Di dunia Moonira tepatnya di kerajaan Welf, terlihat seorang wanita mengenakan pakaian gaun berwarna putih polos dengan tiara berbentuk bunga lotus yang mengelilingi tiara berwarna silver yang sangat kontras dengan rambut putihnya yang lembut dan panjang.
Mata biru laut besarnya yang sayu menatap sendu kearah kelima liontin yang masing-masing ada dalam kotak yang terbuat dari kayu yang terdapat ukiran rumit khas kerajaan Welf.
Biru, Silver, Hijau, Hitam, dan Emas, itulah warna-warna kelima liontin. Liontin itu adalah liontin yang akan digunakan oleh perwakilan Helena dari setiap kerajaan yang ada di dunia Moonira.
Wanita itu mengalihkan pandangannya pada satu liontin yang memiliki bentuk yang berbeda dengan liontin lainnya. Sebuah liontin berwarna putih bersih berbentuk bulan sabit terlihat di sebuah kotak yang terbuat dari kaca.
"Selama ini terdapat lima Helena yang menjadi perwakilan setiap kerajaan dalam menerima berkat dari dewi bulan, namun aku tidak menyangka bahwa dewi bulan menurunkan satu Helena yang akan menjadi penyelamat dunia Moonira dari peristiwa Cladis yang sudah berlangsung selama ratusan tahun" gumam wanita itu mengelus pelan kotak kaca dimana didalamnya terdapat Liontin berbentuk bulan sabit.
Wanita itu meletakkan telapak tangannya diatas kelima liontin dan sebuah lingkaran sihir tercipta di telapak tangan wanita itu. Cahaya putih bersinar terang dan dalam sekejap kelima liontin itu menghilang menuju ke para Helena baru yang baru saja lahir di dunia ini.
Wanita itu mengambil kotak kaca yang berisi liontin terakhir milik Helena agung, ia memejamkan matanya dan angin bertiup pelan membuat pakaian dan rambutnya menari mengikuti arah tiupan angin.
"Atas berkat dari dewi Selena, aku Serena L. Greenwood, Helena kerajaan Welf sekaligus ratu dari kerajaan Welf menerima berkatmu wahai dewi bulan dengan sepenuh hati, dengan hati yang lapang aku melepaskan gelar Helena yang melekat padaku dan menurunkan gelar Helena agung pada gadis pilihanmu" ujar wanita itu membaca mantra sihir untuk mengantarkan liontin itu pada pemiliknya.
Liontin itu bercahaya terang dan menghilang dari tangan wanita itu, merasakan kotak liontin itu hilang dari tangannya, ia menyatukan kedua tangannya di depan dada sembari terus memanjatkan doa kepada dewi bulan sampai akhirnya liontin itu sampai pada pemiliknya.
Mata wanita itu terbuka dengan cepat ketika merasakan liontin bulan sabit itu menembus dimensi dunia Moonira dan menuju ke dimensi lain. Tepat di sebuah rumah sakit terlihat seorang bayi kecil yang baru saja lahir menangis keras tepat dirinya keluar dari rahim ibunya.
Para perawat segera membawa bayi itu untuk dimandikan, saat bayi itu sudah dimandikan dan berada di ruang bayi untuk mendapatkan perawatan intensif karena bayi itu dalam kondisi kritis akibat lahir secara prematur.
Liontin itu menghampiri bayi itu dan liontin itu terpasang pada leher bayi itu. Liontin itu bercahaya dan rambut coklat gadis itu berubah warna menjadi putih bersih. Secara perlahan mata bayi itu terbuka memperlihatkan manik berwarna biru pucat cenderung putih dengan simbol bulan sabit di dahinya menandakan lahirnya sosok Helena agung.
Wanita itu membuka matanya secara perlahan, kini ia tahu siapa sosok yang akan menjadi Helena agung, wanita itu tersenyum, menoleh kesamping kearah ayunan bayi yang terbuat dari emas dengan beberapa ukiran dan berlian mewah menghiasi ayunan itu.
