NovelToon NovelToon

My True Love Is Mafia

chapter 1

one years ago

kriiinggggg...

tanda pelajaran telah usai, semua murid begitu antusias membereskan peralatan sekolah-nya karena, nanti malam akan ada birthday party teman mereka dan satu sekolah di undang-nya. Di kelas kini hanya tersisa tiga siswi yang sedang mendiskusikan acara malam nanti.

"Kita jadikan datang ke acara Vania nanti malem? kapan lagi coba ada birthday party di club, bisa jadi kesempatan emas nih buat kita cari cowok. Secara kan kita jones semua." ucap Adela sahabatnya.

"Kamu apaansih murahan banget jadi cewek, Kamu tau kan biasanya para cowok di club itu gak baik tahu." ucapku kesal.

"Yaelah Le..Le, kan gak semua cowok disana begajulan. Emang Lo mau gitu jadi perawan tua, gua mah sih ogah. Lagian Lo cantik-cantik masih aja jones, nyari yang kek gimana sih Lo perasaan semua cowok di sekolah ini pada ngejar-ngejar Lo mana ganteng lagi, jadi envy." kini giliran Audrey dengan sedikit nada sedih di akhir.

"Jadi gimna nih, jadi gak?" ucap Adela memastikan.

"Harus jadilah, Le pokok-nya Lo harus ikut. Nati kita jemput ke rumah Lo okeyy." Ucap audrey memaksa.

Mau bagaimana lagi, aku terima saja. Sesekali pergi ke club tidak terlalu buruk asal jangan meminum alkohol kan. Mungkin ini pertama dan terakhir kalinya aku pergi kesana.

"Baiklah, jemput aku ya. jangan telat." ucapku dengan lesu, sungguh sebenarnya aku tidak mau pergi ke tempat terkutuk itu. Namun melihat sahabat-sahabtku menginginkan diriku berada disana aku bisa apa.

"Yeeayyyy... gitu dong Alesya yang cantik." sorak mereka kompak, dan aku hanya medengus sebal. Setelah perbincangan tadi, kami berpisah dan pulang.

Setelah tiba di rumah, aku langsung bergegas ke kamar dan berisap. Sebenarnya aku sangat bingung harus memakai apa, karena aku tidak punya gaun ataupun baju pesta lainnya. Setelah mandi , aku mulai mencari dress yang cocok untuk di kenakan, namun yang aku temukan hanyalah sweteer panjang, Cardigan dan, baju kebesaran. Arrgghhh aku prustasi karena tak kunjung menemukannya, namun tiba-tiba mommy masuk ke kamarku dan terkejut mendapati semua pakaian tergeletak mengenaskan dimana-mana.

"Hehehehe... Mom." kataku cengengesan sambil menggaruk kepala-ku yang tidak gatal.

Mom hanya menggelengkan kepala dan berkata" Kau sedang mencari apa sayang, kenapa berantakan sekali." sambil memungut bajuku yang tergeletak begitu saja di lantai.

"Aku akan ke pesta ulang tahun teman ku Mom, tapi aku... tidak menemukan baju yang cocok untuk di kenakan." cicitku

" Astaga kau ini, sebentar." Mom bergegas pergi meninggalkan ku. Namun tak lama Mom datang dengan sebuah gaun indah di tangannya.

" Pakai ini, sepertinya pas di tubuhmu." sambil menyodorkannya kepadaku.

" Gaun siapa ini, kenapa indah sekali. Apakah ini punyamu?" ucapku heran sekaligus senang karena akhirnya aku tidak harus memakai baju-baju butut-ku.

"Iya itu punya Mom, pemberian Daddy-mu dulu." ucapnya sendu, yah karena Daddy sudah lama pergi meninggalkan kami berdua, saat aku masih di SMP dan mendapat kabar bahwa Daddy kecelakaan dan tewas di tempat membuatku begitu terpukul.

Aku mendekat, dan memeluknya. Rasanya masih kemarin kami berlibur musim panas bersama dan kini hanya bisa menjadi sebuah kenangan yang tak pernah kami lupakan.

"Maafkan aku, harusnya tadi aku tak bertanya." ucapku merasa bersalah, karena Mom harus mengingatnya lagi.

