"hey hey" dua polisi turun dari mobil patroli dan berlari menuju segerombolan siswa berseragam putih abu-abu yang sedang adu pukul.
"Polisi woy polisi" seru satu orang laki-laki dengan celana yang sedikit basah di area pangkal pahanya.
Semua siswa-siswa itu berlari berhamburan menuju gang-gang disekitar tempat kejadian. Satu orang dengan wajah babak belur berlari ke arah jalan utama yang jelas sangat ramai dengan mobil di pagi hari seperti itu.
Suara klakson terdengar dari semua pengendara motor dan mobil ada yang berteriak "woy Lo cari mati?" Ada yang berteriak "woy Lo udah bosen hidup?". "Lo anak sekolah atau bukan?" Tapi siswa itu tidak menghiraukannya dia terus saja berlari karna satu polisi juga terus ikut berlari dibelakang siswa itu.
"Ini ada apa si Pak?" Tanya Seorang wanita berseragam putih abu-abu yang sedang duduk di dalam taxi.
"Ada kejar-kejaran polisi sama siswa Mbak. emang yah, itu siswa gak tau waktu tawuran sepagi ini. gak bisa apa agak siangan dikit" omel supir taxi itu, membuat wanita itu diam kemudian menyunggingkan senyum tipisnya.
Sementara itu laki-laki yang terus berlari kini mulai berjalan jongkok di sekitar trotoar kemudian membuka pintu taxi yang sedang berhenti karna macet dan masuk.
"Heh kamu siapa?" Tanya penumpang taxi itu dan itu wanita yang tadi sempat menanyakan mengapa macet.
"Aduh udah geser dulu geser" lanjutnya dan dengan sedikit kebingungan wanita itu menggeser duduknya. Laki-laki itu berseragam putih abu-abu dengan kerah baju yang tak dilipat, ujung lengan bajunya dilipat, rambut acak-acakan dan beberapa luka memar di wajahnya.
"Ah sial. kenapa keras banget mukulnya" gerutunya sambil memegang ujung bibirnya yang sedikit berdarah "Pak ada tisu gak?" Tanyanya ke supir taxi.
"Gak ada Mas" jawab supir taxi itu. Wanita yang ada disampingnya tersadar dan mengambil sapu tangan yang ada di tasnya dan menyodorkannya ke laki-laki itu. Bukan mengambil saputangannya laki-laki itu malah mengambil tangan wanita itu untuk menempelkan saputangan itu langsung. kedua tangannya sendiri malah dijadikan bantalan kepalanya untuk bersandar. Wanita itu hanya diam sedikit kebingungan tapi tetap menempelkan saputangan dengan tangannya sendiri di ujung bibir laki-laki itu.
"Makanya gak usah tawuran segala Mas" omel supir taxi.
"Kata siapa saya tawuran?" Tanyanya dengan mata yang masih terpejam.
"Kata saya."
"Kenapa emang gak boleh tawuran?"
"Bikin macet jalan. Mana mas nya gak tau waktu lagi tawurannya. Padahal siang aja kalau mau tawuran, jangan pagi-pagi begini" lanjut si supir taxi.
"Harusnya bapak jangan berangkat pagi. siang aja, kalau pagi kan saya tawuran"
"Mana bisa kan saya lagi kerja. Harusnya Mas yang tawurannya siang"
"Ih bapak ngalah aja kenapa si" gerutu laki-laki itu dengan serius dan membuka matanya lalu duduk dengan tegap dan supir taxi itu diam dengan kesal.
Wanita yang sejak tadi duduk disampingnya hanya diam dan sempat tersenyum saat mendengar perdebatan supir taxi dan laki-laki yang ada disebelahnya, sekarang wanita itu tersadar tangannya masih memegangi sapu tangan itu
"Eh" ucapnya kikuk lalu melepaskan tangannya sampai saputangan nya terjatuh
"Ko dilepasin si? nolong orang dapet pahala tau" omel laki-laki itu. Wanita itu diam memalingkan wajahnya.
