" yang benar aja ma, aku masih sekolah loh. masih di bawa umur" ujar Laura pada ibunya.
Laura merasa ibunya sudah tidak waras lagi. Bagaimana ibunya bisa berfikiran untuk menjodohkan dirinya? padahal Laura baru berusia 17 tahun. Ayolah! baru 17 tahun! dia masih ingin menikmati kebebasannya tanpa di atur oleh pasangan, apa lagi suami.
" hanya nikah di KUA, setelah umur kalian cukup baru resepsi dan daftar hukum" ujar Laras, ibunya Laura.
tunggu! Ibunya tadi bilang kalian? Berarti dia dan calon suaminya ini sama sama masih di bawah umur? wah! Sungguh ibunya sudah gila! Berharap apa pada pernikahan 2 remaja di bawah umur? Tentu saja tidak akan bertahan lama.
" siapa dia? apa dia seumuran dengan ku?" tanya Laura penasaran.
" iyaa, dia juga sekolah di tempat yang sama dengan mu" ujar Andre, papanya Laura.
satu sekolah? siapa? apa itu Luhan? Sahabatnya? tidak mungkin Kan? Orangnya tidak menyukai Luhan yang di anggap membawa pengaruh buruk pada Laura. Masa tiba tiba mereka di jodohkan, that impossible!
" siapa pa? Apa aku kenal dia?" tanya Laura.
" nama dia angga zefian, dia ketua OSIS" ujar Andre.
Waw! kejutan macam apa ini? Angga zefian? Cowok sok alim dan sok sopan santun itu? Sok mematuhi peraturan dan sok tegas? Cowok seperti itu yang orang tuanya inginkan? Yang benar saja? dari sisi mana Angga cocok dengan Laura yang apa adanya tanpa sok.
" aku nggak mau!! Jodohin aja sama lauris" ujar Laura.
" heh! kakak mau itu cowok, masa di jodohin sama cowok " ujar Laras.
Yaa, lauris adalah kembarannya Laura. Lauri lebih dulu lahir dengan selang waktu 10 menit dengan Laura. Laura dan Lauris itu sebelas dua belas. Sama sama nakal dan keras kepala. bedanya lauris takut pada ayahnya jadi lebih mudah di atur. Berbeda dengan Laura yang tidak takut pada siapa pun.
" pokoknya Laura tidak mau!!" ujar Laura.
" baiklah jika kamu tidak mau, semua kartu kamu papa blokir, kunci mobil kembalikan pada papa, pergi sekolah baik bus saja " ujar papanya.
hanya ini yang Laura takutkan. Semua fasilitasnya di sita. menurut Laura untuk apa hidup jika tidak memiliki uang dan kebebasan.
isi pikiran Laura hanya main, belajar, makan dan tidur. dia tidak suka di atur, karena itu dia tidak pernah berpacaran. Menurutnya berpacaran itu hanya membuat hidup sengsara.
Menikah saja tidak ada di dalam benaknya. dia tidak ingin memiliki hubungan yang merugikannya. Jika menikah pasti kemana mana harus izin suami, harus nurut suami dan lain lain. sedangkan dia bukan tipe orang yang suka di atur atur.
" aku mau nikah asalkan Lauris juga di jodohkan" ujar Laura akhirnya.
Jika dia menderita berarti kembarannya itu juga harus menderita. enak saja masa depannya harus di korbankan sedangkan Lauris hidup dengan bebas. No! Kebahagiaan Lauris adalah penderitaan bagi laura.
•\=\=\=\=\=•
" nurut sama ibu ngga" ujar ledis, ibunya Angga.
Angga menghela nafas berat. dia menatap ibunya yang paling ia sayang. Hanya ibunya satu satunya perempuan yang angga sayangi.
jadi, jika ibunya sudah meminta sampai seperti ini. mana tega Angga menolak? dia paling tidak bisa mengecewakan ibunya.
" baik lah" ujar Angga.
