...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Duar duar duar
Huuuuuuuu hahahahha
Suara gemuruh dari party Popper dan teriakan para tamu undangan malam itu benar-benar sangat meriah.
bahkan sang pemilik pesta semakin hanyut dalam hubungan terlarang antara dirinya dengan seorang artis pendatang baru, yang memancing jiwa mudanya untuk bermain-main di belakang sang istri.
Hanya main-main, tak lebih dari itu!! Gumam Vincent ketika tergoda untuk menerima berwujud layanan wanita sebagai hadiah tembusnya proyek kerja sama mereka. hadiah itu dari salah seorang sahabatnya sebagai ucapan terimakasih, karena Vincent membantunya meyakinkan ayahnya agar mau bekerja sama dengan perusahaan sahabatnya.
"Kakak Ipar, ayo tunjukkan pesonamu!"
Semua orang yang berstatus rekan kerja dari sang Pria bernama Vincent itu justru mendukung sahabatnya untuk bermain api dengan seorang artis. bahkan seluruh tamu di sana saling mengetahui kartu dari masing-masing teman mereka yang hadir di tempat itu.
Bulan yang merupakan artis papan atas sekaligus selingkuhan Vincent pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk semakin menggoda Pria berstatus CEO di itu agar tak bisa lepas dari pesonanya.
Dengan lincah, Bulan berjalan berlenggak lenggok lalu duduk di pangkuan Vincent. hingga tanpa malu wanita itu mengalungkan tangannya di leher pria yang begitu ia cintai itu.
"Sayang, peluk aku!" Ucap Bulan dengan berbisik di samping telinganya Vincent, hingga membuat seluruh bulu kuduk pria itu seketika meremang.
Momen itulah yang di manfaatkan Bulan untuk meraba seluruh tubuh Vincent hingga dengan berani, wanita itu mencium bibir pria pujaan hatinya itu dengan sangat mesra.
"Waw waw waw.... "
Plok plok plok
Seluruh teman-teman Vincent berteriak serta bertepuk tangan sangat meriah ketika melihat kemesraan dua sejoli itu.
Anehnya, saat Keduanya berciuman, Bulan justru melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka sembari tersenyum miring.
Hingga siapa sangka, apa yang di lakukan Bulan itu ada alasannya. sebab, di luar ruangan party itu, seorang wanita cantik tengah menangis sembari memegangi dadanya yang terasa nyeri.
"Nona, ini tidak bisa di biarkan. ayo kita masuk!"
"JANGAN!!" Ucap Arneta yang merupakan istri dari Vincent.
Ia memang sengaja mencegah asisten pribadi nya itu untuk tidak membuat keributan di sana. terlebih, di tempat itu begitu banyak rekan kerja suaminya sehingga ia tidak ingin di buat malu.
"Tapi Nona, Bagaimana anda bisa diam setelah mereka terang-terangan mengkhianati anda?"
"Sudahlah. ayo kita pergi saja dari sini!"
Bukannya menjawab pertanyaan sang asisten pribadi, Arneta justru memilih menarik tangan asisten pribadi nya itu untuk segera pergi dari sana sebelum keberadaan mereka ketahuan.
Kepergian Arneta, nyatanya terpantau jelas oleh Bulan yang berfikir bahwa ini adalah kemenangan pertama untuknya merebut Vincent dari tangan Arneta.
Setelah memastikan Arneta benar-benar pergi, Bulan menarik diri dari ciuman mereka hingga membuat Vincent sedikit kecewa.
"Ada apa?" Tanya Vincent dengan wajah yang berubah dingin
Ia kecewa, sebab ketika ia tengah menikmati ciuman mereka, Bulan justru menarik diri hingga ciuman mereka terlepas.
"Ck. jangan marah sayang! Aku hanya ingin mengajakmu bersenang-senang di tempat lain, aku merindukan semuanya yang ada pada tubuh kekar ini." Ratu Bulan sembari meraba dada bidang Vincent hingga sukses membuat pria tampan itu tak sabar untuk bersenang-senang dengannya.
Vincent lalu menangkap tangan Bulan, lalu menciumnya. "Nakal ya," Ucap Vincent
Namun, Bulan hanya tersenyum sembari menggigit bibir bawahnya dengan menggoda. hingga membuat Vincent lantas langsung membopong tubuhnya ke ruangan lain yang ada di sisi lain ruang cara oke VVIP itu.
