"Selamat datang di Rajawali Indonesia, penerbangan GA-123 dari Jakarta ke Bandara Incheon, Korea Selatan.
Gerbang 17. Boarding dalam 15 menit.
Silakan membawa dokumen yang diperlukan.
Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada Rajawali Indonesia". Terdengar suara petugas menggema di area tempat Lily menunggu keberangkatan.
Lily menyeret kopernya masuk dengan sebuah tas kecil di pundaknya. Tanpa menunggu lama, pesawat yang ia tumpangi lepas landas mengudara.
Lily duduk di kursinya, memandang keluar jendela pesawat yang menunjukkan pemandangan kota Jakarta yang semakin jauh. Ia merasa sedih karena meninggalkan rumah, keluarga, dan teman-temannya.
"Kenapa aku harus pergi?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Aku tidak ingin meninggalkan semuanya ini. Aku ingin tetap di rumah, bersama orang-orang yang aku cintai."
Lily memikirkan tentang alasan mengapa ia harus pergi ke Korea Selatan. Ia ingin bekerja sebagai baby sitter di sebuah keluarga yang membutuhkan bantuan.
"Aku ingin memberikan yang terbaik untuk anak itu," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku ingin menjadi contoh yang baik dan membantu mereka tumbuh menjadi orang yang baik. Dan aku ingin memiliki bekal ilmu untuk aku sendiri setelah memiliki anak"
Tapi Lily juga merasa takut karena harus menghadapi tantangan baru sendirian di tempat yang baru.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan hidup sendirian di tempat yang baru."
Lily merasa sedih dan takut, tapi ia juga merasa bersemangat untuk memulai petualangan baru. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa melakukannya.
"Aku akan melakukannya," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku akan bekerja keras, aku akan menjadi baby sitter yang baik, dan aku akan membuat impianku menjadi kenyataan."
Lily mengambil napas dalam-dalam dan memandang keluar jendela pesawat lagi. Ia melihat kota Jakarta yang semakin jauh, tapi ia juga melihat masa depan yang cerah dan penuh harapan.
Flashback_
"Tidak! Aku ibumu dan ayahmu tidak akan pernah mengizinkanmu untuk pergi". Ketus Ibu Tina, ibunya Lily
"Benar sayang, kamu perempuan. Ayah tidak akan mengizinkan kamu. Mau kamu bekerja dibawah perusahaan apapun ayah tetap tidk akan mengizinkan kamu". Timpal pak Jaka, ayah dari Lily.
"Aku akan tetap pergi, ayah ibu. Aku benar-benar muak selalu disalah fahami oleh ibu". Ucap Lily.
Bagai disambar petir. Bu Tina tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Bicara apa kamu Lily!". Ucapnya meninggi.
"Biarkan aku menjalani hidupku sesuai yang aku mau,Bu. Selama ini aku selalu nurut sama ibu. Aku selalu mengutamakan keluarga. Tapi apa? Aku seperti orang asing di rumah ini". Jelas Lily
Air matanya tak bisa ia bendung. Dengan suara bergetar Lily mengungkapkan isi hatinya yang telah lama ia pendam. Meskipun berat, keputusan meninggalkan rumah adalah keputusan yang sangat buntu. Meskipun harus meninggalkan ayah, sang cinta pertama bagi Lily.
Off_
....
"Semoga aku diterima baik di sana". Pungkasnya.
Lily memejamkan matanya mencoba untuk tidur. Dan akhirnya Ia berhasil pergi ke dunia lain di bawah alam sadarnya.
Setelah satu jam lamanya, Lily terbangunkan oleh suara pramugari yang mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandara Incheon, Korea Selatan. Lily membuka matanya dan melihat sekitarnya, masih sedikit kabur karena tidurnya.
Ia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Ia masih ingat tentang keputusannya untuk pergi ke Korea Selatan untuk bekerja sebagai baby sitter.
Lily melihat jam tangan yang terpasang di tangannya dan menyadari bahwa pesawat akan segera mendarat. Ia mulai merasa sedikit bersemangat dan tak sabar untuk memulai petualangan barunya.