Sangat berbeda dengan Laura bukan? Angga sangat penurut pada ibunya. selain Angga hanya memiliki ibu, dia juga cowok yang paham agama. jadi dia tidak ingin durhaka dengan ibunya.
apapun akan dia lakukan untuk kebahagiaan ibunya, selama itu masih tetap di jalan Allah.
" terimakasih, ibu bersyukur memiliki putra seperti mu" ujar ledis.
Angga bukan satu satunya anak ledis. Angga memiliki seorang kakak yang sudah lama menikah dan sudah memiliki seorang anak. Dia juga memiliki 2 orang adik yang satu masih SMP kelas 2 yang satu lagi kelas 1 SMA.
Yang SMA itu cowok, sedangkan yang SMP itu cewek. Rumah mereka selalu ramai dengan pertengkaran kedua adik kakak itu. apa lagi jika keponakannya pulang. rumah ini sangat ramai.
" pernikahannya akan di lakukan Minggu ini" ujar ledis.
Angga hanya bisa pasrah mengikuti keinginan ibunya. melihat ibunya bahagia saja sudah mampu membuatnya bahagia.
" oke, angga ikuti alurnya saja" ujar Angga.
•\=\=\=\=\=\=•
pagi ini. Laura masuk sekolah sangat awal. Bahkan dia melewatkan sarapannya. saking awalnya suasana sekolah masih sangat sepi tanpa makhluk berjenis manusia. Tapi Laura yakin, Angga sudah datang sedari tadi.
Brak!
Laura membuka pintu ruang OSIS dengan kasar dan tanpa permisi. Jika saja di dalam ada orang yang memiliki penyakit jantung sudah di jamin akan mati di tempat. Angga saja sampai terlonjak dari duduknya.
Bagaimana tidak? Hari masih pagi dan sekolah masih sepi. Tiba tiba ada orang yang membuka pintu dengan kadar tanpa permisi, tentu saja itu mengejutkan.
" Lo ..." ujar Laura menunjuk kearah Angga dengan jari Tengahnya. Yaa, jadi tengah. Tidak punya sopan santun memang Laura ini. Dan cewek seperti ini yang di jodohkan dengan Angga?
" apa?" tanya Angga dingin.
Laura duduk di kursi depan angga, dia mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya lalu memberikannya pada angga.
" baca" ujar Laura.
Angga mengambil kertas tersebut dan membukanya secara perlahan hingga tulisan di sana terlihat.
Peraturan pernikahan gilaaaaaaa!!
itulah judul yang tertulis di barisan paling atas. Dan di bawahnya ada beberapa peraturan yang tertulis.
1- tidak boleh ikut campur urusan satu sama lain
2- tidak boleh memberi tahu orang lain tentang pernikahan ini .
3- tidak boleh ngatur
4- tidak boleh melakukan hubungan suami istri
5- tidak boleh bersentuhan.
" gw nggak setuju" ujar Angga.
" Lo harus setuju, gw maksa!" ujar Laura.
" pernikahan bukan mainan, dan setiap pernikahan ada aturannya sendiri yang sudah tertulis di kitab dan juga di Al Qur'an" ujar Angga.
" cih!" ujar Laura sinis " nggak usah sok alim Lo di depan gw" ujar Laura.
Angga melipat kembali kertas tersebut lalu mengembalikan pada Laura.
" untuk peraturan nomor 2 gw emang nggak ada niat buat sebarin itu, nggak ada untungnya buat gw" ujar Angga.
lalu Angga menatap Laura dari atas sampai bawah " tapi untuk nomor empat itu kewajiban yang tidak bisa di tinggalkan. Untuk apa menikah muda jika tidak boleh melakukan hal_"
plak!
Sepontan, ini tidak di sengaja oleh Laura. tangannya yang bergerak sendiri dan mendarat di pipi mulus Angga.
Angga menatap nyalang Laura. Ini belum menjadi suami istri saja dia sudah di tampar. Apa lagi nanti?
" Lo nampar gw?" tanya Angga.
