NovelToon NovelToon

PANGGIL AKU MAS!

Prasetya Terlambat Datang

Menatap cermin membelah rambut menggunakan tangan, bergerak menata lembut dengan pomade. Senyuman manis tersirat diwajah tampannya.

Pemuda dengan kulit bersih, wajah tampan dengan tinggi badan 180 centimeter, duduk ditempat tidur dan mengangkat kaki kanan mengikat tali sepatu yang belum rapi.

Mendekat ke meja dan menarik resleting tas ransel warna coklat tua dengan perlahan, sambil melihat arah meja memastikan tidak ada yang tertinggal.

Beranjak mendekati pintu dan menyambar jaket kulit berwarna coklat, lalu memakainya sambil berjalan.

Ngeeeng!

Jalanan ibukota pagi ini sangat ramai, aku yang mengendarai motor matic dengan gesit mencari celah agar motorku bisa lewat dengan mulus. Aku juga harus mencari jalan tikus agar segera sampai ke tempat aku bekerja.

Ssstttttt!!!

Hampir saja aku menabrak seekor kucing hitam. "Selamet, selamet" Aku mengelus dadaku dengan logat bahasa jawaku.

Aku menelusuri jalan ini setiap hari, dari tempat kostku yang ada di daerah Depok Jawa Barat. Dan kantor tempat aku bekerja di jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.

Seesss!! KEMPES!

Baru setengah perjalanan ban belakang motorku bocor, padahal waktu sudah lebih dari jam 7 pagi. "Apes, aku iso telat meneh" Nah logat jawaku selalu muncul dengan sendirinya.

_______________________

Prasetya Wardana, pria 24 tahun kelahiran Boyolali. Prasetya lulusan Sarjana Informatika dari Universitas Negeri yang ada di kota Semarang.

Prasetya yang biasa di panggil dengan sebutan Pras, sudah satu tahun hidup di ibukota. Prasetya pergi merantau karena ajakan dari seorang teman.

______________________

Lebih dari lima belas menit Pras menuntun motornya untuk mencari tempat tambal ban, akhirnya dia menemukan bengkel yang sudah buka. Pras memarkirkan motornya, kemudian menunggu antrian.

"Mas, masih lama tidak?" Tanya Pras kepada karyawan bengkel itu, karena sudah lebih dari lima menit bannya belum dilihat juga.

"Kalau tambal masih lama, yang lain juga menunggu, atau mau ganti yang baru." Jawab karyawan bengkel dengan santai dan tersenyum.

Pagi ini bengkel sudah ada lima motor yang menambal ban, juga ada yang sudah mengganti ban baru, karyawannya baru dua yang datang.

Pras sangat gelisah dia tidak membawa banyak uang tunai. Karena Pras terbiasa mengambil uang setiap membutuhkan saja. Tapi ban motornya juga sudah lama tidak diganti, bahkan salah satu ban motornya sudah terlihat halus.

"Kalau ganti baru berapa? Saya tidak ada uang tunai." Ucap Pras yang sudah memikirkan ban motornya perlu diganti baru.

"Cuma 400 ribu, tidak ada tunai bisa transfer." Tukang bengkel menunjukkan ponselnya.

Benar, hari gini semua serba canggih, kenapa harus bingung. Akhirnya Pras melihat ban motor yang baru. Kemudian Pras memilih dua ban tubeless dengan harga yang lebih mahal dari yang ditawarkan karyawan itu.

Bengkel motor itu tidak terlalu besar, tapi ada beberapa pilihan ban motor matic dengan kualitas terbaik.

Setengah jam, ban belakang dan ban depan sudah berganti baru. Prasetya mulai mengendari motornya dan menuju ke kantornya.

Wuusssss!! Mengebut.

Sudah terlambat ke kantor, tapi Prasetya dengan tersenyum menyapa satpam di area parkir. Pras memasuki pintu kantor tersenyum menatap dua resepsonis.

Semriwing!

Seperti ada angin lembut yang menabrak Pras, "Wangi eram, aku dadi merinding" Langkah Pras terhenti seketika.

Pras melangkah masuk ke dalam lift.

Pras terdiam, saat melihat ada dua wanita di dalam lift itu. Harusnya Pras tidak masuk ke dalam lift kalau tahu itu mereka.

