NovelToon NovelToon

Dilema Raisa

1

"raisa menikahlah dengan ku.."ucap iwan kala itu. Aku sangat terharu mendengar nya,akhir nya setelah dua tahun kami dekat iwan berani mengungkap kan keseriusan nya.

Namun pernikahan yang aku idamkan dengan iwan, ternyata tidak sesuai ekspetasiku.

Aku memang mendapatkan cinta nya tapi....

"raisa......"teriak iwan memecah lamunan raisa .

raisa menoleh,matanya sedikit basa,dia tersenyum menutupi rasa sakit dan lelah nya.

"kamu menangis?"tanya iwan mendekat,dengan tangan yang mengelus lembut pipi sang istri . Membuat hati raisa sedikit menghangat.

Raisa tersenyum,tangan yang basah bekas cuci piring itu menggenggam tangan suaminya yang putih dan kekar.

"kamu mau berangkat mas?"tanya raisa mengalihkan pembicaraan.

Iwan mengangguk pelan,mata yang selalu memandang penuh cinta itu selalu terpancar. Membuat raisa berfikir dua kali untuk meng akhiri pernikahan mereka.

"kak...mana kunci motor nya aku mau sekolah!"suara cempreng atin. Adik ipar raisa membuat kisah romantis itu harus berhenti.

Raisa menoleh. Lalu dia menatap sekilas suami nya.

Raisa sudah lelah,gajih yang sedikit harus terbagi dengan kebutuhan rumah dan lainnya. Belum lagi motor satu-satunya yang mereka miliki juga selalu di pakai adik dan kakak ipar nya. Membuat raisa geram dan muak.

raisa menghela nafas panjang,membuat iwan menoleh ke arah sang istri.

"pakai saja ojeg. lagian sekolah dekat,kenapa harus memakai motor."jawab iwan dengan tegas. Membuat senyum manis terukir di bibir raisa.

"aduh kak...jaman sekarang itu udah gak level jalan kaki."jawab atin dengan sangat pongah.

"kasih saja iwan...itu adik mu,jika bukan kepada mu kepada siapa lagi. Dia sejak kecil tidak mendapat kasih sayang seorang ayah!" ucap atun,mertua raisa.

Selalu saja itu yang jadi tameng jika iwan menolak dan membantah.

Raisa menatap dengan dingin ke arah suami dan mertuanya. Setelah itu dia pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.

Raisa sudah tahu,jika sang mertua berkata seperti itu,iwan akan luluh dan memberikan apa saja yang dia punya.

"aku muak!"desis nya dengan terus berjalan ke arah kamar. Melewati sang kakak ipar yang sedang berjalan ke arah nya.

tok tok tok!

Pintu kamar raisa di ketuk dengan sedikit keras,raisa sudah tahu itu adalah suami nya.

Raisa mengabaikan nya dengan berpura-pura membereskan tempat tidur mereka.

Pintu di buka dari luar,terdengar bunyi deritan yang cukup nyaring membuat telinga siapa saja pasti akan berdengung.

raisa menoleh sekilas,dengan pandangan dingin dia mengalihkan kembali pandangannya ke arah lain.

"aku berangkat ya..."ucap nya dengan lembut membuat dada raisa semakin sesak.

Tanpa menjawab apapaun raisa menerima uluran tangan suaminya,dia mencium nya lalu pergi begitu saja ke arah luar kamar.

Di dalam kamar iwan menghela nafas panjang.

"kamu berkunjung sepagi ini untuk apa udin?"tanya atun kepada udin,anak kedua nya yang telah berumah tangga namun menganggur.

"aku ingin meminjam motor iwan buk,istriku ingin jalan-jalan sekalian sama uang nya."ucap nya dengan tanpa tahu diri nya.

raisa berdiri tidak jauh dari obrolan mertua dan ipar nya,dada raisa semakin sesak. Bagaimana bisa dia mendapatkan keluarga seperti ini gumam nya dalam hati .