Wanita itu menghampiri ayunan bayi itu dan terlihat seorang bayi laki-laki berusia 11 bulan tertidur pulas, rambutnya berwarna putih persis seperti milik wanita itu. Wanita itu menggendong bayinya dan menimang-nimang bayinya.
"Putraku pimpinlah kerajaan ini dengan baik, akan banyak rintangan yang akan menghampirimu, namun sosok Helena agung akan terus membimbingmu dan menemanimu hingga akhir keabadian"
To be continued...
Di perpustakaan negara yang sangat luas dan mewah, terlihat seorang gadis berusia 24 tahun sedang membereskan buku-buku yang ada di perpustakaan.
Gadis itu bekerja sebagai pustakawan di perpustakaan itu. Gadis itu sangat suka membaca buku, kecintaannya pada buku membuatnya mampu betah berlama-lama di perpustakaan. Diantara ribuan buku yang ada di perpustakaan yang besar dan luas itu, ada satu buku yang menjadi kesukaan dari gadis itu.
Sebuah novel karya penulis dari abad pertengahan yang menjadi kesukaaannya. Buku itu memiliki beberapa series yang membuat gadis itu selalu bersemangat membaca dan menantikan peristiwa yang ada dalam novel itu.
Sosok karakter Roselina Helena L Greenwood menjadi karakter kesukaannya, ia sangat kagum dengan kepribadian dan sifat pantang menyerah Roselina dalam mempelajari sihir dan ritual penerimaan berkat dari dewi bulan. Karakter lainnya yang sangat gadis itu suka adalah sosok Adipati kerajaan Welf bernama Ernathan Eirnior Cireon yang dikenal sebagai dewa kematian dalam medan perang.
Kedekatan dan persahabatan Roselina dan Ernathan membuat gadis itu kagum, bagian yang paling gadis suka adalah ketika Adipati Ernathan yang dikenal dingin menyatakan cintanya pada Roselina dan bahkan akan menikah. Hanya sampai bagian itu yang gadis itu baca, kini ia ingin segera menyelesaikan pekerjaaannya dan melanjutkan membaca novel kesukaanya yang sebentar lagi tamat ia baca.
Gadis itu melakukan pekerjaannya sembari bersenandung kecil menikmati momen melakukan pekerjaannya yang sangat ia sukai.
Hari pun berlalu, kini malam sudah menyambut bumi. Lampu perpustakaan menyala satu persatu, karena sudah menyelesaikan pekerjaannya, gadis itu segera mengambil posisi nyaman di meja baca perpustakaan dan menyalakan lampu membaca. Ia membuka novel Moonira dan melanjutkan bacaannya.
Berjam-jam gadis itu membaca buku novel itu, berbagai emosi terlihat di ekspresi gadis itu ketika membaca novel itu. Sampai akhirnya gadis itu mencapai akhir dari cerita itu. Terlihat ekspresi terkejut gadis itu ketika mengetaui ending dari kisah novel Moonira.
Sungguh gadis itu tidak menerima ending cerita dari novel Moonira yang tidak sesuai dengan ekspetasinya.
"Haa? Kenapa endingnya seperti ini? Sungguh malang nasibmu Roselina" ujar gadis itu menggerutu kesal.
Gadis itu membuka halaman terakhir novel itu dan gadis itu mengerutkan keningnya, ia melihat sebuah kalimat yang tidak gadis itu ketahui dari bahasa mana, baru saja gadis itu membaca kalimat itu tiba-tiba ia mendengar suara dering telepon membuat gadis itu menggeram kesal.
Gadis itu berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil ponsel yang berdering, terlihat kontak "mama" yang menandakan bahwa ibu gadis itu yang menelepon.
"Halo, ada apa bu?" Tanya gadis itu.
