Di dunia ini, ada satu aturan tak tertulis yang semua orang patuhi: Jangan pernah menantang Raja Iblis.
Ratusan tahun telah berlalu sejak makhluk-makhluk kegelapan menguasai dunia. Kerajaan-kerajaan runtuh, para pahlawan tumbang, dan manusia hanya bisa bertahan di wilayah-wilayah kecil yang terlindungi. Semua orang tahu bahwa perlawanan adalah hal yang sia-sia. Semua… kecuali satu orang.
Di sebuah desa kecil di tepi hutan, seorang pemuda berambut hitam berantakan duduk di atas atap rumah, menatap langit sore dengan ekspresi santai. Namanya Halim.
Ia tidak terlihat seperti pahlawan, karena memang ia bukan pahlawan. Tubuhnya kurus, dan cara bicaranya sering membuat orang mengira ia selalu mengantuk. Tapi ada satu hal yang membuatnya berbeda dari kebanyakan orang, yakni ambisinya untuk mengalahkan Raja Iblis.
Bukan karena balas dendam. Bukan karena dendam keluarga. Bukan pula karena warisan takdir seperti dalam dongeng.
Ia hanya merasa harus melakukannya.
Sepuluh tahun lalu. Saat masih kecil, Halim pernah bertemu dengan seorang petualang tua di pinggiran desa. Orang itu penuh luka, bajunya compang-camping, dan matanya lesu.
Dengan suara lemah, pria itu bercerita tentang dunia yang dulu pernah memiliki harapan, bagaimana para pahlawan berusaha melawan kejahatan, memberontak kepada para penguasa iblis, dan bagaimana mereka semua akhirnya gugur satu per satu.
..."Anak muda… dunia ini… butuh seseorang yang bisa mengakhirinya…"...
Lalu, pria itu meninggal.
Mungkin kebanyakan orang akan menganggap itu sebagai omong kosong terakhir dari orang yang sekarat. Tapi bagi Halim kecil, kata-kata itu terukir dalam pikirannya. membuahkan satu ambisi besar untuk mengalahkan Raja iblis dan menciptakan kedamaian.
Saat itu ia belum memahami arti sebenarnya. Namun seiring waktu berlalu, ketika melihat dunia semakin kacau, mendengar cerita tentang ketidakadilan, melihat orang-orang menyerah tanpa mencoba, Halim akhirnya mulai menyadari sesuatu:
..."Kalau tidak ada yang bisa melakukannya, maka akulah yang akan melakukannya"...
Tentu saja, banyak orang yang menertawakan ambisi bodohnya itu.
..."Raja Iblis itu tak terkalahkan!"...
..."Kau bahkan tidak bisa mengangkat pedang dengan benar!"...
..."Mana mungkin kau seorang diri bisa melawan mereka?!"...
Halim tidak peduli. Ia bukan seorang pendekar. Ia bukan seorang pangeran. Pun dia bukan seorang pahlawan. Tetapi pahlawan bisa hadir dimana saja.
Ia tahu ada cara untuk menang. Ia tahu bahwa kekuatan bukan satu-satunya yang menentukan hasil pertempuran. Ia tahu bahwa jika semua orang gagal, itu berarti mereka hanya belum menemukan cara yang tepat.
Dan di sinilah ia sekarang bersiap memulai petualangannya, dengan satu tujuan yang tertanam dalam pikirannya:
Menjadi orang pertama yang mengalahkan Raja iblis.
Dan kalau bisa, melakukannya dengan cara yang keren.
.........
Pagi hari, Halim berdiri di tengah ruangan yang penuh dengan kertas berserakan. Di meja kayu yang hampir roboh, ada tumpukan buku tentang strategi perang, teori sihir, dan sejarah dunia.
Ia mengambil salah satu kertas dan membaca catatannya:
Raja Iblis memiliki sepuluh jenderal.
Setiap jenderal berasal dari ras yang berbeda.
Mereka punya kekuatan unik masing-masing.
Kebanyakan pahlawan gagal karena bertarung tanpa strategi.
...Halim mengusap dagunya....
...“Kalau dipikir-pikir… aku masih belum tahu cara mengalahkan mereka. Aku tidak boleh melawan mereka langsung tanpa persiapan.”...
Ia melangkah ke lemari dan mengambil kantong kecil. Isinya?
Uang tabungan yang hanya cukup untuk bertahan sebulan.
...Halim menghela napas....
...“Baiklah, sepertinya aku harus mencari pekerjaan dulu sebelum bisa menyelamatkan dunia.”...