"motor sudah di pakai adikmu sekolah,besok saja pinjam nya. Lagian kamu itu kerja udin! Jangan seperti ini terus."ucap atun dengan nada kesal.

Udin adalah anak kesayangan atun. Mau sebandel dan semenyusahkan apapun atun akan terus membela nya,berbeda dengan iwan. Yang sedikit tersisih namun semua orang akan datang kepada nya jika sedang membutuhkan sesuatu.

Raisa cukup muak dengan obrolan itu,dia berjalan ke arah luar mencari udara segar.

"raisa...."teriak salah seorang perempuan seusia nya.

Raisa menoleh dia tersenyum manis.

"mau kemana?"tanya nuri dengan penuh penasaran.

"entahlah...aku pun bingung,aku hanya mencari udara segar saja di dalam rumah membuatku cukup sesak."lirih nya pelan dengan pandangan yang terlihat penuh luka.

"yang sabar ya raisa..aku juga sama sepertimu. Kita sama-sama masih tinggal di rumah mertua hehe,kuat kuat ya mental."jawab nuri dengan cengengesan, berusaha menguatkan hati masing-masing.

Raisa tersenyum,lalu tertawa bersama-sama.

"kamu hebat nuri,sudah menikah bertahun-tahun masih betah di rumah mertua."ucap raisa dengan menunjukan kedua jempol nya.

Nuri mendelik,"tidak ada pilihan lain raisa! Lagian aku hanya tidur saja di sana,siang nya aku akan pergi ke rumah orang tua ku."jawab nya dengan nada yang sedikit lelah.

Raisa hanya mengangguk pelan,dia sangat penasaran kenapa tidak sekalian saja tinggal di rumah orang tua nya pikir nya. Namun raisa tidak ada keberanian menanyakan itu, karena menurut nya tidak sopan.

"apakah motor mu masih sering di pakai oleh ipar-ipar mu?"tanya nuri mengalihkan obrolan.

Raisa menoleh,dia mengangguk dengan lesu.

"kenapa ya...orang-orang yang tinggal di sini tuh pada gila semua. Gak ada yang punya pikiran!"omel nuri,dia seperti terbawa suasana dengan kisah hidup raisa yang cukup membuat batin nya terluka.

raisa menghela nafas panjang,"ya..gimana lagi nur,kata-kata andalan itu selalu keluar."lirih nya dengan pelan sedikit mengejek.

"haha..."tawa nuri pecah, membuat raisa mengerutkan dahi nya.

Cukup lama nuri tertawa sendirian,akhirnya dia diam,nuri mengatur nafas nya . Sementara raisa masih setia menunggu perkataan apa yang akan nuri katakan selanjut nya.

"lagian mertua mu aneh ya,selalu mengatakan jika atin anak bungsu nya tidak kebagian kasih sayang ayah nya. Ya mau gimana lagi,itu kan sudah takdir nya. Lagian kan Mertua mu sudah menikah lagi ,tapi kenapa semua anak-anak nya tidak menerima suami baru bi atun?"tanya nuri dengan nada yang sangat bingung.

Raisa menaikan kedua bahu nya,"entahlah nur...keluarga suamiku cukup ajaib."jawab nya singkat,dia tidak ingin lebih lanjut membicarakan keburukan keluarga suami nya.

02

Iwan merenung,dia bekerja di konvesi dekat rumah nya. maka dari itu motor nya selalu di rongrong oleh keluarga nya,karena iwan jika bekerja selalu menggunakan motor pentaris.

Namun,jika ada kerusakan,bahkan bensin habis pun,akan raisa yang selalu menanggung nya. Dia tidak memakai motor itu,tapi selalu memperbaiki setiap kerusakan nya.

"bagaimana aku bisa membela istriku tanpa membuat ibuku tersinggung?"lirih nya pelan. Nafas nya terasa sesak saat melihat wajah murung istri nya.

