NovelToon NovelToon

Gadis Bocil Milik Ceo Tampan

Bab 1

" Hana, ibu harap kamu juga ikut bersama ibu" ucap bu santi menggenggam tangan hana

" Maafkan aku Bu, bukan aku gak mau ikut, tapi aku lebih nyaman di sini" jawabnya lembut

" Apakah kamu yakin nak?"

" Iya Bu, aku yakin "

" Tapi kamu akan sendirian di sini, dan abangmu masih menempuh pendidikan di sana juga, apakah kamu tidak berniat untuk melanjutkan sekolah mu sama seperti bang Fahri?" Ucapnya masih berusaha membuat Hana berubah fikiran

" Gak dulu Bu, aku memang gak ada niat untuk kuliah lagi Bu" jawabnya

" Baiklah kalo begitu, maafkan ibu bukan maksud ibu untuk meninggalkan mu seorang diri, hanya saja ibu harus ikut dengan ayah budi suami ibu " ucap Bu santi

" Iya Bu gak apa-apa, aku yang harusnya minta maaf karena tak bisa ikut dengan keluarga ibu, dan aku sangat bersyukur serta berterima kasih sekali selama ini ibu, ayah dan bang Fahri sudah mau menerimaku, bahkan kalian sudah sangat baik dan menganggap ku sebagai keluarga, bahkan membiayai semua keperluan dan sekolahku"

" Kamu jangan ngomong seperti itu, ibu memang telah menganggap mu sebagai anak ibu sejak kamu masih di kandungan almarhum ibu kamu sahabat ibu, dan ini juga sebagai balasan lantaran dahulu sejak masih duduk di bangku kuliah ibu dan ayahmu sangat baik pada ibu " jawab Bu Santi mengenang kebaikan kedua orang tua Hana

" Apapun alasannya aku tetap merasa bersyukur dan berterima kasih pada keluarga ibu,  jadi kapan rencananya ibu berangkat ke jepang?" Tanya hana kemudian

" Ibu pun sama sangat bersyukur karena selama ini kamu betah tinggal bersama ibu dan keluarga ibu, dan besok pagi sekali ibu akan berangkat ke sana, ibu harap kamu baik-baik di sini dan jika ada waktu datanglah ke sana mengunjungi ibu dan ayah" ucap Bu Santi masih menggenggam tangan hana

" Iy Bu Insyaallah aku akan ke sana jika nanti aku punya kesempatan" jawab Hana tersenyum

********

   Pagi itu jam masih menunjukkan angka lima, setelah melaksanakan sholat subuh, dengan menggunakan sepeda motor maticnya, hana pun ikut ke bandara untuk mengantarkan wanita yang telah dia anggap sebagai ibunya, dengan perasaan yang sangat sedih hana mencoba untuk menahan airmatanya dan mencoba kuat agar ibu Santi tak merasa berat karena meninggalkan nya seorang diri

" Maaf Bu aku hanya bisa mengantarkan ibu sampai di sini, tolong sampaikan salam, maaf dan terima kasih ku pada ayah dan bang Fahri" ucapnya dengan suara yang bergetar karena airmata yang sedari tadi dia tahan akhirnya keluar juga

" Hana, kamu jangan nangis dong sayang, ibu jadi sedih melihat mu menangis"

" Maafkan aku Bu, aku harap ibu dan ayah sehat selalu di sana"

" Iya sayang, ibu juga berharap kamu sehat selalu dan jangan lupa selalu memberi kabar pada ibu"

" Iya, Baiklah bu jangan lupa mengabari ku begitu ibu sampai di sana"

" Iya sayang, ibu masuk ya hana, sebaiknya kamu pulang beristirahat " ucap Bu Santi berlalu setelah memeluk dan mencium gadis manis itu

   Hana masih terduduk di bangku luar bandara, dia masih menunggu pesawat yang di tumpangi ibunya terbang baru lah dia akan kembali pulang

  Hana merasa sangat sedih sebab dirinya kembali menjalani hidup seorang diri tanpa orang tua seperti dulu sebelum Bu Santi mengadopsi nya

Flashback

" Hana, kamu yang sabar ya nak" ucap seorang wanita yang merupakan tetangga rumah Hana sembari menahan tangis di sore hari itu

