NovelToon NovelToon

TERBAKAR PESONA ZARA

Satu

Jijik

Itu satu kata yang menggambarkan visual Zara di mata Fatiyah. Sebagai pembaca cerpen yang berjudul "Tangisan Hati Ranu". Fatiyah sangat membenci sosok Zara yang selalu bertingkah polos, lugu, dan tersakiti. Tapi, diam diam merebut tunangan Ranu, Marvin Tenggara.

Zara selalu bertingkah seakan akan dia orang paling rapuh di dunia ini. Itu membuat Fatiyah kesal dengan tokoh Zara. Apalagi dia dengan tidak tahu dirinya mau maunya menumpang di rumah Marvin tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Ranu sendiri, orang yang selalu meledak ledak dan responnya terlalu agresif dalam bertindak. Makanya, Ranu terlihat sangat kejam saat memergoki cewek lain tidur di rumah tunangannya sendiri. Ditambah Marvin malah membela Zara segitunya. Apa tidak kebakaran hati Ranu. Meleduk! Meleduk!

Karakter Ranu yang selalu ngomong dulu baru mikir membuat dirinya selalu diposisi disalahpahami oleh orang lain. Selain itu, gilanya lagi Zara ini terlalu cengeng. Dikit dikit panik attack. Dikit dikit nangis. Dikit dikit jatuh.

Ranu sudah seperti tokoh antagonis yang sedang menyiksa tokoh protagonis. Tidak! Seharusnya tidak begitu. Aslinya, Zara yang antagonis. Mana ada cewek baik baik tapi ngerebut laki orang.

Zara juga selalu lebay menanggapi omongan Ranu. Padahal Ranu hanya memperingati Zara untuk tidak dekat dekat dengan tunangannya, Marvin.

"Zaranjing!!!! Udah gue bilang elo jangan deket deket Marvin! Kenapa masih ga ngerti ngerti sih?!" teriak Ranu sambil menunjuk wajah Zara dengan mata melotot.

"Gue, gue, gue Ran. Gue_" Zara terbata bata mendengar teriakan Ranu yang memekakkan telinganya.

"Apa?! Mau ngelak? Jelas jelas gue lihat dengan mata kepala gue sendiri Zaranjing. Elo dengan entengnya tidur di rumah tunangan gue. Lo mau rebut Marvin dari gue?" todong Ranu.

"Ran, gue ga ada maksud buat ngerebut Marvin. Gue cuma"

"Cuma apa? Cuma ga sengaja numpang tidur disini biar bisa deket deket sama cowok gue gitu? Muka elo sok polos. Tapi kelakuan elo udah kayak Tante Tante girang!" Ranu mendorong Zara hingga terjatuh ke lantai.

"Aghhh, sakit!" teriak Zara sambil mengelus tangannya yang tergores lantai.

"Cukup! Cukup Ranu! Bukan Zara yang salah disini. Gue yang bawa Zara kesini!" seru Marvin dengan tegas. Marvin membantu Zara berdiri dari lantai.

"Lo gapapa Ra?" tanya Marvin khawatir. Ia melihat Zara yang mata sudah berkaca kaca. Zara terlihat menahan tangisannya. Hal itu menyentuh sudut hati Marvin. Jiwa jiwa melindungi dalam diri Marvin terasa terpanggil untuk melindungi Zara dalam dekapannya.

"Gue, gue gapapa Vin" lirih Zara. "Ranu, gue minta maaf. Gue ga ada maksud buat ngerebut Marvin. Marvin juga cuma nolongin gue yang udah diusir dari rumah sama Mama. Gue, gue bakalan pergi dari sini kok. Maafin gue Ranu" ucap Zara sambil berusaha memegang tangan Ranu.

Ranu menepis tangan Zara dengan kasar. "Alasan! Ga usah munafik deh elo. Dari awal gue udah ngasih peringatan ke elo ya Zara. Tapi, elo selalu aja nyari perhatian sama Marvin. Oh, gue tahu, jangan jangan elo suka sama tunangan gue. Makanya elo segitu gatalnya pengen deket deket dia terus. Belaga sok polos, sok paling tersakiti, pura pura ga tahu apa apa biar dapat simpati dari Marvin gitu!" ujar Ranu dengan napas yang terengah engah menahan rasa sakit hatinya. Air matanya sudah luruh dari kelopak matanya. Membasahi pipi chubby nya yang imut itu.