Kedua wanita itu hanya sekilas melihat Pras yang bersandar di pojok. Pras menjadi salah tingkah dibuatnya. Salah satu dari wanita itu memberi kode, agar Prasetya segera memakai name tag karyawan.

Prasetya yang bersandar bergumam dalam hatinya. "Bertemu mereka, aku jadi lupa dengan ini." Pras langsung mengalungkan name tag miliknya.

Salah satu dari wanita itu tersenyum saat keluar dari lift itu dan Prasetya juga langsung keluar dari lift karena sudah sampai di ruangannya.

Prasetya bekerja di divisi akunting, padahal dia lulusan sarjana informatika. Karena saat test ujian masuk kantor ini, nilai Pras sangat bagus dalam hal menghitung data. Apalagi mencari pekerjaan sangat sulit, bisa diterima bekerja sudah sangat beruntung.

Disivi Akunting

Tulisan yang terpasang di depan pintu.

Prasetya sudah berada di ruangannya. Dalam ruangan itu ada tiga wanita dan dua pria ditambah dirinya, jadi ada enam orang dalam ruangan yang cukup besar dengan meja kerja yang saling berhadapan dan ber-AC.

"Pras, kowe dengaren telat?" Tanya Pak Miko.

(Pras, kamu tumben terlambat?)

"Ganti ban disik Pak." Ucap Pras sambil menyalakan komputernya.

(Ganti ban dulu pak.)

Sesama orang dari Jawa Tengah mereka terbiasa mengobrol dengan bahasa begitu, meskipun yang lain terkadang bingung.

"Pras, kamu harus kerjakan ini." Pinta Bu Nia dengan tatapan tajam.

Bu Nia adalah pimpinan divisi akunting. Bu Nia juga sangat disiplin dan tegas terhadap bawahannya.

"Siap bu Nia." Pras memutar kursinya dan memberi hormat kepada Bu Nia yang sudah berjalan pergi dari ruangan itu.

"Pras, loe nanti ada acara nggak?" Tanya Fika.

"Nggak ada, tapi gue nggak mau bantuin loe lagi" Jawab Pras dengan kesal, karena Fika selalu memanfaatkan Pras untuk memanasi mantan pacarnya.

"Serius loe nggak mau bantuin gue?" Tanya Fika yang mengetik dengan suara keras.

"100% serius." Pras sudah sangat malas dengan Fika yang tidak menghargai bantuannya.

Fika semakin kesal dan memaki Prasetya, kemudian yang disebelahnya tersenyum mendengar Fika yang sudah gondok.

"Makanya loe harus tahu diri. Dia sudah mantan. Ngapain loe masih peduli" Ucap Maristha dengan meledek.

"Kalian jangan berisik. Kalau terdengar Bu Nia. Kalian bisa kena boom" Ucap Pak Surya, karena Pak Surya sudah senior di kantor ini, bahkan hampir seusia Bu Nia.

Diruangan itu yang paling muda hanya Fika, Annisa dan Prasetya. Pak Surya sudah berkeluarga bahkan anaknya sudah SMA dan SMP. Pak Miko juga sudah menikah tapi anaknya baru berusia lima tahun. Sedangkan Maristha juga sudah menikah dan memiliki dua anak yang masih SD.

Dalam ruangan itu hanya Annisa yang paling pendiam. Bahkan hampir tidak pernah bercerita tentang kehidupannya atau keluarganya. Berbeda dengan yang lainnya, mereka sering menceritakan tentang dirinya dan juga keluarganya.

Prasetya selesai mengerjakan tugas dari Bu Nia, dia menyalin data di flashdisknya. Lalu mencetaknya dan memberikan langsung kepada Bu Nia.

"Pras, kowe arep mangan neng ngendi?" Tanya Pak Miko.

(Pras, kamu mau makan dimana?)

"Aku arep neng kantin. Emang liyane arep neng ngendi?" Tanya Pras.

(Aku mau makan di kantin. Memangnya yang lain mau kemana?)

"Kita mau pergi keluar, itu ada restoran baru." Maristha dari dalam ruangan menunjuk restoran seberang jalan yang baru buka dua hari yang lalu.

"Yowes, aku melu." Ucap Pras lalu dia merapikan meja kerjanya dan pergi mengikuti mereka.

(Ya sudah, aku ikut)

Prasetya dengan gayanya yang tengil dan tidak basa-basi. Prasetya duduk disebelah Pak Miko, lalu memilih menu makan siangnya.