" Dimana ibu dan ayahku Tante? Kata Tante mereka sedang berada di ruangan itu, tapi kenapa mereka lama sekali di dalam?" Tanya hana penasaran

" Huhuhu... Kasihan sekali kamu nak" tangis wanita itu pun pecah

" Kenapa Tante menangis? Apa yang terjadi pada ayah dan ibuku?"  Tanya hana yang saat itu masih berusia 9 tahun

" Ayah dan ibumu telah meninggal nak, kamu yang sabar ya hana" tutur wanita itu masih dalam keadaan menangis

" Bohong, Tante bohong kan? Ibu dan ayahku masih hidup, mereka masih baik-baik saja, tadi pagi sebelum berangkat kerja mereka berjanji membawakan ku pizza kesukaan ku sepulang mereka kerja" ucap hana

" Tante gak bohong nak hana, dan pizza kesukaan mu mereka juga tak melupakannya, namun mereka mengalami kecelakaan setelah mereka mengambil pizza pesanan mereka untukmu" jawab wanita itu tertunduk tak sanggup menatap wajah hana

" Tidak... Tidak mungkin, Tante pasti bohong, ayah dan ibuku tidak mungkin tega meninggalkanku sendiri, Ayah... Ibu... " Teriak hana memanggil kedua orang tuanya

" Ayo kita masuk untuk melihat jenazah ayah dan ibumu nak hana" ajak wanita itu

  Dengan perasaan yang tak karuan dan takut akan kebenaran ucapan wanita itu, Hana akhirnya masuk ke dalam ruangan tempat ayah dan ibunya terbaring kaku

" Mereka adalah ayah dan ibumu" tunjuk wanita itu pada kedua jenazah di depan matanya

" Ayah..... ibu.... huhuhuhu..... bangun Bu, bangun ayah, jangan tinggalkan aku sendiri,  maafkan aku harusnya aku tak meminta pizza pada ayah dan ibu, huhuhu.... Bu bangun, ayah bangun" tangis Hana pun pecah dan berusaha membangunkan kedua orangtuanya dengan cara menggoyangkan tubuh keduanya

" Hana sudah nak iklhas kan saja mereka"  ucap wanita itu makin mengeluarkan airmata melihat anak kecil itu menangis

" Tidak, aku tidak mau, aku mau bertemu ibu dan ayahku" teriak Hana lagi dan kemudian tak lama Hana pun pingsan

*******

   Hana terbangun dan mendapati rumahnya telah ramai oleh para tetangga dan juga rekan kerja kedua orang nya sembari membaca surat yasin

" Hana, kamu sudah bangun nak" tanya seorang rekan kerja ibunya sembari mengusap air matanya

" Ayah... Ibu... Bangun.... Jangan tinggalkan aku " ucap hana menangis mendekati jenasah kedua orangtuanya yang sudah berada di dalam keranda

" Nak hana, hari sudah sore sebaiknya kita kuburkan langsung jenasah mereka" ucap pak ustadz yang merupakan imam mesjid sekaligus guru mengaji hana dan anak-anak yang lain

" Jangan pak ustadz, jangan bawa mereka aku akan sendirian jika pak ustadz membawanya" tutur hana

" Apakah kamu mau melihat ayah dan ibumu menderita karena tak di kuburkan?" Tanya pak ustadz

" Tidak pak ustadz "

" Kalo begitu izinkan bapak dan yang lain membawa dan menguburkannya ayah dan ibumu"  ucap pak ustadz langsung meminta  para remaja mesjid membantu mengangkat kedua jenasah itu ke dalam mobil ambulance tanpa menunggu jawaban hana

   Setelah sampai di penguburan, hana hanya terdiam namun airmata nya tidak berhenti keluar membasahi kedua pipinya

" Ayah... Ibu... Jangan tinggalkan aku" teriak hana memeluk gundukan tanah yang masih basah secara bergantian

" Hana ayo nak kita pulang, hari sudah gelap" ajak beberapa orang padanya

" Tidak, aku tidak mau, lepaskan aku, aku mau di sini, aku mau ikut bersama ibu dan ayahku" teriak Hana mencoba memberontak saat mereka membujuknya

Bab 2

   Malam itu hana duduk di dalam kamar orangtuanya sembari menatap kosong pada sekotak pizza yang sudah berantakan, hana bangkit dan segera membuang sekotak pizza itu ke dalam tong sampah, dan merasa jika pizza itu yang membuat kedua orangtuanya meninggal