"Hei, mau kemana?"
"Halah, paling mereka mau......." Teman-teman Vincent nampak saling lirik sebelum akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.
"Tuan Vincent ternyata sudah ketagihan kuda-kuda an dengan Biduan."
"Diam kalian!" Bentak Vincent yang justru melipir masuk ke dalam room yang memang sudah di sediakan di samping tempat karaoke.
semua rekan bisnis Vincent justru meledek hingga menertawakan tingkah laku Vincent yang seratus delapan puluh derajat berubah setelah mengenal Bulan.
Vincent yang dulu paling alim di antara mereka, kini justru mudah sekali tergoda dengan sikap manja Bulan.
Awalnya Vincent adalah pengusaha kaya raya yang tidak neko-neko. Pria itu begitu setia pada istrinya, hingga suatu hari, teman-teman nya menjerumuskannya pada hal-hal terlarang.
Awalnya ia hanya coba-coba. Namun, berkat keinginannya coba-coba itu, Ia bertemu Bulan artis cantik yang tengah naik daun hingga berhasil meruntuhkan imannya.
******
"Tunggu dulu Nona! Nona lepaskan saya!" Ucap Mira sang sekretaris pribadi, sembari menghempaskan tangan Arneta agar tidak lagi menyeret dirinya. "Nona, apa yang anda lakukan?" tegur Mira sembari melipat kedua tangannya di depan dada
"Apa maksudmu?" Sikap Arneta yang begitu tenang jelas membuat Mira tak habis pikir dengan jalan pikiran atasannya itu.
Wanita itu menyaksikan suaminya berselingkuh di depan matanya sendiri. namun, sikap Arneta bisa setegar ini. bukankah seharusnya Arneta marah, begitu lah isi pikiran Mira.
"Nona, seharusnya anda marah dan melabrak penghianat itu!"
"kau berharap apa dariku? kau ingin melihatku mempermalukannya dengan menjambak nya tepat di depan rekan kerja suamiku, begitu?"
"Tentu saja. jika aku jadi anda, aku pasti sudah akan menjambak bahkan mencakar wajahnya bila perlu." Jawab Mira dengan menggebu
"Tapi sayangnya aku bukan kamu."
Deg.
Pernyataan Arneta barusan membuat Mira terdiam, lalu beberapa saat kemudian ia tertunduk. ia baru sadar jika apa yang ia lakukan tadi salah, sebab ia sempat lupa siapa Arneta.
"Nona, maafkan saya!" Ucap Mira sembari mengatupkan kedua tangannya
Arneta tersenyum, Lalu menggenggam tangan Mira sembari berusaha untuk memberikan pengertian pada asisten pribadinya itu.
"Dengar Mira! di tempat itu berisi seluruh rekan kerja suamiku. tidak kah kau tau jika mereka itu sama saja? jika kita gegabah mendatangi mereka dan membuat keributan di sana, apakah kau yakin jika mereka akan membela kita?"
Deg
Mira yang tadinya tertunduk, kini sontak mengangkat wajahnya dengan mata terbelalak.
Apa yang di katakan atasannya itu ada benarnya. bahkan, hampir semua orang yang ada di ruangan tadi, ia pun mengenal mereka.
"Apa menurutmu tidak aneh, jika mereka semua hanya diam mengetahui perselingkuhan Vincent dengan wanita itu? sementara mereka mengenalku dengan baik."
Bibir Mira semakin menganga lebar setelah mendengar fakta yang di ucapkan Arneta. lantas ia menutup mulutnya sendiri sembari menatap Arneta yang bahkan sudah berfikir sejauh itu, pemikiran yang sama sekali tidak terbesit di benaknya saat tadi melihat sendiri perselingkuhan suami atasannya bersama seorang artis terkenal.
Sembari meraih tangan Arneta, Mira bertanya. "Nona, anda baik-baik saja kan?"
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Lebih baik kita pergi dari sini sebelum Vincent dan teman-temannya nya melihat kita ada di sini, ayo!"
Lalu, Keduanya terburu-buru masuk ke dalam mobil. Sikap tenang yang di tunjukkan Arneta di depan Mira ternyata tak sepenuhnya benar. di dalam hati, Arneta begitu terpukul namun tetap mencoba untuk menutupi keterpurukan nya di hadapan Mira.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam mobil, Arneta hanya diam sembari menatap ke arah luar. tatapannya kosong, hatinya terluka. pria yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata tega bermain api di belakangnya.