Zara yang merasa dituduh seperti itu, sontak menangis terisak isak. Napasnya tersengal sengal. "Gue, gue bukan perebut Ran. Gue, gue ga ada maksud begitu"

"Lo bilang ga ada maksud begitu Zara. Tapi di mata gue itu yang elo lakuin Zaranjing! Kenapa elo ga sadar sadar sih?! Gue muak sama kalian berdua! Gue muak Marvin! Kenapa elo selalu ngebela Zara terus. Gue pacar elo. Tapi apa?! Elo selalu mentingin Zara, Zara, Zara muluk! Capek! Gue capek!" jerit Ranu putus asa.

"Gue ga ada maksud apa apa Ranu. Sayang, gue cuma kasihan sama Zara itu aja!" bentak Marvin dengan tegas. Rahang Marvin mengeras. Buku buku jarinya mengepal hingga memutih. Napasnya berat karena gejolak emosi yang berusaha dia tahan.

"Kasian? Elo bilang Kasian Vin. Elo kasian sama Zara. Tapi, elo ga kasian sama gue yang harus terus terusan cemburu sama Zara. Kenapa elo tega giniin gue terus terusan Vin? Gue ini tunangan elo dari kecil. Kita udah sama sama terus. Kita berdua kenal udah lama. Elo, bisa bisanya ngebela orang yang bahkan baru beberapa bulan elo kenal Vin?! Elo nganggep keberadaan gue ga sih sebenernya. Atau jangan jangan elo yang suka sama dia. Makanya elo ngebela Zara mati matian. Elo bahkan udah berani ngebenyak gue Vin. Padahal dulu elo ga pernah berani bentak bentak gue!" hardik Ranu membabi buta.

Ranu terus memojokkan Marvin dengan pernyataan pernyataan yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Semua tindakan Marvin yang dia lihat untuk Zara semata benar bener menggores harga diri dan hati Ranu begitu dalam.

"IYA! IYA RANU! GUE EMANG SUKA SAMA ZARA! GUE CINTA SAMA ZARA! PUAS ELO?!" aku Marvin pada tunangannya.

Tubuh Zara menegang mendengar ucapan Marvin. Ternyata Marvin juga mencintainya. Cintanya tidak bertepuk sebelah mata.

PLAK

PLAK

PLAK

Ranu menampar wajah Marvin. Emosi Ranu sudah tak terbendung. "Tega! Tega elo Marvin giniin gue! Empat tahun kebersamaan kita sia sia gitu aja gara gara pelakor ini?!"

Ranu menerjang tubuh Zara dengan cepat. Dia juga ingin menampar Zara seperti yang dia lakukan pada Marvin. Namun, Marvin sudah lebih dulu mendekap Zara ke dalam pelukannya. Hingga tamparan panas dari tangan Ranu tidak mengenai pipi Zara. Melainkan, mengenai punggung Marvin hingga menimbulkan suara tamparan yang keras dan renyah.

"MARVIN!!!" panggil Ranu emosi.

"CUKUP RANU! JANGAN SAKITI ZARA! DISINI GUE YANG SALAH!" ucap Marvin sambil terus memeluk Zara.

Napas Ranu tercekat. Dia sudah tak bisa berkata apa apa lagi. Ranu memilih memalingkan badannya. Lalu pergi dari kediaman Marvin. Ranu terus berlari dari rumah Marvin menuju jalan raya.

Baru saja dirinya menginjak aspal jalan, tiba tiba muncul sebuah mobil yang melaju kencang menabrak Ranu. Tubuh Ranu terpental sejauh 5 meter setelah badannya menabrak cap mobil.

Kepala Ranu terhantam aspal. Darah bercecer dimana mana mewarnai aspal yang hitam. Disitulah Ranu menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.

End

"BANGSAT! ZARA BANGSAT! MARVIN BANGSAT! BANGSAT KALIAN SEMUA!!! MATI AJA ELO SONO ZARANJING!" teriak Fatiyah tak terima setelah membaca ending cerita cerpen yang berjudul "Tangisan Hati Ranu". Fatiyah merobek buku cerpen tersebut hingga rusak berkeping keping demi menyalurkan semua unek-uneknya.

