Sisa Nafas Di Kota Mati
1
Seorang perempuan berlari sambil membawa beberapa kantong belanja, menuju ke apartemen nya. Ia di kejar oleh segerombolan zombie yang sudah lapar. Apartemen rumahnya yang dulunya dihuni oleh keluarga dan tetangga mereka, akhirnya kosong dan hanya di huni banyak monster.
Termasuk ayah dan ibu perempuan itu. Syukurnya dia dan adiknya bisa selamat dan memilih untuk tetap tinggal di apartemen mereka, karena banyak kenangan di sana dan juga mereka tidak punya tujuan selain di rumahnya.
Ia berlari terengah engah. Lalu saat sampai depan pintu apartemennya ia segera mengutuknya. Adiknya pun membukanya dengan cepat agar kakaknya itu tidak terkena gigitan zombie.
Saat berhasil masuk, adiknya yang bernama Maudy dengan cepat mengunci pintu lalu mendorong sebuah lemari besar agar para zombie itu tidak bisa masuk.
Setelah itu, mereka berdua terbaring lemas di ruang tamu.
Valencia Arzellya
Hah...hah...
Maudy Arzellya
Kakak, kan aku sudah bilang jangan sampai terlihat zombie. Lihat kan mereka sampai mengejar ke sini!!
Valencia Arzellya
Bisa diam?
Valencia Arzellya
Aku sudah lelah mencari makan, kamu jangan tambah membuatku lelah. Kamu harusnya bersyukur kalau aku selamat.
Maudy Arzellya
Tapi tetap saja!
Valencia Arzellya
Sstttttt, nanti zombie nya tambah banyak
Maudy yang tadinya marah, harus meredam emosi nya itu. Jika tidak, para zombie itu akan cepat datang dan bertambah banyak.
Valencia pun membawa barang barang bawaannya itu ke dapur mereka. Dan dibantu oleh Maudy.
Maudy Arzellya
Dimana kakak mengambil ini semua? Bukannya makanan di minimarket depan apartemen sudah habis?
Valencia Arzellya
Ya memang sudah habis
Valencia Arzellya
Tapi aku coba lihat di sekitar apartemen
Valencia Arzellya
Dan aku menemukan supermarket yang lebih besar
Valencia Arzellya
Itulah kenapa banyak zombie yang mengejarku
Valencia Arzellya
Sudahlah jangan banyak bicara. Sana, kamu yang siapkan makanan ya. Aku capek mau tidur
Maudy Arzellya
Aku juga capek membersihkan rumah!!!
Valencia Arzellya
Bodoamat
Valencia Arzellya
Buat yang enak ya
Maudy berdecak kesal. Meskipun dia marah, dia tetap memasak untuk kakaknya dan dirinya.
Setiap memasak, Maudy selalu mengenang masa masa dimana keluarga mereka masih utuh sebelum wabah zombie ini datang.
Dimana ibunya masih memasak, sedangkan ayah, Maudy, dan Valencia bermain di meja makan dan bercanda bersama. Setiap mengingatnya, Maudy selalu menangis. Ia tak pernah membayangkan keluarganya akan hancur seperti ini, untung saja ada kakaknya yang masih bisa menemaninya.
2
Setelah memasak beberapa makanan, mereka pun makan bersama di ruang tamu sambil mengobrol santai.
Setelah makan bersama, mereka juga membagi tugas untuk membersihkan rumah. Maudy bertugas mencuci piring dan membersihkan toilet. Sedangkan Valencia menyapu dan mengepel. Mereka membersihkan dengan pelan pelan, agar tidak ketahuan.
Setelah selesai membersihkan rumah, mereka berjalan ke arah jendela dengan hati-hati. Tirai disibakkan sedikit, mata mereka menyapu lingkungan luar, waspada dan penuh kehati-hatian. Mereka memastikan tidak ada gerakan mencurigakan, tidak ada suara aneh, dan suasana benar-benar aman. Setelah merasa cukup yakin, mereka kembali menyalakan lampu yang telah mereka buat tanpa listrik, yang sebelumnya dipadamkan, membuat ruang tamu kembali hangat dan terang. Dengan rasa lega, mereka duduk bersama dan mulai mengobrol kembali, membiarkan keheningan berganti dengan suara percakapan yang akrab.