Arneta tenggelam dalam ingatan nya di mana ia bisa sampai ke tempat itu.
Ia kembali teringat bagaimana pertama kali ia mengenal Bulan, artis muda yang tengah naik daun yang tiba-tiba datang ke butiknya seminggu yang lalu.
Wanita itu beralibi ingin mengambil sendiri gaun pesta pesanannya dan ingin bertemu secara langsung dengan Designer gaun itu untuk mengucapkan terima kasih.
Namun siapa sangka, hari itu adalah awal di mana Bulan telah mempermainkan nya.
"Wah gaun ini bagus sekali, apakah ini gaun rancangan anda?"
"Benar, ini gaun rancangan saya sendiri, apakah anda menyukainya?"
"Of course, tentu saja saya sangat menyukainya. warna ini warna kesukaan calon suami saya dan kebetulan saya akan memakai gaun ini untuk pesta pertunangan kami nanti." Jawab Bulan sembari menatap gaun putih dengan aksen Fit to body dengan sentuhan klasik pesanannya
"Wah anda akan bertunangan? pasti acaranya akan sangat meriah."
"Tidak," jawab Bulan dengan ekspresi wajah sedih
"Kenapa? bukannya pertunangan atau pernikahan seorang artis akan selalu di liput Media dan akan menjadi berita besar. apalagi, anda saat ini tengah naik daun, pasti pestanya akan sangat meriah bukan."
Arneta cukup antusias mendengar kabar itu, kabar di mana seorang artis terkenal akan bertunangan. terlebih, gaun yang akan di gunakan Bulan adalah gaun rancangan nya. sudah pasti, itu akan membuka peluang nama butiknya semakin terkenal.
"Sayangnya calon suamiku menginginkan pertunangan kami di lakukan secara private dan hanya orang-orang tertentu saja yang di undang."
"Oh begitu ya, sayang sekali." Ucap Arneta dengan senyum yang sejak tadi tidak pernah luntur dahi bibirnya
Tanpa di sadari Arneta, saat ini bulan tengah tersenyum sinis ke arahnya. lalu wanita itu seperti tengah mencari sesuatu di dalam tasnya, setelah mendapatkan apa yang ia cari, Bulan lantas mengulurkan nya ke arah Arneta
"Ini untuk anda."
Deg
Arneta cukup terkejut ketika Bulan tiba-tiba mengulurkan sebuah undangan di hadapannya, yang ia yakini adalah undangan pertunangan nya.
apalagi sebelumnya mereka belum saling mengenal satu sama lain, lalu bagaimana bisa Bulan tiba-tiba memberinya sebuah undangan.
Arneta menerima undangan itu dengan senang hati. "Ahhhhh ini untuk saya?"
"Ya. Anda harus datang! aku sangat berharap Designer Gaun ini melihat gaunnya akan menjadi pusat perhatian di pesta pertunangan ku nanti!" Setelah mengatakan itu, Bulan memutuskan untuk pamit pergi
dan tanpa kecurigaan di dalam hatinya, Arneta membiarkan saja wanita itu pergi. sebenernya Arneta tidak berminat untuk datang ke pernikahan Bulan. namun justru wanita itu yang begitu getol setiap hari mengiriminya pesan untuk jangan lupa datang ke pesta pernikahannya
Hingga satu minggu kemudian, Akhirnya mau tidak mau Arneta menerima undangan itu sebagai wujud penghormatan kepada Kliennya.
Dret Dret
Dering Ponsel yang ada di genggaman tangan Arneta membuat wanita itu terkejut, lalu sadar dari lamunan panjangnya hingga tak sengaja melemparkan ponsel nya sendiri.
"Ya Tuhan, Astaga.... apa yang aku lakukan?" Gumam Arneta sembari mengusap keningnya, lalu dengan segera ia mengambil ponselnya kembali.
Mira menyaksikan semuanya. namun, ia memilih diam dan tetap fokus ke arah kemudi. sebab, ia tau suasana hati atasannya itu sedang tidak baik.
Ketika Arneta sudah berhasil menyalakan ponselnya, terdapat nomor Bulan yang kedapatan mengiriminya pesan.