"Eh, kamu anak SMA juga? Anak mana?" Tanyanya. Tapi wanita itu tetap diam.
"Tenang aja saya gak bakalan nyerang sekolah kamu ko" terangnya. Dan wanita itu tetap diam seakan tak peduli.
"Jangan buang muka sembarangan, buang muka tuh pada tempatnya. Kalau mau buang muka nanti aja diluar disini gak ada tempatnya" lanjutnya dan wanita itu masih diam tapi tersenyum tipis mendengar apa yang dikatakan laki-laki yang sedang duduk disebelahnya.
"Liat sini dong gak sopan tau di ajak ngomong buang muka." Lanjutnya dan wanita itu dengan sedikit jengkel menarik nafasnya lalu menghembuskan nya dengan gusar dan mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki yang berada di sebelahnya sebentar dan pandangannya lurus ke depan.
"Kamu cantik yah, kalau besok saya ketemu lagi sama kamu, pasti saya bakalan jatuh cinta" terangnya dan wanita itu hanya diam sedikit bingung. "Pak di depan belok kiri" lanjutnya.
Taxi terus melaju sampai akhirnya berhenti disebuah gerbang sekolah.
"Saya duluan yah. sorry ongkosnya gak patungan, Saya lupa bawa uang. ketemu lunas pokonya yah. Kamu cantik serius deh saya" ucapnya sembari mengacungkan kedua jarinya lalu turun.
"Euuh dasar berandalan" omel si supir taxi dan wanita itu hanya tersenyum saja.
"ini Pak" katanya menyerahkan uang 30 ribu sebagai ongkosnya setelah melihat argonya. lalu keluar dari taxi.
Taxi berlalu, laki-laki itu membalikan tubuhnya dan melihat wanita yang ada di sampingnya tadi berdiri di belakangnya.
"Lah ko kamu turun? Kamu ngikutin saya? Atau mau saya jatuh cinta? Aduh, saya bilang saya bakalan jatuh cinta kalau kita ketemu lagi besok, bukan dihari yang sama. Atau mau nagih uang patungan ongkos?" Tanya nya banyak.
"Emangnya cuma kamu yang sekolah disini. Aku juga disini." Jawab wanita itu.
"Hah? Kamu sekolah disini? Anak baru yah? Waw bagus lah. Saya di kelas XI MIA 1 kalau satu kelas sama saya, saya jagain sampai lulus di jamin aman." Lanjutnya dan wanita itu hanya diam lalu pergi dengan sedikit bingung tapi merespon laki-laki itu dengan senyuman manis.
"Gue bilang juga apa dia emang cantik" laki-laki itu berbicara sendiri dengan menatap punggung wanita berambut sebahu yang berjalan meninggalkannya.
Anak IPA se bandel itu? Anak IPS nya kaya gimana? Ah, Bunda gak salah apa masukin aku kesekolah ini. Batin Wanita itu.
Laki-laki itu berjalan masuk kedalam sekolah.
"Woy" dua laki-laki yang berseragam sama melambaikan tangannya lalu berjalan cepat menghampirinya.
"Gue kira Lo berdua mati"
"Sialan Lo, kita gini juga gara-gara bantuin Lo"
"Altar ya ampun kamu kemana aja si? Lah ini kenapa? Kamu berantem lagi? Sama siapa lagi sekarang? Tapi kamu gakpp kan?" Tanya seorang wanita dengan rambut ombrenya. Ya, laki-laki itu bernama Altar Nikolas.
"Apaan si Net, Gue baik-baik aja" jawab Altar. Wanita itu bernama Neta. "Kelvin, Mario ayo cabut" lanjut Altar mengajak kedua sahabatnya yang bernama Kelvin Alvar dan Mario Renaldi untuk segera pergi.
"Si Altar emang baik-baik aja ko" Kelvin menepuk bahu Neta dan mengedipkan matanya lalu pergi menyusul Mario dan Altar yang sudah berjalan menuju kelas.