..........
Dengan tas kecil di punggung, Halim berjalan ke luar rumah. Beberapa tetangga melihatnya dengan tatapan heran.
...“Kau mau ke mana, Halim?” tanya seorang pria tua....
...“Mau menyelamatkan dunia!” jawab Halim sambil berlari ke suatu tempat....
...Pria itu terdiam sejenak, lalu tertawa....
...“Kau memang selalu bercanda. Hati-hati di jalan, Nak!”...
Desanya bukan tempat yang kaya. Banyak anak-anak kecil bermain di jalan dengan pakaian lusuh. Salah satu anak berlari ke arahnya dan menarik bajunya.
...“Kak Halim, mau pergi?”...
...Halim menatap anak kecil itu dan tersenyum tipis. “Iya, ada urusan penting.”...
...“Kakak akan kembali, kan?”...
...Halim mengacak rambut bocah itu....
...“Tentu saja.”...
Anak-anak di desa ini selalu membuatnya merasa nyaman. Mereka polos, bahagia, dan tidak peduli dengan dunia luar yang kacau.
Dan mungkin… alasan lain kenapa ia ingin mengalahkan Raja Iblis adalah agar anak-anak seperti ini bisa hidup tanpa rasa ketakutan.
Dengan pemikiran itu, Halim melangkah keluar desa.
Ia tidak tahu tantangan macam apa yang menunggunya di luar sana, dan ini baru awal dari segalanya.
..........
Halim melangkah keluar dari desa dengan langkah ringan, tapi pikirannya terus bekerja. Ia tidak seperti petualang biasa yang langsung menuju medan perang tanpa rencana. Ia tahu bahwa jika ingin mengalahkan Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, ia harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
...“Aku tidak bisa melawan mereka langsung. Strategi terbaik adalah mencari kelemahan lawan.”...
Tapi untuk itu, ia butuh tempat yang tepat.
Ada tiga tujuan yang bisa ia datangi terlebih dahulu:
Perpustakaan Kota Velora – tempat terbesar untuk mencari informasi tentang sejarah, sihir, dan kemungkinan catatan tentang Raja Iblis.
Guild Petualang – meskipun ia bukan tipe petarung handal, guild adalah tempat terbaik untuk mendengar rumor tentang monster dan iblis.
Pasar Gelap – sumber informasi yang lebih… tidak resmi.
Velora adalah kota terdekat dari desanya, hanya butuh setengah hari perjalanan. Namun, tidak ada yang tahu apa yang bisa terjadi di jalanan terbuka.
.........
Saat matahari mulai turun ke ufuk barat, Halim masih berjalan santai di jalan tanah yang mengarah ke kota. Hutan di sekitarnya mulai gelap, dan angin malam mulai berembus.
Di saat itulah, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya.
...“Tsk. Dasar ceroboh.”...
Dari balik semak-semak, tiga pria bertubuh besar muncul. Salah satu dari mereka memiliki bekas luka di pipi, yang lain memakai jubah lusuh, dan yang terakhir membawa pisau kecil.
...“Hentikan langkahmu, bocah,” kata pria berjubah....
...Halim menatap mereka sebentar....
...“…Kenapa?”...
...“Serahkan uang dan barang berhargamu. Ini perampokan.”...
...Halim menghela napas, lalu menepuk dahinya. “Aku benar-benar harus lebih waspada…”...
...Pria dengan bekas luka tertawa. “Setidaknya kau sadar. Ayo, cepat!”...
...Tapi bukannya takut, Halim justru terlihat bosan....
...“Aku punya satu pertanyaan,” katanya sambil menatap mereka....
...“Apa?” tanya pria yang membawa pisau....
...Halim menunjuk mereka bertiga....
...“Kalian sudah pasti akan kalah, jadi kenapa masih mencoba?”...
...Ketiga pria itu terdiam....
...“…Apa?!”...
...“Kalian menghadang seseorang yang jelas lebih pintar dari kalian, yang sudah memikirkan semua kemungkinan sebelum ini terjadi.”...
...Mereka saling pandang, lalu tertawa....
...“Haha! Omong kosong! Kau hanyalah pemuda kurus tanpa senjata! Apa yang bisa—”...
...Tiba-tiba, ledakan asap memenuhi udara....
...BAM!!...
...“UWAH! APA INI?!”...
Halim sudah menghilang dari tempatnya berdiri. Dari kejauhan, suaranya terdengar samar-samar.