...----------------...

"raisa..."teriak atun dengan cempreng.

raisa yang sedang membereskan pakaian pun bergegas berdiri dan pergi menghampiri sang mertua.

"beras habis."ucap atun singkat.

"terus?"jawab raisa dengan menaikan satu alis nya.

Atun mendesis,"maksud mu apa menjawab seperti itu?"

"aku harus bagaimana bu?"tanya raisa berpura-pura tidak tahu.

belum sempat atun menjawab,anak kesayangan nya muncul.

"bu aku mau ambil motor iwan."ucap nya tak tahu malu,seolah itu adalah motor milik nya sendiri.

Bahkan keberadaan raisa pun tidak udin anggap.

"nih kuncinya tadi atin memberikan nya pada ibu."ucap atun dengan langsung memberikan kunci itu tepat di depan raisa.

Dada raisa kembali sesak.

"jika ingin memakai motor,tolong saling perbaiki ya. Jika bensin nya habis isi,jika ada kerusakan perbaiki jangan hanya memakainya saja."ucap raisa mencoba membuka suara.

Jika dulu dia akan diam menahan sesak ,tapi sekarang kesabaran nya sudah habis.

Udin hanya mendelik tanpa ada niatan menjawab sedikit pun.

Udin pergi begitu saja mengabaikan perkataan raisa.

beberapa menit setelah udin pergi iwan datang dengan senyum yang mengembang.

"loh wan kenapa jam segini sudah pulang?"tanya atun dengan mengerutkan dahinya.

"belum bu..aku di suruh bos ku mengirim paket ke bandung timur."jawab iwan dengan senyum yang masih mengembang.

Raisa hanya diam tanpa ingin menanyakan sesuatu,karena semuanya sudah di wakilkan oleh mertuanya.

"lalu?kenapa malah kemari."tanya atun dengan sangat heran.

Pandangan iwan kini beralih kepada sang istri yang sedang diam mematung di sana.

"bersiap siap lah sa..aku akan mengajakmu,sekalian jalan-jalan."ucap iwan dengan senyum yang mengembang,mengabaikan pertanyaan sang ibu.

wajah muram raisa berubah menjadi cerah. raisa mengangguk cepat,saat dia melangkah ingin bersiap mertuanya mengatakan sesuatu yang membuat senyum raisa kembali luntur.

"bawalah adik mu,dia juga butuh liburan."ucap nya enteng.

"ini bukan liburan bu..ini kerja. Lagian mobil nya tidak akan muat."jawab iwan dengan cepat.

"sudah seperti itu saja yang,ayok kita pergi."ucap iwan dengan cepat kepada sang istri.

"mas...kenapa kamu selalu membiarkan adik dan kakak mu memakai motor mu?"tanya raisa dengan sangat hati-hati.

Sekarang mereka berdua berada di dalam mobil,iwan memang sangat menyayangi istrinya. Setiap kali iwan pergi mengantar paket ke tempat jauh,iwan akan membawa sang istri

Iwan menoleh sekilas,lalu kembali menatap jalan di depannya.

"mereka memang seperti itu sa,aku tidak bisa melawan nya."ucap nya pelan tanpa menoleh sama sekali ke arah sang istri.

Wajah raisa menjadi masam,"kenapa?"tanya nya singkat.

"kamu taulah udin itu bagaimana..."jawab nya tidak kalah singkat.

Raisa tidak menjawab,pandangan nya beralih ke arah jendela mobil.

"kenapa harus kamu mas...."gumam nya dalam hati,mata nya mulai berkaca-kaca ,hatinya sangat sesak. Bukan karena sebuah motor.

Akan tetapi kenapa diri nya selalu di sepelekan dan dianggap tidak ada. Namun ,jika mereka susah atau butuh sesuatu semua orang akan datang pada suami nya.