", bukan! Itu belain kasih sayang untuk cowok mesum yang sok alim kek Lo" ujar Laura lalu berdiri dan segera pergi.
dia merasa tidak ada gunanya berbicara dengan cowok seperti Angga ini. Menguras emosinya sajam
Laura menggenggam pergelangan tangannya seraya berjalan menjauh dari ruang OSIS. Dia menatap telapak tangan kanannya yang baru saja menampar Angga.
" berapa kali gw bilang, jangan lepas kontrol Ngan! lo itu kebiasaan lansung nampar, mukul dan cubit" ujarnya pada tangannya sendiri.
Tangannya memang sangat sulit di atur, sama seperti dirinya yang keras kepala.
" wah! Gimana kehidupan gw nantinya?" ujar Angga mengusap pipinya yang terasa panas. kalian Fikir tamparan seorang wanita itu tidak sakit? tentu saja sakit, lebih sakit dari tamparan laki laki jadi jadian.
Cekleek
pintu terbuka, lalu masuk 2 cowok tampan, tidak kalah tampan dengan angga.
" kenapa pipi Lo ngga? Ko merah?" tanya Jupiter, temanya angga, wakil OSIS.
" di gigit nyamuk" jawab angga asal.
" keren banget tu nyamuk bisa bikin pipi Lo merah kek gini" ujar bintang, temanya angga, salah satu anggota OSIS.
Angga mengabaikan kedua temannya. Dia memilih fokus memeriksa proposal yang ada di atas mejanya.
" ngga, gimana dana untuk acara ulang tahun sekolah? Udah terkumpulkan?" tanya Jupiter.
" Kiara belum ngebahas masalah dana, nanti gw tanyain " ujar Angga.
Yaa, 1 bulan lagi sekolah mereka akan mengadakan acara ulang tahun sekolah yang ke 40 tahun.
" nanti pulang sekolah kita harus rapat? " tanya bintang.
Angga mengangguk" kita harus membahas tentang persiapan untuk acara " ujar Angga.
Angga sangat sibuk untuk sekarang dan kedepannya. Anggota OSIS lain tentunya juga sibuk. Mereka harus menyiapkan acara semenarik mungkin dan memastikan acara berjalan dengan lancar.
Itulah nasib OSIS, selain belajar pelajaran sekolah mereka juga harus mengurus masalah OSIS. Kalo kata Laura sih, OSIS itu babu sekolah. Mau aja di suruh suruh Tanpa di gaji. Mending jadi murid biasa.
•\=\=\=\=•
" Lo kenapa sih? Dari tadi cemberut terus" tanya Luhan.
Laura menatap sahabatnya, lalu melihat seluruh kelas yang sudah di isi beberapa siswa. Dia kembali menatap Luhan.
Laura berfikir, apa dia harus bercerita pada Luhan? Laura butuh teman cerita, jika terus di pendam yang ada dia semakin stress. lagian jika bukan Luhan dia harus bercerita pada siapa? Pada dina? Nggak mungkin lah! Dina itu suka bocor halus nggak bisa jaga rahasia.
Lebih aman bercerita pada Luhan, rahasia di jamin aman. Luhan ini tidak bocor dan juga tidak ember, sangat bisa di percaya.
" nanti pas jam istirahat pertama kita bicara di rooftop ya? Ada yang mau gw ceritain ke Lo" ujar Laura " jangan ajak Dina" lanjutnya lagi.
Luhan mengangguk faham. Jika di larang mengajak teman mereka yang suka bocor itu berarti yang mau di ceritakan ini masalah serius.
" oke! aman itu" jawab Luhan.
Bersamaan dengan itu, Dina masuk ke kelas dengan wajah keruh. Entah apa yang membuat gadis itu terlihat tidak bersemangat.
" kenapa Lo?" tanya Laura.
" paling karna adiknya tu" ujar Luhan yang sangat faham dengan permasalahan hidup dina yang tidak jauh jauh dari masalah adiknya.
" huwaaa!!!" teriak Dina kencang membuat seisi kelas terkejut dan menatap heran pada Dina.
" suara Lo emang nggak pernah berkurang ya, heran gw" ujar Lidia, wakil ketua kelas.
" kenapa sih?" tanya Laura kesal, Dina bukanya menjawab pertanyaannya malah berteriak berpura pura menangis.