...“Sebenarnya aku juga tidak tahu apakah rencanaku akan berhasil. Tapi yang jelas, kalian sudah kehilangan target kalian.”...
Saat asap menghilang, ketiga pria itu hanya bisa melihat jalan kosong.
...“…Bocah sialan!”...
Namun, mereka tak menyadari bahwa Halim masih ada di sekitar mereka, mengamati dari balik pepohonan.
...“Baiklah, jadi perampok kecil-kecilan di daerah ini masih aktif. Aku harus memperhitungkan itu ke depannya.”...
Dengan tenang, ia kembali berjalan ke arah Velora.
..........
Saat fajar mulai menyingsing, Halim akhirnya mencapai gerbang Kota Velora. Kota ini adalah salah satu pusat perdagangan di wilayah barat, dengan bangunan batu berjejer rapi dan jalanan ramai dengan para pedagang serta petualang.
Ia langsung menuju Perpustakaan Velora, tempat yang terkenal memiliki catatan sejarah paling lengkap.
Namun, saat ia hendak masuk…
...BRAK!...
Seseorang menabraknya dari samping!
...“Ugh!”...
Halim hampir jatuh, tapi dengan cepat menyeimbangkan tubuhnya. Di depannya, seorang gadis dengan rambut cokelat panjang berpakaian seorang petualang terjatuh duduk di atas tanah.
...“Aduh… Maaf!”...
...Halim mengangkat alis....
...“Kau baik-baik saja?”...
Namun, gadis itu tidak menjawab. Matanya melebar, lalu dengan cepat berdiri dan mulai berlari lagi!
...“…Aneh.”...
Saat ia hendak melanjutkan langkahnya, tiba-tiba dua pria berbaju besi datang berlari ke arahnya.
...“Kau melihat seorang gadis berambut cokelat lari ke arah sini?”...
Halim berpikir sejenak. Ia bisa saja berkata jujur, tapi nalurinya berkata bahwa ini bukan urusannya.
...“…Tidak.”...
Pria itu menggeram, lalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
...Halim hanya menghela napas....
...“Aku baru saja tiba, tapi sudah melihat sesuatu yang aneh. Ini bisa jadi menarik.”...
Tanpa membuang waktu lagi, ia masuk ke perpustakaan, siap mencari jawaban tentang Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya.
Kota Velora terbangun dengan riuh. Sinar matahari pagi menembus sela-sela awan, memancarkan cahaya yang menyapu jalan-jalan berbatu di tengah kota. Pedagang di pasar mulai menata barang dagangan mereka, sementara petualang dan pengelana berlalu-lalang, dengan langkah cepat dan penuh semangat. Suasana ini hampir terasa biasa bagi banyak orang.
Dia menatap bangunan megah yang berada di depan perpustakaan Velora. Gerbang besar yang terbuat dari kayu dan baja terbuka lebar, seperti mengundangnya masuk.
...“Ini dia.”...
Halim berdiri sejenak di depan pintu masuk, merasakan udara pagi yang segar. Perpustakaan ini bukan sekadar tempat untuk membaca buku. Di dalamnya tersimpan ratusan tahun pengetahuan, catatan sejarah dunia, dan siapa tahu mungkin ada sesuatu yang bisa membantunya untuk mengalahkan Raja Iblis.
Ketika melangkah masuk, aroma kayu dan kertas tua langsung menyambutnya. Di dalam, rak-rak tinggi penuh dengan buku-buku, gulungan kertas, dan berbagai benda kuno lainnya. Suasana sunyi begitu kental, hanya terdengar suara langkah kaki dan bisikan lembut dari penjaga perpustakaan yang sedang berkeliling.
Halim mendekati meja informasi di mana seorang pustakawan wanita yang tampak sibuk sedang menyusun beberapa gulungan buku.
...“Permisi,”...
Suara Halim terdengar pelan, tapi cukup jelas untuk menarik perhatian pustakawan itu.
...Wanita itu mendongak, lalu tersenyum ramah....
...“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”...
...Halim menggaruk kepala, sedikit ragu....
...“Saya… sedang mencari informasi tentang Raja Iblis dan bawahannya.”...
...Pustakawan itu mengangkat alis, tampak berpikir sejenak....
...“Itu bukan topik yang biasa dicari orang. Tapi… ada beberapa catatan yang mungkin relevan di ruang arsip.”...