Ketiganya memasuki ruangan kelas XI MIA 1 dan duduk namun lain halnya dengan Mario yang membuka celananya dan menggantungkannya di sebuah paku dipinggir jendela dikelasnya. Lalu berjalan duduk dengan hanya mengenakan Kolor bermotif bunga-bunga membuat isi kelas ricuh dengan gelak tawa.
"Celana Lo ko basah di bagian situ? Lo kencing di celana?" Tanya seorang wanita bernama Zidny Yuanita.
"Ketumpahan jus jeruk" jawab Mario.
"Masa?" Sambung Altar "Paling Lo Abis ngasih jatah Adek Lo." Lanjutnya dan Semuanya tertawa dan sebagian anak perempuan tersenyum jijik.
"Mandi wajib sana" kata Kelvin tapi Mario hanya acuh.
"Berisik. Mario mending Lo ambil tu celana, bau pesing tau. Lo pasti ngompol. gue yakin kata Zidny
"Lo gak percaya banget si Zidny. Emang gue bayi, ngompol. Gue bilang itu ketumpahan jus jeruk." elak Mario lagi
"Selamat pagi" sapa seorang laki-laki paruh baya. Itu Pak Rohman guru sekaligus kesiswaan dan TTM Altar yang sering Altar beliin rokok. TTM (teman tapi musuh)
"Pagiiiiii" jawab semuanya
"Berhubung wali kelas kalian hari ini tidak hadir maka saya kesini untuk menggantikan tugas wali kelas kalian." Lanjut pak Rohman "itu celana siapa?" Tanyanya tiba-tiba
🍃🍃🍃
"Berhubung wali kelas kalian hari ini tidak hadir maka saya kesini untuk menggantikan tugas wali kelas kalian." Lanjut pak Rohman. Kemudian matanya beralih ke arah jendela "itu celana siapa?" Tanyanya tiba-tiba.
"Saya Pak." Mario mengacungkan tangannya.
"Kenapa digantung disana? Tidak sopan. Ini lagi, kenapa bau pesing?"
"Mario kencing di celana Pak, celananya digantung alhasil jadi gini" jawab Zidny dan semuanya tertawa.
"Bener itu Mario?"
"Ketumpahan jus jeruk doang Pak. Si Zidny Fitnah saya" Jawab Mario sambil berjalan kemudian memakai celananya didepan Pak Rohman lalu melepasnya kembali setelah dia duduk dan celana nya disimpan di sandaran kursi yang didudukinya sendiri.
"Ngakunya Anak MIA perilaku seperti Anak IIS" omel Pak Rohman.
"Pak, saya anak ibu saya bukan anak si Mia" celetuk Altar dimejanya. Yang di maksud pak Rohman anak MIA adalah siswa jurusan IPA sedangkan Altar menanggapinya dengan Anak orang yang bernama Mia.
Kebetulan Mia adalah salah satu nama siswi dikelasnya yang pemalu. Semuanya tertawa mendengar jawaban Altar sedangkan pak Rohman terlihat marah tapi menahannya karna tujuannya bukan untuk marah.
"Altar jam istirahat saya tunggu kamu di ruangan saya" jawab Pak Rohman
"Siap" Altar berdiri dan memberi hormat seperti kepada bendera. Semuanya cekikikan dan menganggap itu hal yang biasa.
"Ajak ngerokok lagi aja Tar" bisik Kelvin.
"Pasti" jawab Altar pelan.
"Baik disini saya akan memperkenalkan siswa baru, Laisa silahkan masuk" lanjut Pak Rohman.
Satu wanita cantik dengan rambut sebahu masuk dengan senyumannya.
"Lumayan bening nih, cuma sedikit rata aja si" komentar Kelvin disamping Altar yang hanya tersenyum mendengar ocehan Kelvin.
"Hai semua, perkenalkan nama saya Laisa Ayuningtyas. saya pindahan dari salah satu SMA di Bandung. Semoga kalian bisa nerima saya dan saya bisa berteman baik dengan kalian" kata wanita yang bernama Laisa itu.