   Seminggu setelah kepergian kedua orangtuanya, hana akhirnya harus rela menjalani kehidupan di panti asuhan, lantaran tak memiliki sanak saudara dan rumah yang selama ini dia tempati bersama  orang tuanya akhirnya di kosongkan, sebab rumah itu merupakan rumah dinas yang di sediakan oleh kantor tempat ayah dan ibunya bekerja

*******

Tak terasa sudah tiga tahun hana tinggal di panti asuhan, di sana hana menjadi anak yang sangat pendiam tak seperti dahulu, yang selalu merasa ceria dan bersemangat

  Siang itu kepala panti asuhan yang sering di panggil bunda Zahra meminta hana untuk menemuinya di kantor sebab seseorang ingin menemuinya

" Selamat siang bunda" ucap hana yang saat itu telah berusia 12 tahun

" Selamat siang, hana silahkan duduk nak" jawabnya

    Hana duduk dan menatap seorang wanita dengan mata sembab seperti habis menangis yang sedari tadi memperhatikan nya

" Bu Santi, ini adalah Hana anak yang ibu cari" ucap bunda Zahra lembut

" Lihana, sayang benarkah kamu anaknya Sekar dan Arif" tanya wanita itu Menggenggam tangan hana

" Iya benar, maaf Tante siapa ya? Dan kenapa Tante bisa tau nama orang tua saya? Apakah Tante mengenal kedua orang tua saya?" Tanya hana penasaran

" Hana, perkenalkan nama tante santi, Tante adalah sahabat dari kedua orangtuamu, maafkan tante karena baru mendengar kabar mereka, dan tante tau keberadaan mu melalui tetangga kamu" Ucapnya

" Tapi aku tak pernah melihat Tante?" Ucap Hana

" Iya memang Tante tak pernah lagi bertemu dengan mereka, setelah kamu berusia dua tahun, sebab Tante tinggal di luar negeri" jawab nya

" Mungkin kamu tidak akan percaya, tapi kamu bisa melihat foto Tante bersama ibu kamu" lanjut Bu Santi memberikan sebuah foto yang sedikit usang pada hana

" Benarkah Tante sahabat ibu aku?" Tanya nya

" Iya hana, Tante tidak bohong dan Tante yakin kamu pernah melihat foto itu sebelumnya karena Tante dan ibumu sama-sama menyimpan foto itu"

" Iya aku ingat, ibuku pernah berkata jika foto itu adalah kenangan antara ibuku dan sahabat nya"

" Syukurlah jika memang begitu, tapi hana apakah kamu mau tinggal bersama tante? Anggap saja aku pengganti ibumu" ucapnya

" Hana akhirnya mengiyakan setelah berpikir beberapa saat, sebab dia ingat jika ibunya pernah berkata jika sahabat nya itu adalah wanita yang sangat baik"

********

   Setelah beberapa bulan berpindah dari panti asuhan ke rumah Bu santi, Hana merasa sangat bahagia dan bisa melupakan sedikit kesedihannya karena kepergian orang tua nya lantaran Bu Santi dan suaminya serta seorang anak mereka sangat baik dan menyayangi hana

" Hana, mulai saat ini kamu jangan memanggil Tante dengan sebutan Tante lagi ya, ganti dengan sebutan ibu, begitu juga dengan paman Budi panggil ayah" ucap Bu Santi saat mereka sedang menyantap sarapan pagi hari itu

" Iya han, Abang juga kurang suka kalo kamu panggil ibu dengan sebutan Tante, dan ayah dengan sebutan paman, bagusan panggil ibu sama ayah, kan kamu udah jadi keluarga kita" ucap Fahri menyetujui ucapan ibunya

" Iya ayah juga setuju, rasanya canggung jika di panggil paman" lanjut pak budi

" Baiklah ibu, ayah dan bang fahri" ucap Hana sedikit malu

" Gitu dong kan enak di dengar" ucap fahri  yang memiliki usia 5 tahun lebih tua dari Hana

" Saat itu lah Hana mulai membiasakan diri memanggil ayah dan ibu pada kedua orangtuanya angkatnya hingga sekarang Hana berusia 22 tahun