Tanpa berkata lebih banyak, pustakawan itu berjalan menuju sebuah lorong panjang yang membawa Halim ke bagian belakang perpustakaan. Di sana, rak-rak buku lebih banyak yang berdebu dan tampak tidak tersentuh. Mereka berhenti di depan sebuah pintu besar yang terkunci. Pustakawan itu memasukkan kunci, lalu membuka pintu dengan pelan.
...“Silakan masuk. Mungkin semua buku yang berhubungan dengan sejarah kegelapan ada di sini.”...
Halim mengangguk dan melangkah masuk. Begitu ia berada di dalam, sekelilingnya dipenuhi oleh buku-buku tebal yang tertata dengan rapi. Berisi informasi semacam sejarah, artefak kuno, sihir terlarang, kerajaan kegelapan, nama para penguasa kerajaan terdahulu dan lainnya. Namun, Halim hanya mencari petunjuk tentang Raja Iblis.
Dia mulai memindahkan beberapa gulungan kertas, membuka buku-buku besar yang berisi teks-teks kuno, namun tak menemukan apa-apa yang benar-benar berarti. Hingga akhirnya, matanya tertumbuk pada sebuah buku besar yang tergeletak di sudut meja.
...“‘Kegelapan Abadi: Catatan Sejarah Raja Iblis dan Legenda Sepuluh Jenderalnya…”...
Halim membaca judulnya pelan, merasa ada sesuatu yang berbeda. Dengan hati-hati, ia membuka halaman pertama.
Buku itu memuat catatan tentang asal-usul Raja Iblis yang pernah menguasai dunia. Namun, tak ada yang menyebutkan kelemahan mereka, hanya kisah tentang pertempuran-pertempuran panjang yang memusnahkan banyak bangsa. Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya digambarkan sebagai makhluk yang hampir tak terkalahkan, memiliki kekuatan yang melampaui batas.
Halim merasa sedikit frustasi. Tidak ada yang baru di sini.
Namun, hal yang menarik adalah kisah tentang seorang “petualang terakhir” yang berhasil menyegel salah satu jenderal Raja Iblis. Meski tak banyak yang diketahui tentang sosok ini, ada petunjuk tentang kekuatan jenderal tersebut:
...‘Kekuatan dibangun dari perasaan dan emosi yang paling dalam.’...
...“Jadi, kekuatan mereka mungkin berasal dari sesuatu yang lebih… emosional?” gumam Halim, memikirkan kemungkinan itu....
...“Jika begitu, apakah mereka benar-benar tak terkalahkan dengan sihir biasa?”...
Sebelum ia bisa melanjutkan, terdengar suara langkah kaki cepat mendekat dari belakang. Halim berbalik dan melihat pustakawan wanita itu kembali.
...“Ada yang mencurigakan di luar. Seseorang mencari buku ini.”...
...Halim mengernyit. “Maksudmu, ada yang datang mencari buku ini?”...
...Pustakawan itu tampak gelisah. “Ada seorang pria yang saya rasa tidak berasal dari kota ini. Ia membawa tanda yang saya kenal. Saya khawatir dia datang bukan dengan niat baik.”...
Halim berpikir cepat. Ini bisa jadi masalah besar. Jika ada seseorang yang juga tertarik pada buku itu, berarti mereka mungkin menginginkan hal yang sama seperti dirinya? Tapi siapa orang ini?
...“Terima kasih, saya akan pergi sekarang.”...
Tanpa menunggu lebih lama, Halim mengambil buku itu dan melangkah keluar. Hanya dalam hitungan detik, dia melintasi lorong dan menuju pintu utama, matanya tetap waspada. Begitu dia keluar dari perpustakaan, pemandangan kota Velora yang sibuk kembali menyambutnya.
Di kejauhan, dia melihat seorang pria berpakaian gelap berdiri di pintu masuk perpustakaan, memperhatikannya dengan tajam. Pria itu tidak langsung bergerak, tapi matanya seolah menyuruh Halim untuk berhati-hati.
Halim menahan napas, lalu dengan cepat memasuki gang kecil di sisi kiri. Tidak ada waktu untuk bermain-main.
Di gang sempit itu, Halim berlari cepat, mencoba memikirkan langkah selanjutnya. Siapa pria itu?
Saat tiba di ujung gang, ia mendapati pintu sebuah kedai yang sedikit terbuka. Tanpa ragu, Halim masuk ke dalam. Kedai itu tampak biasa, tetapi ada sesuatu yang berbeda dari bau pedas rempah yang menyelimuti udara.
Di dalam kedai, seorang wanita berdiri di balik meja kayu. Wajahnya terhalang sebagian oleh rambut hitam panjang, dan matanya yang tajam memperhatikan Halim dengan serius.