Fatiyah tidak terima dengan ending membagongkan yang menewaskan tokoh kesayangannya itu. Fatiyah tidak terima. Dia ingin menuntut penulis laknat cerpen ini.

Setelah Fatiyah merobek robek cerpen itu menjadi sobekkan kecil. Dia mengambil korek api dan membakar temukan cerpen tersebut ke dalam tong sampah yang ada di kamarnya. "Mati elo Zara Marvin! Mati! kalian harus nyusul Ranu ke alam baka! Hahahahaha!" tawa Fatiyah menggelegar saat melihat api sudah melahap potongan potongan cerpen tersebut.

Fatiyah meninggalkan tong sampah yang masih berisi api berkobar. Dia memilih naik ke atas kasur dan tidur. Fatiyah tidak tahu kalau tong sampahnya yang terbuat dari stainless tersenggol oleh kucingnya. Api pun melahap gorden gorden kamarnya hingga menyebar ke penjuru kamar Fatiyah.

Fatiyah terus terlelap tidur tanpa tahu kalau dirinya terjebak dalam kebakaran. Mamanya berteriak memanggil manggil namanya dari luar pintu kamar setelah melihat asap keluar dari sela sela pintu.

2

Byur

"Udah gue bilang. Berhenti deket deket sama tunangan gue, Zara!"

Fatiyah berusaha mengerjapkan matanya setelah terkena siraman es teh oleh perempuan asing di depannya. Tangan Fatiyah menghapus sisa sisa air yang ada di wajahnya.

"Gue, siapa tadi namanya yang elo panggil?" ucap Fatiyah memastikan. "Zara!!!!" teriak Ranu kesal.

"Wait, wait mbak! Calm oke. Gue bukan Zara! Terus apa apaan elo tiba tiba nyiram gue? elo siapa ha?! Lo siapa gue tanya. Siapa elo yang dateng dateng nyiram gue yang lagi tidur. Ga tahu etika banget jadi orang. Minta maaf ga elo sama gue. Cepet!" semprot Fatiyah dengan nada kesal.

Ranu menghentak hentakkan kakinya saking kesalnya dengan Zara yang tiba tiba ga nyambung. "Halah! Ga usah pura-pura amnesia ya Zaranjing! Gue ga bakalan ketipu. Jelas jelas elo tadi pagi gue lihat elo boncengan sama tunangan gue! Masih mau ngelak!" seru Ranu tak terima. "Cuih! Sampai matipun, gue ga bakalan sudi minta maaf sama pelakor kayak elo!"

Fatiyah berjalan menghampiri Ranu hingga jarak mereka tinggal sejengkal. Fatiyah merasa tak terima dengan tuduhan Ranu.. Dia makin tersulut emosinya dan membentak Ranu. "Heh BANGSAT! Gue bukan pelakor!Gue udah bilang ke elo kalau gue bukan Zara. Gue ga kenal elo. Apalagi tunangan elo. Gue dari tadi tidur disini. Elo tiba tiba nyiram gue pake es teh. Gila ya Lo! Gue Fatiyah! Bukan Zara!"

Jari telunjuk Fatiyah menunjuk-nunjuk ke dada Ranu. Bonus dengan hujan lokal yang menyiprat ke wajah Ranu dari mulut Fatiyah. Saking emosinya setiap kata yang keluar, hujan lokal mengikutinya. Jadi, sukses wajah Ranu terciprat ludah Fatiyah.

"Iiiiiuuuuuuh Zara! Ludah elo kena muka gue!!!!" jerit Ranu tak terima. Ranu sontak langsung menjambak rambut indah Fatiyah yang tergerai.

Fatiyah memekik kesakitan karena menerima serangan tiba tiba dari Ranu. Entah mengapa, air mata Fatiyah sudah luruh membasahi pipinya tanpa disadari. Fatiyah berusaha melepaskan diri. Namun, tenaganya kalah kuat dengan tenaga singa milik Ranu. Fatiyah hanya bisa memukul mukul tangan Ranu sambil merintih kesakitan. "Arghhh!. Sakit! Lepasin gue! Lepasin gue. Aduh!" ucap Fatiyah disela sela tangisannya yang sudah sesenggukan.