"It's okey Honey, Mom baik-baik saja. Cepat bersiap teman-teman mu sebentar lagi akan datang menjemput bukan." ucapnya sambil tersenyum dan melepaskan pelukan kami.

"Ohhh astaga.. Baiklah Mom aku bersiap dulu." kemudian sedikit berlari menuju walk-in closet kecil miliku. setelah berganti aku mempoleskan sedikit make-up tipis agar tidak terlihat seperti mayat hidup yang mendatangi club hanya sekedar bersenang-senang. Dan setelah semuanya selesai sahabtku datang dan kami pun segera menuju ke pesta.

Seketika aku ternganga melihat bangunan di depanku begitu besar dan mewah, pantas saja Vania memilih tempat ini karena yang aku dengar ini adalah club terbesar di New York. Yang perlu kalian tahu, aku bukanlah seorang kaya raya. Aku begitu beruntung mendapatkan beasiswa di sekolah elite sekaligus bertemu sahabat-ku yang begitu tulus menerima-ku padahal aku hanya berasal dari keluarga biasa saja.

"Le..woy Alesya yuhuuuu...." ucap Audrey mengibas-ngibaskan tangan-nya di depan wajah-ku. " woy." teriaknya.

"Hah apaan rey kok kamu teriak sih." ucapku kesal.

"Lo yang kenapa di panggil malah diem aja." sewotnya.

"Ya maaf, kan gak sengaja." kekehku.

" Emang ad.." belum sempat Audrey melanjutkan, Adela langsung memotong ucapannya.

"Guyss stop it, acaranya udah mau di mulai, gua gak mau ketinggalan oke. kalo kalian masih mau berdebat di sini gua tinggal bye." ucap Adela melengos begitu saja dengan sahabatnya mengekor di belakang.

Setelah memberikan udangan kepada penjaga yang sudah di tugaskan, kemudian mereka duduk di pojokan yang sedikit menjauh dari keramaian.

Selang beberapa waktu, seorang pelayan menghampiri mereka untuk menawarkan champagne. Namun yang di tawarkan hanya memesan jus jeruk saja, yah siapa lagi kalau bukan Alesya si anak baik yang polos itu. Semua sahabatnya menertawakan dirinya.

"Hahaha Lo aishhhh, gak salah minta orange jus di bar. Hahaha Lo lucu banget sih Le." ucap Audrey masih dengan tawanya.

" Hey what's wrong... toh aku tidak mau mabuk. Dan alkohol itu tidak baik okey." ucapku sedikit kesal.

"Memang susah mengajak anak kecil ke tempat seperti ini, tidak ada orange jus. Berikan kami 3 gelas champagne rendah alkohol." perintah Audrey tanpa memperdulikan keinginan Alesya. Dan pelayan itu menyodorkan 3 gelas sesuai yang Audrey minta.

"Rey aku tidak mau mabuk okey." ucapku.

" Lo gak akan sampe mabuk gua jamin, beneran iyakan Del?" Namun yang di tanya hanya medelikan bahunya acuh.

Acara pembukaan party di buka dengan menyanyikan lagu happy birthday, tiup lilin, potong kue dan, terakhir kata sambutan dari Vania sebagai pemilik acara. Tanpa sadar dari tadi Alesya meminum champagne yang di pesankan Audrey hingga tandas. Sahabat-sahabatnya dari tadi sudah tak terlihat, mungkin mereka bergabung bersama teman-temannya yang lain. Merasa bosan Alesya memutuskan pergi ke toilet dengan sedikit sempoyongan, Ia menerobos kerumunan manusia yang sedang asyik meliukan tubuh mereka sesuai dengan tempo lagu up-beat yang sedang di putar. Karena sudah sedikit mabuk Ia tidak sadar sudah salah masuk dan tidak memperhatikan tempat, dirinya malah masuk ke sebuah kamar. salahkan saja dirinya yang tak pernah menginjakan kaki ke tempat sialan ini, kalau bukan karena sahabatnya yang memaksa dia tidak akan kemari.

Setelah menyelesaikan ritual-nya dari toilet, Aku kaget mendapati seorang pria tampan berada di ruangan yang sama. Dia terlihat berantakan dengan wajah memerah seperti ke panasan ? mataku terbelalak saat dia akan membuka kancing kemeja yang sangat pas melekat pada tubuh sexy nya. "ya tuhan apa yang sedang aku pikirkan, otak sialan." batinku.