Flashback end

   Hana akhirnya bangkit dari duduknya setelah menyadari pesawat yang di tumpangi ibunya telah terbang, Hana melambaikan tangan pada pesawat itu seakan ibunya melihat nya dari dalam pesawat

*******

" Motor siapa ini yang menghalangi mobilku, cepat pindahkan motor ini....!!! " ucap seorang pria dengan lantang dan meminta seorang pria yang bersamanya untuk memindahkan motor itu

Hana yang menyadari jika motornya lah yang di maksud pria itu bergegas ke area parkir

" Maafkan saya mas, tadi saya terburu-buru" ucap Hana pada pria yang sedang berusaha memindahkan motornya

" Iya mbak, gak apa-apa " jawab pria bergigi gingsul itu tersenyum

" Ohhh.... Jadi kamu pemilik motor jelek itu? Dan kamu sedang terburu-buru? Asal kamu tau jika rasa terburu-buru mu itu tak sebanding dengan waktuku yang terbuang sia-sia karena terhalang motor jelek mu itu" ucap pria yang berada di dalam mobil

" Maafkan saya pak " jawab hana tertunduk tak berani menatap wajah pria arogan itu

" Apalagi yang kamu tunggu? Cepat pindahkan motor jelek mu itu, dasar bodoh..!!!"  Ucap pria itu lagi terlihat sangat kesal

" Maafkan perkataan teman saya ya mbak" ucap pria bergigi gingsul dan segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya

" Dasar pria aneh, sombong sekali dia " gerutu hana berlalu mengendarai motor matic yang masih sangat bagus itu dan pemberian dari ayah budi

*******

" Sialan, karena gadis itu kita jadi telat" ucap pria arogan tadi sangat kesal dan membanting ponselnya di jok mobil

" Tidak, kita belum telat, aku sudah memberitahukan mereka jika meeting hari ini di tunda 2 jam lagi" jawab pria gigi gingsul

" Benarkah? Kenapa gak bilang dari tadi? Kalo begitu sekarang kamu antarkan aku ke rumah mbak Ivhana " ucap pria itu yang ternyata adalah Dylan Atmaja

   Dylan Atmaja adalah seorang pria tampan yang berusia 29 tahun dan merupakan seorang CEO di salah satu perusahaan besar milik keluarga nya. Dylan merupakan anak bungsu dari dua orang bersaudara

   Secara fisik Dylan adalah pria yang sangat sempurna karena memiliki wajah oriental yang sangat tampan, dengan tinggi badan atletis, kulit putih bersih, hidung mancung dan bermata sipit, namun sayang dia memiliki sifat yang sangat arogan dan sangat pemarah

******

   Sudah sebulan hana kini tinggal di rumah kost-kostan yang tak jauh dari tempat kerjanya, hana memang sengaja memilih kost yang dekat agar memudahkannya untuk berjalan saat pergi dan pulang dari tempat kerjanya, karena dahulu hana selalu menggunakan jasa ojol karena jarak yang agak jauh dari rumah ibu angkatnya ketika belum memiliki sebuah sepeda motor

  Sementara rumah Bu Santi kini tak ada yang menempati nya, sebab hana tidak biasa tinggal di rumah besar seorang diri, namun hana meminta pada tukang kebun Bu Santi untuk membersihkan rumah itu sebulan sekali

   Pekerjaan hana sebagai karyawan toko bakery dari pagi hingga jam 3 sore, setelah pulang hana menyempatkan diri untuk ikut kursus bahasa Korea sebab impiannya sangat ingin ke luar negeri khususnya Negeri ginseng berharap suatu hari dia akan ke sana dan bertemu dengan sang idola yang merupakan seorang anggota salah satu boy band K-Pop yang memiliki nama seperti saat kita mengangkat dua jari

Bab 3

   Hana melakukan pekerjaan apa saja yang menurutnya bisa dia lakukan, termasuk menjadi cleaning service dan kurir makanan, selama dia bisa menghasilkan uang halal dia tak akan pernah merasa malu

   Di tempat lain, Dylan sangat kesal lantaran asisten nya belum juga datang padahal dia sudah tau jika hari ini adalah jadwal Dylan untuk cek kesehatan di dokter

   Dylan memasuki lift dan segera turun ke bawah dengan wajah yang sangat tidak bersahabat