"RANU CUKUP!" Teriak suara laki laki yang Fatiyah tidak kenalin. Laki laki itu langsung membantu membebaskan dirinya dari tarikan maut Mak lampir yang kesetanan.

"MARVIN!!!" hardik Ranu tak terima. Ranu berniat kembali ingin menerjang tubuh Zara. Dia masih ingin melampiaskan emosinya dengan mencakar wajah sok polos itu. Tapi, kedua lengannya sudah dipegang oleh teman teman Marvin, Catur dan Detra. Keduanya sama sama menahan lengan atas Ranu hingga Ranu terangkat dari lantai.

Fatiyah tercengang syok mendengar teriakan perempuan yang menyerangnya itu. "Elo gapapa kan Zara? Ada yang sakit?"tanya Marvin khawatir. Apalagi terlihat kondisi Fatiyah yang acak acakan dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.

"Ma-Marvin? Ra-RRaanu?" tanya Fatiyah terbata bata.

Marvin makin tak tega melihat keadaan Zara yang terbata bata saking ketakutannya. Ia menangkupkan pipi Fatiyah dengan kedua tangannya. "Iya, ini gue. Lo gapapa kan. Lo diapain aja sama Ranu?" Marvin masih setia menatap mata indah Zara. Ia seperti terhipnotis seketika. Ditambah air mata yang menetes di pipi Zara membuat perempuan itu lebih seksi.

"Lepasin gue! Lepasin gue Catur! Detra! Gue masih ada urusan sama sundal itu!" Ranu berusaha memberontak dari cekalan kedua sahabat Marvin.

"Calm down baby! Tenang, oke. Kita cuma ingin lebih dekat sama elo, ya kan Tra" canda Catur.

"Apa apaan itu! Marvin! Jauhin tangan elo dari barang najis itu! Lo itu harusnya belain gue. Gue yang sakit hati disini bukan dia. Lepasin gue!!!!!!!"

Marvin tersentak. Marvin menjauhkan tangannya dari pipi Zara. "Lepasin Ranu!" titah Marvin pada mereka.

"Dari tadi kek Vin, gue udah capek nahan kekuatan bison ini. Elo masih sempet sempetnya malah main tatap tatapan sama Zara" keluh Detra.

Ranu terdiam sejenak di tempat. Matanya memandang Fatiyah penuh amarah. Sedangkan Fatiyah masih termenung sambil bergumam tak jelas di belakang punggung Marvin. Fatiyah masih berusaha mencerna semua hal yang baru saja terjadi.

Fatiyah kebingungan dengan segala kejadian yang datang mendadak pada dirinya. Seingatnya, dia sedang tertidur pulas setelah merobek dan membakar cerpen yang membuat dirinya kesal. Fatiyah tidak mengerti kenapa tiba tiba ada yang menyiramnya dengan es teh. Fatiyah kira itu kelakuan usil kakaknya. Tapi, saat dirinya membuka matanya lebar lebar. Dia malah dibentak bentak oleh perempuan asing di tempat yang Fatiyah lihat mirip seperti kantin sekolah.

Fatiyah yang kepalang emosi tentu tidak membiarkan dirinya dibentak bentak oleh bocah ingusan. Hei, dia 23 years old, oke! Dia anak bahkan sudah lulus kuliah. Tidak mungkin dia menerima dirinya diinjak injak oleh bocah bau kencur. Apa apaan dia menuduh dirinya merebut tunangannya. Helo!!!! Fatiyah ini ga suka berondong ya. Terus ini bocah pinyik bilang kalau dirinya tadi pagi dibonceng sama tunangannya.

Gila! Benar benar gila! Pikir Fatiyah. Kapan dirinya dibonceng oleh tunangannya. Padahal dari tadi dia sedang tidur. Fiks! Ini cewek kebanyakan makan kecubung!

Sudah salah! Ngeyel! Ga ada itikad baik buat minta maaf terus nuduh nuduh sembarangan. "Dia manggil gue Zara? Cowok itu tadi manggil cewek sinting ini Ranu? Terus cewek sinting itu manggil nama cowok di depan gue, Marvin? Please jangan bilang gue masuk ke dalam cerpen yang gue bakar! Ga! Ga mungkin gue jadi Zara! Ga!!!!!!" batin Fatiyah yang masih denial.

