POV Zhea
Namaku Zhea Zalika, aku tinggal seorang diri dirumah peninggalan kedua orang tuaku, rumah tempat terakhir kedua orang tuaku menghembuskan nafas terakhirnya karna dibunuh didepan mataku, mama yang lebih dulu menyembunyikan ku didalam kolom tempat tidurku membuat ku selamat dari maut saat itu, aku yang masih berusia 8 tahun saat itu hanya bisa menangis dalam diam menyaksikan perbuatan keji orang-orang yang telah membunuh kedua orang tuaku.....
Dendam membara didalam diriku, aku telah bersumpah kepada diriku sendiri dan kedua orang tuaku bahwa kematian mereka akan terbalaskan dengan kedua tanganku sendiri....
"Asal bayarannya sesuai aku tidak masalah....."
"Kirim saja fotonya, aku akan melenyapkan nya kurang dari 24 jam!!......"
Aku bekerja sebagai pembunuh bayaran, pekerjaan yang kulakukan sejak usiaku memasuki 19 tahun, semua ini kulakukan untuk mencari pembunuh kedua orang tuaku yang bernama Arya Wirajaya, Aku mengetahuinya saat salah satu pembunuh itu menjawab pertanyaan dari papa waktu itu....
"Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?...."teriak papaku dalam kesakitan, seorang laki-laki berambut gondrong berjongkok dan tersenyum remeh pada papaku.....
"Siapa lagi kalau bukan Arya Wirajaya....."mata papa membulat sempurna, dari raut wajahnya, seperti dia sangat terkejut mendengar nama itu....
"Tidak mungkin, Arya tidak mungkin melakukan ini semua, kami bersahabat dari kecil, tidak ada alasan untuk dia membenciku, kalian pasti berbohong....."Papa menyangkal apa yang baru saja didengarnya, dari raut wajahnya dia tampak terkejut tapi dia tidak percaya jika sahabat masa kecilnya telah melakukan semua ini padanya....
"Mau percaya atau tidak kami tidak perduli yang penting tugas kami selesai...."Para penjahat itu pun langsung menodongkan pistol pada kedua orang tuaku, tanpa perasaan mereka langsung menarik pelatuknya, aku segera menutup mata saat peluruh itu menghujam tubuh kedua orang tuaku, tangisan ku hampir pecah, sekuat tenaga aku mencoba untuk menutup mulutku rapat-rapat agar suara tangisan ku tak terdengar pelan orang jahat itu.....
Setelah menghabisi kedua orang tuaku, para penjahat itu pergi meninggalkan rumahku, aku segera keluar dan menghampiri tubuh tak bernyawa mama dan papanya,....
"Mama papa bangun!!, jangan tinggalkan Zhea, nanti Zhea sama siapa, bangun Ma, Pa!!....."Aku mengguncang tubuh kedua orang tuaku secara bergantian tapi tidak ada respon sedikitpun, darah yang mengucur dari tubuh mereka kini mengenang dilantai, baju yang saat ini ku kenakan pun terkena darah, lama aku menangisi jasad kedua orang tua ku, sehingga mata ini pun mulai tertutup, aku pingsan seraya memeluk tubuh kedua orang tuaku.....
Flash back Off
Dadaku serasa berdebar kencang saat membayangkan kejadian saat itu, rasa sakit di dadaku kian bertambah setiap detiknya, dendam yang membara didalam diriku seperti dipupuk sehingga bertambah besar dan dalam, aku telah bersumpah akan membalas kematian kedua orang tuaku.....
Ting.....
Sebuah pesan masuk ke ponsel ku, segera ku periksa, ada beberapa foto seorang laki-laki paruh baya, ini adalah foto orang yang harus ku lenyapkan....
"Tidak sulit......"kembali kumasukkan benda pipih itu kemudian berjalan masuk ketempat penyimpanan senjata rahasiaku, ku ambil senjata yang bisa mematikan seseorang dari jarak jauh, kemudian memeriksanya.....
POV Author
Sementara dilain tempat, seorang pemuda tengah menunduk sedih melihat makam kedua orang tuanya, hampir 1 jam dia hanya duduk ditengah-tengah makam kedua orang tuanya, sekali-kali mengusap Nisan itu bergantian, tidak ada air mata, yang ada hanya raut kesedihan.....