"aku muak mas!"desis raisa pelan namun pandangan masih belum teralihkan.

Iwan hanya diam,dia tidak menanggapi keluhan sang istri. Bukan karena tidak perduli ,tapi iwan sendiri pun sedang berada dalam dilema.

Raisa sedang menatap suaminya dari dalam mobil,dia melihat begitu besar perjuangan dan tanggung jawab nya sebagai suami. Namun,raisa menyayangkan kenapa suaminya tidak bisa tegas dalam sesuatu hal yang selalu menganggu rumah tangga nya.

keringat yang bercucuran membasahi baju iwan,iwan mengangkut barang-barang yang dia bawa dari mobil pick up nya.

Tubuh yang tinggi besar,berkulit hitam membuat iwan terlihat tampan. Tidak lupa degan brewok yang membuat kesan tegas di wajah nya.

Iwan menoleh ke arah sang istri,pandangan mereka bertemu beberapa detik,iwan tersenyum sangat manis. Raisa membalas dengan senyuman kecil.

"aku beruntung memiliki suami bertanggung jawab seperti mu mas...tapi tidak beruntung dalam mendapatkan keluargamu."lirih nya sangat pelan hampir seperti bisikan.

30 menit akhirnya pekerjaan iwan selesai. Dia masuk kedalam mobil dengan keadaan basah oleh keringat.

Raisa dengan cekatan mengambil kaos yang sering dia bawa jika ada pekerjaan seperti ini.

"ini mas...ganti dulu dengan yang kering,asem"ujar nya dengan sedikit bercanda.

Iwa tertawa kecil,lalu mengambil kaos dari tangan sang istri.

"mas. Boleh aku pulang ke rumah ibu ku?"tanya raisa dengan tatapan penuh harap.

Iwan tersenyum kecil lalu mengangguk.

Hening di antara mereka tidak ada obrolan lain,cukup lama iwan mengemudi hingga akhirnya sampai di depan rumah sang istri.

"mas aku masuk ya."ucap raisa pamit,tidak lupa dia mencium tangan sang suami.

"yasudah. Nanti mas pulang kerja nya kesini ya. Sepertinya sudah lama kita tidak menginap di rumah ibu mu. Mas sekarang mau kerja lagi."ucap iwan dengan nada yang sangat lembut.

Senyum raisa mengembang,wajah nya berbinar. Iwan memang sosok pria yang sabar dan bertanggung jawab. Namun kelemahan iwan hanyalah satu keluarga nya. Sehingga membuat raisa cukup tertekan.

Sore hari nya pukul 5 sore,raisa berdiri di halaman rumah, menunggu kedatangan suami nya. Dia sudah memasak makanan kesukaan iwan.

Senyum nya merekah bahkan dia memakai baju saat pertama kali iwan membeli untuk nya.

"raisa...masuk sayang,surup. Tunggu di dalam, biasanya juga iwan akan langsung mengetuk rumah tanpa harus di tungguin begini"omel irah .ibu raisa.

"iya bu,ini juga mau masuk."ucap raisa dengan nada yang keberatan.

Benar juga kata sang ibu,ini sudah hampir magrib,dengan langkah gontai raisa masuk kedalam kamar nya. Dia menyambar ponsel nya yang tergeletak di atas kasur.

Ternyata suaminya sudah menelpon lebih dari 5 kali dan satu pesan yang sukses membuat dada raisa mendidih.

"sayang maafin mas ya ..mas tidak bisa pulang kerumah ibu mu. Motor nya di pakai atin main."

Tangannya gemetar, matanya mulai panas, air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya jatuh juga.

"padahal jika kamu tegas sedikit saja mas...itu tidak akan terlalu menyakiti keluarga mu. Kenapa kamu selalu membuat ku marah dan sakit. Kamu selalu mengorbankan kebahagian ku mas demi keluarga mu." lirih nya dengan suara yang bergetar.