Pramugari meminta penumpang untuk mempersiapkan diri untuk mendarat dan Lily mengikuti instruksi tersebut. Ia mengambil kopernya dan mengikuti penumpang lain ke gerbang kedatangan.
Setelah pesawat mendarat, Lily mengambil kopernya dan keluar dari pesawat. Ia melihat sekitarnya dan menyadari bahwa bandara Incheon sangat besar dan modern.
"Wah! keren banget". Gumam Lily.
Lily mencari informasi bahwa akan ada yang menjemputnya dan akan berhenti di dekat apartemen tempatnya untuk tinggal selama di Korea yang telah disepakati.
Dengan koper di tangannya, Lily berjalan menuju sebuah mobil silver yang berhenti tepat dihadapannya. Ia merasa sedikit takut karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi ia juga merasa bersemangat untuk memulai petualangan barunya.
"Apakah Anda yang bernama Lily?". Tanya sang supir.
"Benar, pak". Jawab Lily menganggukkan kepala.
"Silahkan naik". Titahnya membuka otomatis pintu mobil.
Lily tercengang melihatnya. "Otomatis? Gila! Keren banget". pujinya dalam hati.
Lily pun masuk dan duduk di kursi belakang. Ada sedikit percakapan diantara Lily dan pak supir yang membawanya.
"Selamat datang di Korea Selatan, Lily! Semoga Anda memiliki waktu yang menyenangkan di sini". Ucap pak supir
"Terima kasih. Aku masih sedikit lelah karena perjalanan panjang". Jawab Lily
"Saya paham. kamu bisa istirahat dulu. Besok kamu harus bertemu dengan keluarga yang mempekerjakan kamu sebagai baby sitter". Jelas pak supir
" Ya, aku tahu. Aku sedikit gugup".
"Jangan khawatir, Lily. kamu pasti bisa melakukannya. Sebelum ke sini kamu pasti sudah berpengalaman sebagai baby sitter di kota kamu". Jelas pak supir menghibur.
"Terima kasih atas dukungannya".
Tak terasa, Lily telah sampai pada tujuannya. Terlihat bangunan tinggi berjejer rapi di hadapannya. Lily tak henti- hentinya kagum dengan tata letak kota yang ia pijak saat ini.
"Saya akan meninggalkan kamu sekarang. Semoga kamu memiliki waktu yang menyenangkan di Korea Selatan".
"Terima kasih".
Pak supir pun pergi meninggalkan Lily setelah mengantarkan Lily ke apartemennya. Tak lupa, Lily memberikan nomor ponselnya pada pak supir.
"421" lirih Lily. "Aku harus mengingat password , nomor bahkan lantai bangunan ini".
Lily menggeledah isi apartemen yang akan ia tinggali itu. Cukup luas untuk jiwa sendiri Lily. Ada satu kamar, satu ruang tamu, kamar mandi, dapur dan meja makan.
"Wah! Luas banget. Gak salah nih?". Ucapnya.
"Tapi gimana dengan bulanannya". Gumamnya.
Lily memikirkan tentang biaya hidup di Korea Selatan dan bagaimana ia akan mengatur keuangannya. Ia tahu bahwa biaya hidup di Seoul cukup tinggi, tapi ia juga tahu bahwa ia akan mendapatkan gaji yang cukup untuk menutupi biaya hidupnya.
"Aku harus membuat anggaran yang ketat," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku tidak boleh boros-boros."
Lily mulai menggeledah isi apartemen lagi dan menemukan sebuah lemari kecil yang berisi dokumen-dokumen tentang apartemen tersebut. Ia menemukan sebuah kertas yang berisi informasi tentang biaya sewa dan utilitas.
"Biaya sewa: 500.000 won per bulan," kata Lily, membaca kertas tersebut. "Utilitas: 100.000 won per bulan. Biaya internet: 50.000 won per bulan."
Lily memikirkan tentang biaya-biaya tersebut dan bagaimana ia akan mengatur keuangannya. Ia tahu bahwa ia harus berhemat dan membuat anggaran yang ketat untuk dapat hidup dengan nyaman di Seoul.
"Aku bisa melakukannya," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku akan bekerja keras dan menghemat uangku."
