Hai Readers...,
Novel Mengejar Cinta Alex ini adalah spinoff dari novel Terpaksa Menikah Lagi yaa....
Dan bagi yang penasaran dengan awal pertemuan Alex dan Sonya, bisa baca di novel Terpaksa Menikah Lagi.
Nah, sebelum mulai prolog kita pengenalan tokoh dulu nih... Biar lebih halu lagi bacanya...😊
Cerita ini murni hanya fiktif belaka, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh virtual dalam novel ini.
Ji Chang-Wook as Alex
Liza Soberano as Sonya
Nick Bateman as Hardhan
Davika Hoorne as Kei
Maxime Bouttier as Owen
Mario Maurer as Ryo
Kang So-Ra as Dr. Talita
Yang Se Jong as Dr. Sam
Alex
Alex, Executif Director, tinggi badan 185cm, berusia 30 tahun. Pria yang sangat dingin, dan kaku. Berbicara hanya seperlunya saja, sangat ahli mengendalikan diri. Dan selalu bisa di andalkan dimanapun berada.
Sonya
Sonya, Tinggi badan 170cm, usia 25 tahun. Wanita cantik tapi galak, energik, cerewet, kuat dan tangguh, terkadang usil.
HK Couple
Pasangan terbucin. Hardhan, Big boss nya Alex. dan Kei, sahabatnya Sonya. Silahkan baca novel Terpaksa Menikah Lagi untuk mengetahui perjalanan cinta mereka.
Owen
Owen, tinggi 180cm usia 27 tahun. Mantan pacar Sonya dan selalu berusaha kembali pada Sonya.
Ryo
Ryo,tinggi badan 180cm, usia 27 tahun. Anak tertua dari Damanik Corp. Pria yang ceria dan mudah bergaul.
Dokter Talita
Dr. Talita, tinggi 168cm usia 25 tahun. Cantik, baik dan supel. Sangat tergila-gila kepada Alex.
Dokter Sam
Dr. Sam, tinggi 182cm usia 32 tahun.
Direktur tampan yang humoris dan supel.
Naahh..., mari berhalu bersama...😁
Sonya masih enggan melepas pelukannya dari Owen, pria yang akan bertunangan dengannya satu minggu lagi. Yah, sepulangnya Sonya dari Paris, Owen akan melamarnya.
"Bee, kamu harus segera masuk, nanti ketinggalan pesawat..." seru Owen sambil tertawa pelan dan menepuk-nepuk punggung Sonya.
"Tidak mau, aku mau puas-puasin meluk kamu... seminggu kan lama Boo..." tolak Sonya.
"Kita kan masih bisa video callan Bee, sesampainya kamu di Paris nanti, kamu harus langsung telepon aku ya...."
Sonya mengangguk di dada Owen, lalu sambil memberengut ia melepas pelukannya, tangannya masih bergelayut manja di leher Owen.
"Rasanya tidak sabar menunggu seminggu lagi..." gumam Sonya lalu mengecup bibir Owen.
"Aku harap setelah kita bertunangan, kamu bersedia menyerahkan diri kamu seutuhnya ke aku Bee... Aku tidak sabar kalau harus menunggu kita menikah dulu..." bisik Owen di telinga Sonya.
Sonya langsung mencubit pinggang Owen, membuatnya memekik geli, "Ngeres saja pikiran kamu, nanti aku sapu looh!" gerutu Sonya sambil tertawa.
"Namanya juga usaha..." balas Owen sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ya sudah sana jalan." seru Sonya sambil mendorong Owen ke arah mobilnya.
"Jaga diri baik-baik di sana, dan jaga juga hati kamu untukku Bee..." goda Owen sambil memberi sun jauh Ke Sonya.
"Kamu juga jaga hati kamu untukku dan hati-hati menyetirnya, jangan ngebut..."
Owen melambaikan tangannya sebelum masuk ke kursi pengemudi, lalu menancap gas meninggalkan Sonya, "Boo, I Love You..." teriak Sonya.
Sonya menghela nafas panjang, memikirkan lagi kegilaannya karena sudah teriak-teriak di depan umum, "Apa aku sudah cinta mati sama dia yaa?" tanyanya pada diri sendiri sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Jangan berikan cintamu bulat-bulat, sisakan separuh buat modal kalau dia minggat..." celetuk seseorang dengan suara santai tapi masih terkesan dingin di belakangnya.