...“Selamat datang. Apa yang bisa saya bantu?”...
...suaranya rendah, namun tegas....
...Halim mengamati wanita itu....
...“..., Aku sedang mencari informasi. Tentang… Raja Iblis.”...
...Wanita itu tidak terkejut, hanya mengangkat alisnya. “Kamu bukan orang pertama yang menanyakan hal serupa. Ingin tahu lebih banyak, kan?”...
...“Ya.” Halim menjawab singkat, kemudian melangkah lebih dekat ke meja itu....
...Wanita itu memandangnya sejenak, lalu berkata,...
...“Kamu tidak sendirian dalam pencarian ini, anak muda. Banyak orang seperti kamu yang datang ke tempat ini. Tapi bukan semua yang mereka cari adalah kebenaran. Terkadang juga keserakahan menghancurkan mereka.”...
...Halim terdiam, merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang disembunyikan. “Apa maksudmu?”...
...Wanita itu tersenyum tipis....
...“Kau tidak tahu siapa yang benar-benar mengendalikan informasi ini. Tapi satu hal, kekuatan itu jauh lebih berbahaya daripada yang kau bayangkan.”...
Halim bisa merasakan ada ketegangan dalam kata-kata itu. Apakah ini peringatan? Atau ancaman?
...“Berikan aku informasi yang aku butuhkan. Aku tidak punya waktu untuk permainan.”...
...Wanita itu menatap Halim dalam diam, lalu mengangguk....
...“Baiklah. Tetapi, kau harus siap menghadapi apa yang akan datang. Ada harga yang harus dibayar.”...
Halim mengangguk, tanpa mengerti sepenuhnya apa yang dimaksudnya, ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bisa mengubah seluruh pencariannya… dan mungkin juga seluruh dunia.
Di kedai yang terasa sepi dan penuh misteri, udara begitu tebal. Halim duduk di meja yang terletak di tengah ruangan, mengamati wanita itu dengan cermat. Meski dia tak menunjukkan emosi berlebihan, ada aura tertentu yang membuat suasana semakin tegang.
Wanita itu berjalan ke rak di pojok ruangan, mengambil sebuah buku tebal, dan membukanya dengan hati-hati. Halim memperhatikan gerakannya, meski tidak tahu apa yang sedang dipersiapkan.
...“Ini bukan informasi yang mudah didapatkan,”...
...katanya sambil membuka halaman buku itu....
...“Tapi, kamu harus siap dengan konsekuensinya. Apa yang kamu cari tidak akan memberi jawaban tanpa harga yang harus dibayar.”...
...Halim menatap wanita itu dengan tatapan serius....
...“Aku tidak takut dengan harga yang harus dibayar. Aku sudah siap.”...
Wanita itu akhirnya berhenti membaca, lalu memandang Halim dengan tajam.
...“Kamu ingin tahu tentang Raja Iblis, kan? Dia lebih dari sekadar iblis biasa. Dia adalah bagian dari sesuatu yang terkutuk dan lebih gelap.Dari pada yang bisa kamu bayangkan. Sebelum kamu melangkah lebih jauh, kamu harus tahu satu hal.”...
...Halim mencondongkan tubuh sedikit, tertarik....
...“Apa itu?”...
...Wanita itu menatap buku di tangannya, lalu menutupnya perlahan....
...“Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya bukan hanya sekedar musuh. Mereka adalah bagian dari takdir dunia ini. Mereka sudah ada sejak zaman dahulu kala, menunggu saat yang tepat untuk kembali dan mengubah dunia. Setiap tindakan mereka dipenuhi dengan perhitungan yang dalam, dan setiap langkah mereka adalah bagian dari sebuah rencana yang jauh lebih besar dari sekedar kekuasaan.”...
...“Rencana? Rencana apa?” Halim bertanya, merasa ada yang ganjil....
...Wanita itu tersenyum samar....
...“Itu bukan sesuatu yang bisa kamu pahami sekarang. Tapi, percayalah, mereka bukan hanya sekedar ancaman bagi makhluk disekitarnya. Mereka juga adalah ancaman terhadap dunia”...
...Halim merasa semakin tertarik....
...“Aku tidak peduli tentang dunia ini. Aku hanya ingin mengakhiri kekejaman mereka.”...
...Wanita itu mengangguk pelan....
...“Mereka akan mengujimu, Halim. Mereka akan mencari cara untuk menghancurkanmu dengan cara yang tidak bisa kamu bayangkan.”...