"Hai Laisaaa" sapa semua anak laki-laki yang berjumlah 11 orang yang ada dikelas itu, kecuali Altar dia tidak menyapanya dia fokus pada gambar abstrak yang sedang di gambarnya dengan serius.
"Oke cukup Lais?" Tanya Pak Rohman dan Laisa mengangguk
"Pak boleh nanya?" Tanya Kelvin.
"Silahkan" jawab Pak Rohman
"Laisa status kamu apa?" Tanya Kelvin dengan berani dan mendapat sorakan dari yang lain serta jitakan pelan dari Zidny yang memang duduk didepan mejanya Kelvin dan Altar.
"Status saya pelajar sama kaya kamu" jawab Laisa.
"****** dia cerdas gak **** kayak Lo" ucap Altar disela-sela menggambarnya lalu memutuskan untuk melihat siapa wanita yang sedang di goda Kelvin dan seketika Altar mengerutkan dahinya lalu tersenyum.
"Kata siapa status saya itu? Status saya single tau Lais" lanjut Kelvin dan sorak kembali terdengar ramai.
"Sudah cukup" kata Pak Rohman "Lais silahkan du...."
"Hai Laisaaaa" sapa Altar dengan melambaikan tangannya yang memegang saputangan. Membuat Lais membelakan matanya sadar bahwa itu saputangan miliknya.
"Huuuuhhh telat" sorak Kelvin dan Mario, sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepalanya tapi Altar tidak peduli.
"Laisa saya minta maaf yah" ucap Altar tiba-tiba
"Hah?" Laisa tidak mengerti
"Laisa Saya minta maaf gak bisa jatuh cinta sama kamu besok, karna besok saya harus latihan futsal dulu paling lusa, semoga kamu bisa ngerti" Jawab Altar dengan tenang membuat pak Rohman membelakan matanya kesal dan seisi kelas ramai menyoraki Altar beberapa orang ada yang melemparinya dengan kertas yang diremas, balpoin, Tip-x dan Zidny menjitak kepala Altar. Tapi Altar tidak peduli dia hanya tersenyum menatap Laisa yang kebingungan juga pipi yang memerah menatap balik Altar dan tujuh detik kemudian Altar mengedipkan ujung sebelah matanya ke arah Laisa membuat Laisa langsung memalingkan wajahnya.
"Cukup. Laisa silahkan duduk" potong Pak Rohman sudah frustasi. Laisa mengangguk.
"Vin Vin sana pindah duduk sama Mario sana-sana" usir Altar
"Ah gak mau gue"
"Vin buruan Lo gue gampar nih"
"Sialan Lo" omel Kelvin lalu beranjak duduk dengan Mario yang duduk sendiri karna kelasnya berjumlah siswa ganjil.
"Laisa duduk disini" ajak Altar dan dengan terpaksa Laisa duduk di samping Altar sekarang.
"Makasih" jawab Laisa
"Jangan takut saya gak bakalan nerkam kamu ko" jawab Altar.
"Baik terimakasih anak-anak. Altar jangan lupa jam istirahat" lanjut pak Rohman sebelum meninggalkan kelas dan Altar memberi hormat kepada pak Rohman sebagai jawaban iya.
"Hai" sapa Zidny membalikan badannya menghadap Laisa "kenalin nama gue Zidny Yuanita" lanjut Zidny
"Laisa" jawab Laisa
"Gue Sinta" ucap wanita yang duduk di sebelah Zidny.
"Laisa" jawab Laisa.
"Semoga kita bisa berteman baik" lanjut Zidny dan Laisa tersenyum. Altar yang ada di sebelahnya hanya diam dengan pandangan yang tidak lepas dari wajah Laisa.
"Kenapa?" Tanya Laisa. sedikit risih.
"Apa?" Tanya Altar balik.
"Kamu liatin saya terus kenapa?" Tanya Laisa.