Suara itu... suara Jailangkung!!.
Sambil melipat kedua tangannya di depan dada, Sonya langsung balik badan, dan berhadapan dengan pria yang paling tidak ingin ia temui. Yang sedang bersandar santai di balik pilar.
"Pak Alex... Bapak punya kebiasaan baru yaa menguping pembicaraan orang?!" tanya Sonya kesal sambil memicingkan kedua matanya.
"Ayo masuk!" seru Alex dingin, mengabaikan pertanyaan Sonya.
Sambil menggerutu kesal Sonya menarik kopernya dan mengekor di belakang Alex, tangannya membentuk cekikan ke leher Alex, seandainya ia berani mencekiknya secara langsung. Boss yang selalu menyiksanya di kantor dengan setumpuk pekerjaan itu.
Alex menuju area priority check in kemudian memperlihatkan e-ticketnya ke resepsionis, dan mempersilahkan mereka duduk selama resepsionis itu mengecek e-ticketnya.
Setelah mendapat boarding pass dan pita warna hitam untuk bagasi kabinnya, mereka diarahkan ke sudut ruangan tempat petugas imigrasi mengecek dan mencap paspor mereka.
Sonya dan Alex menunggu di ruang tunggu prioritas, yang terlihat mewah dengan beberapa eksekutif muda berjas rapi yang sedang asik dengan laptopnya masing-masing. Sonya dan Alex duduk di sofa empuk samping jendela.
Alex meletakkan map coklat di depan Sonya, "Wanita bodoh, tidak bisa melihat serigala berbulu domba yang sedang mengincarnya!" Ujar Alex dengan suara dalam dan dinginnya.
Kening Sonya mengkerut, "Apa ini?" tanyanya bingung. Tidak ada jawaban dari Alex yang duduk di depannya, Alex hanya memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Sambil menghela nafas kesal, Sonya membuka map itu, lalu mengeluarkan isinya, dan dunia seakan runtuh seketika.
Dengan tangan gemetar dan dadanya yang dipenuhi amarah, Sonya melihat lembar demi lembar foto itu, foto mesum Owen dengan wanita-wanita lain. Dan yang lebih menyakitkan lagi, salah satu wanita itu adalah Tria, sepupunya. Sonya merasakan sakitnya di khianati kekasih dan sepupunya sendiri, jauh lebih sakit dari saat melihat Owen dengan wanita lain.
Sonya memegang foto itu di tangan kanannya, lalu menggoyangkannya di depan Alex, "Ini bohong kan?!" ini editan kan?!" tanya Sonya tidak percaya, berusaha menghibur dirinya sendiri.
"Maaf itu asli." jawab Alex santai sambil mengangkat bahunya, tanpa melirik Sonya sedikitpun.
Seperti cermin yang jatuh ke bebatuan dan hancur berkeping-keping, seperti itulah hati Sonya saat ini.
Berusaha keras menahan air matanya yang akan keluar, Sonya memasukkan kembali foto-foto itu ke dalam map.
Sonya menatap handphonenya sambil menggigit bibir bawahnya dengan penuh rasa kesal, lalu menghela nafas panjang sebelum menekan nama Owen.
"Waah Bee... baru berpisah berapa menit saja sudah kangen nih..." sapa Owen.
"Apa kamu sering bertemu Tria tanpa sepengetahuanku?" tanya Sonya tanpa basa basi.
"Tria? Sepupu kamu?" Owen balik nanya.
"Memangnya ada berapa nama Tria yang kamu kenal?!!" rutuk Sonya kesal.
"Tunggu... Tunggu, ini sebenarnya ada apa sih? kenapa kamu tiba-tiba tanya Tria? Dan kenapa kamu tiba-tiba nyolot sama aku? Kamu kenapa sih Bee?"
Sonya menguatkan diri sebelum mengatakan, "Owen, hubungan kita berakhir sampai di sini, kita putus..." kata Sonya dengan suara yang sangat dingin.
"Ap... Apa? Bee kamu kenapa sih? Aku tidak akan mau putus dari kamu! Aku putar balik sekarang ke Bandara lagi, tunggu di sana dan batalkan tugas ke Parisnya!!"