03

"sudah malam begini suami mu belum datang juga?"tanya irah kepada putrinya yang sedang menyantap makanan di meja makan.

Raisa menoleh sekilas lalu,menyuapkan nasi kedalam mulut nya,seolah tidak merespon pertanyaan dari sang ibu.

Irah dan roni saling lirik,mereka masih setia menunggu jawaban putrinya.

Beberapa detik raisa mengunyah,akhirnya dia bisa membuka suara,"entahlah bu...katanya ada lembur."jawab nya bohong. Tidak mungkin raisa akan mengatakan yang sebenarnya raisa takut jika kedua orang tua nya merasa sakit hati dengan kelakuan menantunya.

"yasudah ,kapan-kapan saja menginap nya."jawab irah merasa lega dengan jawaban sang putri. Pasalnya irah melihat raut wajah putri nya merasa sedikit murung.

Setelah makan selesai raisa berjalan gontai ke arah kamar nya. Sebelum masuk kamar dia tertegun, melihat tempat tidur sebelum dia menikah.

Dia menatap kamar nya dengan tatapan rindu,seolah dia merindukan masa-masa sebelum dirinya menikah.

"kenapa aku harus memilih menikah!"deis nya dengan melangkahkan kaki menuju tempat tidur nya.

Sebelum dia memejamkan mata nya. Tangan nya meraih ponsel yang tergeletak di atas bantal nya.

Tidak ada satu pesan pun dari suami nya. Dada nya kembali bergemuruh.

Dia melempar dengan asal ponsel nya,dia merebahkan badan nya di atas ranjang yang empuk. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar nya.

"baik mas....jika kamu tidak bisa tega. Aku yang akan tegas!"gumam nya dengan keyakinan yang penuh.

...----------------...

"iwan...istri kamu kenapa tidak pulang?"tanya atun kepada putranya dengan nada yang sedikit kesal.

"biarkan saja bu,dia sudah lama tidak menginap di rumah orang tua nya. Dan nanti juga aku akan pulang kerumah mertua ku bu" jawab iwan dengan lembut berharap ibu nya bisa mengerti.

"loh..kalau kakak pergi bagaimana dengan aku bu?"tiba-tiba saja atin menyela membuat iwan merasa heran.

"apa hubungan nya dengan mu?"tanya nya dengan mengerutkan dahi.

"aku sudah janji dengan teman ku kak,untuk menonton bioskop bareng,dan aku akan memakai motor nya."jawab atin dengan enteng nya.

"sampai kapan kamu akan memakai motor ku tin?aku juga membutuhkan nya,itu motor ku"jawab iwan merasa geram.

"iwan kalau tidak dengan kakak-kakak nya mau kepada siapa lagi? Adik kamu tuh paling kasian dia belum sempat mendapatkan kasih sayang dari bapak mu."ucap irah berusaha mencuci kembali otak putra nya.

"sudah bu....selalu saja itu yang ibu katakan,lagian kan kakak atin bukan hanya aku saja,masih ada yang lain. Kenapa kalian masih mengandalkan aku saja?"tanya iwan yang merasa jengah dengan tekanan dari semua keluarga nya.

"karena kamu yang masih menumpang iwan,bahkan udin kakak mu saja dia tidak bekerja tapi tidak menumpang di sini."ucap irah dengan enteng nya. Irah tidak perduli jika perkataan nya membuat hati iwan tergores.

Iwan mengangguk pelan,tanpa menjawab dia langsung pergi begitu saja. Tidak lupa dia menyambar kunci motor nya di atas meja yang tergeletak begitu saja.

"jika aku terus begini,aku akan selalu menyakiti istri ku. akan ku obrolkan dulu dengan raisa!"guman nya pelan. Dengan berjalan tergesa-gesa dia pergi bekerja terlebih dahulu. Setelah kerja dia akan langsung pulang kerumah mertuanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!