Deg Deg Deg
Dengan tangan bergetar, Arneta memaksakan diri untuk membuka pesan itu, meskipun ia sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan yang terburuk.
Deg
Terlihat jelas dalam pesan itu berisi sebuah foto cincin yang bertengger manis di jari kelingking tangan wanita yang sudah dengan sadar menjadi orang ke tiga dalam hubungan pernikahan mereka.
Tak cukup sampai di situ, Bulan juga menuliskan pesan di bawah foto itu.
"Maafkan aku karena harus melakukan ini! Tapi apa dayaku jika pria setampan Vincent telah melamar ku malam ini. ku harap kau akan mengerti dan sadar diri! sebab, aku sudah terlanjur mengandung calon anak kami, calon penerus keluarga Vincent."
Setelah membaca pesan itu, Arneta tak kuasa menahan tangis yang sejak tadi ia tahan. tangannya sampai bergetar hingga menyebabkan ponselnya kembali terjatuh.
Hiks hiks Hiks
Melihat itu, Mila seketika panik hingga memilih segera menepikan mobilnya.
"Nona, anda kenapa?" Tanya Mila sembari menoleh ke arah Arneta, ia tidak tega melihat keadaan Arneta semakin terpuruk hingga memilih untuk langsung memeluk atasannya.
Di pelukan Mila, tangis Arneta semakin pecah.
Mila memilih mengusap punggung Arneta dengan tujuan menenangkan. lalu, ia tak sengaja melihat ponsel Arneta yang kembali menyala, tanpa memiliki maksud apapun, Mila meraih ponsel itu hingga tak sengaja melihat foto dan pesan yang baru saja di kirim Bulan.
Seketika itu, Mila sadar bahwa pesan itulah yang membuat atasannya menjadi seperti ini.
"Astaga, wanita macam apa dia? bisa-bisanya ia melakukan ini?" Gumam Mila tak habis pikir
Sembari mengusap air matanya, Arneta menarik dirinya dari pelukan Mila. "Aku ingin pulang Mila, antar aku pulang!" Ucap nya dengan wajah sembab
"Tapi Nona, apakah tidak lebih baik jika kita melaporkan semua ini kepada polisi? anda tau jika kasus semacam ini bisa saja di tuntut, apalagi wanita yang menjadi pelakunya adalah seorang selebriti, itu akan lebih mudah untuk membuat wanita itu sadar dan pergi."
"Tidak!! kau pikir polisi akan semudah itu menerima laporan tanpa bukti?"
Deg
Mila terdiam, seketika ia sadar bahwa atasannya itu pun baru mengetahui perselingkuhan itu tadi. namun, Mila secepat mungkin memutar otak demi meyakinkan Arneta untuk tetap melaporkan perbuatan itu ke pihak berwajib.
Lalu, Mila teringat dengan pesan yang di kirimkan Bulan pada ponsel Arneta.
"Oh iya Nona, pesan ini, pesan ini bukankah bisa menjadi bukti?" Ucap Mila sembari mengangkat Ponsel Arneta yang kebetulan ia pegang.
Namun tiba-tiba Arneta merebut Ponsel itu dari tangannya hingga membuat Mila sedikit tersentak kaget.
"Nona, apa? kenapa?"
"sudah ku bilang tidak, Mila. bukti ini belum cukup, polisi tidak akan memprosesnya kecuali kita memiliki bukti yang lain...."
"Bukti yang lain? bukti yang mana Nona?"
Lalu, Arneta meraih tangan Mila untuk ia genggam sembari berkata, "apa kau mau membantuku?"
Dengan yakin Mila menganggukkan kepalanya, "Tentu saja nona,"
"Jangan katakan apapun kepada orang lain soal apa yang kau lihat tadi! berjanjilah padaku, jika ini akan menjadi rahasia kita berdua."
"Tapi Nona, kenapa saya harus melakukan itu?"
"Karena Vincent bukanlah orang sembarangan Mila." Pekik Arneta hingga membuat Mila terdiam.
"jika sampai dia tau, kau lah yang menyebarkan berita buruk tentangnya bukan hal yang sulit untuknya menyakitimu dan keluargamu. bahkan, akupun tidak yakin jika bisa menyelamatkan mu jika sampai itu terjadi." imbuh Arneta lagi dengan wajah yang berubah dingin
Mendengar itu, nyali Mila seketika menciut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di halaman rumah mengahnya, Arneta masuk ke dalam dengan langkah limbung. jiwanya seolah melayang jauh teringat masa lalunya yang begitu bahagia dengan sang suami sebelum fakta menyakitkan itu terungkap.