"Tidak perlu, setengah jam lagi aku take off..." ketus Sonya.
"Bee, asli aku bingung ini. Ada apa sih sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba minta putus?!"
Sonya diam, mengatur nafasnya tetap tenang, dan menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis.
Pandang Alex, yaa aku harus pandang muka dinginnya, Jailangkung itu selalu berhasil bikin aku kesal, tapi itu lebih baik daripada aku harus nangis.
batin Sonya.
Merasa sedang di perhatikan, Alex mengalihkan perhatiannya dari luar jendela ke Sonya, tidak ada reaksi apapun di wajahnya, bahkan sekedar simpatipun tidak, lalu Alex kembali mengalihkan perhatiannya ke luar jendela lagi. Dan itu berhasil membuat Sonya dongkol.
"Bee, apa... Hmmm... Tria bicara sesuatu ke kamu?" tanya Owen lagi, membuat Sonya kembali ke masalah yang sedang di hadapinya ini.
"Memangnya ada sesuatu yang harus Tria bicarakan ke aku?"
"Yaa aku tidak tahu, aku hanya menerka-nerka saja, secara kamu tiba-tiba menanyakan dia tadi." elak Owen.
"Bukan hanya Tria yang harus bicara sama aku.., kamu juga... Kalian berdua yang sudah menikam aku dari belakang!"
"Bee, apa maksudnya? Aku tidak mengerti?"
Sonya merasa emosinya kembali memuncak, Owen masih saja pura-pura tidak tahu hubungan terlarangnya dengan Tria. "Lo sudah selingkuh kan sama Tria dan juga beberapa wanita lainnya?" tanya Sonya dengan suara gemetar karena amarah.
"Bee, kamu dengar gosip darimana? Apa kamu percaya begitu saja aku orang yang seperti itu?"
"Iya aku percaya..." aku Sonya.
"Bee, kamu tenangin diri dulu di Paris yaa, nanti kita bicarakan lagi setelah kamu kembali ke sini... Ok? Apapun yang kamu dengar itu semua bohong, jadi jangan mudah percaya yaa..." bujuk Owen.
Sonya berpikir sejenak sebelum
melanjutkan, "Yah, kamu benar. Kita harus membicarakannya secara langsung nanti sepulangnya gue dari Paris."
Dan aku akan lempar bukti-bukti foto ini ke depan wajahmu!!! Sekarang nikmatilah waktu kamu bermain di belakangku... rutuk Sonya dalam hati.
"Ya sudah, jangan lupa hubungi aku sesampainya kamu di Paris..."
"Kalau aku ingat!!" suntuk Sonya lalu mematikan sambungan teleponnya. kemudian mematikan handphonenya, dan memasukkan kembali ke dalam tasnya.
Sonya bersandar ke sofa dan mengalihkan perhatiannya ke luar jendela, saat ini hatinya terasa sakit, kecewa dan ia ingin sekali mengumpat dengan kata-kata kasar, tapi bukankah ia justru akan terlihat sangat menyedihkan?
Dan Sonya tidak ingin terlihat menyedihkan, terutama di depan pria yang di bencinya itu, yang sedang duduk di depannya saat ini. Pria dingin, kaku dan menjengkelkan.
Sonya menatap keluar jendela pesawat, tidak terlihat apapun selain langit malam yang gelap. Sonya sedang merasakan sakit hati yang begitu menyiksa, saking sakitnya sampai-sampai ia tidak mampu mengatakan dari mulutnya. Memendam sendiri dalam hati pun hanya akan menambah beban pikiran, dan tidak bisa mengurangi kesedihannya.
Sonya butuh teman untuk berbagi, untuk mendengarkan keluh kesahnya, untuk meringankan bebannya. Tapi alih-alih teman atau sahabat, yang ada di sebelahnya justru pria yang ia benci, pria yang sangat dingin dan tidak berperasaan. Yang tidak terlihat bersimpati sedikitpun dengan kesedihannya saat ini.
Dan Sonya harus menghabiskan waktu selama enam belas jam di atas pesawat bersamanya. Perjalanan panjang yang sangat menyiksanya, senyaman apapun kursi business class yang sedang ia duduki sekarang, hingga membuat Sonya ingin membuka pintu pesawat dan langsung terjun bebas.