Lily mengambil napas dalam-dalam dan merasa lebih tenang. Ia tahu bahwa ia akan menghadapi tantangan di Seoul, tapi ia juga tahu bahwa ia akan dapat mengatasinya dengan kerja keras dan tekad yang kuat.
Lily mulai membersihkan apartemennya, membersihkan debu dan kotoran dari lantai dan permukaan sebisanya karena ia belum memiliki alat kebersihan yang baik. Setelah selesai, ia merasa lebih nyaman dan santai.
"Aku harus istirahat sekarang," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku akan pergi ke rumah majikanku sore nanti."
Lily membuang pakaian yang kotor dan mengganti dengan pakaian yang nyaman. Ia kemudian berbaring di tempat tidur dan menutup matanya.
"Aku akan tidur sekarang," kata Lily. "Aku akan siap untuk menghadapi sore hari nanti".
Setelah beberapa jam, Lily terbangun dan merasa lebih segar. Ia melihat jam tangan yang terpasang di tangannya dan menyadari bahwa sudah waktunya untuk pergi ke rumah majikanku.
"Aku harus siap sekarang," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku akan pergi ke rumah majikanku dan memulai pekerjaan baruku."
Lily bangun dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah majikanku. Ia mengambil napas dalam-dalam dan merasa lebih tenang.
Lily memakai pakaian yang rapi dan nyaman, kemudian memeriksa dirinya di cermin. Ia merasa lebih percaya diri dan siap untuk menghadapi hari esok.
"Aku harus pergi sekarang," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku tidak ingin terlambat."
Lily mengambil tas kecil yang berisi dokumen-dokumen penting dan kunci apartemen, kemudian keluar dari apartemen. Ia berjalan kaki ke halte bus terdekat dan membeli kartu bus untuk ke rumah majikannya.
Di dalam bus, Lily membaca beberapa dokumen yang ia bawa tentang majikannya yang ia terima dari supir tadi.
"Lim Yu-Seok seorang CEO dari perusahaan ZS.
Anak : Lim Ju-Anh
Usia : 1 bulan". Ucap Lily.
Matanya membulat sempurna. "Tunggu! aku engga dikasih tahu kalau akan mengurus sebayi merah ini". Batin Lily.
Pemberhentian bus tiba. Lily tidak melanjutkan membaca dokumennya. Ia turus dari bus dan berjalan kaki.
Setelah beberapa menit berjalan kaki, Lily tiba di rumah majikannya. Ia melihat rumah yang besar dan mewah, dengan taman yang indah dan kolam renang.
"Aku harus bertemu dengan majikanku sekarang," kata Lily pada dirinya sendiri. "Aku berharap aku bisa melakukannya dengan baik."
Lily mengambil napas dalam-dalam dan menekan bel pintu. Pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang ramah.
"Selamat datang" kata wanita tersebut.
Lily menganggukkan kepalanya. "Terimakasih. Perkenalkan nama saya Lily".
"Saya adalah Ibu Kim, ART di sini. Silakan masuk."
Lily tersenyum dan mengikuti Ibu Kim ke dalam rumah. Lily mengikuti Ibu Kim ke dalam rumah dan melihat bahwa rumah tersebut sangat luas dan mewah.Ini bukan kali pertamanya Lily melihat rumah mewah karena Ia memiliki banyak pengalaman karena para anak yanh di asuhnya.
Lily mengedarkan pandangannya,mulutnya berdecak kagum. Ia kemudian melihat seorang pria yang tampan dan elegan sedang duduk di sofa, memandang keluar jendela.
"Permisi tuan. Lily calon baby Sitter tuan muda Ju-Anh baru saja tiba". Ucap ibu Kim hormat.
"Selamat datang, Lily," kata pria tersebut, memalingkan wajahnya ke arah Lily.
"Terimakasih tuan". Lily sedikit memalingkan wajahnya.
"Saya adalah Yu-Seok, ayah Ju-Anh. Saya senang Anda sudah tiba."
Lily tersenyum dan menyapa Yu-Seok dengan hormat. "Selamat sore, Tuan Yu-Seok. Saya Lily, pengasuh baru Ju-Anh."
