamarnya Leon masuk ke dalam ruangan kerjanya yang ada di lantai bawah yang di siapkan khusus untuk pria itu bisa bekerja dari rumah saat ia tidak bisa ke kantor.
Di sana Leon membuka laptop dan memeriksa setiap email dan laporan yang sudah di kirimkan oleh para pekerjanya karena seharian ini ia selalu ada di samping Ivanka untuk mendampingi gadis malang itu.
Leon fokus menatap laptop yang ada di depannya, memeriksa setiap laporan dengan teliti dan ia harus berhenti ketika suara pintu di ketuk oleh seorang kepala pelayanan rumah yang memberitahukan makan malam sudah siap, akhirnya ia memutuskan untuk makan malam bersama Ivanka karena tidak tega gadis itu makan sendiri.
Leon menutup laptopnya dan bergegas menuju kamar Ivanka untuk mengajak adik kesayangan yang baru saja ia angkat untuk makan malam.
*Tok...tok...tok* pintu di ketuk.
Ivanka keluar dari balik pintu yang masih menggunakan baju handuk model kimono dan handuk yang melilit di atas kepalanya, ternyata gadis itu baru saja habis mandi belum sempat menggantikan pakaiannya.
"Kamu baru habis mandi? Cepatlah berganti pakaianmu dan aku menunggu di meja makan, kita makan malam bersama!" Perintah Leon sambil memandang Ivanka tanpa berkedip karena menurutnya adiknya itu sangat menarik dengan tampilan seperti itu.
Sebagai lelaki normal jujur ia langsung tergoda.
Lalu Ivanka langsung menutup kembali pintu kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai, ia menggunakan kaos t-shirt dan celana pendek sepaha, membuat mata Leon semakin tidak berkedip ternyata Ivanka wanita yang cukup seksi tidak kalah dengan ja*lang-ja*lang yang sering menemaninya.
"Kenapa kakak memandang aku seperti itu? tanya Ivanka melihat Leon yang sibuk menatapnya.
Pertanyaan Ivanka menyadarkan lamunannya seketika yang sudah sempat melayang sejenak berfantasi membayang tubuh seksi gadis itu, sambil mengucek matanya Leon menjawab "Aku menunggu kamu Vanka, lama sekali kamu mengganti pakaianmu," ucap Leon sambil tersenyum.
"Maaf kak aku sudah membuat kakak menungguku," sahut Ivanka.
"Ayo kita makan," balas Leon sambil mempersilakan Ivanka bergabung dengannya.
Ia mengambil piring untuk gadis itu dan mereka makan malam dengan suasana hening hanya suara dentingan sendok yang terdengar.
Leon diam-diam mencuri pandang menatap wajah polos Ivanka yang tanpa make-up dan nampak segar.
"Kenapa gadis ini terlihat sangat menarik dan cantik di mataku? Bukankah aku sudah menganggap dia sebagai adikku, kenapa sekarang hatiku seperti tertarik untuk memiliki dirinya? Tidak ... tidak kamu tidak boleh gila Leon, dia adikmu dan umurnya masih sangat kecil. Jangan kamu rusak gadis kecil yang malang ini, kamu terlalu brengsek Leon," ucapnya sendiri dalam hati.
Setelah mereka selesai makan malam Ivanka ingin segera kembali ke kamarnya, namun Leon menarik tangan gadis itu.
"Kamu mau kemana?" tanya Leon sambil memegang tangan Ivanka.
"Kembali ke kamar kak," jawab Ivanka.
"Temani kakak nonton di sini dulu, masih sore untuk kamu tidur. Aku tau kamu pasti menangis sendiri di dalam kamar kan?" ucap Leon.
Gadis itu mengangguk dan menuruti permintaan sang kakak dan mereka berdua mulai menyalakan televisi yang layarnya sangat lebar menyesuaikan ruangan tengah rumah Leon yang sangat luas.
"Jangan sedih lagi, mulai sekarang kamu adalah adikku dan aku akan bertanggung jawab terhadap hidupmu," kata Leon sambil memeluk Ivanka.
Kenapa ada getaran yang yang berbeda ketika ia menatap dan menyentuh tubuh gadis itu, dirinya seperti sedang tersengat aliran listrik membuat ia harus salah tingkah.
"Sebentar lagi kakak ingin pergi dan kamu istirahat di rumah, jika ingin sesuatu mintalah bantuan kepada pelayan yang ada di rumah ini," ucap Leon.