"Bapak belum tidur kan?" tanya Sonya pada akhirnya, memecah kesunyian di antara mereka.
"Hmmm." gumam Alex.
"Darimana Bapak dapat foto-foto itu? Apa Bapak memata-matai Owen? Kenapa Bapak melakukan itu?" Sonya menyecar Alex dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Tidak perlu berterima kasih padaku." jawab Alex dingin.
Astaga pria ini!!
"Saya bertanya Pak bukan mau berterima kasih!" desis Sonya dari sela-sela giginya.
"Seharusnya itu lah yang kau lakukan."
"Yang seharusnya saya lakukan dari tadi adalah... menendang bokong Bapak hingga keluar dari pesawat!!" geram Sonya, lalu mengalihkan lagi perhatiannya ke luar jendela.
"Tidurlah, siapa tahu mimpimu lebih indah dari kenyataan."
"Cih, tidur di samping Jailangkung macam kamu, mana bisa mimpi indah aku..." gumam Sonya kesal.
"Saya masih bisa mendengarnya."
"Pakai headphonenya kalau tidak mau mendengar Pak!"
Astaga.... bisa gila aku lama-lama di sini!!
Awalnya Sonya datang ke bandara dengan penuh semangat, ia belum pernah ke Paris sebelumnya, membuatnya melewati hari ini dengan excited.
Calon tunangannya yang mengantarnya ke bandara, membuat harinya bertambah sempurna, membuatnya melayang-layang dengan kebahagiaan.
Lalu pria yang duduk di sebelahnya saat ini, memberikan kenyataan pahit yang membuatnya terpuruk, membuatnya terbangun dari mimpi indahnya yang berganti dengan mimpi buruk, dan dunia Sonya yang tadinya berwarna, berubah menjadi kelabu.
Dan pria itu tidak merasa bersalah sedikitpun karena sudah membuat Sonya menderita seperti ini. Tidak ada kata-kata menenangkan yang keluar dari bibirnya, selain kata-kata dingin dan menusuk.
Saat ini pikirannya kacau, hingga ia tidak tahu harus berterima kasih pada Alex karena sudah membuka matanya tentang perselingkuhan Owen, atau mengutuknya seumur hidup karena sudah membuat Sonya tahu Owen selingkuh.
Pikiran Sonya kembali ke foto-foto yang di berikan Alex tadi, masih tidak habis pikir kenapa Owen bisa selingkuh darinya, bukan hanya dengan satu wanita tapi lebih. Bahkan dengan sepupunya sendiri.
Sekuat-kuatnya Sonya menahan, akhirnya air matanya tidak terbendung lagi, mengalir deras ke pipinya dengan isakan-isakan kecil yang keluar dari bibirnya.
Sonya rela menukar apapun demi ada Kei sahabatnya di sini. Sonya butuh sahabatnya itu untuk mencurahkan isi hatinya, membutuhkan pelukan dan kata-katanya yang menenangkan. Sonya melirik Alex sekilas, pria itu sudah memakai headphonenya, dan memejamkan matanya, mungkin isakan tangis Sonya mengganggu tidurnya.
Benar-benar tidak punya perasaan!!
batin Sonya kesal.
Sonya merebahkan kursinya, lalu berbaring miring membelakangi Alex, menutup selimut sampai kepalanya untuk meredam isakannya, ia menangis sampai tertidur.
Paginya Alex menggoyang-goyangkan bahu Sonya, membangunkannya. "Iihh apaan sihh!!" gerutu Sonya sambil menepis tangan Alex, lalu kembali tidur.
"Bangun makan pagi akan segera datang." kata Alex sambil menepuk pundak Sonya lagi.
"Saya tidak lapar!"
"Jangan sampai patah hati membuatmu mati kelaparan." ejek Alex.
"Astaga Pak, harus yaa mengingatkan saya akan hal itu?!" suntuk Sonya lalu mendirikan lagi sandaran kursinya dan bergegas ke toilet, sambil membawa amenity kit yang sudah di sediakan pihak maskapai.