"Maaf Tuan, sepertinya akan terjadi hujan besar, apa tidak sebaiknya kita kembali?...."Seorang lelaki paruh baya mendekati, lelaki itu mendongak kemudian mengangguk, ia segera berdiri usai mencium batu nisan orang tuanya secara bergantian.....
"Rimba pamit ya Ma, Pa, kalau Rimba ngak sibuk Rimba akan kesini lagi bulan depan....."Lelaki yang bernama Rimba itu pun segera berbalik lalu berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pemakaman.....
"Kita ke Kantor!!....."Serunya usai mendudukkan tubuhnya,
"Baik tuan muda....."pria paruh baya itu pun segera melajukan mobilnya menuju kantor.....
"Apa kalian belum menemukan siapa pembunuh kedua orang tuaku?....."Rimba terdiam cukup lama, memandang keluar jendela menyaksikan hujan turun dengan sangat deras.....
"Maafkan kami Tuan muda, orang ini sangat misterius, dia berhasil menghapus jejaknya, tapi saya dan anak buah saya masih terus melakukan pencarian....."Lelaki paru baya yang sedang sibuk menyetir itu hanya bisa menghela napas panjang.....
"Ini sudah 12 tahun, apa tidak ada jejak sekecil apapun yang kalian dapat? Apa gunanya uang yang ku berikan pada kalian semua jika mencari pembunuh kedua orang tuaku saja kalian tidak bisa?...."Rimba yang kesal langsung membanting ponselnya kelantai sehingga ponsel itu terbagi menjadi beberapa bagian....
"Sehebat apapun kalian bersembunyi pasti suatu saat aku akan menemukan kalian, aku akan membuat kalian menyesal karna hidup didunia ini...."tangan Rimba terkepal kuat, tatapan tajamnya tertuju keluar jendela memandangi kota yang kini sedang diguyur hujan deras.....
"Tuan muda, semoga tuan muda tidak lupa, jika nanti malam ada perayaan pembukaan cabang baru dari perusahaan tuan Baskoro...."Lelaki yang usianya berkisar 40 tahun itu mengingatkan Rimba jika ada undangan dari kolega bisnis nya yang membuka cabang baru.....
"Aku tidak lupa, persiapkan saja semuanya....."
"Baik tuan muda.....
.......
"Apakah kamu sudah melihat targetnya?....."
"Sudah, aku sudah melihat targetnya, anda jangan khawatir, tugas ini akan terlaksana 30 menit kedepan,....."Zhea mematikan teleponnya, bersandar di kursi memperhatikan suasana diluar gedung yang sedang ramai kesana kemari mempersiapkan acara pembukaan cabang baru.....
Zhea berada didalam sebuah gedung kosong, gedung yang sudah lama di kosongkan, tempat itu menjadi tempat yang sangat cocok untuk Zhea melakukan aksinya,.....
Zhea mengambil senjatanya, memasukkan dua peluruh kedalam senapannya, lalu membidik sasaran nya....
"Sangat pas, sekali tembak pasti dia akan langsung pindah alam....."Ujarnya kala sasarannya kini pas dengan bidikan senjatanya.....
Zhea memang Ahli dalam menembak jarak jauh, bisa dibilang di tidak pernah gagal dalam aksinya dalam menembak.....
Sementara di luar gedung, semua para tamu berdatangan, mengucapkan selamat pada Tuan Baskoro, penyelanggara acara yang kini sedang berlangsung.....
"Tuan Rimba, saya sangat senang atas kedatangan tuan Rimba, silahkan masuk, Tuan adalah tamu spesial saya malam ini...."Tuan Baskoro segera menghampiri Rimba kala melihat lelaki berbadan tinggi dan kekar itu menuju kearahnya.....
"Selamat atas cabang baru nya Pak Baskoro, saya turun senang atas pencapaian anda...."Rimba menyampaikan selamat pada Tuan Baskoro, kemudian menuju tempat yang telah di sediakan oleh nya.....