"Abisnya kamu cantik" jawab Altar "Oh iya nama saya Altar Nikolas. Walaupun nama saya Altar saya Islam ko, bukan Kristen Budha Hindu atau yang lainnya" lanjut Altar dengan pandangan yang tak lepas dari wajah Laisa.
Kata Altar sendiri adalah tempat untuk menyimpan makanan-makanan atau hal-hal untuk persembahan, pemujaan dalam acara-acara sakral yang ada di tempat-tempat suci umat Hindu Budha dan Kristen itu sebabnya Altar mengatakan walaupun namanya Altar dia beragama Islam.
"Oh iya" jawab Laisa.
"Kamu tipe orang pendiem?" Tanya Altar.
"Menurut kamu?" Tanya Laisa.
"Bukan" jawab Altar dan Laisa hanya tersenyum "kamu cantik, sayang aku baru akan jatuh cinta Lusa." Lanjut Altar.
"Aku wanita" jawab Laisa.
"Masa wanita ganteng. Maksudnya itu?" Tanya Altar dan Laisa mengangguk "beda dong"
"Apa?" Tanya Laisa.
"Cantiknya kamu beda. Kaya Le mineral" kata Altar.
"Ko?"
"Iya cantiknya kamu beda kaya Le mineral. Cantiknya kamu kaya ada manis-manisnya gitu" jawab Altar membuat Ekspresi Laisa berubah seperti ingin tertawa sekaligus bingung.
"Cunguk ya ampun, receh banget Lo" Satu buku mendarat dikepala Altar di tempelkan Zidny dengan sedikit tenaga.
"Apaan si Lo. Dari tadi Lo nguping yah? Dasar cicak"
"Sialan Lo. Tanpa gue nguping gue denger. Gue punya telinga" kata Zidny sambil memegangi telinganya.
"Oh itu telinga? Gue kira kulit yang tiba-tiba tumbuh disitu" kata Altar membuat Zidny kembali menempelkan bukunya dikepala Altar dengan tenaga yang lebih kuat dan membalikan badannya.
"Haha becanda Zid" kata Altar sambil mencabut sehelai rambut Zidny dari belakang.
"Aw" pekik Zidny "sakit Altar" teriaknya dan Altar hanya tertawa sedangkan Laisa hanya tersenyum disamping Altar melihat Zidny yang beberapa kali memukul Altar dan Altar hanya tertawa.
Jam pelajaran pertama tidak ada guru tapi pelajaran kedua ada dan Laisa melihat kejadian-kejadian aneh yang terjadi dikelas barunya. Mulai dari tingkah Altar dan beberapa teman sekelas lainnya yang membuat Laisa sedikit kebingungan, sedikit risih, sedikit lucu, sedikit tidak nyaman, sedikit nyaman dan sedikit seru.
🍃🍃🍃
Hari ini hari kedua Laisa masuk sekolah disekolah nya yang baru.
Altar sudah duduk dengan handphone ditangannya. Laisa sedikit bingung karna Menurut sekilas dari cerita Zidny Altar sering kesiangan tapi hari ini tidak.
"Selamat Pagi Laisa" kata Altar.
"Pagi" jawab Laisa.
"Lain kali gak boleh telat yah nona, ini udah mau jam masuk" kata Altar mengingatkan Laisa karna hari ini Laisa berangkat sedikit siang dan sampai disekolah lima menit sebelum bel berbunyi.
"Ih malah bengong. Duduk-duduk ada yang mau aku tanyain." Kata Altar.
"Apa?" Tanya Laisa yang sudah duduk.
"Kenapa masuk ke kelas ini?" Tanya Altar. Bel untuk jam pelajaran pertama memang sudah berbunyi tapi rupanya guru pelajarannya tidak akan masuk.
"Emang gak boleh?" Tanya Laisa.
"Ya bukan gitu. Jangan-jangan gara-gara saya suruh kamu yah waktu kemarin digerbang?" Tanyanya lagi.
"Bukan" jawab Laisa pendek. Nada bicaranya selalu tenang walaupun wajahnya sedikit tegang dan memang tegang.