Yu-Seok berdiri dan mendekati Lily, memberikan tangannya untuk dijabat. "Saya senang bertemu dengan Anda, Lily. Saya harap Anda bisa membantu Ju-Anh dalam masa sulit ini."
Lily mengatupkan kedua tangannya,menolak bersalaman secara lembut. "Aku harap tuan Yu-Seok mengerti setelah melihat kerudungku". Batin Lily
"Jangan khawatir, Tuan Yu-Seok," kata Lily. "Saya akan melakukan yang terbaik untuk Ju-Anh. Saya akan menjaga Ju-Anh semampu saya".
Yu-Seok tersenyum dan memandang Lily dengan mata yang penuh harapan. "Saya percaya pada Anda, Lily. Saya tahu Anda bisa membantu Ju-Anh melalui masa sulit ini."
Lily tahu bahwa ia memiliki tanggung jawab besar untuk membantu Ju-Anh dan membuatnya bahagia.
Yu-Seok mengangguk dan memandang Ibu Kim. "Ibu Kim, silakan menunjukkan Lily ke kamar Ju-Anh. Saya ingin Lily segera bertemu dengan Ju-Anh."
Ibu Kim mengangguk dan memandang Lily. "Silakan, Lily. Saya akan menunjukkan Anda ke kamar Ju-Anh."
Lily mengikuti Ibu Kim ke kamar Ju-Anh, merasa sedikit takut dan bersemangat untuk bertemu dengan anak yang akan dia asuh.
Bayi mungil Ju-Anh terbaring lelap di atas tempat tidurnya. Sungguh menggemaskan.
Yu-Seok kembali memanggil Lily ke ruang tamu dan menjelaskan tentang cara kerja sebagai pengasuh Ju-Anh.
"Lily, saya ingin menjelaskan tentang cara kerja sebagai pengasuh Ju-Anh," kata Yu-Seok. "Saya berharap Anda bisa memahami dan mengikuti aturan-aturan yang saya tetapkan."
Lily mengangguk dan memandang Yu-Seok dengan hormat. "Saya memahami, Tuan Yu-Seok. Silakan jelaskan."
Yu-Seok memulai menjelaskan tentang jadwal kerja, tanggung jawab, dan aturan-aturan yang harus diikuti Lily sebagai pengasuh Ju-Anh.
"Pertama, saya ingin Anda memahami bahwa Ju-Anh masih kecil dan membutuhkan perhatian yang ekstra,usianya baru satu bulan" kata Yu-Seok. "Anda harus memastikan bahwa dia mendapatkan makanan yang seimbang, olahraga yang cukup, dan pendidikan yang baik. Untuk saat ini Ju-Anh hanya butuh susu formula, mungkin beberapa bulan kedepan dia akan makan".
Lily mengangguk dan mencatat hal-hal yang penting.
"Selain itu, saya ingin Anda memahami bahwa Ju-Anh masih dalam masa berduka karena kehilangan ibunya," kata Yu-Seok. "Anda harus memberikan dukungan emosional yang cukup untuknya."
Lily mengangguk dan memandang Yu-Seok dengan hormat. "Saya memahami, Tuan Yu-Seok. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Ju-Anh."
Yu-Seok mengangguk dan memandang Lily dengan puas. "Saya percaya pada Anda, Lily. Saya tahu Anda bisa membantu Ju-Anh melalui masa sulit ini."
"Bukankah kamu memiliki pengalaman kerja seperti ini?". Tanya Yu-Seok.
"Benar Tuan, saya pernah mengasuh anak laki-laki dari usia 2,5 tahun sampai berusia 5 tahun.Bayi perempuan dari usia 5 bulan sampai berusia 2 tahun. Dan yang terakhir saya mengasuh anak berkebutuhan khusus". Jelas Lily.
"Benarkah?". Tanyanya tak percaya.
"Benar tuan. Anak berusia 5 tahun yang mengidap autisme". Ucap.Lily
Yu-Seok mengangguk faham. "Aku harap tidak salah memilihmu sebagai pengasuhnya Ju-Anh". Ucapnya.
...