Perusahaan tuan Baskoro Hendarso adalah anak cabang dari perusahaan besar milik Rimba yang diserahkan untuk dikelola oleh tuan Baskoro, semua itu adalah hadiah dari Rimba atas pengabdian Baskoro terhadap Rimba sejak dulu.....
Walaupun dikenal dingin dan tegas, Rimba selalu memberikan hadiah pada bawahannya yang telah lama mengabdikan diri kepada keluarganya, dan salah satunya adalah Baskoro.....
Acara berlangsung Meriah, Baskoro menyampaikan banyak pidato dan berterima kasih kepada Rimba yang telah mempercayakan beberapa perusahaan padanya, tepuk tangan terdengar meriah kala Pak Baskoro mengakhiri pidato nya.....
Pak Baskoro kemudian turun dari panggung, baru beberapa langkah menginjak tangga, tubuhnya langsung terhuyung dan sedetik kemudian dia terdepak kelantai, darah mulai keluar dari dadanya....
"Tepat sasaran, dan tugas selesai....."Zhea tersenyum puas setelah tugasnya berhasil dia lakukan, Zhea segera berkemas kemudian meninggalkan tempat terbengkalai itu.....
Sementara di kedua, keadaan menjadi kacau, orang-orang ketakutan dan berlari meninggalkan tempat itu, mereka takut dan histeris dengan apa yang baru saja terjadi didepan mata mereka....
Beberapa pengawal Rimba langsung berlari untuk melindungi Rimba, sebagai pengawal mengangkat tubuh Tuan Baskoro yang sudah tak bernyawa....,
"Tembakan jarak jauh?, cepat sebar pengawal dan cari pelakunya, cari di tempat tersembunyi, dan tempat yang sudah terbengkalai!!...."Teriak Rimba menggema, sebagian pengawalnya pun menjalankan perintah Rimba untuk mencari pembunuh tuan Baskoro.....
"Tuan muda, sebaiknya kita meninggalkan tempat ini, saya takut pembunuh itu sebenarnya mengincar tuan tapi salah sasaran....."Orang kepercayaan Rimba mendekat dan mengajak Rimba meninggalkan tempat itu, karna dia berpikir semua penyerangan ini di tujukan padanya....
"Baiklah, tapi sebar sebagian pengawalmu untuk mencari pelaku pembunuhan ini!..."Rimba pun meninggalkan tempat itu.....
.....
"Kerjamu sangat bagus Nona, saya sangat terkesan dengan aksimu, bayaran yang pantas untukmu sudah saya kirimkan...."
"Terima kasih senang bekerja sama dengan anda....."Zhea mematikan telfon nya ia merasa senang kala kliennya puas dengan pekerjaan nya, Zhea segera membuang kartu yang dia pakai, memusnahkan bukti agar jejaknya tidak tercium polisi....
"Apa yang tuan pikirkan?....."Rimba menghela napas, dia menyenderkan kepalanya dan memejamkan mata....
"Saya memikirkan kejadian tadi, sungguh malang nasib Baskoro, entah siapa yang telah melakukan ini padanya? Saya yakin penembak itu sangat handal dalam memainkan senjata...."
"Apa Tuan tidak berpikir jika dia sedang mengincar tuan tapi salah sasaran?....."
Rimba menggelengkan kepalanya....
"Tidak, posisiku dan Baskoro sangat jauh, penembak ini memang mengincar Baskoro, dilihat dari letak peluruh itu bersarang, dan bisa dipastikan Peluruh itu tembus kedalam jantung Baskoro....."Lelaki paruh baya itu mengangguk tanda setuju.......
"Pak tolong kirimkan bela sungkawa untuk mereka yang di tinggalkan...."Seru Rimba pada supir nya....
"Baik Tuan...."
Mobil sedan warna Biru itu melaju meninggalkan gedung, tempat dimana tragedi penembakan terjadi....
"Tenang Zhea, tenang semuanya akan baik-baik saja...."Zhea menghela napas pelan, tangannya mulai bergetar hebat, air mata mulai merembes keluar dari matanya....
"Semua ini kulakukan demi kalian, aku mengambil pekerjaan seperti ini karna aku ingin mencari keadilan untuk kematian kalian berdua, jadi kumohon jangan benci aku....."Zhea menghapus air matanya kemudian fokus pada kemudi....