"Kau dimana nak? Kenapa kau belum pulang? Ini sudah larut malam nak"
"Aku masih di perpustakaan bu, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, ini aku baru saja ingin pulang"
"Baiklah nak, hati-hati yah dalam perjalanan pulang, ibu sudah memasakkan makanan kesukaanmu, kalau begitu ibu tutup telfonnya yah"
"Iya bu, sampai bertemu di rumah" ujar gadis itu menutup panggilan telepon dengan ibunya.
Mata gadis itu menatap ke novel Moonira yang masih terbuka, matanya terpaku pada kalimat yang tertulis di halaman terakhir novel Moonira. Gadis itu menyimpan ponselnya dan meraih buku itu.
Gadis itu berusaha membaca kalimat yang sangat asing baginya sembari berjalan kembali menuju meja baca perpustakaan.
"O Helena a luna deo electa, accipe benedictionem lunae deus, et salve mundum Moonirae ab interitu."
Gadis itu mengerutkan keningnya ketika ia akhirnya tahu arti dari kalimat itu yang ternyata berasal dari bahasa Latin.
"Wahai Helena yang dipilih oleh dewa bulan, terimalah berkat dari dewa bulan dan selamatkan dunia Moonira dari kehancuran." ujar gadis itu berusaha menerjemahkan kalimat dalam buku itu.
"Nona Helena Agung" Langkah gadis itu terhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya, ia menoleh melihat ke sekitar untuk mengetahui siapa yang memanggilnya namun nihil tak ada seorangpun di perpustakaan selain dirinya.
Tubuh gadis itu bergidik ketakutan, matanya tertuju pada buku yang ada di tangannya dimana secara tiba-tiba terbentuk tulisan baru membuat gadis itu diam terpaku.
"Sum puella, quae deae lunae benedictionem accepit, munus deae lunae accepit, nunc titulum magnae Helenae in animo meo corde accipio"
"Akulah gadis yang menerima berkah dewi bulan, aku menerima anugerah dewi bulan, kini aku menerima gelar Helena yang agung di hatiku."
Setelah membaca kalimat selanjutnya secara tiba-tiba gadis itu merasakan sakit di dada kanannya, ia mencengkram dada kanannya, tubuhnya sedikit membungkuk dan buku yang ada di tangan terjatuh.
Gadis itu mengatur pernafasannya berharap agar sakit di dadanya bisa cepat mereda. Disaat ia berusaha untuk mengatur pernafasannya buku itu kembali tertulis kalimat baru yang entah kenapa membuat mulut gadis itu membaca kalimat baru itu.
Angin bertiup kencang di luar gedung perpustakaan, tanah mulai bergetar ketika gadis itu mulai membaca kata pertama dalam kalimat yang baru saja muncul.
"O mundi de Moonira, me suscipe et ad te perduc me, aperi mihi ianuam ad mundum tuum et renascentem animam meam in forma puellaris nomine..."
"Oh dunia Moonira, terimalah aku dan bawalah aku kepadamu, bukalah untukku pintu menuju duniamu dan jiwaku akan terlahir kembali dalam wujud seorang gadis bernama..."
Cahaya putih bersinar di leher gadis itu perlahan membentuk sebuah liontin berwarna putih berbentuk bulan sabit. Angin semakin bertiup kencang dan tanah bergetar hebat, barang-barang yang ada di dalam perpustakaan bergoyang akibat guncangan hebat.
Gadis itu menutup matanya dan mulutnya membaca nama yang tertulis dalam buku itu yang menjadi kata terakhir sebelum akhirnya gadis itu berhasil menamatkan buku novel Moonira.
"Roselina" sambung gadis itu menyelesaikan kalimatnya dan liontin itu terbentuk dengan sempurna di leher jenjang gadis itu.
Tubuh gadis itu ambruk dan rak buku besar yang ada di sampingnya terjatuh menimpa tubuh gadis itu membuatnya tewas di tempat.