Keesokan harinya, Lily datang jam 7 pagi. Bu Kim terkejut mendapati Lily sudah ada di rumah, yang bahkan dia sendiri baru mau mulai bekerja.
"Lily, kapan kamu datang?". Tanyanya.
"Baru banget bu".
"Ya ampun! Kenapa harus sepagi ini?. Besok lagi kamu datangnya agak siangan aja gapapa kan ada saya". Bu Kim khawatir.
Lily tersenyum dan menjawab dengan sopan, "Tidak apa-apa, Bu Kim. Saya ingin memastikan bahwa Ju-Anh dalam keadaan baik-baik saja. Saya juga ingin membantu dengan pekerjaan rumah tangga jika ada yang perlu dilakukan."
Bu Kim memandang Lily dengan puas dan mengangguk. "Baiklah, Lily. Kamu memang sangat bertanggung jawab. Kamu ke kamar Ju-Anh aja sekarang"
Lily mengangguk dan mendengar saran Bu Kim untuk pergi ke kamar Ju-Anh. Ketika mereka masuk ke kamar, Lily melihat Ju-Anh yang masih tidur nyenyak di tempat tidurnya. Lily tersenyum dan mendekati tempat tidur Ju-Anh.
Baru beberapa langkah, Ju-Anh menggeliat bangun.
"Selamat pagi, Ju-Anh," kata Lily dengan suara lembut. "Aku sudah datang untuk merawatmu hari ini."
Ju-Anh merespons suara Lily dengan tersenyum, karena masih tidur. Lily tersenyum dan memeriksa suhu tubuh Ju-Anh dengan termometer. Setelah itu, Lily mengganti popok Ju-Anh dan memasukkannya ke dalam bak mandi untuk dimandikan.
Setelah mandi, Lily memakaikan pakaian yang bersih dan nyaman pada Ju-Anh. Lily juga memastikan bahwa Ju-Anh mendapatkan susu yang cukup dan tidur yang nyenyak.
Bu Kim memandang Lily dengan puas dan mengangguk. "Lily, kamu memang sangat peduli dengan Ju-Anh. Aku percaya bahwa kamu akan menjadi pengasuh yang sangat baik untuknya".
Main sebentar lalu kemudia kembali tidur. Seperti itulah bayi, terkadang bayi hanya kuat sekitar 2 jam untuk bermain.
Bu Kim mengajak Lily berbicara mengenai Ju-Anh. Matanya sedikit celingak-celinguk takut tiba-tiba ada tuannya.
"Lily kamu tahu, sebenarnya Ju-Anh bukanlah anak yang di inginkan". Ujarnya.
Lily mengalihkan pandangannya secepat kilat. "Hah?". Tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Iya. Tuan dan Nyonya saat itu menerima perjodohan. Mereka sama-sama tidak saling suka menyukai. Tuan yang belum pernah menyukai wanita, bahkan membawa wanita kerumah membuat tuan dan nyonya besar takut kalau tuan Yu-Seok menyimpang alias gay". Jelas bu Kim.
Lily terkejut dengan pengakuan Bu Kim dan tidak bisa mempercayainya. "Apa? Tuan Yu-Seok... gay?" tanyanya dengan suara yang terkejut.
Bu Kim mengangguk dan memandang sekitarnya dengan waspada, seperti takut ada yang mendengar percakapan mereka. "Iya, Lily. Ibu juga tidak tahu pasti, tentang tuan Yu-Seok yang memiliki orientasi seksual yang berbeda. Dan kebenarannya, Ju-Anh adalah hasil dari perjodohan yang tidak diinginkan oleh Tuan Yu-Seok."
Lily masih tidak bisa mempercayai apa yang dia dengar. "Jadi, Ju-Anh adalah anak yang tidak diinginkan?" tanyanya dengan suara yang lembut.
Bu Kim mengangguk lagi. "Iya, Lily. Ju-Anh adalah anak yang tidak diinginkan, tapi Tuan Yu-Seok tetap bertanggung jawab atasnya. Dan saya yakin bahwa Tuan Yu-Seok akan melakukan yang terbaik untuk Ju-Anh, meskipun dia tidak menyukainya."