   Melihat Dylan keluar dari lift semua karyawan segera membungkukkan setengah badan mereka

" Panggil Alex sekarang juga....!!!! " Teriak Dylan sangat pantang membuat semua karyawan nya menjadi takut

" Maaf pak, saat ini pak Alex tidak dapat di hubungi " ucap salah seorang pria tertunduk dengan ponsel di tangannya

" BODOH.....!!!!! jika kalian tak bisa menghubungi nya berarti kalian harus mencarinya sampai ketemu" teriaknya lagi dengan suara yang makin lantang

" Ba- ba-ik pak" jawab pria itu meminta beberapa orang untuk membantunya mencari pak Alex yang ternyata adalah pria bergigi gingsul

" Bubar kalian semua...!!! Kalian pikir aku membayar gaji kalian untuk membungkuk seperti itu?  Dasar bodoh kalian semua...!!!"  Ucapnya duduk di sofa dan membakar sepuntung rokok mahal miliknya

  Hingga hampir 30 menit Dylan masih menunggu, namun Alex belum juga menampakkan batang hidungnya, membuat Dylan makin kesal dan membanting gelas kaca yang ada di tangan nya hingga pecah

Praaaaang....

" Alex sialan..!!! kemana saja anak itu" ucap Dylan berlalu dari kantornya setelah memecahkan gelas yang tak bersalah itu

" Pak Dylan mau kemana? Izinkan saya untuk mengantarkan anda " tanya seorang pria paruh baya yang bekerja di perusahaan Dylan

"Baiklah antarkan aku ke dokter Alvin" jawabnya berdiri di depan pintu mobil, sementara pria paruh baya itu sudah masuk di kursi kemudi terlebih dahulu

" Sialan, apa aku juga yang harus membuka pintu mobilnya?" Gumam Dylan merasa berat membuka pintu mobil untuk dirinya sendiri

   Suasana dalam mobil sangat sunyi, pria paruh baya itu pun tak berani memulai percakapan dan membiarkan CEO nya beristirahat yang saat itu sedang memejamkan mata

" Maaf pak, kita sudah sampai di tempat dokter Alvin"  ucap pria paruh baya itu namun Dylan hanya terdiam dan tak bergerak sama sekali

" Pak, pak Dylan " ucap pria itu mencoba menyadarkan Dylan

" Apa kali ini kamu akan membiarkanku membuka pintu mobil ini sendiri?" Tanyanya dengan tatapan mata yang sangat tajam

" Maafkan saya pak Dylan " jawab pria itu kemudian keluar dari mobil dan segera membuka pintu mobil untuk Dylan

" Tak usah menungguku" ucapnya langsung meninggalkan pria itu

********

" Taksi...!!! " Teriak Hana menghentikan sebuah taksi yang ada di seberang jalan tempat nya berdiri setelah mengambil ponselnya yang baru saja dia service

   Hana segera menyeberangi jalan besar untuk menghampiri taksi yang kini sedang menunggunya, tak menunggu lama Hana pun langsung masuk ke dalam taksi namun Hana sangat terkejut lantaran seorang pria telah berada dan duduk di dalam taksi itu

" Siapa kamu?" Tanya Hana

" Kamu yang siapa?" Tanya kembali pria itu yang tak lain adalah Dylan yang baru saja selesai mengecek kesehatan nya

" Kenapa kamu ada di dalam taksi ini? Aku yang lebih dulu memanggilnya"

" Tapi aku yang lebih dulu masuk dan duduk di dalamnya" jawab Dylan santai

" Gak bisa gitu dong, kan aku yang memanggil nya"

" Meskipun begitu tapi aku yang lebih dulu masuk dan duduk, jadi sebaiknya kamu keluar" ucap Dylan masih dengan santai sembari memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya

" Gak mau, pokoknya kamu yang harus keluar" teriak hana sedikit keras hingga membuat Dylan membuka mata dan menatap ke arah Hana

" Wahhhh... Kurang ajar juga nih bocah"  ucapnya memandang Hana dari atas ke bawah

" Pak, aku yang lebih dulu memanggil taksi  bapak kan?" Tanya Hana pada supir yang sedari tadi hanya terdiam

" Tapi aku yang lebih dulu masuk ke dalam taksi kan pak?" Ucap Dylan tak mau kalah