Walaupun Zhea telah melenyapkan Puluhan orang, tentu dia juga manusia biasa yang merasa bersalah, tapi Zhea tidak bisa melakukan apapun, demi mencari keadilan Zhea harus memantapkan hati nya, mencari pelaku pembunuh orang tuanya....
Saat Zhea sedang fokus menyetir, tiba-tiba seekor kucing berlari kedepan mobilnya, sontak dia terkejut dan membanting Setir sehingga dia menabrak pohon besar, hal itu membuat kepalanya terbentur keras, Zhea pun pingsan tak sadarkan diri....
Zhea terbangun dari pingsan, dia memegang kepalanya yang teramat sangat sakit, Zhea mengerjap berulang kali melihat sekelilingnya yang terasa asing.....
"Aku ada dimana sekarang, dan siapa yang menolong ku?....."tanyanya pada diri sendiri....
Tak lama, pintu terdengar dibuka dari luar, seorang pelayan masuk membawa nampan yang berisi makanan dan air minum, dibelakang pelayan wanita itu ada sosok laki-laki tampan yang ikut masuk....
"Letakkan disitu saja!..."Serunya menunjuk nakas yang terletak disamping tempat tidur.....
"Baik tuan...." Setelah meletakkan nampan itu, sang pelayan pun pergi setelah mendapatkan kode dari tuannya....
"Apa kamu baik-baik saja?....."tanya Rimba yang hanya mendapat anggukan dari Zhea....
"Aku minta maaf karna membawamu kesini tanpa izin darimu, aku tidak tau dimana kamu tinggal dan siapa namamu, aku pun tidak tau keluargamu....."
"Tidak apa-apa, terimakasih telah menolong ku, entah apa yang terjadi jika anda tidak menolongku, mungkin suatu saat aku akan membalas kebaikan yang kamu berikan....."Ujar Zhea tersenyum lembut....
"Tidak masalah, makanlah makanan itu agar kamu cepat sembuh, jika membutuhkan sesuatu panggil saja pelayan yang berjaga diluar, aku akan keluar sebentar....."Saat Rimba hendak keluar, seketika Zhea memanggil dan menanyakan namanya....
"Hey tunggu! Siapa namamu? Namaku Zhea zalika..."tanya Zhea pada Rimba....
"Namaku Rimba Wirajaya, panggil saja Rimba...."Jawab Rimba kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar Zhea.....
"Rimba Wirajaya...."Ujar Zhea mengulang nama yang diucapkan Rimba....
Malam tiba, Rimba telah kembali ke kediamannya, keadaan nya yang begitu kacau balau membuat dia malas untuk sekedar makan malam, dia hendak ke kamarnya, tapi tiba-tiba dia teringat akan sosok Zhea yang dia tolong tadi malam .....
Langkah Rimba berubah arah menuju ruang tamu....
"Bagaimana keadaannya?...."tanya Rimba pada pelayan yang berjaga didepan kamar Zhea....
"Sejak kepergian tuan muda Rimba, Nona Zhea terus berusaha untuk berjalan, sampai beliau jatuh beberapa kali, katanya dia ingin cepat pulih agar bisa cepat pulang, nona Zhea mengatakan tidak ingin merepotkan tuan muda....."Ujar pelayan menjelaskan, kening Rimba berkerut, dia membuka kamar Zhea dengan pelan dan mengintip keadaan didalam kamar Zhea....
"Astaga Zhea....."
Rimba terkejut saat melihat Zhea tergeletak dilantai, dia menggendong tubuh lemas Zhea dan membaringkannya diatas tempat tidur.....
"Apa saja yang kamu lakukan? Bukankah saya sudah mengatakan untuk menjaganya, kenapa kamu malah membiarkan dia seperti ini?....."Rimba memarahi pelayan yang dia tugaskan untuk menjaga Zhea....
"Jangan marah padanya, dia tidak salah, dia sudah berkali-kali menghentikan ku, tapi aku tetap berusaha untuk berjalan, aku mohon jangan marah padanya...." Zhea memohon agar Rimba tidak marah pada pelayan itu, karna ini semua memang keinginan nya....
Rimba terlihat menarik napas panjang, lalu mengibaskan tangannya, tanda isyarat pelayan itu harus pergi dari hadapan nya.....