Dapat gadis itu rasakan bahwa dirinya berada dalam sebuah laut yang dalam dan disinari matahari, mata gadis itu tertutup dengan tubuh yang tanpa busana, secara perlahan tubuh gadis itu seperti tenggelam dalam lautan yang tak berdasar.
"Nona! Nona! Bangun! Nona sadarlah!" Dapat gadis itu dengar dengan samar suara seorang pria yang memanggil namanya.
"Nona! Nona! Apa kau baik-baik saja? Nona!"
Suara itu semakin jelas terdengar di telinga gadis itu, secara perlahan mata gadis itu terbuka dan hal yang ia lihat adalah pemandangan lautan yang disinari oleh cahaya matahari.
Secara samar gadis itu melihat sosok wanita bersurai panjang datang menghampirinya, wanita itu merentangkan tangannya membuat gadis itu juga merentangkan tangannya berusaha menggapai tangan wanita itu.
Ketika tangan wanita itu menggapai tangan gadis itu, cahaya terang menyilaukan pandangan gadis itu membuatnya menutup mata.
"Nona sadarlah! Nona!"
Gadis itu perlahan membuka matanya, cahaya sinar matahari menyilaukan matanya membuatnya harus mengedipkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan sinar matahari. Gadis itu mengedarkan pandangannya dapat ia lihat seorang pria berpakaian seragam militer.
Gadis itu menoleh ke kanan dan alisnya mengerut ketika ia melihat sosok pria yang sangat tidak asing di matanya. Sosok pria bersurai putih panjang hingga pinggangnya dengan mata hijau yang menatap tajam kearahnya tanpa ekspresi, telinganya panjang yang menjadi penanda bahwa pria itu adalah sosok elf, pria itu memakai baju yang mewah dengan pedang tergantung di pinggang kanannya.
Dalam benaknya ia kembali mengingat ilustrasi karakter Ernathan dalam buku novel Moonira membuat gadis itu secara cepat tersadar dan bangkit dari posisi duduknya.
"Adipati Ernathan Eirnior Cireon?!"
To be continued....
Roselina yang baru saja tersadar masih diam Membatu ketika melihat pria yang ada di depannya sangat mirip dengan tokoh karakter yang ada di novel Moonira yang sering ia baca.
"Nona kau baik-baik saja? Apa yang kau lakukan di hutan seorang diri?" Tanya seorang pria yang sedari tadi membangunkan Roselina.
Roselina hanya terdiam, matanya masih terpaku pada sosok pria yang sangat mirip dengan sosok Adipati Ernathan.
"Apa aku sedang bermimpi?" Gumam Roselina, Roselina bergerak bangkit dan berjalan menuju pria yang mirip dengan Adipati Ernathan, melihat tingkah Roselina membuat kedua pria yang ada di samping Ernathan segera dalam posisi siaga takut jika Roselina membahayakan Ernathan.
Namun Ernathan memberi isyarat pada kedua pria itu untuk membiarkan Roselina sehingga kedua pria yang berpakaian militer segera kembali berdiri di sisi Ernathan.
"Apa kau benar-benar tuan Adipati Ernathan?" Tanya Roselina dengan tatapan masih terpaku melihat wajah Ernathan dan raut wajah seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Benar, aku Adipati Ernathan" jawab Ernathan dengan raut wajah datar.
Secara spontan Roselina mengulurkan kedua tangannya dan menyentuh kedua pipi Ernathan membuat para pria berpakaian militer terkejut. Ernathan awalnya terkejut ketika ia melihat Roselina secara tiba-tiba menyentuh kedua pipinya, dapat Ernathan rasakan tangan hangat dan lembut Roselina dari kedua pipinya.
"Apa aku sedang bermimpi? Aku tidak menyangka kau benar-benar nyata" gumam Roselina.
"Memangnya kau pikir aku ini apa?" Tanya Ernathan dengan raut wajah datarnya dan tatapan tajamnya menatap kearah Roselina yang masih menyentuh pipi Ernathan.
