Ditengah hiruk piruknya kota Y, terdapat seorang perempuan cantik dalam kondisi yang memprihatinkan.
Byuurr,
"Bangun" ucap seseorang yang suaranya sangat Saviera kenal.
"Alex?" ucap Saviera parau.
"Cih,, ternyata kau cukup tangguh Saviera" puji Alex.
"Kenapa?" ucap Saviera yang tidak suka bertela-tele.
"Cih,,, meskipun dalam keadaan seperti ini, kau masih saja bersikap angkuh di hadapan ku Saviera" ucap Alex.
"Sayang,,,, kok lama sih?" ucap seseorang gadis yang baru memasuki gedung tua itu.
Saviera mengenal siapa gadis itu, gadis itu adalah Alexsa. Alexsa merupakan sahabat Saviera semasa mereka menduduki bangku perkuliahan. Pada awalnya Saviera tidak menyangka bahwa yang menjadi selingkuhan kekasihnya itu adalah sahabatnya sendiri.
"Hy Saviera? Belum mati juga ya?" ucap Alexsa.
Saviera tidak menjawab ucapan Alexsa, ia cuma mengangkatkan alisnya saja.
"Cih,,, udah yang habisi saja dia, aku muak melihatnya" ucap Alexsa kepada Alex.
Tanpa banyak bicara alex langsung melepas kan dua peluru ke badan Saviera.
Dor ,,, Dor
"Saviera,,, kau itu adalah wanita bodoh yang pernah ku temui,, hahaha" ucap Alex puas melihat Saviera dalam keadaan tersiksa.
"Kenapa?" tanya Saviera.
"Saviera, kau itu sangat angkuh, dalam keadaan seperti ini pun kau masih memperlihatkan keangkuhan mu,,, tapi tidak apa-apa sebentar lagi malaikat maut datang menjemput mu" ucap Alexsa.
"Hahahaha,,, betul sekali sayang, Saviera apakah ada kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan?" tanya Alex.
" Aku bersumpah demi langit dan bumi, bahwa kematian ku ini akan menjadi awal kehancuran kalian di masa depan" ucap Saviera.
Dan dor,,,,
Peluru terakhir berhasil membuat Saviera tiada.
"Huh,,, akhirnya dia mampus juga dan sekarang kita bisa menikmati harta yang ia tinggalkan" ucap Alexsa.
"Hahahah,,, betul sayang, aku akan merekayasa kematian Saviera, agar kematiannya tidak menimbulkan kesalah pahaman nantinya" ucap Alex.
"Kamu sangat pintar sayang" ucap Alexsa kepada Alex.
****
"Non Saviera,,,," ucap perempuan yang menggunakan baju pelayan.
"Ughh,,, saya dimana?" ucap Saviera.
"Non?, non lagi di rumah sakit non" ucap pelayan itu.
"Rumah sakit? Bukannya saya sudah mati?" ucap Saviera.
"Non, maafkan saya ya non, saya gagal melindungi nona dari serangan saudara nona" jelas pelayan itu.
"Ughh,,,kepala saya sakit" ucap Saviera.
Saviera berusaha mengingat kejadian-kejadian yang di laluinya, namun yang ia dapat rasa sakit.
Pelayan yang menemaninya langsung memencet bel yang berada di atas tempat tidur nonanya itu.
"Kenapa mbak?" tanya dokter kepada pelayan itu.
"tolong selamatkan nona Saviera dok" ucap pelayan.
"Baik, saya mohon mbak untuk keluar dulu" ucap dokter.
Pelayan itu keluar dengar raut wajah panik. Panik jika majikannya kenapa-kenapa. Belum lagi perubahan dari sikap majikannya tadi.
Lima belas menit kemudian dokter pun keluar.
"bagaiman dok?" ucap pelayan itu hawatir.
"Nona sudah kami beri obat penenang, seperti pukulan yang ia terima menyebabkan ia kehilangan ingatannya" ucap dokter.
" Yaaaa tuhann,,,, apa kah saya boleh menemui nona dok?" tanya pelayan.
"Boleh, hanya saja jangan memaksa nona untuk mengingat hal-hal yang tidak ia ketahui" ucap dokter itu.
"baik dok" ucap pelayan itu.
"Hikss,,, hikss,,, nona,,,, maafkan aku" tangis pelayan itu.
****
"Ughhh dimana saya? Apa saya sudah di surga?" ucap Saviera.