"ZARA!!!!" teriak Ranu memanggil Fatiyah yang masih termenung seorang diri. Fatiyah masih belum sadar kalau dirinya terbangun di raga Zara. Tokoh antagonis yang paling dibencinya.

Fatiyah tersentak kembali dari lamunannya. "Gue, gue, ga ada maksud apa apa Ranu! Gue ga ada rebut rebut tunangan elo!" ucap Fatiyah yang berusaha menenangkan Ranu dari balik punggung Marvin.

"Oh, sudah selesai drama amnesianya? Lo udah sadar kalau gue ini Ranu. Tunangannya Marvin! Kalau elo udah tahu itu. Ngapain masih disitu. Ga usah sembunyi sembunyi di balik punggung tunangan gue! Yang boleh lakuin itu cuma gue ZARA!!" ujar Ranu menarik tubuh Fatiyah dengan kasar. Ranu mendorong tubuh Fatiyah ke lantai dengan keras.

Jeritan kesakitan-pun keluar dari mulut Fatiyah. "Anjir! Tenaganya udah mirip gorila!" pekik Fatiyah dalam hatinya.

Refleks Marvin bergegas menghampiri Fatiyah. Ia membantu Fatiyah berdiri dari posisinya. Tak lupa dia membantu membersihkan debu debu di lutut Fatiyah. Mata Marvin terpejam erat. Dia menghembuskan napas lelah saat melihat kulit lutut Fatiyah mengelupas dan mengeluarkan darah.

"CUKUP RAN! CUKUP SUDAH!" titah Marvin mutlak. Marvin menyampirkan tangan Fatiyah ke belakang lehernya supaya ia bia memapah Fatiyah.

"Vin, tapi, tapi, dia_"rengek Ranu tak terima. Dia masih ingin memakai Zara yang sok lugu itu. "Sudah Ran. Jangan bikin gue tambah malu. Lo sadar itu ga sih? Lo udah nyelakain orang. Lihat lutut Zara sampai luka. Cuma gara gara cemburuan elo yang ga jelas itu" sentak Marvin. Pria itu sudah muak dengan tingkah posesif dan cemburuan Ranu.

"Vin, gue cuma mau dia ga deket deket sama elo lagi itu doang!" sangkal Ranu dengan suara yang mulai serak menahan tangis.

Air mata Fatiyah makin mengalir membasahi pipinya. Di tambah lututnya terluka. "Aduh kenapa gue jadi cengeng banget sih kayak anak kecil. Padahal biasanya gue jatoh dikit gapapa. Ini lagi air mata gue kenapa terus terusan keluar" batin Fatiyah.

Fatiyah menunduk menatap lantai sambil berusaha menghalau air matanya yang terus terusan keluar. Dari ekor matanya, Marvin melihat semua tindakan Fatiyah. Hal itu makin membuat suasana hati Marvin tak nyaman. Ia merasa sudut hatinya terketuk untuk menggantikan tangan Fatiyah untuk mengusap tangannya.

"Harus dengan cara anarkis seperti ini? Ranu, gue bener bener udah ngerasa ga kenal elo lagi. Ranu yang gue kenal ga bakalan ngelakuin kekerasan sama orang. Elo berubah Ran. Gue peringatkan untuk terakhir kalinya ya. Jangan libatkan orang lain ke dalam cemburu buta elo itu. Gue sama Zara ga ada apa apa. Gue tadi pagi cuma bantu dia aja, as the friend Ran. Gue ga selingkuh. Cukup untuk hari ini Ran. Gue ga mau denger atau lihat elo lagi kayak gini!" seru Marvin telak.

Marvin membantu memapah tubuh Zara ke UKS meninggalkan Ranu yang masih terdiam di kantin bersama dengan Catur dan Detra.

Draft

MARVIN

Fatiyah membaca berulang ulang name tag di dada sebelah kiri laki laki yang sedang teliti mengobatinya. Ia berusaha meyakinkan dirinya kalau orang di depannya benar benar Marvin, tokoh yang Fatiyah benci.