"Aku tau kamu tidak nyaman tinggal disini karna kamu tidak mengenal siapa dirumah ini, tapi setidaknya biarkan fisikmu itu pulih terlebih dahulu, jika kamu memaksakan keadaan mu bukannya semakin baik justru itu akan semakin buruk, semua ini juga demi kebaikanmu....."Ujar Rimba panjang lebar, dia pun berbalik dan hendak keluar....
"Maaf...."Ujar Zhea menundukkan kepalanya,
"Ini semua untuk dirimu sendiri, jadi jangan menyakiti dirimu sendiri hanya alasan karna kamu ingin cepat sembuh....."Rimba membuka pintu lalu keluar, meninggalkan Zhea yang hanya termenung....
"Benar kata Rimba, karna tidak ingin merepotkan dia, aku malah menyiksa diriku sendiri, sehingga malah membuatnya tambah repot....." Zhea memilih untuk tidur, mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karna di paksa untuk kuat, tak butuh waktu lama bagi mata indah itu untuk tertutup rapat, mengarungi mimpi indah dimalam hari,
Rimba yang masih berdiri diluar kamar Zhea, menarik napas lega saat melihat Zhea sudah tertidur nyenyak, dia menutup pintu dengan pelan, setelah ia buka untuk memastikan keadaan Zhea didalam sana, setelah memastikan jika Zhea telah tidur, Rimba pun gegas menuju kamar pribadinya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang teramat lelah....
"Kegiatan hari ini benar-benar melelahkan, entah sampai kapan aku harus menunggu hingga pelaku pembunuh itu tertangkap...."Rimba menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, rasa lelahnya membuat dia ingin segera mengarungi mimpi.....
Pagi hari tiba, Zhea terbangun dari tidur panjangnya, dia menoleh ke kanan, sudah ada makanan yang tersedia diatas nakas.....
"Kehidupan orang kaya memang beda, bangun-bangun makan sudah tersedia tanpa kita sadari..."Ujar Zhea terkekeh, bukannya Zhea tidak punya apa-apa, dia terbilang cukup kaya dari hasil upahnya selama ini, tapi semua itu tidak pernah dia gunakan untuk membeli makan dan pakaian atau sejenisnya, Zhea hanya menggunakan uang itu untuk membeli beberapa Senjata yang ampuh untuk menghabisi target, bukan tanpa alasan Zhea tidak mau memakai uang itu untuk membeli makanan dan pakaian ia hanya tidak ingin memakan makanan dari hasil dia membunuh.....
Selain pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran, Zhea juga bekerja di sebuah restoran dari tempat tinggalnya, uang itulah yang Zhea gunakan untuk membeli bahan makanan dan pakaian, jika masalah gaji, tentu bayaran nya didunia hitam jauh lebih mahal daripada kerja di restoran, hal itu Zhea lakukan untuk menutupi jati dirinya.....
Rimba membuka mata saat kilau matahari menembus ventilasi kamarnya, seperti biasanya, segera ia bersiap-siap berangkat kekantor, tidak ada hal istimewa dalam kehidupan Rimba setelah kedua orang tuanya meninggal, Rimba menyibukkan dirinya untuk bekerja sambil mencari pelaku pembunuh kedua orang tuanya....
"Tuan, sarapan sudah siap...."Ujar pelayan mendekati Rimba saat melihat majikannya itu berjalan menuruni anak tangga, Rimba tidak menjawab, tapi ia langsung menuju meja makan, para pelayan yang beranggota 4 orang itu telah berbaris rapi usai menata makanan diatas meja.....
"Apa Zhea sudah sarapan?...." Tanya Rimba melihat pelayan yang ditugaskan untuk menjaga dan memenuhi semua kebutuhan Zhea selama gadis itu tinggal dirumahnya....
"Su-sudah tuan....."Jawab pelayan itu, Rimba kemudian mengambil makanan dan meletakkan nya di piring, dia menoleh kearah keempat pelayan yang hanya menundukkan kepala....
Ting....