Dan bodohnya aku hanya diam di tempat tanpa berniat pergi. Hingga pria itu tersadar bahwa ada makhluk lain di ruangan ini selain dirinya. Dia melihatku bingung namun, sedetik kemudian perlahan tapi pasti pria itu berjalan mendekat semakin dekat hingga satu langkah lagi mereka tanpa jarak. Aku yakin sekarang wajahku sudah sepucat vampir yang sering aku tonton saat liburan sekolah.

Dengan kasar dia membanting-ku ke atas ranjang berukuran king size, lalu menciumku dengan sangat kasar. Aku berontak, memukul dan berusaha untuk secepatnya pergi dari sini, Aku ingin pulang. Namun usahanya sia-sia, yang aku bisa hanyalah menangis dan pasrah. Sekuatnya Aku berontak tidak akan bisa lepas karena kekuatan pria lebih besar daripada wanita.

"Dasar ja**ng sialan, jangan terus berontak atau nyawamu akan hilang saat ini juga." Akhirnya pria itu berkata dengan mengancam nyawaku.

"Aku bukan wanita penghibur, please.. bi...biar..kan aku pergi." ucapku takut.

Dengan tanpa perasaan dia mencengkram dagu-ku kuat, hingga rasanya seperti akan remuk. Sambil berkata "Diamlamlah dan puaskan aku." Seringainya.

"Mom i am sorry." batinku pasrah dan terjadilah itu semua, awal kehancuran hidupku.

Hello guys....berhubung ini first story yang gw buat. Jadi mohon dimaklum kalo masih ada kata-kata yang kurang dan sedikit typo karena gw masih belajar. Mohon bantuannya 😊 Thanks

chapter 2

one years latter

Gilbert pov

Gilbert Alejandro Rodrigez, Pria kelahiran Rusia yang masih 26 tahun sudah menjadi billionaire termuda saat ini. Tuhan pasti sedang bahagia menciptakannya, Karena semua yang ada padanya nyaris sempurna. Ketampanan dan tubuh proposional membuat kaum hawa menjerit dan berlomba untuk memberikan kehangatan. Tidak menutup kemungkinan sikap arogan dan misterius tak membuat kedua sahabatnya berpaling.

Danielo Francisco dan Marvelino Darko, mereka bersahabat saat masih di Senior High School. Niel yang pecicilan dan tidak tahu malu dengan Marvel yang bijak begitu saling melengkapi. Kini ketiganya sedang berkumpul menikmati fasilitas kantor milik sahabatnya itu, siapa lagi kalau bukan si dingin Rodrigez.

Mendapat tatapan tajam dari sang pemilik, mereka malah dengan sengaja duduk di mini bar milik Gilbert sembari menuangkan wine dengan tenang.

" Santai saja, kita kesini hanya ingin berkunjung agar kau tak kesepian. Apa kau tidak bosan mengahabiskan waktu dengan setumpuk berkas-berkas sialan itu. semenjak kejadian setahun yang lalu kau berubah Gil " ucap Niel.

"Sebegitu menyesalnya seorang Gilbert Alejandro Rodrigez karena telah memperawani ja**ng bar.." lanjut Niel yang terpotong oleh ucapan Gilbert.

"shut up...Gadis itu bukan pekerja di tempatmu dan masih virgin." ucap Gilbert jujur. Mereka kaget dengan pengakuan yang baru saja Ia katakan.

"What...Maksudmu gadis itu.." ucap Niel menggantung dan langsung diangguki Gilbert.

"Whoaaa dude kau sudah membohongi kami semua selama ini, pantas saja sikapmu berubah makin dingin melebihi gunung Everest. Rasanya aku bisa mati karena terkena hipotermia berada di dekatmu." lanjut Niel sesekali menyesap wine di gelasnya.

"Jadi apa yang membuatmu seperti ini?" kini giliran Marvel yang bertanya, dari tadi dirinya hanya diam menyaksikan obrolan kedua sahabtnya. Memang seperti itu Marvel dia akan berbicara jika menurutnya penting.