Baru kali ini Saviera melihat taman yang begitu indah dan ini pertama kalinya ia sangat-sangat menyukai taman. Sebelum-sebelumnya biasa-biasa aja sih.
"Hai" sapa seseorang gadis kepada Saviera.
"Hmm" ucap Saviera, sebenarnya Saviera tidak ingin di ganggu oleh siapapun tapi karna ini surga tidak mungkin surga ini hanya di isi oleh dirinya pasti ada orang lain di sini pikir Saviera.
"Kamu masih saja tidak berubah Saviera" ucap gadis itu lagi.
"Siapa?" tanya Saviera.
"Aku Saviera, kau dan aku adalah satu" ucap gadis yang mengaku sebagai Saviera itu
"maksud mu?" tanya Saviera bingung.
"Intinya jiwa kita adalah satu" ucap Saviera.
"Lalu?" tanya Saviera.
"Aku di sini meminta pertolongan mu untuk menggantikan posisiku di dunia" ucap Saviera.
"Kenapa?" tanya Saviera to the poin.
"Karna saat ini, yang mengisi ragaku adalah dirimu,,, aku meminta pertolonganmu untuk memulihkan nama baikku dan mengubah cara orang-orang memandang diriku atau ragaku" ucap Saviera.
"Kenapa tidak kau saja?" tanya Saviera lagi.
"Aku sudah tidak bisa kembali ke dalam raga itu, karna aku sudah menyerah dengan dunia yang kejam itu. Aku menyerah karna keluargaku tidak menginginkan ku dan saudara tiriku menginginkan kematianku" jelas Saviera.
"Kenapa harus saya" tanya Saviera.
"Karena kamu ada aku tapi dengan versi yang berbeda" ucap Saviera.
"Aku tidak janji akan membatu mu, tapi akan aku usahakan" ucap Saviera menyanggupi permintaan jiwanya yang lain itu.
"Terimakasih, sepetinya kamu harus kembali ke dunia nyata" ucap Saviera.
Setelahnya ada cahaya yang menarik Saviera menjauh dari taman yang sangat ia sukai itu.
****
"Air" ucap Saviera.
"Nona,,, tunggu saya ambilkan air" ucap pelayan itu.
Setelah memilum air, Saviera meminta posisi tempat tidurnya di rubah menjadi posisi duduk. Setelah merasa nyaman barulah Saviera mulai nyaman.
"Siapa namamu?" tanya Saviera kepada pelayan yang telah menjaganya.
"Nama saya Lili non" ucap pelayan yang bernama Lili itu.
"Lili,,, tolong ceritakan kenapa saya bisa masuk rumah sakit" ucap Saviera.
"Sebelumnya nona masuk RS karna saudara tiri nona yang bernama Mona memukul pundak nona menggunakan tongkat kayu, karna posisi nona sedang menuruni anak tangga alhasil nona terguling kebawah" jelas Lili kepada Saviera.
"Lalu kemana kedua orang tuaku?" tanya Saviera.
"Maaf non, sebenarnya tuan dan nyonya mengetahui kejadian itu tapi mereka sema sekali tidak memperdulikan nona" ucap Lili.
"Kenapa?" tanya Saviera.
"Nona, mereka mengucilkan nona di sebabkan nona di sebut-sebut sebagai anak pembawa sial" ulas Lili.
"Ha?" kejut Saviera.
"Nona, apa nona mengira nyonya yang berada di rumah itu adalah orang tua kandung nona? kalau benar begitu, nona salah besar,, mendiang ibu nyonya meninggal di saat berjuang melahirkan nona,,, tatapi perjuangan nyonya malah membuat tuan besar tidak memperdulikan nona dan mencap nona sebagai anak pembawa sial karna telah membunuh istri tercintanya" jelas Lili.
Shittt,,, betapa bodohnya laki-laki yang di sebut ayah itu. Saviera maafkan aku karna telah mengatai ayah mu, tapi itu memang realitanya. Istri sudah susah-susah mengorbankan nyawa demi melahirkan anaknya eh dia malah nganggap anak yang di lahirkan sebagai pembawa sial itulah gumam Saviera didalam hatinya.
"Nona,,, mulai saat ini dan seterusnya,saya berjanji tidak akan meninggalkan nyonya sendiri" jelas Lili.
"Kau tidak perlu berjanji, cukup kau setia dengan saya, itu sudah cukup bagi saya" ucap Saviera
"Kenapa aku ngerasa nona berubah ya?" batin Lili.