"Laisa"
"Iya?"
"Aku seneng"
"Terus?"
"Ya udah aja"
"Ko?"
"Apa?"
"Enggak"
"Laisa"
"Iya?"
"Kamu cantik"
"Makasih"
"Tapi sayang aku baru bisa jatuh cinta sama kamu besok" terangnya membuat dahi Laisa membuat lipatan.
"Altar aku ke toilet dulu" pamit Laisa.
"Jangan lupa baca doa' pas masuk toilet soalnya kata Mario toilet banyak setannya" terang Altar dan Laisa hanya pergi tanpa mempedulikan apa yang di katakan Altar. Altar tersenyum melihat punggung Laisa yang keluar kelas.
🍃🍃🍃
Jam pelajaran terakhir berakhir semuanya dengan cepat keluar setelah membereskan buku masing-masing. Sinta terlihat berpamitan kepada Zidny untuk segera pulang dan hanya melambaikan tangan kepada Laisa.
"Laisa saya duluan yah mau latihan Futsal biar cepet beres jadi saya bisa langsung jatuh cinta sama kamu" kata Altar dan Laisa mengangguk sambil tersenyum tidak jelas.
"Mau bilang sesuatu gak ke saya?"
"Apa?"
"Apa aja"
"Gak ada" jawab Laisa.
"Beneran?" Tanya Altar dan Laisa sedikit berfikir sampai membuat altar tersenyum.
"Iya beneran. Emang apa?"
"Hati-hati yah Laisa pulangnya" kata Altar
"Oh iya" jawab Laisa tersenyum dan Altar hanya mengangguk tersenyum frustasi.
"Sumpah Zid dia lucu" kata Altar ke meja Zidny tapi sambil menjitak kepala Zidny.
"Heh Fucekk cunguk" teriak Zidny emosi.
"Sorry Zid sengaja" jawab Altar dan tertawa lebar sambil berjalan keluar.
Laisa yang sedang membereskan bukunya hanya tersenyum sambil melihat Altar berlalu.
"Laisa pulang sama siapa?" Tanya Zidny.
"Sendiri Zid, angkot paling. Kenapa?" Tanya Laisa.
"Emmh pulang bareng gue aja yuk? Gue kan bawa motor, gue anterin, sekalian pengen tau rumah Lo, boleh kan?"
"Oh gitu, boleh banget yaudah ayo"ajak laisa dan keduanya berjalan keluar kelas.
"Gimana duduk sama Altar?" Tanya Zidny tiba-tiba.
"Hah- emmh ya gitu aja"
"Risih enggak?" Tanya Zidny.
"Sedikit" Jawab Laisa.
"Pasti risih si. dia pasti usil banget apalagi sama cewek cantik kaya Lo. Si Altar emang rese jadi maklum deh"
"Iya. Enggak apa-apa si, aku juga faham."
"Yes, tapi sebandel apapun dia, dia gak brengsek ko"
"Oh ya?" tanya Laisa menganggapi pernyataan Zidny.
"Iya, dia emang biang rusuh tapi aslinya dia pinter ko, Lo harus tau dia tuh kesayangannya Bu Susan, dia jago Sastra dan bodoh banget di matematika. Dia juga sering gambar-gambar gitu, dan gue rasa sih gambar nya bagus-bagus. Dia juga sering bikin puisi yang bahasanya tuh gimana yah lucu abstrak gitu tapi disitu nilai sastranya karna katanya walaupun itu abstrak tapi punya nilai seni, Terus suka di tempel di mading tapi yang nempel si Mario si, bukan dia, karna emang di antara Altar Mario sama Kelvin emang cuma si Mario yang sedikit waras." Jelas Zidny membuat Laisa tertarik dengan apa yang di jelaskan.
"Oh gitu yah. Altar sering tawuran?" Tanya Laisa.