Lily memandang Bu Kim dengan simpati. "Saya paham, Bu Kim. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Ju-Anh juga."
Bu Kim tersenyum dan memandang Lily dengan puas. "Saya tahu, Lily. Kamu akan menjadi pengasuh yang sangat baik untuk Ju-Anh."
"Maaf bu Kim. Tapi kenapa mereka bisa memiliki Ju-Anh? dan kenapa...nyonya meninggal". Lily berhati-hati.
Bu Kim menghela nafas berat. "Itu karena desakan dari kedua belah pihak orang tua mereka. Dan kamu tahu, Ju-Anh hasil dari bayi tabung karena tuan beralasan tidak mau menyentuh nyonya". Jelasnya
Lily semakin menegang dengan fakta yang baru ia dengar. "Bayi tabung? Jadi, Ju-Anh adalah hasil dari bayi tabung?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
Bu Kim mengangguk dan memandang sekitarnya dengan waspada. "Iya, Lily. Ju-Anh adalah hasil dari bayi tabung. Dan itu rahasia mereka berdua, hanya saya yang tahu."
Lily memandang Bu Kim dengan simpati. "Saya paham, Bu Kim. Tapi kenapa nyonya meninggal?"
Bu Kim memandang Lily dengan mata yang merah. "Nyonya meninggal karena stres dan tekanan dari pernikahan yang tidak bahagia. Dia tidak bisa seperti nyonya saat masih muda. Nyonya merasa terkurung karena adanya Ju-Anh. Ia tidak bisa shoping, jalan-jalan dan berfoya-foya seperti waktu masih gadis. Tuan pun tidak perduli dengan keadaan nyonya. Hanya di hadapan orang tua mereka, mereka akan berakting seolah menjadi keluarga yang harmonis. Awalnya tuan yang jatuh sakit, namun tuan bisa cepat sembuh karena tidak banyaknya tekanan. Namun nyonya selalu menahan dan terus menahan lagi dan akhirnya meninggal karena sakit jantung".
Lidah Lily terasa kelu mendengarnya. "Saya tidak tahu, Bu Kim. Saya tidak tahu tentang hal ini."
Bu Kim mengangguk dan memandang Lily dengan puas. "Saya tahu, Lily. Kamu tidak tahu tentang hal ini. Tapi sekarang kamu tahu, dan saya harap kamu bisa menjaga rahasia ini."
Lily mengangguk dan memandang Bu Kim dengan serius. "Saya akan menjaga rahasia ini, Bu Kim. Saya berjanji."
"Saya harap cerita ini tidak membuat mu tertekan selama di sini. Maaf saya membebani kamu". bu Kim khawatir
Lily tersenyum dan memandang Bu Kim dengan simpati. "Tidak apa-apa, Bu Kim. Saya tidak merasa tertekan. Saya hanya ingin tahu tentang Ju-Anh dan keluarga ini. Saya ingin melakukan yang terbaik untuk Ju-Anh."
Bu Kim tersenyum dan memandang Lily dengan hangat. "Saya tahu, Lily. Kamu akan menjadi seperti ibu bagi Ju-Anh. Saya percaya pada kamu."
Lily hanya menatapnya nanar, pikirannya kosong seketika. "Bu...". Lily menahan ucapannya.
"Apakah tuan tidak pernah mencintai nyonya? Meskipun nyonya telah berjuang keras untuknya?". Lanjut Lily.
"Dari yang ibu rasa, dan ibu lihat, tuan sepertinya mulai merasa ada kasih sayang pada nyonya saat nyonya sakit. Tuan mulai peduli pada Ju-Anh. Hingga pada akhirnya nyonya wafat, ada garis kesedihan yang nyata dari air wajah tuan". Jawab Bu Kim.
Lily semakin mengerti keadaan sebenarnya. Setelah percakapan itu, Lily kembali ke kamar Ju-Anh dan memeriksa kondisinya. Ju-Anh masih tidur nyenyak, dan Lily tersenyum melihatnya.
Lily mencoba membangunkan Ju-Anh untuk memberinya susu sesuai dengan jadwal. Mengajaknya bermain dan berjalan-jalan. Hingga akhirnya hari pertama bekerja telah usai
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!