"Dasar Jailangkung sialan!! Tidak bisakah dia membiarkan aku tenang? Padahal hanya dengan tidur aku bisa melepas sementara kesedihanku!" maki Sonya sambil melihat pantulan dirinya di depan cermin toilet.
Sonya membuka amenity kit yang dikemas dalam pouch ekslusif itu, lalu mengeluarkan sikat gigi dan pasta giginya, dan mulai menyikat giginya.
Setelah kumur-kumur, Sonya membersihkan mukanya dengan treatment was dari brand ternama yang tersedia di dalam pouch, lalu mengoleskan dan meratakan concentrate cream ke wajahnya, dan lip balm ke bibirnya.
Ketika Sonya kembali ke kursinya, makan paginya sudah tersedia dan Sonya memakannya dengan enggan. Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka berdua, layaknya dua orang yang saling mengenal, sampai pesawat berhasil landing dengan mulus di bandara CDG.
Paris memang terkenal dengan kota cinta, kota romantis. Tapi dengan suasana hati yang sedang patah hati seperti yang di alami Sonya saat ini, rasanya semua keindahan kota ini terasa hambar.
"Apa Boss dan Kei sudah sampai?" tanya Sonya.
Alex hanya menjawab dengan anggukan.
"Apa saya sekamar dengan Kei?" tanya Sonya lagi.
Alex menatap Sonya dengan sebelah alisnya yang terangkat naik.
Sonya mengibas tangannya, "Yah, sudah pasti dia sekamar dengan Boss."
"Kenapa kita berangkat dengan jam penerbangan yang berbeda dengan mereka?"
Tidak ada jawaban dari Alex, Sonya langsung mengalihkan perhatiannya dari Alex ke luar jendela. Ke pemandangan musim panas di kota ini, ke lalu lalang orang-orang dari berbagai benua.
"Saya masih penasaran, untuk apa Bapak mengumpulkan bukti perselingkuhan Owen?" tanya Sonya sesampainya mereka di penthouse bossnya.
Alex tetap diam, tidak menjawab bahkan tidak melihat Sonya. Membuat amarah Sonya yang sudah terpendam sejak di bandara semalam akhirnya memuncak.
Dengan geram Sonya menghampiri Alex dan menarik jasnya, “Kenapa diam? Jawab Pak!!!” teriaknya.
Alex menahan tangan Sonya, “Nanti kau juga akan tahu.” jawab Alex sekenanya.
Sonya menarik lepas tangannya dari genggaman Alex, “Batu lo!” suntuk Sonya kesal.
Untuk waktu yang lama hanya ada keheningan di antara mereka, sampai akhirnya pintu terbuka dan Hardhan masuk sambil membopong Kei, nampak sekali mereka berdua sedang bermesraan, dan tidak menyangka Alex dan Sonya sudah sampai.
“Sonyaaa...” seru Kei sambil turun dari bopongan Hardhan dan berlari ke arah Sonya lalu memeluknya, Sonya balas memeluk Kei.
"Apa kami mengganggu kalian?" tanya Sonya canggung, melihat ke pipi Kei yang merona merah, dan Wajah Hardhan yang terlihat kesal.
Kei mengibaskan tangannya, "Tidak ada yang terganggu..." elak Kei.
Sonya melihat wajah Hardhan yang memberengut, jelas-jelas bossnya itu merasa kesal karena kehadiran Sonya dan Alex yang mengganggu kegiatan apapun yang sudah ia rencanakan.
“Alex, tempatkan Sonya di kamar tamu, saya mau ke kamar dulu" perintah Hardhan lalu bergegas pergi.
"Kamu mau tidur sayang?" tanya Kei.
"Mau mandi air es!" suntuk Hardhan kesal.
"Mandi air es?" gumam Kei pelan.
"Hmmmpppttt..." Sonya menahan tawanya, membuat Kei menatapnya sambil menyipitkan kedua matanya, “Apanya yang lucu?" tanya Kei.
Lalu Kei melihat mata Sonya, matanya sembab seperti habis menangis. Kei menangkup wajah Sonya dengan kedua tangannya.
"Kamu kenapa? kamu habis nangis yaa?" tanya Kei khawatir.
Sonya wanita yang sangat tegar, Kei bahkan nyaris tidak pernah melihatnya menangis, hanya saat mamanya meninggal saja Kei melihat Sonya menangis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!