Suasana di kedai semakin mencekam. Halim merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekedar pertempuran fisik yang harus dia hadapi.
...“Kau tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya?” tanya wanita itu mengalihkan perhatiannya kembali ke Halim....
...Halim mengangguk pelan....
...“Aku harus menemukan cara untuk melawan mereka. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian. Aku butuh lebih banyak informasi. Seseorang yang tahu lebih banyak tentang kekuatan mereka.”...
..."Itu benar"...
..."Maka dari itu aku butuh informasi itu! Jangan kamu uji kesabaranku dengan terus mengulur waktu!" Halim berkata dengan tegas....
...Wanita itu terdiam sejenak, seolah berpikir. “Ada satu tempat yang bisa memberimu lebih banyak jawaban. Namun, itu bukan tempat yang mudah dijangkau.”...
...“Apa itu?”...
Wanita itu tidak segera menjawab, sebaliknya, dia mengamati Halim dengan penuh perhatian, seolah sedang menilai.
...“Ada sebuah kota tersembunyi yang disebut Elyria. Kota itu adalah tempat di mana mereka yang benar-benar mengerti sihir, takdir, dan kekuatan yang lebih besar dari yang bisa kita pahami berada. Di sana, banyak yang tahu tentang Raja Iblis dan jenderalnya, tapi mereka tidak akan memberikan informasi begitu saja.”...
...Halim terkejut....
..."Elyria? Itu kota yang terlupakan. Mereka mengatakan tidak ada yang bisa menemukan kota itu.”...
...Wanita itu mengangguk....
...“Itulah sebabnya hanya sedikit yang tahu tentangnya. Tapi, jika kau ingin menemukan jawaban tentang mereka, Elyria adalah tempat yang tepat. Tapi hati-hati, Halim. Tidak semua yang ada di sana akan membantumu. Beberapa dari mereka mungkin malah menjadikanmu musuh.”...
...Halim merasa tak gentar. “Aku tidak takut. Jika itu tempat yang bisa memberikan informasi yang saya butuhkan, saya akan mencapainya.”...
...Wanita itu tersenyum, sedikit lebih lembut dari sebelumnya. “Bagus. Itu semangat yang kuinginkan. Tapi ingat, perjalanan ke Elyria tidak akan mudah. Kau akan menghadapi rintangan yang tak terduga. Dan jangan berpikir bahwa orang-orang di sana akan membantumu begitu saja. Bahkan jika mereka tahu apa yang kamu cari, mereka mungkin memiliki alasan mereka sendiri untuk merahasiakannya.”...
...Halim menatap wanita itu dengan serius. “Apa yang harus aku lakukan untuk pergi ke Elyria?”...
...Wanita itu menghela napas panjang....
...“Pertama, kau perlu mencari peta kuno yang mengarah ke sana. Peta itu tersembunyi di dalam kuil yang berada di antara pegunungan sebelah utara. Tapi kuil itu tidak seperti kuil lainnya. Itu dijaga oleh pasukan makhluk yang sangat kuat, dan hanya mereka yang terpilih yang dapat melaluinya. Peta itu adalah kunci untuk menemukan Elyria, tapi untuk mendapatkannya, kau harus siap menghadapi banyak bahaya.”...
...Halim tidak ragu sedikit pun. “Aku siap.”...
...Wanita itu kembali tersenyum....
...“Baiklah. Kau harus segera berangkat. Waktu tidak berpihak padamu saja.”...
Tanpa mengatakan apapun lagi, wanita itu melangkah ke belakang kedai dan kembali dengan sebuah tas kecil.
...“Ini peta yang bisa membantumu memulai perjalananmu ke kuil. Jangan kehilangan ini, karena itulah satu-satunya petunjuk yang kamu miliki.”...
...Halim menerima tas itu dengan kedua tangan. “Terima kasih. Aku akan memastikan untuk kembali dengan jawaban yang kamu butuhkan.”...
Dengan satu langkah, Halim meninggalkan kedai itu, dan kembali ke jalanan kota Velora yang sibuk. Namun, kali ini langkahnya lebih mantap, seolah ada sesuatu yang lebih besar menunggunya.
Sesuatu yang lebih dari sekadar pertempuran fisik dengan Raja Iblis dan jenderalnya. Sebuah takdir yang tidak bisa dia hindari. Tetapi, satu hal yang pasti, Halim tak akan mundur. Dia akan terus maju, mencari petunjuk, mengungkap misteri, dan melawan apapun yang menghalanginya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!