Gilbert masih diam menatap gelas di tangannya, dia seperti sedang menerawang kejadian yang membuat dirinya berubah seperti ini tanpa ia sadari.

"Apa kau menyesalinya?" tanya Marvel, dan Gil masih saja diam.

"Jangan bilang kau... mencintai gadis itu? Namun setelah kau mencari tak ada hasil yang menunjukan keberadaannya sampai sekarang dan, kau prustasi sehingga membuat Gilbert yang dingin ini semakin beku dan menyeramkan." tutur Niel membuat yang di bicarakan menoleh dengan tatapan tajam.

"Apa benar Gil?" tanya Marvel.

"Jangan gila, aku hanya penasaran. Beraninya dia merendahkanku." ucapnya menyangkal.

"Hanya penasaran, hingga membuatmu berubah. Sungguh tidak masuk akal, benarkan Vel? " tanya Niel dan Marvel hanya mendelikan bahu acuh.

"Apanya yang tidak masuk akal, aku tidak pernah berubah. Aku hanya ingin dia membayar semua perlakuannya kepadaku." ucap Gil sambil menyeringai.

"Aku berani bertaruh kau pasti menyukainya juga kan dude?" goda Niel.

"Tidak akan."

"iya, ayo mengakulah. aku akan mendukungmu, mengakulah ayo mengaku." goda Niel kembali.

" Kau tuli, aku tidak akan pernah mencintai wanita. mereka hanya membuat semuanya rumit." tutur Gil.

"Ayolah jangan malu ehhh." ejek Niel, langsung mendapat bogeman keras di rahang kirinya. Terjadilah sedikit drama adu jotos antara Niel dan Gil sedangkan Marvel, dia hanya menonton sambil menengguk wine miliknya.

Marvel yang melihat kedua sahabatnya babak belur itu hanya bisa terkekeh "Sudah selesai tuan-tuan?" ejeknya.

"Marvel brengsek , bukannya membantu malah asyik menonton. Lihat wajahku yang rumpawan ini, menjadi beast buruk rupa karena pria kutub di depanku." ucap Niel dengan nada di buat-buat. Sedangkan Gil dia merapikan pakaiannya kemudian duduk di tempat semula, mengacuhkan Niel yang mengoceh seperti anak kecil.

"Saran ku berhentilah mencari keberadaanya Gil, jika memang saatnya kau pasti bertemu dengan gadis itu. Aku pergi dulu, ada urusan yang harus ku kerjakan." ucapnya beranjak sambil menepuk pundak Gil " jangan tutupi apapun lagi kepada kami, karena kita adalah sahabat sekaligus keluarga bagiku." Kemudian Marvel pergi tanpa menyapa Niel yang merintih kesakitan akibat baku hantam bersama Gil tadi.

"Sialan dia menghiraukan ku, apa salah Niel yang gantenng ini tuhan sampai memiliki sahabat brengsek seperti mereka." rengek Niel

"Mati saja kau, menjijikan sekali aku mendengar anak balita di sebelahku. Enyahlah aku akan kembali bekerja." Ketika Gil akan beranjak bahunya di cekal oleh Niel.

"Apalagi ?" kesal Gil.

"Duduklah, ada sesuatu yang harus aku sampaikan masalah markas." ucap Niel serius kali ini.

"Musuh lama, tua bangka itu kembali mencari masalah. Kemarin malam pengiriman senjata ke Maroco hampir gagal karena ulahnya, Untung saja Anthony berhasil menghandle semuanya."

" Shit...tetap waspada jangan sampai kesalahan fatal merugikan kita, suruh mata-mata untuk menyeledikinya. Harusnya aku bunuh saja dia waktu itu, sialan."

" Okey, sebaiknya aku pulang." ucap Niel, namun sebelum mencapai pintu dia berbalik dan berkata" Berhati-hatilah jika kau sudah menemukannya jangan sampai keparat itu tahu tentang ini." dan Gil hanya menangguk meng-iyakan.