Prasetya tersenyum melihat ekpresi wajah Fika, karena dia sangat tahu kalau Fika sangat perhitungan.

"Fika, rasah khawatir. Pak Miko sing bayar." Ucap Pak Miko tersenyum lalu melanjutkan perkataannya, "Ini sebagai syukuran saja, karena Mamahnya Sherryl hamil lagi"

(Fika, tidak usah khawatir. Pak Miko yang bayar)

Mendengar hal itu, Prasetya langsung memberi ucapan dan memeluk Pak Miko, semua tersenyum dan mengucapkan selamat kepada Pak Miko.

Prasetya mengenal Pak Miko sekitar delapan bulan yang lalu, dari awal masuk bekerja langsung akrab sama Pak Miko. Bahkan Prasetya juga sudah pernah berkunjung ke rumah Pak Miko dan mengenal keluarganya.

.

.

.

Semoga kalian semua suka dengan cerita ini, jangan lupa Like, Komentar, Rate dan Vote untuk cerita ini. Terima Kasih semuanya 😍

Malam Minggu Ini

Memegang cangkir ☕

Malam minggu aku di tempat menyalurkan hobby. Aku di sebuah kafe, dengan cekatan tanganku bergerak melukis cantik di atas kopi.

Tiba-tiba ada panggilan masuk di ponselku.

"Assalamu'alaikum Bu'e. " Sapa Pras lebih dulu karena ini panggilan dari ibunya.

(Assalamu'alaikum ibu)

"Wa'alaikumsalam cah bagus. Kowe lagi opo?" Tanya ibunya Pras.

(Wa'alaikumsalam anak tampan. Kamu lagi apa?)

"Kulo nembe damel kopi." Kemudian Pras meletakan cangkir dan meminta temannya melanjutkan perkerjaannya. "Bu'e, niki malem minggu, sakniki Pras wonten kafe."

(Saya baru bikin kopi) (Ibu, ini malam minggu, saat ini Pras ada di kafe)

"Astagfirullah, Bu'e ngasi lali dino." Ucap Ibu Pras, karena terbiasa setiap malam ibunya menelfon Prasetya hanya ingin mengetahui kabar anaknya.

(Astagfirullah, ibu sampai lupa hari)

Malam minggu Pras memiliki kegiatan di sebuah kafe milik kenalannya. Dia menjadi barista di kafe itu dan ini membuat dia senang, bahkan di tempat juga banyak gadis penggemar dia.

"Bu'e sampun dahar dereng?" Tanya Prasetya yang duduk dibangku belakang kafe.

(Ibu sudah makan belum?)

"Uwis, mau karo Pamela. Bapakmu neng gone Pak Lurah. Terus Pandu dolan karo pacar'e." Jawab Ibunya Pras.

(Sudah, tadi sama Pamela. Bapak kamu sedang ditempat Pak Lurah. Terus Pandu main sama pacarnya.)

"Nggeh, wau Pandu sampun telfon. Pacare nggeh kenal kulo." Ucap Pras.

(Iya, tadi Pandu sudah telfon. Pacarnya juga kenal saya.)

"Iyo, Bu'e lagi reti jebule Rahma kui adike Rendy." Ucap Ibu Pras.

(Iya, Ibu juga baru tahu kalau Rahma itu adiknya Rendy.)

Pras dipanggil temannya. Lalu mengakhiri telfon Ibunya. Pras tidak lupa selalu meminta do'a dari Ibunya.

Pras kembali ke pantry depan. Ternyata ada gadis yang mencari Pras.

"Abang Pras.... Apa kabar?" Sapa Vava dengan suara manja.

"Kabar baik, Vava." Ucap Pras lalu kembali bekerja.

Vava merasa terabaikan, dia kembali ke mejanya dan teman-temannya tertawa melihat Vava yang merasa jengkel karena sikap dingin Pras.

Vallezia Varrez yang sering dipanggil Vava adalah penggemar berat Pras. Tapi Pras tidak suka dengannya karena suatu hal. Pras juga pernah menuruti ajakan Vava untuk menemaninya mencari buku di Gramed. Ternyata Vava sangat agresif, apalagi dia seusia adiknya Pras.

"Kasian!!! loe dicuekin lagi. hahaha" Ledekan teman-teman Vava.

Brraaagggh!!

Hentakan suara meja dengan kekuatan tangan Vava.