"Kapan saya keluar" ucap Saviera memecah keheningan.
"H-hmm,,, saya tanya dokter dulu non" ucap Lili.
"Hmm" ucap Saviera.
Lili keluar dari ruangan rawat Saviera. Lili sesegera mungkin menemui dokter yang bertanggung jawab merawat nonanya. Selesai menemui dokter, Lili kembali ke ruangan Saviera.
"Bagaimana?" tanya Saviera.
"Kata dokternya, ia akan mengecek nona terlebih dahulu baru ia bisa memutuskan untuk memperbolehkan nona keluar atau tidaknya dari rumah sakit ini" jelas Lili.
"Hm,,, apa kau membawa handphone ku Lili" ucap Saviera.
"Ada nona, tunggu saya ambilkan" Lili segera mengambil handphone majikannya yang terletak di dalam tas majikannya itu.
Setelah menerima handphonenya, Saviera langsung melihat apa saja isi dari handphone milik Saviera sebelumnya.
"Shittt,,, warna wallpaper handphone sangat merusak mata, ganti!" baru saja Saviera membuka handphone Saviera malah yang ia dapat wallpaper handphone dengan warna pink.
Saviera memulai kehidupan barunya dengan mengganti semua yang ada di handphone Saviera sebelumnya.
"Kalau begini lebih bagus" gumam Saviera.
Selanjutnya Saviera ingin memeriksa pesan yang masuk melalui aplikasi hijau itu. Ia marah, karna pesan yang semuanya kirimkan untuk Saviera adalah keinginan untuk Saviera tiada. Sayangnya keinginan mereka terkabul, akan tetapi Saviera yang telah tiada itu diganti dengan Saviera dengan versi mengerikan.
Setelah membaca semua pesan, Saviera menghapus semua pesan dari saudara tirinya, ibu tirinya, dan teman-temannya. Tampaknya cuma ayah Saviera yang tidak menghubunginya.
"Sungguh kasihan sekali nasibmu Saviera,,, tidak ada yang peduli denganmu" gumam Saviera.
Pada akhirnya Saviera mengganti profil picture semua media sosial.
"Melelahkan sekali" ucap Saviera setalah selesai mengganti profil picture semua media sosial Saviera.
"Kenapa anda lelah nona?" tanya Lili bingung, karna sedari tadi nonanya itu cuma fokus bermain handphone.
Ketika Saviera hendak menjawab pertanyaan Lili, dokter yang merawat Saviera datang untuk memeriksa kondisinya.
"Permisi nona, saya akan memeriksa kondisi nona" ucap dokter.
"Hmm" jawab Saviera singkat.
Setelah dokter memeriksa kondisi Saviera, barulah ia bisa memutuskan.
"Karna kondisi nona sudah membaik, saya akan mengizinkan nona pulang,, tapi nona harus banyak beristirahat dan jangan lupa meminum obat yang sudah saya resep kan" ucap dokter itu.
"Hmm" jawab Saviera.
"Kalau begitu saya permisi dulu" ucap dokter itu seraya memberikan resep obat kepada Lili.
"Nona, saya akan menebus obat nona terlebih dahulu, baru lah siap itu kita bersiap-siap untuk pulang" jelas Lili di jawab dengan anggukan oleh Saviera.
Karna menebus obat itu membutuhkan waktu, Saviera memanfaatkan waktunya untuk menyimpan barang-barangnya sendiri. Setelah selesai ia kembali melihat handphone nya.
"Sepertinya masih di tahun yang sama," gumam Saviera yang mengingat kematiannya di raga sebelumnya.
Saviera mencari informasi tentang kematiannya dan dua penghianatan itu. Seketika tangan Saviera langsung mengepal, karna kematiannya di rekayasa oleh mantan kekasihnya dan mantan sahabatnya. Mereka merekayasa kematian Saviera dengan meledakkan gedung tempat mereka membunuh Saviera.
"Biadab kau Alex, tunggu saja pembalasanku" gumam Saviera.
Selanjutnya, Saviera mencari tahu kondisi harta kekayaannya dan orang-orang di bawah tanah.
"Hahaha,,,, kalian tidak akan pernah bisa mengambil milikku" gumam Saviera.
Semua harta yang dimiliki Saviera sudah ia amankan dan tidak mudah untuk kedua makhluk hidup itu membobol keamanan yang Saviera ciptakan.