"Kau sangat mirip dengan karakter di buku novel kesukaanku" jelas Roselina seketika ia tersadar dan menatap sekitarnya, ia melihat pakaiannya masih sama seperti yang ia pakai saat di perpustakaan.
"Aku dimana?" Tanya Roselina menjauhkan tangannya dari pipi Ernathan dan menatap sekitar yang sangat asing baginya.
"Kau berada di hutan Lingga, kau sendiri apa yang kau lakukan di hutan seorang diri?" Tanya Ernathan, mendengar perkataan Ernathan membuat Roselina terkejut.
"Hutan Lingga?" Beo Roselina ketika ia merasa tidak asing dengan nama hutan itu. Yah Roselina ingat bahwa hutan Lingga adalah hutan yang dipenuhi oleh banyak hewan buas bahkan monster dan menjadi tempat berburu Ernathan.
"Jadi kau kesini sedang berburu?" Tanya Roselina mendengar itu alis Ernathan sedikit berkerut.
"Ya, darimana kau tahu itu?" Tanya Ernathan, Roselina hanya terdiam. Ia tidak menyangka bahwa ia kini berada di dunia Moonira.
Ernathan menatap tajam kearah Roselina, tatapannya menatap dari kaki hingga wajah Roselina yang masih terdiam dalam lamunannya, sampai akhirnya Ernathan terpaku pada liontin yang ada di leher Roselina. Ernathan berjalan mendekati Roselina dan menyentuh liontin yang ada di leher Roselina membuat Roselina menatap kearah liontin dan mengerutkan keningnya bingung sejak kapan ia memakai liontin itu.
"Liontin ini, darimana kau dapat?" Tanya Ernathan tanpa mengalihkan pandangannya dari liontin bulan sabit milik Roselina.
"Entahlah aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa memakai liontin ini" jawab Roselina mengarahkan kedua tangannya ke belakang lehernya untuk membuka liontin bulan sabit dari lehernya.
Namun Roselina merasa bingung ketika ia tidak bisa membuka liontin itu, ia berusaha keras untuk melepaskan liontin itu namun nihil usahanya sia-sia.
"Tak perlu melepaskan liontin itu, biarkan liontin itu berada di lehermu" ujar Ernathan, mendengar itu Roselina berhenti untuk melepaskan liontin dari lehernya.
"Apa kau tahu liontin apa ini?" Tanya Roselina mendengar itu Ernathan mengangguk.
"Apa kau mau ikut bersamaku ke istana?" Tanya Ernathan, Roselina diam membantu ketika mendengar ajakan Ernathan.
"Ke istana? Untuk apa?" Tanya Roselina.
"Akan kujelaskan nanti, bagaimana apa kau mau ikut bersamaku?" Tanya Ernathan, Roselina berpikir sejenak.
Ajakan Ernathan tidak buruk juga, lagian Roselina tidak tahu apa-apa tentang dunia ini, hanya bermodalkan dari buku novel yang ia baca kurang efektif karena bisa saja informasi dari buku novel itu berbeda dengan kenyataan yang ada.
"Baiklah, aku mau ikut bersamamu" ujar Roselina memberikan jawabannya.
Pria yang tadi membangunkan Roselina segera berjalan menuju Roselina dan mengarahkan Roselina untuk naik kuda bersamanya. Namun Ernathan tiba-tiba memberi perintah bahwa Roselina akan naik kuda bersamanya, mendengar itu membuat pria yang merupakan tangan kanan Ernathan tercengang.
Ernathan membuka jubahnya dan memasangkan jubah itu pada Roselina. Roselina menatap bingung kearah Ernathan.
"Sebelum kembali ke kerajaan, aku akan berburu dalam 3 hari kedepan, apa kau keberatan?" ujar Ernathan sembari merapikan jubah yang melekat di tubuh Roselina.
"Tentu saja aku tidak keberatan, memangnya kau ingin memburu hewan apa?" Tanya Roselina, Ernathan selesai memakaikan jubahnya pada Roselina dan ia menatap kearah wajah Roselina dengan tatapan tajamnya sedikit melembut.