Vava semakin dongkol, karena tertawaan temannya itu. Padahal Vava kali ini sangat menaruh hati dengan Prasetya.

Dengan wajah masam dan menyungging bibirnya "Gue akan bertaruh sama kalian."

"Hah?? loe yakin? Sepertinya dia tipe cowok yang sulit didekati." Ucap Hanny.

"Vava... Santai. Masih ada gue.. Sini gue peluk" Ucap Nicholas mendekati Vava.

Vava menghindari tangan Nicholas "Gue nggak butuh loe, gue yakin sebentar lagi dia dalam genggaman gue."

Pras yang sedang sibuk, dikagetkan Dony.

"Sialan loe, bikin gue kaget aja." Ucap Pras menatap Dony.

"Sorry, habisnya loe nggak fokus. Itu kopi sampai meluber." Ucap Dony.

Pras hanya memikirkan pesan ibunya saat telfon tadi, agar selalu menjaga dirinya. Kakak perempuannya bahkan belum menikah, dan adiknya yang cowok mulai sibuk berpacaran.

"Guys balik kuy!!.... Gue dicariin nyokap" Ajak Vava setelah mendapat telfon dari seseorang dan menyuruhnya untuk segera pulang.

Lalu Nicholas membayar tagihan mereka, Vava dan lainnya berjalan keluar dan menunggu di parkiran mobil.

Kafe Senja, itu nama kafe dimana Pras melakukan pekerjaan sambilan. Setiap sabtu sore dan minggu sore sampai malam.

Sudah jam 9 malam tapi kafe ini semakin ramai, apalagi malam minggu. Banyak pemuda dan juga gadis yang bersenda gurau, bahkan ada segerombolan anak muda yang berpesta merayakan ulang tahun temannya.

Pras melihat itu dan teringat dengan teman SMA dan juga teman kuliahnya. Dony melihat ekspresi aneh Pras jadi tertawa.

"Bro, loe ingat mantan?" Tanya Dony.

"Bukan." Tapi Pras dengan tersenyum dan salah tingkah atas pertanyaan Dony.

Waktu berjalan begitu cepat, sudah tengah malam dan Pras bersiap untuk pulang. Dua karyawan kafe masih membersihan kafe dan mereka berdua tinggal didalam kafe itu. Pras dan Dony berjalan keluar dari kafe lalu pulang dengan arah jalan yang berbeda.

Pras mengendari motornya dengan cepat karena malam ini cukup sepi. Saat Pras ingin menyebrang ke kanan jalan tiba-tiba dari sisi berlawanan ada mobil dengan kencang.

Duuuaaassshh... ssssrrreeeetttttt.....!!!

Pras tergelincir ke pinggir jalan. Suara rem mobil itu terdengar tajam tapi tidak terkendali hingga menyeret motor Pras sampai ke pinggir trotoar.

Pras yang ditolong pengendara lain perlahan terbangun, lalu membuka helmnya dan mengusap wajahnya. Pras mulai merasa nyeri, dengan tertatih menghampiri mobil yang menabraknya.

Pengendara mobil itu wajahnya tertegun diatas setiran dan merasa takut karena ada beberapa orang yang mendekatinya. Lalu Pras mengetuk kaca mobil itu dan beberapa orang juga mulai memanggilnya.

Perlahan dia membuka sedikit kacanya. Dengan gemetar memberikan kartu namanya kepada Pras, karena dia ketakutan kalau sampai dihakimi massa.

Pras dengan samar membaca kartu nama itu. Karena jalanan terlalu gelap, Pras meminta orang disebelahnya untuk menyalakan senter ponselnya.

Deegh!!

Pras terdiam saat membaca kartu nama itu. Pras akhirnya meminta orang yang menolongnya dan lainnya untuk pergi. Dia mengatakan kalau Pras tidak ada masalah dan Pras juga sudah setuju untuk berdamai.

Mereka pergi meninggalkan Pras, kemudian Pras mengecek motornya dan duduk di pinggir trotoar.

Pras lalu menghubungi nomor yang tertera dalam kartu nama itu. "Hallo... Bu Britney, ini saya Prasetya."

"Iya, saya Britney." Ucap Britney masih ketakutkan didalam mobil yang sudah terparkir dipinggir jalan tidak jauh dari Pras.