Kondisi klan mafia yang di pimpinya masih aman. Bukan berarti tidak ada musuh yang ingin membabat habis klannya itu, hanya saja klannya itu sangat kuat belum lagi fasilitas senjata canggih yang tersedia. Itu sudah cukup untuk membabat semua musuh rendahan yang hendak menghancurkan klannya itu.
Selanjutnya Saviera menghubungi seseorang.
"Hallo" jawab seseorang di seberang sana.
"Temui saya di negara I" lalu panggilan itu terputus.
"Nona, anda habis menelfon siapa?" tanya Lili yang tidak sengaja mendengar telfon singkat majikannya.
"Seseorang, apa sudah siap?" tanya Saviera.
"Sudah, sa-,,, eh,,,, nona sudah membereskan semuanya?" ucap Lili kaget karena barang-barang yang akan di bawa pulang sudah dirapikan.
"Ayok kita pulang" ucap Saviera lalu melangkah keluar dari ruangan meninggalkan Lili yang masih termenung.
"E-eh,,,, nona tunggu" ucap Lili mengejar majikannya itu.
****
"Siapa?" tanya Jenifer kepada temannya yang baru saja mendapat telfon dari orang asing.
"Tidak tau, tapi cara dia berbicara sangat mirip dengan Saviera Jen" ucap Monica.
"Mungkin cuma kebetulan Mon,,,," ucap Rosa menenangkan Monica.
"Gak mungkin kebetulan Ros, cara dia berbicara dan cara dia memerintah itu sama dengan Saviera" tegas Monica.
"Memerintah?" tanya Jenifer.
"Dia memerintahkan untuk menemuinya di negara I,,,," jelas Monica.
"Palingan itu orang iseng" jelas Rosa menangkan Monica.
"Gak! Itu bukan orang iseng,,, aku kenal betul dengan cara memerintah seperti itu,,, pokonya kita akan terbang ke negara I saat ini juga" ucap Monica tidak mau di bantah.
"Anak ini kalau sudah ada kemauannya pasti tidak bisa bilang tidak, ini akibat Saviera terlalu memanjakannya" ucap Jenifer.
Saviera sangat memprihatikan Monica, karna dari ketiga temannya itu cuma Monica yang sedikit ceroboh dalam bertindak dan di tambah kehidupan Monica yang di penuhi dengan air mata. Hal itu membuat Saviera bertekat untuk membuat Monica bahagia.
"Ayok berangkat" ucap Monica kepada kedua temannya itu.
"Sekarang?" tanya Jenifer.
"Tahun depan,,,, ya sekarang dong,,, ayokkkkk!!!!" ucap Monica yang sudah beranjak dari posisi duduknya.
Pada akhirnya mereka mengikuti kemauan Monica. Sebenarnya Rosa dan Jenifer juga penasaran dengan seseorang yang menelfon Monica barusan, tapi mereka tidak yakin kalau seseorang itu adalah sahabat mereka Saviera.
****
"Apa ini rumahku?" tanya Saviera saat sampai di kediaman keluarganya.
"Ia nona, ini rumah nona" jelas Lili.
Saviera tidak menjawab, ia melangkahkan kakinya memasuki rumahnya. Di dalam rumah, ia sama sekali tidak dihiraukan sedangkan pada pelayan berani metap nya dengan pandangan rendah padahal mereka lah yang lebih rendah dari pada Saviera.
"Kau sudah pulang" tanya Gunawan kepada anak gadisnya dari pernikahannya dengan mendiang istrinya.
Saviera tidak menjawab hanya saja menatap Gunawan dari atas sampai kebawah.
"Lili, dimana kamarku?" tanya Saviera.
"E-eh,,,, kamar nona ada di lantai dua nona" ucap Lili takut, karna di depannya ada ayah dari nonanya.
"Ayok ke kamar" ucap Saviera.
"Sepertinya kau sudah mulai melawan kepada ayahmu ini" ucap Gunawan emosi karna tidak di hiraukan Saviera.
Namun, Saviera tidak menjawab omongan dari Gunawan. Hanya saja, Saviera menatap Gunawan dengan tatapan yang sangat tajam sehingga membuat Gunawan merasa ketakutan atas tatapan putrinya itu, belum lagi aura yang di keluarkan Saviera seakan-akan siap untuk melahap dirinya hidup-hidup
Seketika, Gunawan merasa ada yang berbeda dengan putrinya itu. Ia merasa Saviera yang di depannya bukanlah Saviera yang dulu.