" Sudahlah.... Kalian berdua jangan bertengkar, lebih baik kalian berbagi saja, yang tujuan nya lebih dekat yang akan saya antarkan terlebih dahulu " ucap supir taksi

" Saya di jalan melati pak" jawab Hana

" Jalan saja sekarang pak, agar dia bisa turun, aku tak biasa berbagi taksi dengan orang tak tau malu seperti bocah ini" ucap Dylan kembali menyandarkan kepalanya di jok dan memejamkan matanya

" Kamu pikir aku juga senang berbagi taksi denganmu?" Ucap Hana

" Jalan sekarang pak, telinga ku sakit mendengar ocehan bocah ini" ucap Dylan

" Baiklah " jawab supir taksi kemudian melajukan taksinya

Kring.... Kring....

Suara ponsel Hana berbunyi sedari tadi hanya saja dia tak menyadarinya

" Hey bocah, suara ponselmu itu sangat menggangguku " ucap Dylan kesal

   Hana segera mematikan dan menyimpan ponselnya di bawah paha nya, sebab dia tak membawa tas yang biasa di gunakan, bahkan dia sangat malas untuk menjawab telepon lantaran kesal karena dylan

" Pak, tolong turunkan saya di depan sana ya pak" ucap Hana meminta di turunkan di tempat yang tak jauh dari tempat tinggal nya

" Di sini ya neng?" Tanya supir taksi menghentikan taksinya

" Iya pak, terima kasih ya pak, bayarannya nanti bapak minta sama dia saja"  ucap Hana menunjuk dylan dan segera berlari menjauh

" Hey bocil ponselmu ketinggalan" teriak dylan namun Hana tak mendengar teriakkan dylan karena telah jauh berlari

" Dasar bodoh, baiklah aku anggap saja ponsel ini sebagai ganti uang taksimu yang aku bayarkan" ucap dylan menaikkan kedua bahunya

******

" Hana kenapa kamu berlarian? Seperti anak kecil saja" Tegur Bu Risti pemilik rumah kost tempat hana

" Gak apa-apa Bu, hehehe" jawab hana dan segera masuk ke dalam kost-an nya

  Rumah kost-kostan Hana merupakan sebuah rumah yang terdapat beberapa kamar di dalamnya, yang memisahkan antara kamar tidur, dapur dan kamar mandi

" Oppa, apa kabarmu hari ini? Apakah semua baik-baik saja?" Tanya Hana pada seorang idolanya yang sedang tersenyum manis yang berada di dalam kamarnya namun dalam bentuk standee

" Melihatmu tersenyum manis aku yakin semua baik-baik saja"  ucap Hana tersenyum dan memeluk pria standee itu

" Ayah, ibu, hari ini aku baik-baik saja, kalian tidak usah mengkhawatirkan ku" ucap Hana pada foto kedua orangtua kandungnya

   Memang setiap hari Hana melakukan hal itu, bukan karena apa, Hana hanya ingin menghibur dan memberi semangat pada dirinya

*******

" Astaghfirullah aladzim, dimana ponselku?" Gumam Hana yang baru tersadar jika ponsel nya tak ada

" Mir, miraaa.. bisa minta tolong gak?" Ucapnya pada gadis penghuni salah satu kamar kost

" Ada apa sih Han, kok kayak panik gitu?"

" Mir, tolong kamu hubungi nomor aku ya" pinta nya

" Gak tersambung han" jawab Mira setelah mencoba menghubungi nomor ponsel hana

" Ya Allah dimana ya ponselku?"

" Coba deh kamu ingat kapan terakhir kali kamu gunakan ponselmu" ucap Mira

" Astaghfirullah aladzim, sepertinya aku melupakan ponselku di dalam taksi" ucap hana mengingat terakhir kali menyimpan ponselnya di bawah paha

" Ya ampun hana, kok bisa kamu sampai lupa ponsel mu?"

" Aku juga gak tau"

" Udah ada yang ngambil tuh han, iklhasin aja" ucap Mira kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya

   Hana merasa sangat sedih dan bodoh karena telah melupakan ponsel ya, bukan karena soal ponsel, namun di dalam ponselnya ada banyak foto kedua orang tuanya dan juga foto kenangan nya bersama keluarga Bu santi,  padahal baru saja di mengambil ponsel dari tukang service

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!