Bukan tanpa alasan Fatiyah melakukan itu. Fatiyah masih merasa tidak percaya kalau dirinya masuk ke dalam alur cerpen. Apalagi perlakuan Marvin yang sangat perhatian padanya membuat dirinya tambah yakin kalau dia bener benar masuk ke tubuh Zara.

"Masih sakit?" tanya Marvin pelan sambil menatap wajah cantik Zara yang dari tadi tak lepas memandang wajahnya. Kuping Marvin merah merona dari tadi. Ia salah tingkah karena dipandangi Zara. Marvin tahu, ia melihat dari ekor matanya kalau Zara dari tadi memandangnya tanpa berkedip.

"Ah, mm ya gue gapapa. Terima kasih Vin. Gue, gue minta maaf udah ngerepotin elo. Gue, gue mm juga minta maaf bikin ya itu maksudnya Ranu marah gara gara elo nolongin gue Vin" ucap Fatiyah dengan hati hati memilih kata perkata yang diucapkannya. Hal itu dilakukan supaya Marvin tidak tersinggung.

Marvin tersenyum tipis. Dia mengusap puncak kepala Fatiyah beberapa kali. "Gue yang harusnya minta maaf ke elo. Maafin gue ya, gara gara gue elo harus kena imbas cemburunya Ranu"

"Mmm maaf Vin, bisa jauhin tangan elo dari kepala gue. Jujur gue ga nyaman. Maaf ya" pinta Fatiyah tak enakan.

Marvin tersenyum kaku. Ia langsung menarik tangannya kembali. Marvin tak sadar dari tadi terus mengelus puncak kepala Fatiyah. "Sorry sorry Zara. Udah bikin elo ga nyaman"

"Ah mm gimana ya. Bukan gitu maksud gue Vin. Gue cuma ga mau kalau Ranu salah paham lagi soal kita" aku Fatiyah.

"Sekali lagi, terima kasih udah bantu gue tadi. Gue, gue pergi dulu" Fatiyah buru buru turun dari brankar UKS.

"Ya sama sama. Gue anterin ke kelas ya. Kayaknya elo kesusahan buat jalan" tawar Marvin yang berusaha mencegah Fatiyah pergi.

Fatiyah melepaskan cengkraman tangan Marvin perlahan. Dia memasang senyuman karir di depan Marvin. "Ga usah sungkan sama gue Zara. Kita kan teman" rayu Marvin.

"haha ga sungkan kok. Cuma gue udah ditungguin sama temen gue di depan. Itu dia orangnya" tunjuk Fatiyah random saat dia melihat seoorang laki laki yang berjalan sendirian di luar UKS.

Fatiyah berjalan tertatih tatih keluar UKS. "Gue duluan ya Vin. Thanks"

Marvin hendak memanggil Zara kembali. Namun, dia terdiam saat melihat Zara merangkul bahu salah satu siswa laki laki yang sudah berjalan menjauh dari UKS.

"Siapa cowok itu?" gumam Marvin pada dirinya sendiri.

Disisi lain, Fatiyah terus menerus berjalan sambil merangkul Lengkara. Awalnya Lengkara ingin marah karena dia tiba tiba dirangkul perempuan yang tak dikenal. Namun, saat dia ingin menegurnya, Kara melihat cara jalan cewek asing itu yang tertatih tatih.

Setelah dirasa agak jauh dari UKS, Zara perlahan melepaskan gandengannya. Dia menatap cowok asing itu dengan tatapan minta maaf. "Maafin gue ya. Gue terpaksa gandeng gandeng elo tadi. Gue cuma ga mau jalan sama cowok yang di UKS" sesal Zara dengan suara pelan. Fatiyah menyodorkan tangannya ke arah cowok tersebut. "Kenalin, gue Zara, nama elo siapa?" tanyanya.

Kara masih menatap cewek yang tingginya lebih pendek darinya. "Kalau gue ga mau maafin, gimana?" goda Kara dengan senyum liciknya.

"Aaa ya ga gimana gimana sih haha" ucap Fatiyah yang kagok gara-gara uluran tangannya tak disambut oleh cowok tersebut. Fatiyah hanya bisa menampilkan tawa karir untuk memecah kecanggungannya.