"Selamat malam nyonya," Sapa pelayan seperti biasa menyambut kepulangannya
Arneta menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan kosong, sehingga membuat sosok pelayan itu sedikit heran.
Setelah jarak mereka semakin dekat, pelayan itu kembali bersuara. "Akhirnya anda pulang juga Nyonya. tadi tuan berpesan jika tuan hari ini tidak bisa pulang sebab mendadak harus pergi keluar kota."
Deg
Arneta seketika menghentikan langkahnya. tubuhnya yang tadinya tak lagi bertenaga kini seolah kembali sehat, bahkan tangannya terlihat terkepal kuat.
Pemandangan itu membuat sang Pelayan semakin bingung. posisi Arneta yang membelakangi nya membuat pelayan itu tidak bisa melihat expresi wanita itu dengan jelas.
Atasannya itu tadinya pergi dari rumah untuk menghadiri sebuah pesta. namun, setelah pulang dari pesta sikapnya mulai berubah tak seperti biasanya.
Sikap diam Arneta membuat sang pelayan kembali bertanya. "Nyonya, apakah anda baik-baik saja? atau mungkin anda membutuhkan sesuatu?"
Tanpa berbalik Arneta menjawab, " Tidak perlu, aku hanya ingin segera istirahat di kamar." ucap Arneta, lalu melanjutkan langkahnya menuju anak tangga
****
Di dalam kamarnya, Arneta termenung ia menatap cincin pernikahannya dengan sang suami yang masih bertengger di jari manisnya.
Tak terasa air matanya luruh. tiga hari lagi adalah ulang tahun pernikahannya, namun justru ia mengetahui fakta menyakitkan jika selama ini sang suami telah tega menduakan cintanya.
"Kamu tega, Mas. apa salahku padamu? apakah karena belum hadirnya anak di antara kita, sehingga kau dengan tega melakukan ini padaku?"
Pekik Arneta sembari meremas dadanya sendiri.
Tubuhnya seketika luruh di pinggir ranjangnya, dadanya bergetar hebat. ia hanya ingin meluapkan rasa sesak di hatinya setelah mengetahui fakta menyakitkan setelah 3 tahun pernikahannya.
Di tengah-tengah kekalutan hatinya, Arneta teringat saat-saat manis ketika Vincent meyakinkannya untuk menikahinya.
Cup
Vincent mencium tangan Arneta ketika lamarannya di terima. malam itu, keduanya tengah makan malam mesra berdua di sebuah hotel mewah milih Vincent. hanya ada mereka berdua di suasana yang di sering begitu romantis oleh pria itu.
"Terimakasih sudah menerima lamaran ku sayang, aku berjanji akan setia dan selalu mencintaimu. akan ku hapus luka masa lalu di hatimu tentang ayahmu yang pengkhianat itu."
Mendengar itu, Arneta tersenyum sembari menitihkan air mata bahagianya.
Melihat itu, Reflek Vincent mengusap air mata Arneta hingga berakhir memeluknya. sikap manis Vincent membuat Arneta semakin yakin jika Vincent adalah pria yang tepat untuk dirinya.
"Terimakasih, terimakasih sudah mau menungguku." Ucap Arneta di sela-sela tangisnya saat berada di pelukan Vincent
Mendengar itu, Pria itu justru semakin mengeratkan pelukannya.
Beberapa saat berlalu, Vincent mengantar Arneta pulang ke rumahnya dan di sambut oleh ibu Arneta, yang ternyata sudah menunggu mereka di depan rumah.
Ketika Vincent membukakan pintu untuk Arneta, Sang ibunda nampak tidak senang hingga memilih bangkit dari duduknya untuk menghampiri keduanya.
"Wah, wah, wah bagus. Dari mana saja Kalian? kenapa jam segini baru pulang?" Bentak sang ibu dengan tatapan tajam
Keduanya sontak terkejut, terutama Vincent yang tidak menyangka jika respon dari ibu Arneta akan se ketus itu padanya.
"Tante, maaf jika saya terlalu malam mengantarkan Arneta untuk pulang. saya......."