"Kenapa dia berkata seperti itu, pasti aku tidak akan melepaskannya sebelum puas membuat dirinya membayar setelah dia merendahkan ku." ucap Gil mengepalkan tangganya menahan amarah. Dan melanjutkan kemabali pekerjaan yang sedikit tertunda akibat kedangan sahabatnya tadi.

chapter 3

Alesya pov

Langit sudah menampakan gelapnya dan Alesya masih setia duduk menunggu Bus lewat menuju kerumahnya"Huftt hujan lagi, bagaimna aku pulang."

Dia jadi teringat dengan nasib sial yang menimpanya satu tahun lalu, tak sadar air matanya menetes membayangkan begitu tidak adil tuhan kedapanya. Setelah dirinya hancur dan mengalami trauma hingga membuatnya harus berobat dan bertemu psikolog. Dan saat berhasil sembuh Mom pergi meninggalkan ku untuk selamanya, karena sebuah kecelakaan.

flashback on

"Sepasang insan masih terlelap akibat kejadian yang di lalui semalam. Namun tidak dengan gadis cantik yang berada dalam selimut menutupi tubuh polosnya. Dia mulai mengerejapkan netra birunya, setelah sepenuhnya sadar dan teringat kejadian semalam. Ia langsung bangun dan berdiri memungut pakaian yang berserakan di lantai.

Hatinya sakit, harus mendapatkan perlakuan seperti ini. Dia langsung memakai pakaian dengan air mata yang tidak berhenti mengalir deras.

"Ternyata semua ini bukanlah mimpi, aku kotor. Mom, Dad maafkan aku yang tidak bisa menjaga diriku sendiri." Dengan terisak, kemudian dia kemabali melihat pria brengksek yang telah memprokosanya semalam dengan pandangan penuh benci. Setelah selesai, Ia bergegas pulang dengan langkah tertatih menahan nyeri di area kewanitaannya.

Gadis itu adalah Alesya, yang semalam terjebak di ruangan terkutuk itu. Setelah tibanya di rumah Ale langsung menuju ke kamar dan menumpahkan tangisnya. Hingga ibunya datang untuk melihat puteri semata wayangnya khawatir karena, dia tidak pulang semalam ataupun sekedar mengabari.

"Sayang kenapa menangis, apa ada masalah?" Mom berkata sambil mengusap rambutku sayang, ada rasa khawatir yang aku tangkap dari suara Mom.

Aku langsung berbalik dan memeluk Mom erat tangis ku pecah di pelukannya.

"Aa...aaa.aaku kkoo...ttoor...kotor Mom, aku benci diriku sendiri. Pria itu...pria itu..Mom aku takut, Mom jangan tinggalkan aku sendirian dia pasti akan datang lagi, aku takut Mom." ucapku terbata ketakutan.

"Maksudmu apa sayang, Pria siapa Mom tidak mengerti?" Mom bingung melihatku seperti ini dan mulai ikut menangis.

"Ddd...ddiaa menjamah tubuhku Mom, pria brengksek yang membuatku kotor dan membenci diriku sendiri."

"ya tuhan, maafkan Mom tidak bisa menjagamu sayang. Mom gagal menjadi ibu yang baik untukmu, maafkan Mom." ucap Mom sambil terisak karena, mendapati puterinya hancur seperti ini membuatnya sakit. Dia terus membelai kepalaku hingga tak terasa aku tertidur di pelukannya.

Saat bangun dari tidur, kedua sahabatku sudah berada di dalam kamar. Dan dengan tiba-tiba memelukku sambil mengucapkan maaf, maaf dan maaf. Pasti Mom sudah memberi tahu mereka.

"Le maafin gue, andai aja kalo gue gak maksa Lo buat ikut pasti gak akan kejadian kaya gini."ucap Adela ikut menangis juga.

" Iya Le gue juga minta maaf, gue nyesel ajak Lo kesana. Mestinya Lo gak ngalamin ini." Kini Audrey berucap. Aku hanya diam saja belum mengucapkan sepatah katapun, aku masih ketakutan dia akan datang dan melakukan itu lagi. Dan tanpa sadar aku menjerit sangat kencang.

"Tidak...tidak tolong jangan bunuh aku tuan, tolong...Mommmm..." teriakku. Dan Mom langsung datang untuk menenangkan. Kedua sahabatku semakin merasa menyesal dan sedih melihat kondisi ku saat ini. Aku mengalami trauma berat, yang mengaharuskan bertemu psikolog.