"Anu tuan, itu buatan nona Zhea, dia memaksa memasak, Nona Zhea bilang dia ingin memasak untuk tuan Rimba....."Jawab pelayan saat melihat Rimba menyimpan sendoknya dengan kasar, semua pelayan meneguk ludah dengan kasar....
Rimba tidak bergeming, dia melihat makanan yang dibuat oleh Zhea....
"Saya akan menyimpannya jika tuan muda tidak menyukainya....." Saat Salah satu pelayan bergerak ingin mengambil makanan yang dibuat Zhea, seketika Rimba menghentikannya....
"Tidak perlu, saya akan memakannya...."Ujar Rimba mengambil oseng kangkung dan tempe mendoan buatan Zhea, seketika para pelayan saling melihat satu sama lain, nafas mereka terasa tercekat saat Rimba mulai memakan masakan Zhea...
Para pelayan tentu sangat takut jika masakan Zhea tidak sesuai dengan lidah Rimba, Pasalnya Rimba sangat tidak suka jika ada yang memasak selain Koki pilihannya, apalagi masakan itu tidak sesuai di lidah Rimba, bisa-bisa pekerjaan mereka yang jadi taruhannya....
Saat Suapan pertama masuk ke mulut Rimba, dia mengunyah dengan pelan merasakan kenikmatan kangkung oseng itu....
Rimba melirik pelayan yang menanti dengan penasaran, Rimba sepertinya bisa membaca isi pikiran mereka...
"Pergilah saya ingin menikmati sarapan ini, melihat kalian berdiri disitu membuat selera makan saya jadi berkurang...."Ujar Rimba yang membuat para pelayan itu getar-getir....
Keempat pelayan itu masih berdiri ditempat masing-masing....
"Maksud Tuan, kami disuruh pergi karna kami di pecat?...."tiba-tiba pelayan dipojok sebelah kiri bertanya, mewakili ketiga temannya yang takut untuk bertanya.....
"Saya tidak bilang kan kalau kalian dipecat, saya hanya meminta kalian untuk kebelakang, keberadaan kalian membuat saya terganggu, apa kalian mau dipecat?....."Para pelayan sontak menggelengkan kepala, mereka pun pamit kebelakang meninggalkan Rimba seorang diri....
"Astaga aku kira kita semua dipecat oleh Tuan Rimba karna masakan Nona Zhea, jantungku hampir copot....."pelayan yang paling muda mengelus dada merasa lega, karna Rimba tidak memecat mereka....
"Aku rasa Tuan muda menyukai masakan Nona Zhea, terlihat dari raut wajahnya....."Ujar pelayan lain menimpali...
"Rasanya aku terlalu kenyang, aku akui masakan Zhea sangat enak, sehingga tidak menyisakan sedikitpun....."semua masakan Zhea tandas tak tersisa, sementara masakan Koki pilihan Rimba tidak tersentuh sam sekali....
Setelah sarapan, Rimba mencari keberadaan Zhea di kamar, tapi gadis itu tak terlihat sama sekali, dahi Rimba berkerut....
"Apa Zhea sudah pulang kerumahnya, tapi kenapa tidak memberitahu ku terlebih dulu...."Rimba berjalan cepat keluar rumah, langkahnya seketika terhenti saat melihat wanita yang dia cari sedang menyiram bunga dihalaman rumah....
"Ehhh Tuan Rimba, Sudah sarapan? Bagaimana masakan ku, Tuan tidak memecat pelayan kan karna masakan yang aku masak?...."tanya Zhea bertubi-tubi kala Rimba telah berdiri dihadapan....
"Tidak, justru aku berterimakasih karna telah membuat sarapan yang begitu enak untuk ku pagi ini...."Ujar Rimba tersenyum tipis, Zhea hanya membentuk huruf Ok tangannya....
"Kalau begitu aku berangkat bekerja, dan satu lagi, kamu tidak perlu memasak dan menyiram bunga seperti ini, karna semua itu bukan tugasmu, ada pelayan yang bisa mengerjakannya, kamu cukup istirahat agar keadaanmu cepat pulih...."Ujar Rimba mengingatkan, lebih tepatnya memerintah....
"Tidak apa-apa Tuan, daripada suntuk didalam kamar dan berdiam diri, lebih baik aku melakukan sesuatu yang berguna, untuk menghilangkan rasa bosan, lagian para pelayan siap siaga kok membantu aku, jangan khawatir...."Rimba hanya mengangguk kemudian pergi kekantor setelah berpamitan.....