Saviera yang tidak ingin berdebat meninggalkan keluarganya begitu saja di ruangan tengah.
"Lili, apa ini kamarku" tanya Saviera saat ia melihat nuansa kamar di penuhi dengan warna pink.
"Iya nona" ucap Lili.
Setelah mendapatkan jawaban dari Lili, Saviera langsung menemui Gunawan kembali. Padahal ia berniat untuk beristirahat dan mencari informasi tentang penghianat itu.
"Aku minta kamar ku di renov" ucap Saviera tiba-tiba kepada Gunawan.
"Kenapa? Bukan kah itu warna kesukaanmu?" tanya Gunawan yang sebenarnya mengetahui beberapa hal tentang putrinya.
"Jika aku bilang ganti ya ganti, tidak perlu di tanya kenapa" ucap Saviera kepada Gunawan.
"Baik lah," ucap Gunawan yang tidak ingin ada keributan saat ini.
"Cih,,, sepertinya orang rumah sakit tidak merawatmu dengan baik, makannya kau bisa setidak sopan ini" ucap Nola istri kedua Gunawan.
"Dan satu lagi, selama kamarku di renov aku akan menginap di apartemen, jadi aku minta uang untuk menyewa apartemen" ucap Saviera tanpa menghiraukan ibu tirinya.
"Eh,,, buat apa pakai sewa apartemen, mending kamu tinggal di kamar tamu saja" ucap Nola yang tidak mengizinkan Saviera tinggal di apartemen.
"Gundik sepertimu tidak ada hak untuk berbicara dengan ku" ucap Saviera.
"Apa kau bilang? Aku bukan gundik, yang gundik itu kamu,,, kalau kau keluar dari rumah pasti kau bersikap yang tidak-tidak di luar sana" tuduh Nola.
"Kau butuh berapa?" tanya Gunawan.
"Tidak banyak, cukup 15juta saja" ucap Saviera.
"Baik,, tapi kau harus bisa menjaga sikapmu di luar sana" ucap Gunawan lagi.
"Baik, oh ya, model baru kamar ku akan aku kirim lewat WhatsApp" ucap Saviera.
"Baik" ucap Gunawan lalu langsung mengirimkan uang kepada Saviera lewat e-banking.
"Sudah" ucap Gunawan seraya melihatkan bukti transaksi kepada Saviera.
"Terimakasih, oh ya,,, aku bawa mobil lambo" ucap Saviera.
"Sejak kapan kau bisa membawa mobil" tanya Nola yang selama ini mengetahu kalau Saviera tidak di izinkan untuk belajar mengemudi.
"Sejak saat ini,,, berikan kuncinya kepadaku" ucap Saviera.
"Ini" ucap Gunawan.
"Saya pergi" ucap Saviera.
"Kenapa papa memberikan kuncinya sih pa?" tanya Nola kepada suaminya itu.
"Itu hak ku memberi atau tidak,,," ucap Gunawan lalu pergi meninggalkan Nola.
"Sialan, gegara anak itu aku malah dimarahi oleh mas Gunawan, liat saja kamu nanti" ucap Nola kesal dengan sikap suaminya.
Gunawan sebenarnya sangat menyayangi putrinya itu, tapi melihat Saviera membuat hatinya terluka. Terluka karna istrinya tiada demi melahirkan Saviera.
"Sayang, maafkan mas,,, yang sudah melukai hati putri kita" gumam Gunawan seraya melihat foto dirinya dengan almarhum istrinya itu.
Gunawan sangat menyayangi ibu Saviera Meskipun ia sudah menikah lagi, ia tetap mencintai istrinya itu. Menikahi Nola merupakan salah satu cara Gunawan membesarkan Saviera. Namun sayangnya, istri yang ia pilih malah memperalatnya untuk melukai anak kandungnya sendiri.
Namun pada hari ini, Gunawan di kejutkan dengan perubahan sikap anaknya itu. Di tambah dengan permintaan anaknya barusan yang sebenarnya membuatnya terkejut. Karna sejauh yang ia ketahui anaknya sangat menyukai nuansa kamarnya itu. Dan ia dikejutkan dengan keinginan Saviera yang mau membawa lambo, padahal Saviera tidak pernah ia izinkan untuk belajar mengemudi.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" ucap Gunawan di ruang kerjanya itu.