Selama satu tahun terakhir, rutinitas itu sudah menjadi kebiasaan mereka—sebuah respons alami terhadap keadaan yang tak lagi normal. Sambil duduk di ruang tamu yang temaram, mereka mengobrol pelan, berusaha menjaga semangat tetap hidup. Di antara tawa kecil dan cerita lama, tangan mereka meraih cemilan yang tadi dibawa Valencia, satu-satunya hiburan sederhana malam itu. Televisi tetap mati, tak bersuara, karena aliran listrik telah lama diputus pemerintah, lima bulan tanpa terang dari kabel-kabel kota. Meski rasa bosan kerap datang menyergap, mereka tak pernah membiarkan keputusasaan mengambil tempat.
Setelah bercerita cukup panjang, jam menunjukkan pukul 13.30 siang. Mereka berdua memutuskan untuk tidur siang, karena mereka lelah sudah membersihkan.
Valencia Arzellya
Aku tidur dulu ya. Kalau ada apa apa bangunkan aku.
Mereka memasuki kamar masing masing.
Maudy terus memejamkan matanya tapi tak bisa tidur daritadi. Ia menghela nafas berat. Ia terbangun dari tidur nya, memutuskan untuk mengobrak abrik lemarinya. Sampai ia menemukan sebuah foto yang ia simpan selama ini.
Maudy Arzellya
Ayah...ibu...
Maudy Arzellya
Maudy rindu sama kalian..
Maudy Arzellya
Maaf, Maudy dan kakak tidak bisa menjenguk kalian. Akhir akhir ini, zombie tambah banyak. Mereka sangat agresif, jadi susah untuk berkunjung..
Maudy mengambil foto itu dari sebuah kotak dalam lemarinya. Ia lalu duduk di samping kasurnya. Kamar yang ia tempati adalah kamar kedua orang tuanya yang telah meninggal.
Maudy terus menatap sendu foto itu. Betapa bahagianya mereka saat itu.
Pradipta Arkatama
Hei hei, kalian jangan bertengkar terus dong
Pradipta Arkatama
Ini hari ulang tahun ibu, jadi kalian harus akur
Valencia Arzellya
Hahahahaha, siapa yang bertengkar sih ayah
Valencia Arzellya
Kami hanya bercanda
Valencia Arzellya
Ayah terlalu serius
Maudy Arzellya
Kakak bohong ayah!
Rachel Claudya
Ssstttt sudah sudah. Ayo kita foto dulu. Daritadi tidak ada yang jadi nih fotonya
Pradipta Arkatama
Tuh dengar ibu kalian
Pradipta Arkatama
Ayo cepat
Valencia Arzellya
Hehehehe
Maudy Arzellya
Iss ngeselin
Orang tua mereka memeluk mereka berdua dengan bahagia. Satu persatu foto telah di ambil. Setelah berfoto, mereka menikmati kue ulang tahun sang ibu.
Maudy Arzellya
Maaf ayah ibu...Maudy tidak bisa melindungi kalian..
Tak terasa, Maudy bercerita ke foto itu sampai akhirnya ia pun ketiduran.
3
Maudy keluar dari kamar dengan mata yang bengkak. Kemarin siang sampai malam ia tak keluar dari kamar, karena ia sangat merindukan kedua orang tuanya.
Valencia yang melihat itu kebingungan sejenak. Tetapi seketika, Valencia langsung peka bahwa Maudy sudah menangis selama berjam jam.
Ia memilih untuk diam dan tidak menegurnya.
Dalam hatinya, ia sangat kasian kepada adiknya karena merindukan orang tua mereka.