"Bu Britney, ini saya Prasetya, karyawan Perusahaan RM. Saya yang tertabrak mobil Bu Britney." Ucap Pras dengan tenang, karena yang menabrak Pras adalah atasannya.

"Kamu karyawan saya?" Tanya Britney yang masih ragu dan takut karena sudah malam tidak bisa melihat jelas.

"Iya saya Pras, divisi akunting, bawahan Bu Nia. Bu Britney baik-baik saja di dalam mobil?" Tanya Pras yang mencemaskan keadaan Britney.

Mendengar nama Bu Nia, Britney mulai percaya kalau Prasetya adalah karyawannya. "Pras, tolong kamu ke mobil saja. Saya takut keluar."

Pras mendekati mobil Britney, dan Britney membuka pintu samping. Pras masuk langsung duduk dikursi sebelah kiri dan Britney menyalakan lampu dalam mobil.

"Bu Britney sakit?" Tanya Pras.

"Bagaimana keadaan kamu?" Britney yang melihat ke arah Pras.

"Tangan kiri saya nyeri." Ucap Pras.

"Kalau begitu. Kamu ke rumah sakit. Nanti saya yang akan mengurusnya." Ucap Britney.

"Tidak perlu, mungkin hanya terkilir dan memar saja. Bu Britney bagaimana?" Tanya Pras yang melihat Britney masih ketakutan.

"Saya cuma syok, baru kali ini saya begini. Saya tadi ada sedikit masalah." Ucap Britney.

Pras mulai berfikir tentang Britney, sepertinya memang bosnya sedang ada masalah. Pras tidak bertanya lagi dan menyuruh Britney untuk segera pulang dan berhati-hati.

Britney menghubungi seseorang agar mengambil mobilnya. Kemudian Pras masih menemaninya.

Sebelum tabrakan!!

Britney mendapat pesan dari seseorang, kalau tunangannya sedang berjalan dengan wanita di Hotel Classic.

"Bram, aku sudah lelah. Aku akan membatalkan pernikahan kita." Ucap Britney yang berdiri didepan pintu kamar hotel no. 87. Bram yang membuka pintu dan menatap Britney dengan kaget, Bram hanya memakai sebuah kimono.

Britney juga melepaskan cincin pertunangannya dan menyerahkan diatas telapak tangan Bram.

Bram seketika membeku melihat kedatangan Britney. Awalnya Bram hanya ingin bermain saja, karena setelah menikah nanti, Bram tidak akan bisa untuk berpaling.

"Kenapa Britney tahu aku disini." Keluh Bram dengan rasa menyesal.

Britney berjalan dengan tenang, dan berfikir kalau dia masih beruntung. Mengetahui tentang calon suaminya sebelum pernikahannya terjadi.

.

.

.

Semoga kalian semua suka dengan cerita ini, jangan lupa Like, Komentar, Rate dan Vote untuk cerita ini. Terima Kasih semuanya 😍

Setelah Kecelakaan

Pras merasa malas untuk beranjak dari kasur, dengan mata yang masih mengantuk menatap samar layar ponsel yang sudah membuat dia terbangun.

Alarm Ponsel 🐦 -geser

Pras meletakan ponsel disamping bantalnya, bandannya terasa nyeri dan goseran luka dikulit tangannya masih terasa perih.

Kejadian semalam membuat Pras yang tadinya sehat wal'afiat menjadi sakit. Tapi Pras sangat bersyukur, dia tidak mengalami cedera yang serius. Walaupun semalam sudah diperiksa dokter, tetap saja obatnya hanya merespon saat dia tidur dan begitu bangun terasa nyeri lagi.

"Jarem kabeh rasane." Keluh Pras lalu terduduk dikasur lanjut memutar kepala juga punggungnya.

(Nyeri semua rasanya.)

Pras mulai beranjak dari kasur ke arah dispenser yang ada disamping lemari. Pras menekan kran warna biru dan gelasnya mulai terisi air putih.

Pras kembali ke kasur, sambil minum dia membuka ponselnya. Ada beberapa chat di grup Alumni SMA-nya dan juga ada chat dari Britney.

"Dudu jodoku." Ucap Pras dengan berat hati saat membaca chat dalam grup itu.

(Bukan jodohku.)

Karena isi chat itu ada undangan pernikahan gadis yang pernah singgah dihati Prasetya. Walaupun yang mengirim bukan sang mantan melainkan temannya yang lain. Pras tetap ikut merespon baik dalam grup itu.