" adek gw nyebelin banget anjir, masa dia boleh berangkat sekolah dengan bawa motor sendiri sedangkan gw nggak boleh" ujar Dina.
Laura menghela nafas panjang. Sedangkan Luhan sudah menduga jika masalahnya pasti tentang hal hal seperti ini.
" jawabannya simpel, Lo anak angkat dia anak kandung. jadi wajar dong orang tua Lo ngasih apapun yang adik Lo mau" ujar Laura yang mengopori.
Ibaratnya gini wirr, udah ada api malah di siram dengan bensin. Semakin besar lah apinya bukan padam.
" menurut gw sih, Lo harus banyak banyak sabar dan sadar" ujar Luhan yang ikut ikutan memanasi.
" masa gw anak angkat? Nggak mungkin lah" ujar Dina.
Dina duduk di tempatnya yang berada di belakang tempat duduk Luhan dan Laura. dia nampak sedang berfikir, wajahnya terlihat seperti orang binggung.
" emang iya gw anak angkat?" tanyanya serius.
Luhan dan Laura sontak tertawa. Dina percaya dengan ucapan mereka? Yang benar saja. Mereka hanya asal ngomong.
" bercanda Din, jangan di anggap serius" ujar Laura di sela sela tawanya.
Dina cemberut. Dia lupa jika kedua temannya ini memang suka bercanda tidak jelas.
•\=\=\=\=\=\=•
Begitu jam istirahat pertama tiba. Laura dan Luhan pergi ke rooftop berdua. Sedangkan Dina? dia sedang ke kantin dengan Lidia.
Laura duduk di kursi kayu yang ada di rooftop. Sedangkan Luhan duduk di atas meja yang ada di samping Laura.
" apa yang mau Lo ceritakan?" tanya Luhan melirik Laura.
" gw di jodohin " ujar Laura serius.
" what?!" seru Luhan kaget. " sama siapa?"
Baru di bilang mau di jodohkan saja Luhan terkejut. Apa lagi tahu siapa calon suaminya. Di jamin Luhan lebih terkejut.
" itu si ketua OSIS sok alim" jawab Laura.
" APA?!" teriak Luhan membuat telinga Laura berdenging.
Laura mengusap telinga dan menatap kesal pada Luhan " bisa budek gw lama lama" ujar Laura.
" Lo serius? Angga orangnya? " tanya Luhan memastikan.
Sulit di percaya, Angga cowok teladan, kebanggaan sekolah dan tidak pernah absen di mushola sekolah di jodohkan dengan Laura yang tidak pernah nampak di mushola? Laura yang datang ke sekolah sesuka hati dan sering di hukum karena tidak mengerjakan pr.
Serius? Mereka di jodohkan?
" emang gw kelihatan lagi bohong?" ujar Laura ketus.
Luhan turun dari meja, dia berdiri di depan Laura menatap serius sahabatnya itu.
" mending Lo tolak lau, gw kasihan sama Angga kalo dapat jodoh kek Lo" ujar Luhan .
Brugh!
" arghhhhh, anjing!!!" teriak Luhan menjerit kesakitan memegang burungnya yang baru saja mendapat tendangan maut dari Laura.
Luhan meringkut di lantai rooftop mengigit bibirnya menahan ngilu pada burungnya. Sial! Ini benar benar menyakitkan.
" sakit banget babi!!" desis Luhan.
" sorry" ujar Laura merasa bersalah. Dia berjongkok di dekat Luhan. Tidak tahu harus apa. " sini gw cek patah apa nggak" celetuk Laura.
" gila Lo!!"
Laura meringis menatap bersalah pada Luhan. Sumpah! Kakinya terangkat sendiri dan langsung tendang.
" lagian Lo sih ngeselin banget, seharusnya yang kasihan itu gw" ujar Laura.
ingin sekali Luhan lempar Laura ke bawah rooftop. Untung dia bukan psikopat. seharunya Luhan tidak lupa dengan fakta Laura yang tidak pintar mengontrol anggota tubuhnya.