Setelah beberapa jam Ale baru bisa tenang dan kembali tertidur. Mom mengajak kedua sahabatku keluar untuk berbicara.

"Tante kami sungguh sangat menyelas, Alesya harus mengalami hal seperti ini, kami sungguh minta maaf." ucap Audrey tulus sambil mememluk Vanya.

"Tidak apa Rey,Del. Semua ini bukan salah kalian tante tahu kalian adalah sahabat baik Ale, mungkin ini adalah jalan tuhan untuk Ale mengalami ini semua. Tante juga kaget dan merasa hancur melihat Ale seperti ini." Ucap Vanya.

"Apa sebaiknya Ale di periksa psikolog untuk menyebuhkan traumanya, kami bisa membatu Tan." Ucap Adela.

"Iya mungkin nanti tante akan membawanya kesana tapi, melihat kondisinya sekarang akan susah membawa Ale keluar dan bertemu orang banyak." Ucap vanya sendu.

"Nanti Rey yang datangkan psikolog untuk memeriksa Ale, tante tenang saja untuk biaya kami bisa patungan, iya kan Del?" tanyanya kepada Adela.

"Iya tante tidak usah khawatir, nanti kami akan membantu sedikit biaya jika Ale memang harus melakukan terapi untuk penyembuhannya." Ucap Adela.

"Baiklah tante tidak memaksa kalian untuk ini, terima kasih Audrey, Adela kalian memang sahabat terbaik bagi Alesya." ucap vanya memeluk mereka beruda.

"Yaudah tan, kami pamit pulang dulu. Besok kami akan datang bersama psikolog."Pamit Audrey dan Adela.

Keesokan harinya sesuai dengan perkataan sahabatnya kemarin, mereka membawa seorang psikolog datang untuk memeriksa Ale.

Empat bulan sudah berlalu dan, selama itu dirinya tidak masuk sekolah. kini Ale dinyatakan sembuh dari trauma dan bisa menjalankan aktifitas seperti biasanya. Dan sekarang Ale sedang menunggu ibunya pulang dari bekerja untuk makan malam bersama, namun sampai waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, ibunya tak kunjung datang. Alesya begitu khawatir terjadi sesuatu kepada ibunya, dan benar saja selang beberapa waktu ponselnya berdering menandakan seseorang telah mengubunginya. Nomor tidak dikenal, sebenarnya Ale ragu untuk menjawab namun Ia urungkan, siapa tahu penting.

" Hallo." Ale mengangkatnya ragu.

"Apa benar ini dengan nona Alesya?" seorang pria menyahut di sebrang sana.

"Iya, ini dengan siapa?"

"Kami dari pihak kepolisian mengabarkan bahwa, bus yang ibu anda tumpangi mengalami kecelakaan, dan sekarang kami sudah membawa semua korban ke Eight hospital."

"APA...sir anda jangan bercanda, kau mau mengerjaiku hah dasar kurang ajar. Jangan membuat lelucon bodoh seperti ini, aku tidak akan tertipu." Ucapku penuh amarah.

"Terserah jika anda tidak mempercayai kami, terimakasih." tuttt.. tutttt..tuttt terdengar sambungan yang sudah tertutup.

"Oh tuhan apa yang harus aku lakukan, bagaimna jika di menipuku. Tapi Mom..yah aku harus membuktikannya sendiri bahwa yang disana bukanlah Mommy ku." Kemudian Ale masuk kedalam untuk mengenakan sweeter abu miliknya karena cuaca malam begitu dingin. Di saat akan keluar, kedua sahabatnya baru saja sampai dan kebingungan melihat Ale begitu terburu-buru.

"Le mau kemana, buru-buru amat, kita baru sampe ini masa Lo malah mau pergi." tegur Adela.

"Kalian mau gak anterin aku ke Eight Hospital sekarang."

"Mau jenguk siapa kok malem-malem gini Le?" sahut Audrey.

"Tadi ada yang menelponku nomor tidak dikenal dan, dia seorang polisi kemudian memberitahuku bahwa bus yang Mommy tumpangi mengalami kecelakaan. Dan aku tidak percaya mereka pasti salah."