Dua bulan yang lalu Prasetya hendak melamar pacarnya tapi ditolak. Karena pacarnya takut dengan orang tuanya. Jadi sebelum Prasetya mengajak Bapak Ibunya untuk melamar, gadis itu sudah memutuskan hubungannya lebih dulu dan menerima perjodohan orang tuanya.

Setelah Pras ikut berkomentar didalam grup chat itu. Pras beranjak ke kamar mandi dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh.

Selesai sholat subuh Pras kembali berbaring, hari ini sepertinya Pras harus istirahat di kost. Badan Pras semakin nyeri. Bagaimana tidak, dia beradu dengan mobil dan berbenturan dengan aspal.

Pras melihat layar ponsel, membaca chat dari Britney. Tadi Pras baru melihat saja, belum sempat membacanya.

Pras menyernyitkan dahi saat membaca rentetan chat itu, tapi perlahan dia terpingkal karena beberapa emoticon dari Britney sangat lucu baginya.

Pras membalas chat Britney.

[Saya harap Bu Britney tidak membuat saya sakit lagi 😎. Badannya saya nyeri semua. Bu Britney juga harus tanggung jawab sama badan saya😌.]

Pras menuang white coffea kecangkir, kemudian mengisi teko dengan air putih lalu menyolokan kabel teko listrik itu. Sambil menunggu air mendidih, Pras memutar musik dari ponselnya.

Kamar kost dengan ukuran 4 x 4 cukup bersih dan rapi. Pras baru menempati kamar ini sekitar dua bulan yang lalu setelah pulang dari Semarang. Kamar yang ini sudah ber-AC serta ada kamar mandi di dalam. Berbeda dengan kostnya yang dulu, kamar mandinya masih di luar dan ukurannya juga lebih sempit.

Tok tok tok

Mentari belum menyapa, tapi sudah ada yang mendatangi Pras.

"Pras... Piye keadaanmu??" Rendy yang datang langsung mengecek keadaan Pras.

(Pras... Bagaimana keadaanmu??)

"Aku ora popo." Ucap Prasetya dengan santai.

(Aku tidak apa-apa.)

Rendy mulai tenang saat melihat keadaan temannya yang tidak terluka parah.

Pras lalu mengambil kopinya dan mengajak Rendy duduk di teras depan kamarnya.

Rendy masih menatap Pras dan duduk bersandar. "Aku ndek mau dikabari langsung rene."

(Aku tadi dikasih kabar langsung kesini.)

"Sopo sing ngabari kowe?" Pras berfikir, dia tidak memberi tahu siapapun, bahkan Rendy sedang ada acara dengan teman kerjanya.

(Siapa yang kasih tahu kamu?)

"Anton,..... Laa kui bocahe metu." Ucap Rendy, lalu menatap Anton yang keluar dari kamarnya.

(Anton,..... Nah itu anaknya keluar.)

Anton menceritakan kepada Pras kalau semalam dia melihat motor Pras yang rusak parah, terus mengetuk pintu kamar Pras tapi tidak direspon, kemudian menghubungi Rendy.

Rendy Ardiansyah adalah teman Prasetya yang mengajak Pras merantau ke Jakarta. Dia adalah teman SMA Prasetya, tapi Rendy lebih dulu tinggal di Jakarta. Setelah lulus SMA, Rendy merantau ke Jakarta dan berkuliah di Universitas Swasta di Jakarta sambil bekerja.

Sedangkan Anton adalah Mahasiswa Universitas Negeri ternama dan tinggal disebelah kamar Pras. Walaupun baru dua bulan mengenal, mereka sudah akrab.

Pras kemudian ke parkiran motor dan melihat lagi motor kesayangannya. Rendy dan Anton masih terheran, motornya sampai ringsek tapi Pras tidak terluka parah.

"Pras, aku dikirimi foto motormu langsung tratapan. Opo meneh Anton ngomong, kamarmu sepi, hpmu yo mati. Aku soko puncak wis ndhredeg." Ucap Rendy.

(Pras, aku dikirim foto motor kamu langsung kaget. Apalagi Anton bilang, kamar kamu sepi, ponsel kamu juga mati. Aku dari puncak sudah gemetar.)

"Untung kowe ora koyo aku." Pras bercanda kepada Rendy.

(Untung saja kamu tidak seperti aku.)