"Cukup! aku tidak butuh mendengar penjelasanmu." Potong Ibu Arneta, sembari menarik lengan sang Putri ke belakang tubuhnya
"Mom, kami hanya makan malam dan mas Vincent baru saja melamar Netta." Ucap Arneta sembari menunjukan jari kelingkingnya yang melingkar sebuah cincin berlian
Melihat itu, bukannya senang, sang ibu justru semakin murka hingga menarik tangan Arneta untuk melepaskan cincin itu dari jari putrinya.
"Mom, apa yang Mommy lakukan?"
"Lepaskan itu Netta! bukankah sudah Mommy katakan jika jangan percaya dengan ucapan seorang Pria. mereka semua pembohong, kau akan terluka jika terlibat dengan mereka."
"Mom, mas Vincent tidak seperti itu Mom." Ucap Arneta sembari berusaha untuk menghalangi sang ibu agar tidak merebut cincin itu
Vincent akhirnya turun tangan setelah melihat perdebatan yang terjadi di antara keduanya. "Tante, saya tau ketakutan tante di masa lalu. tapi saya sudah berjanji di depan Arneta jika saya akan selalu setia dan mencintai Arneta setulus hati saya. jadi, tante jangan khawatir!"
"BULLSHIT" Bentak sang Ibu, hingga membuat Vincent dan Arneta kompak terdiam
"Netta, Dengar ini baik-baik! Dia... " Tunjuk sang Ibu tepat di depan wajah Vincent, hingga pria itu reflek mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Dia itu tidak baik untuk mu. Mommy rasa, pria ini suatu saat akan menyakitimu seperti Daddymu dulu... sudah Mommy ingatkan padamu, jangan sampai termakan ucapan manis laki-laki. Kenapa kau masih keras kepala?"
"Tidak Mom, Vincent tidak seperti itu. " Jawab Arneta tegas
"Ya tante, saya berjanji akan setia pada Arneta."
"Baiklah, jika kalian masih nekat untuk bersama, maka Arneta harus memilih antara laki-laki itu atau Mommy! Jika kau memilih dia, kau harus pergi dari rumah ini. tapi, jika kau memilih Mommy, kau harus memutuskan hubungan kalian. bagaimana?"
"Tidak Mom, mana mungkin Netta melakukan itu? mommy dan Vincent sama-sama berarti di hidup Netta, bagaimana mungkin Netta memilih satu di anatara kalian?"
"TIDAK. kau harus memilih."
Ibu Arneta kembali berteriak hingga membuat Vincent hampir putus asa
Sedangkan Arneta hanya bisa menangis mendengar syarat yang di berikan sang ibu. di sisi lain, ia takut pada sang ibu. namun di sisi lainnya, ia mencintai Vincent. ini pilihan yang cukup sulit dan berat untuknya.
"Aku tidak bisa Mom." Jawab Arneta dengan menggeleng lemah
Ibu Arneta hanya tersenyum kecut melihat reaksi putrinya. ia semakin yakin, sikap Arneta yang pembangkang di sebabkan pengaruh dari Vincent hingga membuatnya memutuskan untuk bersikap tegas.
Buru-buru ia masuk ke dalam rumah tanpa sepatah kata pun, hingga membuat Vincent dapat bernafas lega. sebab, ia berfikir pertengkaran ibu dan anak itu sudah berakhir.
Namun, sayangnya ketenangan itu hanya berlangsung sementara. sebab, Ibu Arneta kembali keluar namun kali ini dengan membawa dua koper dan tas milik Arneta yang akhirnya di lemparnya keluar.
Brak
Arneta terkejut hingga berusaha untuk menghampiri sang Mommy, meskipun dengan tegas sang ibu menepis tangannya hingga tubuhnya hampir saja tersungkur jika Vincent tidak segera menangkap tubuhnya.
"Pergi dari sini! sikap ragu-ragu mu itu membuat Mommy yakin jika kau lebih memilih laki-laki itu di Banding Mommy."
"Tidak Mom, ini salah paham. biar aku jelaskan!"
Arneta kembali mencoba mendekat, namun Sang ibu justru kembali menepis tangannya sembari berteriak sebelum pergi dari tempat itu.
"Pergi! Dan ingat baik-baik kata-kata Mommy ini Netta! Pria itu suatu saat akan mengkhianati mu, dan saat itu tiba, kau pasti akan menangis kembali ke pada Mommy."
Duarrrrr
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!