"Iya emang, ko tau??" Tanya Zidny dan Laisa bingung harus menjawab apa "Ah semua orang juga tau si gimana Altar. Iya dia emang sering tawuran tapi tawurannya bukan nyerang sekolah tapi nyerang orang, ya sama si, cuman masalahnya tuh pribadi. Altar sering berantem sama salah satu geng sekolah yang ada di pertigaan jalan sana penyebabnya spele. mereka sama aja. gak ada yang bisa di bilang mana yang salah mana yang bener. jadi guru BK juga udah bosen kali nanganin si Altar" jelas Zidny lagi.
"Orang tuanya dipanggil dong?" Tanya Laisa.
"Yaiyalah tiap bulan juga si Altar dapet surat buat orang tuanya tapi sayang orang tua nya gak pernah dateng kesini"
"Emang Altar sering berantem yah Zid sampe suratnya tiap bulan?"
"Ya enggak juga. Bandelnya dia tuh bukan cuma berantem aja, dia jail banget dia sering bikin guru kesel, sumpah yah pokonya dia biang rusuh lah tapi mau gimana juga gue yakin dan sedikit tau kalau dia punya sisi baik" jelas Zidny dan Laisa hanya mengangguk ngangguk "pusing yah?" Tanya Zidny dan Laisa hanya mengangguk polos "haha yaudahlah ngapain juga si gue harus cerita tentang dia, ya jelas Lo bakalan pusing haha" Zidny tertawa sendiri dan Laisa hanya ikut tersenyum lebar.
Berandalan Aneh. Batin Laisa lalu tersenyum sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.
🍃🍃🍃
"Altar" panggil seorang laki-laki paruh baya, itu ayahnya Altar.
Altar yang sedang berenang di penghujung hari langsung naik dan berhadapan dengan ayahnya.
"Ada apa?" Tanya Altar sambil mengambil handuknya.
"Ini apa lagi?" Ayahnya mengacungkan kertas dan itu adalah surat dari sekolah "Kamu Papa sekolahin supaya bisa jadi orang bener bukan malah selalu bikin ulah, mau di simpan dimana wajah Papa, kalau harus selalu dapet surat panggilan kayak gini dari sekolah?" Cerocos Ayahnya.
"Pah, surat kek gitu bakalan terus datang setiap bulannya. Suya selalu bilang itu. Karna emang Papa gak pernah mau dateng ke sekolah. Terus kenapa Papa harus ngerasa malu juga? Kan papa gak pernah datang ke sekolah bertemu wali kelas saya. Dan kenapa Papa cuma peduli sama kehadiran surat nya aja? bukan ke poin saya yang di panggil dan Papa harusny ngerasa tanggung jawab." Jawab Altar dengan nada bicara yang santai tapi kata-katanya sangat menohok Ayahnya.
"Lancang sekali kamu yah" Ayah Altar yang bernama Beni mengacungkan telapak tangannya.
"Apa lagi? tampar? Pah, udahlah. Altar capek. gak usah peduliin surat itu. lain kali Altar langsung buang aja."
kata Altar lalu pergi meninggalkan ayahnya dipinggir kolam berenang yang sekarang mematung dan berfikir keras bahwa dia memang belum jadi Ayah yang baik untuk anaknya.
🍃🍃🍃
Laisa keluar dari kamarnya untuk makan malam sudah ada Yuni ibu Laisa dan Luna adik Laisa yang masih duduk di kelas satu SMP.
"Gimana sekolahnya Neng?" Tanya Yuni
"Baik Bun, orang-orang di Jakarta gak se acuh kata di buku bahasa Indonesia yang bahas materi sosialisasi." Jawab Luna.
"Emang di bukunya nyebutin kalau orang Jakarta acuh?" Tanya Laisa yang sekarang duduk di samping Yuni. ibunya.
"Ya enggak tapi guru yang jelasin bilang gitu"
"Lebay aja gurunya. Di Bandung juga gak semua ramah" cibir Laisa dan Luna hanya diam.