" bantu gw bangun" ujar Luhan.
Laura menurut, dia menarik tangan Luhan membantu Luhan untuk bangun.
" bantu gw ke UKS" ujar Luhan.
Laura nurut lagi, dia memapah Luhan turun dari roof top. Dengan susah payah dia menuruni tangga menahan tubuh berat Luhan.
" tubuh Lo berat banget sih, banyak dosa Lo" ujar Laura.
" Lo aja yang lemah, badan ko kecil banget nggak ada gizinya " ledek Luhan.
" gw dorong Lo ke bawah tangga baru tahu rasa " ujar Laura kesal.
Luhan langsung menutup bibirnya rapat rapat. Jika dia menjawab ' dorong aja kalo Lo berani' di jamin Laura lansung mendorongnya detik itu juga. Karena Laura paling tidak bisa di tantang.
Di jam istirahat ke 2, tepatnya jam istirahat untuk siswa siswi melakukan kewajiban solat mereka. Tapi banyak siswa siswi yang memilih ke kantin. contohnya seperti Laura, Dina dan juga Lidia. Mereka bertiga duduk di satu meja yang sama menikmati seblak mereka.
Biasanya ada Luhan satu lagi, namun entah kesambet setan apa tiba tiba cowok itu memilih untuk ke mushola dari pada ke kantin. Sepertinya semalam Luhan mimpi masuk neraka makanya lansung tobat. itu yang di pikirkan mereka bertiga.
Padahal kenyataannya Luhan memilih datang ke mushola hanya untuk bertemu angga. Setelah melakukan solat zuhur Luhan hanya duduk diam menatap pada angga yang sedang duduk sendirian seraya berzikir.
" entah bagaimana takdir yang tuhan tuliskan untuk angga, bisa bisanya jodoh angga adalah Laura yang tidak mengetahui mana arah kiblat" gumam Luhan tidak habis Fikir.
Luhan membayang rumah tangga angga dan Laura yang jauh dari kata romantis. Pasti rumah tangga mereka akan terjadi keributan di setiap detik.
" semoga aja jodoh gw bukan cewek kek Laura" ujarnya merinding.
Laura bukan tidak baik, hanya saja dia keras kepala dan susah di atur. Sedangkan tipe Luhan itu yang lemah lembut dan penurut. sangat berbeda jauh dengan Laura. but .... Laura itu setia.
Angga menoleh kearah Luhan. sebenarnya sudah dari tadi dia merasa di awasi oleh seseorang. Dan ternyata benar, Luhan _ sahabat calon istrinya itu sedang memerhatikannya.
" apa?" tanya Angga
Luhan jadi kikuk. dia tersenyum canggung " nggak papa, gw duluan ya" pamitnya ingin segera pergi namun suara Angga membuat langkahnya terhenti.
" tunggu" ujar Angga.
Luhan berbalik dan melihat angga yang berjalan menghampirinya setelah melepaskan sarungnya dan menyisakan celana sekolahnya.
" ada yang mau gw tanyain sama, tapi sambil balik ke sekolah aja" ujarnya.
Luhan hanya mengangguk saja Lely mereka berdua berjalan berdampingan.
" Laura udah ceritain sama Lo?" tanya Angga.
" iyaa" jawab Luhan Jujur.
Ternyata Laura tidak bisa di percaya. Padahal Laura sendiri yang membuat peraturan untuk tidak memberi tahu orang lain. Meskipun angga tidak menyetujui semua syarat itu. tapi Angga sama sekali tidak berniat menceritakan hal ini pada orang lain, termasuk Jupiter dan bintang.
Iyaa... Angga tahu Luhan ini sahabatnya Laura. Tapi tidak semua hal itu harus di ceritakan kan? Ada juga masalah yang harus di pendam saja.
" jangan sampai ada yang tahu soal ini selain Lo" ujar Angga serius.
" tenang, gw nggak Cepu ko" jawab Luhan.
Luhan memang bukan tipe orang yang suka menyebarkan berita tentang orang lain. Luhan tipe orang yang tidak suka bercerita, palingan dia bercerita pada Laura jika memang benar benar butuh untuk bercerita. Jika tidak dia lebih memilih untuk memendamkan saja.