"Ojo ngasi, aku wae saiki ora wani ngebut." Ucap Rendy.

(Jangan sampai, aku sekarang tidak berani kencang.)

"Terus yang menabrak Kak Pras gimana keadaannya? Apa orangnya tanggung jawab?" Tanya Anton.

"Iya, semalam kita ke rumah sakit, dia juga syok. Dia sudah kasih uang buat benerin motor ini." Ucap Pras.

"Pras ganti motor wae. Kui yo wis motor lawas." Ucap Rendy merangkul Pras dan Pras hanya menghela nafas.

(Pras ganti motor saja. Itu sudah motor lama.)

"Sudah parah ini kak, misal perbaikan juga banyak yang diganti." Ucap Anton yang memegang body motor yang sudah tidak karuan.

Semalam Britney juga menawarkan untuk mengganti motor baru kepada Pras. Tapi Pras masih memikirkannya.

Mereka bertiga mengobrol dengan santai, Anton membuat minum untuknya dan Rendy. Kemudian Anton memesan bubur ayam yang lewat depan kost.

Asyik mengobrol membuat Pras tidak merasakan kesakitan dibadannya.

Di tempat lain Britney memikirkan chat dari Prasetya.

[😔 Nanti saya akan kesana.]

Karena Pras tidak membacanya

Dibawah pesan itu banyak emoticon yang dikirim Britney.

Heemms!!

Britney yang mengalami patah hati, tapi dia malah lupa akan hal itu, karena Britney lebih memikirkan keadaan Prasetya.

"Prasetya, kenapa tidak membuka chatnya??!" Britney yang sedang tengkurap dikasur sambil menunggu balasan dari Pras.

Karena penasaran, Britney lalu beranjak mandi dan bersiap untuk pergi ke tempat Prasetya.

Britney Rhiannon, wanita blasteran yang berusia 27 tahun dan menjabat wakil direktur di Perusahaan Restu Mandiri yang dikenal dengan RM, perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi.

Britney yang menuruni tangga dengan gayanya yang selalu anggun dan berkelas. Tante Vanesa melihatnya dengan tersenyum. Kakeknya yang membaca koran sampai meletakan korannya. Tidak biasanya minggu pagi Britney sudah berdandan cantik dan mengenakan dress sifon.

"Tumben kamu sudah rapi?" Tanya Kakek Restu saat melihat Britney yang hendak pergi.

Britney biasanya enggan untuk pergi di hari minggu, Britney selalu berada di kamarnya dan hanya menonton Drama Korea. Karena hari lainnya Britney sudah disibukan dengan setumpuk pekerjaan.

"Britney ada urusan Kek." Jawab Britney.

Britney bahkan tidak mengatakan kalau dia sudah menabrak orang. Masalah tentang Bram dia juga belum mengatakan kepada keluarganya.

"Britney, tante akan pergi lama. Tante titip adik kamu." Pinta tante Vanesa.

"Siap.... Tante tidak perlu khawatir soal itu." Jawab Britney.

"Kakak kamu juga akan menikah. Bagaimana persiapan pernikahan kamu?" Tanya Vanesa.

"Britney tidak jadi menikah. Britney sudah putus dengan Bram." Jawab Britney.

Kakeknya kaget mendengar hal itu, bahkan bulan depan mereka harusnya menikah. "Britney kamu sadar??"

"Kakek, Britney sangat sadar." Britney akhirnya menceritakan masalah Bram. Tantenya juga setuju dengan keputusan Britney. Walaupun hari pernikahan sudah ditetapkan, tapi undangan belum tersebar. Tidak masalah rugi booking wedding organizer.

Kakeknya hanya menghela nafas, anak muda jaman sekarang susah diatur. Kalau Britney ingin pria polos berarti akan sulit baginya. Bahkan tantenya tidak bersuami.

Vanesa Artika adalah model sosial media, dia mendapat income dari situ. Karena itu kesenangan Vanesa.

Restu Mahendra adalah kakek Britney, dialah pemilik Perusahaan RM. Britney adalah cucu kesayangan kakek Restu. Karena semenjak orang tua Britney meninggal, Britney tinggal dengan kakeknya.

.

.

.

Semoga kalian semua suka dengan cerita ini, jangan lupa Like, Komentar, Rate dan Vote untuk cerita ini. Terima Kasih semuanya 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!