"Teteh gimana?" Tanya Yuni. (Teteh\=Kaka perempuan)
"Baik juga. Cuma ada banyak orang-orang aneh" jawab Laisa.
"Aneh? Aneh gimana ah?"
"Ya gitu lah, susah Bun ngejelasin nya" jawab Laisa.
"Yaudah deh yang penting Teteh harus bisa jaga diri yah"
"Siap Bunda" jawab Laisa. Semuanya kembali makan.
"Assalamualaikum" suara itu ada di balik pintu. Laisa berdiri untuk segera membuka pintu.
"Teh Lais makan aja. Luna kan udah beres, biar Luna aja yang bukain pintu" potong Luna dan Laisa kembali duduk.
Luna berjalan menuju pintu untuk membuka pintu dan melihat siapa tamu yang datang.
"Waalaikumsalam" jawab Luna sembari membuka pintu "astaghfirullahaladzim" pekik Luna. Bagaimana Luna tidak kaget orang yang berdiri dihadapannya adalah orang yang memakai topeng gorila.
"Eh sorry-sorry" ucap orang dibalik topeng itu lalu dengan cepat membuka topeng nya.
"Ya Allah. Kakak siapa?" Tanya Luna kepada seorang laki-laki yang sudah membuka topeng gorila nya.
"Hai saya temennya Laisa. Sorry kalau bikin kaget" ucap Altar.
"Terus?" Tanya Luna
"Ini bener rumahnya Laisa?"
"Iya bener. mau ke Teh Lais Yah? bentar yah dipanggil dulu teh Lais nya." Jawab Luna "Teh La...."
"Eh dek, gak usah" potong Altar.
"Gak usah apa?"
"Gak usah di panggil Teh Laisanya"
"Lah kenapa bukannya tadi mau ke Teh Lais?"
"Iya tapi itu kalau Laisa yang buka pintu. berhubung bukan jadi saya cuma mau nitip ini aja Laisa" Altar menyodorkan sebuah paper bag berukuran kecil.
"Oh iya" jawab Luna.
"Siapa Lun?" Tanya Yuni dari dalam.
"Bentar Bun" jawab Luna membalikan badannya.
"Eh Kaka gak...." Altar sudah hilang "lah kok udah ngilang" Luna sedikit bingung tapi kemudian tidak peduli dan langsung menutup pintunya dan membawa apa yang di berikan Altar ke meja makan.
Sedangkan di dalam kamar Laisa kebingungan melihat satu chating masuk di hpnya.
08572030xxxx
Sial. Eh, Lais salam buat Bunda kamu dari Saya. Btw, Adek kamu cantik.
Laisa mengerutkan dahinya lalu segera keluar kamar.
"Siapa Lun?" Tanya Yuni.
"Gak tau. Tapi temen teh Lais katanya. Teh Lais mana?"
"Teh Lais ke kamar cabut charger hpnya. itu apa? Dari temen teh Lais?." Tanya Yuni dan Luna mengangguk tanda iya. Dan menggidikan bahunya tanda tidak tahu apa isinya.
"Lun" Laisa datang dengan cepat.
"Tuh dari temen Teteh" kata Luna menunjuk paper bag kecil yang sudah Luna letakkan di atas meja makan.
"Hah? Siapa? Ini apaan?"
"Ya gak tau lah. tapi itu jadi kakak ganteng" jawab Luna dengan senyumannya.
"Dari temen Teteh katanya. Siapa Teh?" Tanya Yuni.
"Lais juga gak tau" jawab Laisa.
"Cowok Bun temennya, ganteng, tapi pake topeng gorila pas dateng kesini. kayanya pacar Teh Lais." kata Luna.
"Apaan si Luna. Ngaco. Baru dua hari teteh sekolah. Masa udah punya pacar." jawab Laisa.
"Oh jadi kalau misalkan udah sebulan mau punya pacar gitu?" Tanya Luna.
"Luna" Laisa memelototi Luna dan Luna hanya cekikikan.
"Udah ah udah berisik" sergah Yuni.
🍃🍃🍃
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!