"Baik kak dan hati-hati di jalan," sahut Ivanka.
Setelah jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Leon meminta Ivanka untuk beristirahat di kamarnya.
Sedangkan Leon sendiri masuk ke kamarnya mengganti pakaiannya dengan celana jeans dan kaos t-shirt press body dan jaket hitam tidak lupa memakaikan topi di kepalanya, menyemprotkan sedikit parfum yang wangi maskulin membuat ia semakin tampan dan mempesona.
Leon siap berpesta di club malam bersama teman-temannya dan para ja*lang yang siap untuk menemani mereka berpesta.
Pria itu melajukan mobilnya menuju sebuah club malam yang sangat terkenal bernama black devil, setelah sampai di sana ia bergabung bersama teman-temannya yang sudah lebih dulu berada di tempat itu.
Leon duduk di depan bartender dan memesan minuman Vodka di sana lengkap dengan es batunya lalu membawanya ke meja dimana ia dan teman-temannya berkumpul, mereka siap berpesta.
Lampu yang berwarna-warni menghiasi club tersebut dan suara dentuman musik yang sangat memekakkan telinga bagi mereka yang tidak terbiasa, tetapi bagi Leon dan teman-temannya hal itu paling menyenangkan.
Leon menyalahkan sebatang rokok sambil menegak Vodka, menggoyang tubuhnya menikmati alunan musik yang di mainkan seorang DJ seksi menambah semangat Leon untuk terus bergoyang.
Para Ja*lang mulai mendekati Leon dan teman-temannya untuk menemani malam panjang mereka saat ini.
Setelah memilih seorang Ja*lang yang cukup seksi dengan baju yang memiliki belahan dada sedikit terbuka, membuat seketika juniornya langsung menegang.
Ingin ia segera merema*s gundukan gunung kembar wanita itu yang terlihat sangat montok dan menggairahkan.
Tanpa berpikir panjang Leon langsung meluma*t bibir kenyal si wanita malam tersebut dan menariknya sambil meremas panta*tnya yang terlihat berisi.
Ciuman Leon semakin panas dan dalam ia mulai mengeksplor rongga mulut wanita itu sehingga juniornya sudah benar-benar tidak kuat dan siap menyerang.
Kali ini Leon benar-benar sudah tidak tahan lagi segera ia membawa wanita ja*lang itu menuju kamar yang sudah biasa ia booking di berada di atas club tersebut.
Ia menarik wanita ja*lang tersebut dan membawanya masuk ke dalam kamar tersebut, melemparkan wanita itu di atas kasur dan segera melucuti semua pakaiannya.
Lalu wanita itu membalas dengan membuka jaket Leon dan melucuti bajunya lalu melemparkan ke sembarang tempat, membuka celana pria itu di sana juniornya sudah menegang lurus, besar dan panjang.
Segera wanita itu mengu*lum junior Leon membuat pria itu menjerit, ja*lang satu ini nampak sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pelanggannya.
Setelah Leon merasakan puas sekarang giliran ia yang menjelajah setiap jengkal tubuh wanita itu, bermain di bagian in*timnya membuat suara desahan panjang, malam ini akan menjadi malam yang panjang buat mereka berdua.
Setelah ja*langnya sudah mendesah dan menjerit panjang cairan kental bening itu sudah keluar membuat bagian sensitifnya menjadi basah.
Langsung Leon memasukkan juniornya kedalam gua sorga milik wanita itu lalu memompanya dengan gerakan cepat dan bertenaga.
Wanita itu terus mendesah dan menjerit ada kenikmatan luar biasa yang ia dapat malam ini dari seorang Leon.
Sampai jeritan panjang keluar dari mulut keduanya, Leon memuntahkan lahar panas miliknya di dalam mulut si ja*lang, ia lelaki pintar yang tidak ingin memasukkan benihnya di rahim wanita yang di beli dengan uangnya.
Mereka berdua terkulai lemas tidak berdaya, tenaganya terkuras demi pertandingan dengan wanita malamnya.
Setelah selesai Leon mengeluarkan uang dari dompetnya lembaran yang berwarna merah dan mengeluarkan cukup banyak lembarnya dan memberikan kepada si ja*lang sebagai imbalan atas service yang di berikan kepadanya, ia melemparkan uang tersebut di atas kasur lalu meninggalkan wanita itu sendiri.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Jangan lupa untuk memberikan vote, like dan komen setelah membaca ... happy reading.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!