"Tidak ada binatang khusus, jika dapat 2 hewan buruan aku akan kembali ke kerajaan" jawab Ernathan sembari membantu Roselina untuk naik di kudanya. Setelah Roselina berhasil naik di atas kuda, Ernathan naik di kudanya dan duduk tepat di belakang Roselina.
Ernathan menghentak pelan tali kendali kudanya untuk memberi perintah pada kudanya untuk jalan. Secara perlahan kuda itu berjalan. Dalam perjalanan Roselina menikmati pemandangan hutan yang rindang dengan begitu riang. Matanya berbinar melihat berbagai jenis tanaman yang ada di sekitarnya.
Roselina menghirup dalam-dalam dan menghela nafas menikmati udara segar. Ernathan menatap kedepan sesekali ia melirik kearah Roselina yang duduk di depannya. Entah wangi tubuh Roselina sangat harum di indera penciumannya membuatnya merasa tenang berada di dekat Roselina.
"Ah, lihatlah Ernathan disana ada rusa" ujar Roselina dengan raut wajah dan nada bicara girang sembari menunjuk seekor rusa berwarna putih yang ada di depannya.
Tangan kanan Ernathan memberikan busur milik Ernathan pada tuannya. Ernathan turun dari kudanya dan seorang pria memegang tali kendali kuda Ernathan agar posisi kuda tetap stabil karena Roselina masih ada di atas kuda.
Secara tiba-tiba Roselina merasa tertarik untuk ikut berburu juga, ia menoleh kearah pria yang memegang tali kendali kuda Ernathan dan meminta busur yang ada di tangan pria itu. Namun sayang pria itu tidak mengizinkan Roselina untuk menyentuh busur, karena Ernathan melarang hal itu.
Ernathan terlihat fokus menatap kearah rusa itu, ia mengambil anak panah yang ada di dalam Quiver yang ada di punggung Ernathan. Ernathan menarik busurnya sembari fokus untuk membidik kepala rusa putih itu. Merasa bahwa bidikannya sudah tepat, Ernathan melepaskan tali busurnya dan anak panah melesat kearah rusa itu dan anak panah Ernathan meleset dan mengenai perut rusa itu.
Tak ingin melepaskan rusa itu, dengan cepat Roselina merebut busur yang ada di tangan pria yang memegang tali kendali kuda Ernathan, merebut Quiver yang berisi anak panah dan menarik tali kendali kuda Ernathan dan memacu kuda itu mengejar rusa putih yang sudah kabur.
Melihat itu, Ernathan segera berlari menuju kuda milik tangan kanannya dan menaiki kuda itu, ia memacu kudanya mengejar Roselina diikuti oleh bawahan Ernathan yang ikut menemani Ernathan berburu.
Roselina melepaskan tali kendali kuda Ernathan dan mulai menarik busur, mengarahkan anak panahnya menuju kepala rusa itu yang masih berlari.
Roselina melepaskan tali busurnya dan anak panah melesat cepat kearah rusa itu, rusa itu menoleh dan luar biasanya anak panah itu mengenai kepala rusa itu membuat rusa itu ambruk seketika.
Roselina menarik tali kendali kuda itu dengan erat sehingga kuda Ernathan mengangkat kedua kaki depannya. Ernathan yang baru saja tiba terpaku melihat kearah Roselina dengan kedua kaki kuda Ernathan terangkat dengan ekspresi Roselina tersenyum lebar dengan kedua pipinya merah merona karena merasa senang.
Ernathan diam terpaku, pupil matanya membesar menatap kearah Roselina yang terlihat sangat mempesona di mata Ernathan. Ernathan menyentuh dada kirinya dimana jantungnya berdetak kencang. Ernathan tersenyum tipis menatap kearah Roselina.
"*Hmm... Gadis yang menarik*"
**To be continued**....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!