Valencia Arzellya
Selamat pagi
Valencia Arzellya
Kamu mau roti?
Maudy Arzellya
Terserah kak, aku pusing
Valencia Arzellya
Baiklah. Kamu tunggu di sofa
Valencia Arzellya
Aku buatkan roti dulu
Maudy yang daritadi lemas akhirnya merebahkan dirinya di sofa. Sambil memeluk cardigan yang ia pakai.
Sesekali, Valencia mengecek keadaan adiknya. Ia menghela nafas berat. Ia merasa sedih, karena membiarkan adiknya menangis. Selama ini ia selalu berusaha agar adiknya selalu senang. Tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Dia bahkan lupa cara nya menangis. Tanggung jawabnya sungguh besar, dan hal itu membuat dirinya untuk kuat dan tidak boleh menangis.
Setelah membuat roti. Valencia menaruh roti dan segelas air di meja, lalu memegang kepala adiknya.
Valencia Arzellya
Kamu demam?
Maudy Arzellya
Tidak. Jangan menggangguku
Maudy Arzellya
Aku mau tidur
Valencia hanya pasrah dan memilih untuk melihat di bawah apartemennya.
Suasana di bawah sangat mencekam. Di bawah banyak sekali zombie berkeliaran. Untung saja apartemen Valencia terletak di lantai 5, jadi para zombie tak bisa naik.
Melihat hal itu. Valencia yang dari kemarin ceria, dan terus menerus senyum seketika berubah. Ekspresi wajahnya berubah menjadi datar. Ia melihat semua zombie itu seakan akan ia sangat jijik kepada pemerintah karena tak pernah mengurus area apartemen nya. Tak pernah becus dalam bekerja.
Tiba tiba, sebuah helikopter melintasi apartemen mereka. Helikopter itu berhenti di atas apartemen. Dan seseorang berbicara dari atas sana.
Mendengar adanya suara itu, Maudy yang tadinya berbaring langsung lari ke arah balkon mereka.
Maudy Arzellya
Kak ini serius? Mereka datang? Mereka mau menyelamatkan kita?
Valencia Arzellya
Kita dengar dulu
Pria di helikopter itupun langsung berbicara.
Tentara
Jika ada yang mendengar saya di bangunan ini. Pasang telinga kalian baik baik.
Tentara
Kami ke sini datang untuk menolong kalian. Jika kalian mendengarnya. Segera berlari ke arah atap. Bawa barang barang kalian yang berharga. Tidak usah membawa banyak barang. Karena di barak kami semua telah di sediakan. Saya ulangi, bawa barang yang penting saja. Kami akan menunggu di atap ini sampai waktu siang tiba.
Setelah berbicara, orang itu pun masuk dan helikopter itu juga mulai mendarat di atap. Maudy yang mendengar itu langsung menatap kakaknya.
Maudy Arzellya
Kak ayo cepat, kita harus membawa barang kita.
Valen terdiam sejenak. Lalu segera di sadarkan oleh adiknya.
Maudy Arzellya
Ayo! Kenapa kakak diam saja!?
Maudy Arzellya
Kakak mau tinggal di sini terus!?
Seketika Valen tersadar dari diamnya itu. Ia pun panik.
Valencia Arzellya
Dek...rumah kita bagaimana?
Valencia Arzellya
Banyak kenangan di sini
Maudy Arzellya
Kak...aku tau, aku juga sangat menyayangkannya. Aku tidak mau keluar dari rumah ini. Tapi apa kakak mau terus terusan seperti ini? Setiap pagi selalu pergi cari makanan, yang dimana diluar itu sangat bahaya.
Maudy Arzellya
Kak..dengerin aku. Kita akan kembali ke sini, kalau wabah nya sudah hilang..ayolah kak
Valencia berpikir sejenak. Lalu ia dengan cepat menarik tangan Maudy.
Valencia Arzellya
Ayo, ambil yang penting saja
Mereka pun segera mengambil barang barang mereka
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!