1 Minggu berlalu, Kini keadaan Zhea sudah sembuh total, dia sudah tak memakai tongkat saat berjalan....
"Tuan Rimba...."Panggil Zhea menghampiri Rimba yang kala itu duduk ditepi kolam menatap laptopnya.....
Seketika Rimba menoleh dan tersenyum kala melihat Zhea berjalan mendekati nya, dia menggeser tubuhnya memberikan ruang untuk Zhea agar duduk tepat di sebelahnya....
"Ada apa?...."Tanya Rimba masih fokus melihat benda didepannya.....
"Saya ingin kembali ke rumah...."Ujar Zhea, hal itu membuat Rimba menghentikan ketikan di laptopnya dan fokus pada Zhea....
"Keadaan ku sudah sangat baik Tuan, lagian aku juga harus kembali bekerja, aku tidak ingin membebani tuan Rimba dengan keberadaan ku disini, terimakasih banyak atas bantuan yang Tuan berikan aku berjanji suatu saat akan membalas kebaikan tuan Rimba...."Rimba menarik napas panjang, ia menyandarkan punggungnya di kursi....
"Apa kamu yakin kalau kamu sudah sembuh? aku tidak masalah jika kamu tinggal lebih lama disini, lagipula aku tidak pernah merasa jika kamu membebani ku sedikitpun...."Rimba rasanya tidak rela jika Zhea memilih untuk kembali kerumahnya, semenjak Zhea berada dirumahnya dia memiliki tujuan untuk pulang.....
"Terima kasih Tuan, tapi aku punya kehidupan sendiri, aku tidak ingin merepotkan orang lain, lagian aku sudah izin sangat lama dari pekerjaan...."Zhea menjelaskan dengan hati-hati, tidak ingin Rimba mengira jika dia menolak niat baik Rimba selama ini.....
Terdengar helaan napas panjang dari Rimba dia pun mengangguk menyetujuinya permintaan Zhea....
" Baiklah, tapi nanti aku antar ya, jangan salah paham!! Aku hanya ingin memastikan kamu sampai rumah dengan selamat......"
"Baik Tuan...."
"Dan satu lagi, jangan selalu memanggilku dengan sebutan Tuan, cukup sebut namaku saja, Rimba..."pinta Rimba yang diangguki oleh Zhea...
"Baik tu- maksudnya Rimba...."
"Kamu benar-benar tinggal sendiri di rumah besar seperti ini?...."tanya Rimba kala mobil mewahnya berhenti didepan rumah Zhea yang bertingkat 2,....
"Iya tuan, rasanya lebih tenang dan damai tinggal sendiri...."jawab Zhea dengan senyuman manisnya.....
"Kamu benar, tapi kmu ini seorang wanita, tidak baik jika kamu tinggal seorang diri...."Rimba tidak habis pikir dengan jalan pikiran Zhea....
"Aku tidak pernah takut dengan siapapun, bahkan kematian yang aku harapkan dulu lebih takut padaku...."Kening Rimba berkerut, tentu tidak mengerti dengan ucapan Zhea barusan, baru saja ia akan bertanya pada Zhea, tetapi wanita itu sudah keluar dari mobilnya....
"Terimakasih ya karna sudah mengantarku pulang, hati-hati di jalan...."Zhea melambaikan tangannya, sehingga Rimba dengan terpaksa mengangguk dan pamit pada Zhea, sebenarnya dia masih ingin mengobrol dengan wanita itu, tapi Rimba berfikir jika Zhea ingin segera istirahat....
Zhea menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, melihat kamarnya dari sudut ke sudut, seminggu lamanya dia meninggalkan kediamannya itu dan tinggal bersama Pria yang telah menolongnya....
"Lebih baik aku istirahat sebelum mencari senjata yang ampuh untuk menghabisi target, berdiam diri dirumah Rimba selama seminggu itu sungguh membuat aku bosan setengah mati, aku seakan-akan hidup dalam penjara...."Zhea mencoba memejamkan matanya meninggalkan waktu yang terus berjalan.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!