Ia merasa terlalu banyak perubahan yang tampakkan oleh putrinya, belum lagi profil picture media sosial putrinya berubah tidak seperti sebelum ia mengalami kecelakaan.
****
Di sini Jenifer, Monica dan Rosa berhasil mendarat di negara I dengan aman. Sebenarnya ini pertama kalinya mereka bepergian jauh tanpa sosok yang telah tiada itu.
"Coba kamu kirim pesan ke orang itu" ucap Jenifer kepada Monica.
Karna pergi tanpa persiapan, alhasil mereka harus mencari terlebih dahulu tempat untuk mereka tinggal.
"Ok" ucap Monica.
"Dimana?" pesan Monica kepada sosok misterius itu.
Lima menit kemudian
"Apa sudah di balasnya?" tanya Rosa.
"Belum," ucap Monica yang terus menatap ponselnya.
"Haisss,,, seperti nya dia cuma bermain-main dengan kita" ucap Jenifer.
"Kalau dia berani mempermainkan kita liat saja nanti" ucap Monica dengan emosi.
"Lebih baik kita kepenginapan dulu, gue udah pesan kamar di salah satu hotel" ucap Rosa.
"Ayok" ucap Monica dan Jenifer serempak.
Karna terlalu lelah sampai-sampai mereka tidak sadar kalau saat ini di negara I sudah menunjukkan pukul 3 dini hari.
****
Pada pukul 9 pagi, Saviera sudah mengirimkan lokasinya kepada temannya itu. Ia tidak menyangka kalau temannya itu akan datang dengan cepat.
"Tidak berubah" ucap Saviera mengutuki Monica yang mengirim pesan kepadanya.
Pasalnya pesan yang di kirim Monica itu memperlihatkan kalau Monica sangat marah ketika pesannya tidak kunjung di balas.
Di sisi lain, Monica dan kedua temannya itu hendak kembali kenegara asal di kagetkan dengan notifikasi pesan dari nomor misterius itu.
"Eh,,, dia udah mengirimkan lokasinya" ucap Monica memperlihatkan Sherlock dari nomor misterius itu kepada kedua temannya.
"Ayuk keta temui" ucap Jenifer penasaran.
"Sepertinya lokasinya tidak jauh dari posisi kita saat ini" ucap Rosa.
"Hmm, yuk kita temui orang misterius itu" ucap Jenifer.
Akhirnya mereka menunda kepulangan mereka. Mereka memilih menyewa mobil untuk menemui seseorang yang misterius itu.
Di lokasi
Saviera melambaikan tangannya kepada tiga orang yang baru saja memasuki cafe itu. Ketiga orang itu langsung menghampiri Saviera.
"Duduk" ucap Saviera.
Dug
"Cara bicara ini, mirip dengan dirinya" gumam Jenifer.
"Siapa dia sebenarnya?" gumam Rosa.
"Saviera?" gumam Monica.
Itulah gumam ketiga orang itu di dalam Hati.
"Siapa kamu?" tanya Monica.
"Monica,,, sepertinya emosimu tidak pernah berubah, apakah seperti itu caramu menyapa saudara mu ini?, lalu tatapan apa ini Jenifer? Apa yang sudah kamu pikirkan Rosa?" ucap Saviera.
Ketiga orang tersebut terkejut, pasalnya orang yang didepan mereka saat ini mengenal siapa mereka.
"Siapa kamu sebenarnya? kenapa kamu bisa mengenal kami?" tanya Jenifer was-was takutnya di depan mereka merupakan musuh mereka sendiri.
"Jenifer, Monica dan kau Rosa,,, aku kembali" ucap Saviera dengan santai.
"Kembali? Siapa? Siapa kau?" tanya Monica.
Monica sangat kenal betul dengan cara berbicara itu.
"Aku? Aku Saviera, aku kembali" ucap Saviera membuat ketiga orang yang dihadapannya terkejut.
"Ha? Saviera sudah tiada beberapa hari yang lalu" ucap Rosa.
"Ya, aku sudah tiada di raga yang dahulu, tapi aku kembali di raga yang saat ini aku tempati" ucap Saviera.
"K-kau benar Saviera?" tanya Monica yang di jawab anggukan oleh Saviera.
"Huaaaaa,,,, Savieraaaa,,, kenapa kau meninggalkan kami? Kenapa kau,,, hikss,,,,hiks" air mata Monica sudah tidak bisa di tahan lagi.
Jenifer dan Rosa merasakan apa yang di rasakan Monica.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!