" bilang sama teman Lo, gw tunggu di ruang OSIS" ujar Angga.
" oke " jawab Luhan mengerti.
Angga berjalan lebih dulu menuju tangga. Sedangkan luhan lebih memilih menggunakan lift saja. Ngapain buang buang tenaga untuk menaiki tangga? Padahal pihak sekolah sudah menyiapkan lift.
Begitu tiba di kantin Luhan segera memesan mie ayam dan cappucino hot untuk dirinya. lalu dia berjalan menuju meja yang di tempati oleh Laura dan kedua temannya.
Luhan membungkukan tubuhnya hingga mulutnya berada di dekat telinga Laura.
" Lo di tungguin angga di ruang OSIS" bisiknya pelan.
" apa sih bisik bisik " tanya Dina penasaran. Memang dasarnya dia itu tukang kepo.
" minggir!" ujar Laura mendorong Luhan untuk menjauh darinya " apaan sih Lo! Tiup tiup telinga orang! Geli tau" ujarnya menatap kesal Luhan.
kening Luhan berkerut dalam. padahal dia tidak meniup telinga Laura. tapi kenapa tiba tiba gadis gila ini berbicara yang tidak tidak?
" dia niup telinga gw bukan bisikin hal penting" ujar Laura pada Dina " gw ke toilet dulu" pamitnya lalu segera pergi.
Ah! Sekarang Luhan mengerti. Laura memang sangat cepat berfikir hingga menemukan alasan yang masuk akal untuk membohongi Dina. salut dia pada Laura yang pintar berbohong.
•\=\=\=\=•
Tok tok
Laura mengetuk pintu ruang OSIS. Setelah mendengar suara Angga dari dalam dia segera masuk dan melihat angga yang sedang duduk sendirian di kursi tempat biasa di duduki.
" ngapain Lo manggil gw? Kangen Lo sama gw?" tanya Laura dengan pedenya.
Angga menatap Laura seraya bergeleng samar. Tenyata calon istrinya memiliki kepedean yang sangat tinggi.
" pede memang di perlukan, tapi terlalu pede itu nggak baik" ujar Angga.
Laura duduk di kursi yang ada di depan meja Angga. dia menatap malas pada Angga.
" cepat mau ngomong apa?" tanyanya seolah sedang terburu-buru dan tidak betah berada di sini.
" siapa aja yang udah Lo kasih tahu?" tanya Angga.
" maksud Lo?" tanya Laura tidak mengerti.
" selain Luhan, siapa lagi yang udah Lo kasih tahu tentang perjodohan kita?" tanya Angga memperjelas pertanyaannya.
" ohh" seru Laura mengangguk faham. " Luhan aja sih" ujarnya santai.
" Lo sendiri yang tadi pagi bilang nggak boleh ngasih tahu orang lain" ujar Angga memperingatkan Laura pada kejadian tadi pagi. siapa tahu Laura Lupa.
" kan Lo nggak setuju sama persyaratan yang gw ajukan" ujar Laura.
Laura tidak salahkan? memang tadi padi angga sendiri yang mengatakan jika pernikahan itu bukan hal main main. jika ingin menjalani pernikahan seperti orang normal berarti mereka harus memberi tahu orang lainkan? Pernikahan pada umumnya memang tidak di sembunyikan.
" gw udah bilang, untuk peraturan nomor 2 gw bisa lakuin" ujar Angga.
" persyaratan yang gw ajukan itu bukan satu tapi 5. jadi jika satu aja Lo nggak bisa jalani berarti semuanya nggak berlaku " ujar Laura
" sekalian Lo umumkan di toa sekolah " ujar Angga kesal.
" oke!" jawab Laura tanpa ragu.
dia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan itu dengan langkah lebarnya.
Sudah Luhan katakan. Laura itu tidak bisa di tantang. Jika ada yang menantangnya maka akan di turutin. Laura tidak takut apa apa, dia hanya takut fasilitasnya di sita, itu saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!