"Yaudah, gue pamit deh. Terima kasih sekali lagi. Maaf ya, ya pokoknya gitu" Fatiyah hendak pergi dari hadapan cowok asing ini. Sebab, Fatiyah juga agak takut dengan tampilan cowok itu yang agak mmm apa ya namanya berandalan.

Baru saja ingin melangkah pergi, tangan Fatiyah tiba tiba dicekal oleh cowok itu. "Lengkara, nama gue Lengkara. Inget itu baik baik Zara" titahnya tegas.

"Besok bawain gue bekal makanan. Gue tunggu" Lengkara pergi meninggalkan Fatiyah yang masih termenung di tempat.

"Mati gue, tadi namanya Lengkara kan? Dia antagonis laki laki yang bakal mencoba ngebunuh Zara gara gara Ranu ngadu ke dia soal Zara yang ngejebak dirinya. Aduh gimana ini? Gue harus gimana? Ayo Fatiyah berpikir. Ga mungkin elo mati untuk kedua kalinya. Masa baru dikasih kesempatan hidup disini malah mati langsung" batin Fatiyah menggerutu.

"Apa gue masakin dia bekal aja ya. Siapa tahu dia kecantol sama gue. Jadi dia bisa dilihat gue kan. Pokoknya gue harus deketin Lengkara gimanapun caranya. Gue juga harus jauhin Marvin biar alur cerpen ga berjalan seperti semestinya. Gue harus buat ending Ranu bahagia. Harus!" tekad Fatiyah dalam hatinya.

Fatiyah kembali meneruskan langkahnya menuju kelas. Ia butuh mendinginkan kepalanya supaya bisa berpikir jernih. Fatiyah butuh merencanakan beberapa hal yang dapat membuat alur melenceng. Fatiyah bertekad akan merusak alur yang dibuat penulis laknat ini.

.

.

Bel masuk berbunyi. Semua siswa yang rajin atau murid npc berbondong bondong teratur masuk ke dalam kelas. Begitupun dengan para tokoh cerpen ini. Fatiyah tersenyum tipis saat dirinya sudah masuk ke dalam kelas. Ia menghampiri tempat duduknya sebentar. Lalu, mengambil tasnya. "Ranu, tukeran tempat duduk dong sama gue, please" pinta Fatiyah dengan nada memohon.

"Apa yang sebenarnya elo rencanakan Zara? Ga puas elo ngerebut perhatian tunangan gue. Sekarang elo mau ngerebut tempat duduk gue. Oh God! Gue ga tahu alau elo serakus itu" cibir Ranu sambil menopang pipinya dengan tangan kanannya.

Fatiyah menghela napas sejenak. "Ranu, gue udah bilang kalau gue ga ada niatan sedikitpun buat ngerebut Marvin dari elo. Gue minta elo tukar tempat duduk sama gue biar elo bisa duduk sama tunangan tercinta Lo. Kurang baik apa gue neng sama elo. Jadi orang curigaan banget" sahut Fatiyah dengan memutar bola matanya.

Ranu sebenernya tak percaya dengan omongan Zara. Bisa saja ini sebuah jebakan untuknya supaya Marvin makin benci padanya. Tapi, tawaran Zara ini benar benar menggoyahkan imannya. Dia benar ingin dekat dengan Marvin.

Terpaksa Ranu mengiyakan keinginan Zara. "Oke, gue terima tawaran elo. Awas aja kalau ini cuma jebakan buat gue. Gue bakalan buat perhitungan sama elo. Camkan itu Zara!" dengan dua jarinya Ranu membuat kode kode bahwa matanya akan terus memantau pergerakan Fatiyah melalui ekor matanya.

"Oke Ran, terima kasih. Senang berbisnis dengan anda" ucap Fatiyah mengabaikan tingkah Ranu yang absrud itu.

"Bocah bocah, untung gue punya stok sabar yang banyak. Kalau enggak udah gue selengkat kerongkongannya. Syukur elo tokoh kesayangan gue. Jadi, gue harus jadi ketua fanbase Ranvin (Ranu Marvin) nomer satu" keluh Fatiyah dalam batinnya.

Fatiyah meletakkan tasnya di kolong meja. Lalu, ia mengungkapkan badannya bertumpu pada meja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!