"Yaudah Le cepetan masuk, kita harus cepet-cepet kesana." Mereka bertiga kemudian bergegas menuju rumah sakit yang tadi di bicarakan.

Setelah tiba di sana mereka langsung menuju resepsionis yang sudah penuh dengan keluarga lainnya.

"Sus... atas nama Vanya Maurendra Gaven." ucapku cepat. Dan saat suster mengatan " Di ruang melati 102." Seketika aku kehilangan keseimbangan, ternyata benar Mom mengalami kecelakaan. Dengan cepat aku mencari ruangan Mommy bersama kedua sahabatku.

Setelah mencari dengan panik ku genggam daun pintu itu dengan tangan gemetar, kemungkinan terburuk mulai terbayang dan jika itu terjadi aku tidak akan pernah sanggup melewatinya tanpa Mom di sisiku. Saat pintu sudah terbuka, Mom sedang tertidur dengan balutan perban di kepala. Aku dan yang lainnya bergegas masuk.

"Mom." lirihku dan bulir bening mengalir deras tanda aku menagis saat ini.

"Le yang sabar." ucap Audrey menguatkan.

"Mom bangunlah, Ale sudah sembuh. Ayo Mom kita pulang aku sudah memasak untuk kita makan malam." isakku.

"Sayang, Alesya anak Mom." ucapnya terdengar sangat lemah.

"Mom kau bangun, syukurlah aku sangat takut Mom pergi." Ucapku menghambur kepelukannya.

"Sayang dengarkan Mom, waktu Mom sudah tidak banyak. Daddy sudah menunggu Mom disana untuk mengabiskan waktu bersama kami." ucap Mom sedikit dipaksakan tersenyum.

"Tante jangan bicara seperti itu, tante pasti akan cepat pulih. Kita kan belum merayakan kesembuhan Alesya." ucap Adela sembari menangis dalam pelukan Audrey.

"Rey dan Adel, jaga anak tante yah. Kalian harus saling menjaga dan selalu bersama di saat suka dan duka.Tante percaya bahwa kalian yang tuhan berikan untuk Alesya sebagai sahabat dan keluarga yang Alesya punya setelah tante pergi. Waktu tante disini tidak banyak." jedanya sebentar.

" Terimakasih karena sudah menjadikan Alesya sahabat dengan tulus." katanya terlihat menahan kesakitan.

"Mom... Kenapa Mom berbicara seperti seperti akan meninggalkanku. Apa kau malu memili anak kotor seperti ku." ucap Alesya sedikit kesal.

"Mom sangat menyayangimu puteriku, kau adalah satu-satu nya yang paling berharga untuk Mom di bandingkan dengan Nyawaku sendiri. Jaga dirimu baik-baik,terus kejarlah keinginan mu meskipun Mom tidak lagi berada di sampingmu.Mom and Dad akan menemanimu di atas sana. Semoga kau mendapatkan pria yang benar-benar menjaga dan melindungimu dari apapun, yang mencintaimu dengan tulus. Alesya puteriku kami men...cinttt...tttaimu." itulah kata-kata terakhir sebelum Mom menyusul Dad.

"MOMMMMMM....MOMMY, MOM BANGUN JANGAN TINGGALKAN AKU DI DUNIA YANG KEJAM INI. WAKE UP MOM, AKU MEMBENCI KALIAN. KENAPA KALIAN PERGI MOM, DAD. AKU MASIH MEMBUTUHKAN KALIAN, MOM WAKE UP." teriakku mengguncang tubuh Mom.

setelah prosesi pemakaman mom, aku kembali kerumah dengan kedua sahabatku yang masih setia pendampingi. Aku masih tidak menyangka bahwa sekarang aku tidak punya siapapun selain Rey dan Adel. Dan saat ini aku sadar bahwa, hidupku tak lagi sama.

flashback off

Ale bangun dari lamunannya karena bus yang ia tunggu sudah datang, segaralah ia masuk karena tak sabar untuk beristirahat setelah memalui hari yang sangat melelahkan.

Dan tanpa sadar, seseorang dalam mobil sport berwana merah yang mengintainya menyeringai senang. Karena setelah sekian lama dia kini menemukan incarannya. Kemudian melaju mengikuti bus itu sampai kedepan rumahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!